3 8 4 Nofrianto
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
nilai-nilai ilahiyah, termasuk dalan pendistribusian kekayaan dan pendapatan.
B. Nilai Keadilan
Sesungguhnya kebebasan yang disyari’atkan oleh Islam dalam bidang ekonomi bukanlan kebebasan mutlak yang terlepas dari
setiap ikatan.Tapi ia adalah kebebasan yang terkendali, terikat dengan nilai-nilai “keadilan” yang diwajibkan oleh Allah. Hal itu
karena tabiat manusia ada semacam kontradiksi yang telah dicipta- kan Allah padanya untuk suatu hikmah yang menjadii tuntutan
pemakmuran bumi dan keberlangsungan hidup. Di antara tabi’at manusia yang lain adalah bahwa manusia senang mengumpulkan
harta sehingga karena saking cintanya kadang-kadang keluar dari batas kewajaran.
Keadilan dalam Islam bukanlah prisnip yang sekunder. Ia adalah cikal bakal dan fondasi yang kokoh yang memasuki semua
ajaran dan hukum Islam berupa akidah, syari’ah dan akhlak mo- ral.
21
Keadilan tidak selalu berarti persamaan. Keadilan adalah keseimbangan antara berbagaii potensi individu baik moral ataupun
materil. Ia adalah tawazun antara individu dan komunitas, antara suatu komunitas dengan komunitas lain. Jadi yang benar adalah
keadilan yang benar dan ideal adalah yang tidak ada kezaliman terhadap seorang pun di dalamnya. Setiap orang harus diberi kesem-
patan dan sarana yang sama untuk mengembangkan kemampuan yang memungkinkannya untuk mendapatkakan hak dan melaksa-
nakann kewajibannya termasuk dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.
IV. Orientasi Distribusi dalam Islam
Munawar Iqbal dalam buku Distributife Justice and Need Fulfilment In an Islamic Economy
menjelaskan bahwa secara umum tujuan disribusi dalam Islam dapat dilihat dari dua aspek pertama, distribusi fung-
21
Al-Qardhawi, Peran, 385
3 8 5 Distribusi Pendapatan dan Pemenuhan Kebutuhan dalam Ekonomi Islam
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
sional , dan kedua distribusi pendapatan secara personal. Dan aspek distri-
busi fungsional adalah aspek yang banyak dapat perhatian dalam ilmu ekonomi Islam.
Banyak penulis beranggapan bahwa tujuan distribusi dalam Islam adalah terjadinya pendistribusian kekayaan, yang secara
abstrak pengertiannya adalah barang yang berbeda untuk orang berbeda. Setiap orang membayangkan bahwa setiap orang harus
memiliki bagian yang sama. Padahal menjadi tidak adil untuk menya- makan orang satu sama lainnya, disebabkan perbedaan alamiyah
dari kemampuan manusia. Islam memberikan apresiasi terhadap usaha seseorang sesuai dengan usaha yang yang dia curahkan.
Semakin besar usaha yang dikerahkan oleh seseorang maka akan semakin bayak reward yang dia dapat sebagai bentuk apresiasi dari
usahanya. Jadi, adalah tidak adil dengan menyamaratakan saja pendistribusian kekayaan dan pendapatan tanpa mempertimbangkan
seberapa besar tenaga yang dia curahkan.
Dalam pemahaman sistim distribusi Islami adapat dikemukakan tiga poin, yaitu:
1. Terjaminnya pemenuhan kebutuhan dasar semua orang
2. Kesederajatan atas pendapatan setiap personal, tetapi tidak
dalam pengertian kesamarataan 3.
Mengeliminasi ketidaksamarataan yang bersifat ekstrim atas pendapatan dan kekayaan individu
Islam tidak menentukan rasio maksimum dan minimum penda- patan yang harus diperoleh seseorang melainkan Islam hanya berusa-
ha memperkecil ketidakmerataan yang bersifat ekstrim. Tujuan Islam tidak hanya semata-mata untuk keperluan keadilan tetapi juga
berorientasi untuk meumbuhkan sikap saling mencintai dan berbuat ihsan
. Perbedaan pendapatan yang terlalu mencolok hanya akan menyebabkan gangguan politik dan sosial sedangkan Islam bertu-
juan untuk memperkuat jalinan ukhwah. Secara umum tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dapat
dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi. Berikut ini penjelasan hal-hal yang penting dari bebrapa
3 8 6 Nofrianto
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
tujuan tersebut: Pertama, tujuan dakwah. Kedua, tujuan pendidikan, Ketiga
, tujuan sosial, tujuan ekonomi.
V. Prinsip Dasar Distribusi Pendapatan dalam Islam