3 8 8 Nofrianto
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
hubungan mereka. Jika pembagian keuntungan dari hasil usaha dibe- rikan kepada buruh, itu akan sangat meningkatkan efisiensi kerja,
manakala diketahuinya bahwa dia akan memperoleh bagian dari keuntungan-keuntungan maka dia akan bekerja dengan sungguh-
sungguh dan sebaik mungkin demi peningkatan produksi. a.
Pekerja sebagai Mitra Satu prinsip Islam yang sangat penting adalah prinsip persa-
udaraan manusia. Prinsip ini menghapus perbedaan antar manu- sia dan membawa mereka pada tingkat yang sederajat. Prinsip
ini mengajarkan persamaan dan persaudaraan manusia serta mengakhiri superioritas si kaya dan si miskin, serta memperbaiki
martabat manusia bahkan sampai pada budak-budak dan memberitahukan majikannya bahwa mereka tidaklah berbeda.
b. Sistem Pengupahan
Upah adalah harga yang dibayarkan kepada pekerja keras atas jasanya dalam produksi kekayaan seperti faktor produksi
lainnya atau sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai
perjanjian.
26
Dalam Islam, prinsip kerja disesuaikan dengan produk- tivitas individu itu sendiri. Keadilannya dilihat dari profesi yang
ia lakukan sesuai dengan perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.Upah diberikan harus sesuai dengan apa
yang dilakukan, dilihat dari kategori kerja yang dilakukan secara profesi, skill
. Dasar pekerjaan dapat diukur melalui dimensi waktu, atau katagori lain sesuai dengan pekerjaan dan profesi
yang berbeda-beda sesuai dengan kontribusinya.
C. Distribusi Pendapatan Melalui Mekanisme Pasar
a. Penentuan harga
Seacara naormatif Islam memberikan hak tiap orang untuk membeli dengan harga yang disenangi. Ibnu Majah meriwayat-
26
Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 2, terj. Economic Doctrines of Islam
, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, 361.
3 8 9 Distribusi Pendapatan dan Pemenuhan Kebutuhan dalam Ekonomi Islam
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
kan dari Abi Sa’id: Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu sah karena sama-sama suka”.
Namun ketika negara mematok harga untuk umum, maka Allah telah mengharamkannya mem-
buat patokan harga barang tertentu, yang dipergunakan untuk menekan rakyat agar melakukan transaksi jual beli sesuai
dengan harga patokan tersebut.
Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran. Dalam konsep Islam pula, pertemuan permintaan dengan penawaran adalah terjadi secara seimbang dengan rela
sama rela atau tidak ada pemaksaan terhadap harga tersebut pada saat transaksi.
27
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan secara adil.
Ibnu Taimiyyah memiliki sebuah pemahaman yang jelas tentang bagaimana, dalam suatu pasar bebas, harga ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
28
Teori yang dikenal dengan ‘price volatility’ atau naik turunnya harga di pasar. Dia
menyatakan bahwa: “Sebab naik turunnya harga di pasar bukan hanya karena adanya ketidakadilanzulm yang disebabkan
orang atau pihak tertentu, tetapi juga karena panjang singkatnya masa produksi khalq suatu komoditi. Jika produksi naik dan
permintaan turun, maka harga di pasar akan naik, sebaliknya jika produksi turun dan permintaan naik, maka harga di pasar
akan turun.” Lebih jauh dia menjelaskan bahwa kelangkaan atau kelimpahan ini bukan disebabkan oleh tindakan orang tertentu.
Ia bisa disebabkan oleh sesuatu yang tidak mengandung keza- liman, atau terkadang juga,ia juga disebabkan oleh kezaliman.
Hal ini adalah kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan keinginan di hati manusia.
29
Naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebgaian orang
27
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, 236
28
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2006 Edisi III, 364.
3 9 0 Nofrianto
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
yang terlibat dalam transaksi. Bisa jadi penyebannya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produksi, penu-
runan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar.
30
b. Larangan penimbunan
Dalam terminolog fiqih penimbunan dikenal dengan istilah ihtikar, yang berasal dari kata hakara yang berarti az-zulm aniaya
dan isa’ah al-mu’asyarah merusak pergaulan. Dengan timbangan ihtakara, yahtakiru, ihtikar kata ini berarti upaya penimbunan
barang dagangan untuk menunggu lonjkan harga.
Menurut al-Ghazali ihtikar adalah “Penyimpanan barang dagangan oleh penjual makanan untuk menunggu melonjaknya
harga dan penjualannya ketika harga melonjak.” Sedangkan menurut Taqiyudin al-Nabhani, penimbun
adalah orang yang mengumpulkan barang-barang dengan menunggu waktu naiknya harga barang-barang tersebut,
sehingga dapat dijual dengan harga yang tinggi. Syarat terjadi- nya penimbunan adalah sampainya pada suatu batas yang
menyulitkan warga setempat untuk membeli barang yang tertimbun, semata karena fakta penimbunan tersebut tidak
terjadi selain dalam keadaan semacam ini.
31
Orang-orang yang menyembunyikan menimbun hartanya yang dikumpulkan sesungguhnya mereka telah menghambat
arus industri, serta menghalangi kemajuan dan pembangunan negara. Seharusnya harta mereka digunakan untuk menghasil-
kan kekayaan lebih banyak keuntungan masyarakat dan kapi-
29
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah, 364
30
Adiwarman Azwar Karim. Pasar yang Sehat menurut Ibn Taimiyah. Jakarta: Muamalat Institut, 2001 dikutip ulang oleh Karnaen P, dalam
Rekontruksi Pemikiran Ibn Taimiyah Dimasa Khilafah Abasiyyh II hanout, .7
31
Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam
, terj. An-Nidlam Al-Iqtishadi fi Al-Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 2002, 209, untuk definsi lain dapat dilihat dalam: Abdurrahman
Raden Aji Haqqi, The Philosophy of Islamic Law of Transactions, Kualalulmpur: Univisio Press, 199, 232
3 9 1 Distribusi Pendapatan dan Pemenuhan Kebutuhan dalam Ekonomi Islam
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
talis-kapitalis itu sendiri. Para ulama fiqih yang melarang tindakan ihtikar menga-
takan, apabila penimbunan barang telah terjadi di pasar, pemerintah berhak memaksa
32
pedagang untuk menjual barang dagangannya dengan standar yang berlaku dipasar. Bahkan
menurut meraka, barang yang ditimbun oleh pedagang itu dijual dengan harga modalnya dan pedagang itu tidak berhak
mengambil untung sebagai hukuman dari tindakan meraka. Kemudian bila pedagang enggan untuk menjual barang dagang-
annya maka hakimpemerintah berhak menyita barang tersebut dan membagi-bagikannya kepada masyarakat yang memer-
lukannya.
33
c. Larangan spekulasi
Al-Masri memberikan pengertian spekulasi sebagai:
…a fake reverse process of selling and buying not aiming at physically exchanging commodities no actual “commodity” is
desired for itself. In reality, it aims at benefiting from natural or artificial price differences and capital gains if the predictions of
price changes in the short-term proved to be true. No matter, this prediction comes out of information, experience and study or
merely out of rumors, luck or even coincidence.
34
Spekulasi adalah outcome dari sikap mental ‘ingin cepat kaya’. Jika seseorang telah terjebak pada sikap mental ini, maka
ia akan berusaha dengan menghalalkan segala macam cara tanpa mempedulikan rambu-rambu agama dan etika. Kegiatan
spekulasi ada kemiripannya dengan gamblingal-qimar dalam konteks pengambilan keuntungan dan dinggap sebagai kegiatan
misdeed
tidak senonoh.
32
Dalam istilah fikih muamalah dikenal dengan istilah tas‘ir wa al- jabari
, yaitu pematokan harga dan pengambilan paksa terhadap barang oleh pemerintah yang bertujuan untuk satabilitas harga.
33
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat Jakarta: Logos, 200, 165.
34
Rafiq Yunus Al Misri, “Speculation between Proponents and Opponents”, J.KAU: Islamic Econ, Vol. 20, No. 1: 43-52 2007 A.D.1428
A.H.; 44.
3 9 2 Nofrianto
Innovatio, Vol. VIII, No. 2, Juli-Desember 2009
D. Distribusi Pendapatan Melalui Sedekah Wajib Zakat dan Sedekah Sunat Sedekah, Infak, Hibah.