Kelas IV SD
38 Kemudian penggembala itu mohon kepada Narayana agar Beliau berkenan
menampakkan diri kepada gurunya. Narayana berkata: “Ia tidak suci. Ia harus mensucikan hatinya lebih dahulu
dan harus meninggalkan kesombongannya. Dengan begitu ia akan dapat melihat aku.”
Mendengar hal ini, pendeta itu pun lalu sadar. Ia mengakui kesucian hati dari Tuwon, dan tidak menganggap dirinya lebih suci lagi dari Tuwon. Ia terharu
dan menjatuhkan dirinya di kaki penggembala itu. Narayanapun lalu berkenan menampakkan diri beliau kepada Brãhmanã yang sudah sadar itu
Jadi, berdasarkan pada keyakinan yang teguh, Tuwon telah bisa melihat Narayana dan bahkan bisa menunjukkan-Nya dihadapan gurunya. Walaupun
pada mulanya gurunya menipu dia, namun karena keyakinan yang kuat kepada kata-kata gurunya, ia berhasil melihat Narayana.
3. Kisah Brāhmanā dan Seekor Kambing
Zaman dahulu di sebuah desa terpencil tinggal seorang Brāhmanā yang kehidupannya sangat sederhana. Pada suatu hari Sang Brāhmanā diundang
oleh seseorang dari desa tetangga untuk menyelesaikan Yadnya yang akan dilaksanakan. Selesai melaksanakan Yadnya, Sang Brāhmanā mendapat seekor
kambing, kemudian beliau
Pesan Orang Tua
Kepada orang tua siswa dimohon untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Membiasakan kepada putra-putri selalu berdoa setiap melakukan
kegiatan
2. Belajar dengan giat dan disiplin dalam pemanfaatan waktu. Saran-saran Orang Tua
……………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………….
Tanda Tangan Orang
39
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan ke rumah Sang Brāhmanā sangat senang “Wah
betapa beruntungnya aku mendapatkan seekor kambing yang sehat, istri dan anakku pasti
sangat gembira menyaksikannya,” pikir Sang Bahmana.
Kambing yang gemuk tersebut dipanggul di bahunya, sepanjang perjalanan ada tiga
orang pencuri sedang mengikuti dari belakang. Melihat kambing yang dibawa Sang Brāhmanā
sangat gemuk para pencuri tersebut berdiskusi bagaimana cara mendapatkan kambing
tersebut. Setelah mencapai kesepakatan, maka para pencuri tersebut mengatur strategi.
Pencuri pertama kemudian mengejar dan mencegah Brāhmanā “Wahai Brāhmanā, paduka adalah orang suci mengapa paduka memanggul anjing
kotor dibahu paduka?” Mendengar pertanyaan seperti itu Sang Brāhmanā terkejut “Apa? seekor anjing kotor katamu? Hai pencuri kamu pikir saya buta,
ini bukan anjing tapi ini kambing.” Dengan wajah yang kesal Sang Brāhmanā melanjutkan perjalanannya.
Kemudian pencuri kedua berteriak memanggil Sang Brāhmanā, “Tuan, katanya sambil berpura-pura melihat dengan kaget, apa yang Tuan perbuat dengan
sapi mati yang ada dibahu Tuan itu? Apakah Tuan berniat mempermalukan diri Tuan sendiri? Tuan dipandang sebagai seorang suci dan mengapa Tuan
melakukan hal ini? sang Brāhmanā menjawab “Anak sapi mati? Tidak, ini adalah kambing hidup, bukan anak Sapi mati. Oh Tuan, apa aku yang salah, yang
kulihat bukan kambing tetapi anak Sapi yang sudah mati.
Mendengar dua muslihat dari kedua pencuri itu membuat Sang Brāhmanā berpikir, “Apakah aku sudah gila atau orang itu yang gila?” Sang Brāhmanā
bergegas berjalan beberapa langkah ketika pencuri ketiga berlari-lari menyongsongnya.
“Stop berhenti, wahai Brāhmanā. Cepat turunkan keledai itu. Bila orang- orang melihat Tuan sedang memanggul keledai itu dibahu Tuan, mereka semua
akan menghindari Tuan. Sekarang Sang Brāhmanā benar-benar merasa bingung. Tiga orang telah
memberitahunya bahwa ia telah memanggul hewan yang bukan kambing. “Pasti ada yang tidak beres. Ini pasti bukan kambing, mungkin sejenis monster
karena selalu berubah wujud. Kadang-kadang menjadi anjing, kadang-kadang
Sumber: Dok. kemdikbud
Gambar 3.13 Orang membawa kambing
Kelas IV SD
40 menjadi anak sapi dan kadang-kadang menjadi seekor keledai. Apa maksud
orang-orang desa tetangga mempermainkan aku?” pikir Sang Brāhmanā seraya merasa ketakutan. Segera diturunkan kambing yang dibawanya dan berlari
sekuat tenaga cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Melihat Sang Brāhmanā berlari terbirit-birit, ketiga pencuri tersebut tertawa terbahak-bahak. “Ha...ha...ha... betapa dungunya Brāhmanā itu yang tidak yakin
dengan dirinya sendiri,” sambil berkata demikian, mereka memungut kambing yang gemuk itu dan berlalu. Akhirnya pencuri tersebut dapat memperdayai
Sang Brāhmanā sehingga kambing yang diberikan sebagai hadiah telah melaksanakan yadnya, dicuri dengan tipu muslihat oleh para pencuri tersebut.
4. Kisah Brãhmanã dan Tukang Sepatu