aparat perlu terus diupayakan sampai mencapai tingkat yang memadai. Di samping peningkatan jumlah armada dan aparat hingga jumlah yang memadai
belum optimal, peningkatan sarana dan prasarana khusus di perbatasan diperlukan untuk mengawasi arus keluar masuk, baik manusia maupun barang
dari dan ke luar wilayah NKRI. Peningkatan jumlah aparat dan sarana prasarana harus diiringi pula dengan upaya penegakan hukum dengan tidak pandang bulu
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan. Pembangunan pos-pos keamanan di sepanjang perbatasan dan patroli keamanan
di wilayah perbatasan juga perlu ditingkatkan karena makin banyak pelanggaran yang terjadi berupa kegiatan ilegal di wilayah perbatasan.
d. Pemberian perhatian yang lebih besar pada wilayah perbatasan sebagai ”halaman depan” negara dan pintu gerbang internasional
Selama ini wilayah perbatasan lebih banyak dipandang sebagai wilayah “belakang” yang harus dijaga dari ancaman keamanan pemberontak,
penyelundup, dan gerombolan lain yang dianggap sebagai pengacau keamanan. Oleh karena itu, perbatasan menjadi wilayah yang terlupakan, tertinggal dan
terpencil, tempat bagi perdagangan ilegal, dan tidak tersentuh oleh kegiatan pembangunan. Dengan diperhatikannya wilayah perbatasan sebagai “halaman
depan” negara dan pintu gerbang internasional bagi kegiatan ekonomi, perlu adanya penataan ruang, pembangunan prasarana dan sarana yang diperlukannya,
dan peliharaan lingkungan agar pihak investor tertarik dan berniat mengembangkannya sebagai kawasan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Kebijakan tersebut sejalan dengan kebijakan yang telah diterapkan oleh beberapa negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
e. Peningkatan mutu pendidikan Yang tidak kalah penting dari semua kebijakan yang telah dilakukan adalah
perlu adanya penanganan khusus untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah perbatasan negara karena rata-rata peserta didik yang tinggal di daerah
perbatasan negara relatif tertinggal jika dibandingkan dengan daerah lain apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan
Singapura.
2. Kondisi Perbatasan Saat Ini
Pada umumnya daerah perbatasan belum mendapat perhatian secara proporsional. Kondisi tersebut terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan daerah
perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan. Hal itu telah menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan, seperti perubahan batas-batas wilayah,
penyelundupan barang dan jasa, serta kejahatan transnasional transnational crimes. Kondisi umum daerah perbatasan dapat dilihat dari berbagai aspek.
a. Aspek Ideologi Kurangnya akses pemerintah, baik pusat maupun daerah ke kawasan perbatasan
dapat menyebabkan masuknya pemahaman ideologi lain, seperti paham komunis dan liberal kapitalis yang mengancam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dari rakyat Indonesia.
Pada saat ini penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah hidup bangsa tidak disosialisasikan dengan gencar seperti dulu lagi
karena tidak seiramanya antara kata dan perbuatan dari penyelenggara negara.
10 Model Kurikulum Perbatasan - 2007
11
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembinaan ideologi Pancasila secara terus-menerus yang tidak bersifat indoktrinasi dan yang paling penting adanya
keteladanan dari para pemimpin bangsa.
b. Aspek Politik Kehidupan sosial ekonomi di daerah perbatasan pada umumnya dipengaruhi
oleh kegiatan negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk mengundang kerawanan di bidang politik. Meskipun orientasi masyarakat masih terbatas
pada bidang ekonomi dan sosial, terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat daerah perbatasan masih bergantung pada perekonomian negara
tetangga, hal itu pun selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa. Situasi politik yang terjadi
di negara tetangga, seperti Malaysia Serawak Sabah dan Philipina Selatan akan turut memengaruhi situasi keamanan daerah perbatasan.
c. Aspek Ekonomi Daerah perbatasan merupakan daerah tertinggal terbelakang yang disebabkan,
antara lain oleh 1 lokasi yang relatif terisolasi terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah; 2 rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat;
3 rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal; dan
4 langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di daerah perbatasan blank spot.
d. Aspek Sosial Budaya Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat, teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, dapat mempercepat masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Pengaruh budaya asing tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita dan membahayakan ketahanan nasional karena dapat
mempercepat dekulturasi yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Masyarakat daerah perbatasan cenderung lebih cepat
terpengaruh oleh budaya asing karena intensitas hubungan dan kehidupan ekonomi mereka sangat bergantung pada negara tetangga.
e. Aspek Pertahanan dan Keamanan Daerah perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata sehingga menyebabkan rentang kendali pemerintah, pengawasan, dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan dengan
mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau aktivitas yang ada di daerah perbatasan apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak terhadap kondisi
pertahanan dan keamanan di tingkat regional, bahkan internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. Daerah perbatasan rawan akan
penyelundupan dan tindakan kriminal lainnya sehingga perlu adanya kerja sama yang terpadu antarinstansi terkait dalam penanganannya.
10 Model Kurikulum Perbatasan - 2007
12
f. Aspek Pendidikan Kondisi pendidikan di wilayah perbatasan negara pada umumnya masih kurang
baik terutama disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pendidikan. Di beberapa lokasi murid harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan
berjalan kaki, bahkan ada juga yang harus menggunakan transportasi sungai untuk mencapai sekolah. Masalah lain adalah rendahnya dukungan orang tua
terhadap kemajuan pendidikan anaknya, bahkan ada anak yang keluar dari sekolah karena harus bekerja membantu orang tuanya melaut dan berkebun.
Kendala lain adalah jumlah guru yang sedikit sehingga guru harus mengajar di beberapa tingkatan kelas. Komite sekolah sudah melakukan upaya, yaitu dengan
merekrut guru honorer, tetapi kebanyakan di antara mereka tidak memenuhi kualifikasi karena berlatar belakang pendidikan SMAMA.
Pemerintah sudah berupaya meningkatkan kesejahteraan guru perbatasan dengan memberikan tunjangan kemahalan, tunjangan guru daerah terpencil,
tetapi karena biaya hidup yang tinggi membuat nilai uang yang didapat guru tersebut menjadi kecil. Dengan demikian, minat guru untuk bekerja di wilayah
tersebut juga menjadi rendah. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di daerah perbatasan sangat beragam dan kompleks, seperti 1 akses jalan ke
sekolah di daerah perbatasan pada umumnya sangat buruk, 2 belum ada listrik, 3 bangunan gedung yang kurang layak, dan 4 sarana pendukung lain yang
sangat memprihatinkan.
Di berbagai kecamatan yang ada di wilayah perbatasan, dukungan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pendidikan sangat memprihatinkan,
terutama yang ada di kecamatan Kabupaten Nunukan, seperti yang terjadi di Kecamatan Krayan yang mengalami kendala dalam pendistribusian soal ketika
ujian nasional berlangsung. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan transportasi yang hanya bisa dilayani dengan menggunakan transportasi udara dengan
jadwal penerbangan yang tidak menentu dan sangat bergantung pada kondisi pesawat.
Dengan melihat kondisi pendidikan secara umum yang terjadi di daerah perbatasan, perlu diupayakan suatu bentuk model kurikulum yang sesuai dengan
kondisi, situasi, dan karakteristik daerah tersebut.
10 Model Kurikulum Perbatasan - 2007
13
BAB III MODEL KURIKULUM BAGI PESERTA DIDIK YANG TINGGAL DI DAERAH
PERBATASAN PENDIDIKAN DASAR
Model kurikulum layanan khusus pendidikan dasar bagi peserta didik di daerah perbatasan negara ini diarahkan untuk membantu SD perbatasan negara dalam merancang kurikulum,
khususnya pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik perkembangan-anak khas perbatasan negara. Melalui upaya itu diharapkan
akan memberikan pencerahan pada pendidik di perbatasan yang berhadapan dengan negara yang cenderung maju seperti Singapura dan Malaysia untuk mengembangkan
variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara aktif active learning, kreatif creative
learning, dan menyenangkan fun melalui penggunaan katalisator pameran kelas berupa pemajangan alat peraga yang sesuai dengan tema sebagai display stimulus, pemajangan
hasil karya siswa sebagai display hasil karya siswa, dan kegiatan yang mampu meningkatkan wawasan kebangsaan anak didik SD di wilayah perbatasan yang
berhadapan dengan negara yang sedang berkembang Papua Nugini, Timor Timor, dan Filipina, yang secara umum kondisi pendidikannya tertinggal dari daerah lain di
Indonesia.
Untuk dapat mengembangkan model kurikulum yang sesuai dengan kondisi perbatasan, perlu dilakukan langkah-langkah yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik dan karakteristik daerah perbatasan. Langkah dalam pembuatan kurikulum ini secara umum mengikuti rambu-rambu yang sudah ada yang dikeluarkan oleh Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan BSNP yang konteknya disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik sekolah yang ada di daerah perbatasan negara.
Penekanan dalam penyusunan kurikulum di daerah perbatasan yang harus dilakukan sekolah hendaknya mempunyai berbedaan yang lebih jelas. Penekanan tersebut adalah
sebagai berikut.
A. Pendekatan Tematik 1. Pendekatan Tematik untuk Kelas I, II, dan III
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Poerwadarminta, 1983. Tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan kepada peserta, yaitu a. peserta didik mudah memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu;
b. peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antarmata pelajaran dalam tema yang sama; c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
e. peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
f. peserta didik lebih bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata untuk mengembangkan kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; dan
10 Model Kurikulum Perbatasan - 2007
14