1
1. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 1 Pebruari 2013 APP telah berkomitmen untuk segera menghentikan konversi hutan alam di seluruh rantai pasokannya. APP menggunakan penilaian High
Carbon Stock HCS untuk mengidentifikasi areal-areal hutan alam dan High Conservation Value HCV untuk mengidentifikasi areal-areal lain untuk perlindungan.
Hasil dari penilaian HCS HCV akan menuntun para manajer hutan dari para pemasok kayu pulp APP untuk menentukan areal mana yang dapat mereka bangun
menjadi Hutan Tanaman Industri HTI dan areal mana yang harus mereka pertahankan sebagai hutan alam dan HCV.
Tim Pelaksana FCP – terdiri atas staf TFT dan APP – secara teratur memantau
pelaksanaan moratorium di seluruh areal para pemasok kayu pulpwood dari APP. Suatu audit baru-baru ini atas semua konsesi telah mendapat perhatian Joint Steering
Committe JSC FCP terhadap kasus-kasus berikut dan mengidentifikasi pelanggaran moratorium dengan total areal seluas 69,45 ha HCS di tiga konsesi pemasok APP di
Sumatra Selatan, yaitu:
PT. Bumi Mekar Hijau BMH – 63.47 ha
PT. Sebangun Bumi Andalas SBA – 3.49 ha
PT. Bumi Andalas Permai BAP – 2.49 ha
2. PRA-PENILAIAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI AREAL HCSHCVLAHAN GAMBUT DI DALAM PETAK RKT 2013 DARI BAP, SBA DAN BMH
Joint Steering Committee FCP memutuskan untuk memprioritaskan pra-penilaian untuk mengidentifikasi areal HCSHCVlahan gambut di zona khusus yang dialokasikan
pembangunannya di tahun 2013 yaitu petak operasional RKT 2013 di BAP, SBA dan BMH.
2
APP meminta agar pra-penilaian tersebut dilaksanakan di Sumatra Selatan untuk mengidentifikasi areal-areal
‘berisiko rendah’ bagi pembangunan perkebunan berkelanjutan dalam memenuhi perkiraan kebutuhan kayu seratnya. Proses ini
memungkinkan dijalankannya kegiatan persiapan lahan yang terbatas pada areal berisiko rendah: yaitu, areal yang diidentifikasi sebagai areal yang tidak mempunyai
nilai konservasi, termasuk hutan non-HCS, lahan gambut dan areal penting lainnya yaitu non-HCV. Pra-penilaian memungkinkan diprosesnya pembangunan tanaman
sambil tetap menjaga APP untuk memenuhi komitmen FCPnya. Pra-penilaian tidak diterapkan di tempat lain manapun dari para pemasok APP. Tahap pra-penilaian ini
hanya diterapkan di areal RKT pada ketiga perusahaan di Sumatra Selatan tersebut. Penilaian HCS dan HCV termasuk lahan gambut yang lengkap saat ini sedang
dilaksanakan di sisa areal lain di dalam konsesi-konsesi tersebut. Tiga peta operasional telah dibuat untuk tahap pra-penilaian yang menetapkan petak
operasional RKT 2013 dalam tiga kategori besar:
a. TELAH DIBANGUN: - Dibangun: Petak dimana HTI telah dibangun tanaman dan
kanalinfrastruktur lain.
b. AREAL “NO GO” :
- Berpotensi HCSHCVlahan
gambut: Petak
yang berpotensi
mengandung stok karbon di atas tanah lebih dari 35 tonHa atau strata Belukar TuaBT dan Hutan KerapatanHK danatau yang berpotensi HCV,
termasuk areal lahan gambut. Petak ini kemudian dianggap sebagai areal “No Go”.
- Memerlukan pemeriksan lanjutan RFC: Petak yang tidak dapat
digolongkan secara akurat sebagai hasil ketidakkonsistenan antara sumber data pokok, survei udara, pengukuran lapangan dan analisa
SPOT5, dan oleh karenanya suatu evaluasi yang lebih intensif dan pemeriksaan lapangan perlu dilakukan sebelum kegiatan operasional.
Petak tersebut kemudian dianggap sebagai bagian dari areal “No Go”.
3
c. AREAL “GO”:
- Non-HCSnon-HCVnon-lahan gambut: Petak yang mengandung stok
karbon di atas tanah sebanyak kurang dari 35 tonHa atau secara strata digolongkan sebagai Lahan TerbukaLT dan Belukar MudaBM dan tanpa
potensi HCV, termasuk areal lahan gambut. Petak ini kemudian dianggap sebagai areal
“Go”. Luas areal ini adalah 14.600 ha, diantaranya 6.623 ha telah dibangun antara tanggal 1 Pebruari 2013 sampai dengan 31 Juli
2013.
Pra-penilaian untuk mengidentifikasi areal HCSHCVlahan gambut telah dilaksanakan untuk ketiga perusahaan tersebut antara 29 Januari dan 8 Pebruari 2013. Metodologi
yang digunakan untuk Pra-penilaian ditunjukkan di dalam Lampiran 1.
3. POTENSI PELANGGARAN TERHADAP AREAL “NO GO” YANG DITETAPKAN