POTENSI PELANGGARAN TERHADAP AREAL “NO GO” YANG DITETAPKAN LANGKAH-LANGKAH VERIFIKASI YANG DIAMBIL TIM PELAKSANA FCP

3

c. AREAL “GO”:

- Non-HCSnon-HCVnon-lahan gambut: Petak yang mengandung stok karbon di atas tanah sebanyak kurang dari 35 tonHa atau secara strata digolongkan sebagai Lahan TerbukaLT dan Belukar MudaBM dan tanpa potensi HCV, termasuk areal lahan gambut. Petak ini kemudian dianggap sebagai areal “Go”. Luas areal ini adalah 14.600 ha, diantaranya 6.623 ha telah dibangun antara tanggal 1 Pebruari 2013 sampai dengan 31 Juli 2013. Pra-penilaian untuk mengidentifikasi areal HCSHCVlahan gambut telah dilaksanakan untuk ketiga perusahaan tersebut antara 29 Januari dan 8 Pebruari 2013. Metodologi yang digunakan untuk Pra-penilaian ditunjukkan di dalam Lampiran 1.

3. POTENSI PELANGGARAN TERHADAP AREAL “NO GO” YANG DITETAPKAN

DARI PETAK RKT 2013 DI BAP, SBA DAN BMH Berdasarkan Peta Realisasi Penanaman yang diperbaharui dari ketiga perusahaan HTI, yang telah didapatkan oleh Tim Pelaksana FCP pada tanggal 15 Juli 2013, terindikasi bahwa kegiatan penyiapan lahan dan penanaman telah terjadi di dalam areal yang ditetapkan sebagai areal “No Go”. Dari total 489 petak yang terletak di dalam areal “No Go”, 23 petak telah terjadi penyiapan lahan. Profil 23 petak tersebut dapat dilihat di dalam Lampiran 2. Dengan penemuan ini, maka FCP JSC segera menginstruksikan Tim Pelaksana FCP untuk melaksanakan pengecekan dokumen dan verifikasi lapangan terhadap dugaan penebangan terhadap areal yang berpotensi mengandung HCVHCSareal gambut di dalam petak yang ditetapkan sebagai areal “No Go”. 4

4. LANGKAH-LANGKAH VERIFIKASI YANG DIAMBIL TIM PELAKSANA FCP

Langkah-langkah berikut telah diambil berkaitan dengan potensi pelanggaran moratorium hutan di dalam areal “No Go” di 23 petak di BAP, SBA, dan BMH: a. Evaluasi pendahuluan dilakukan di kantor APP di Jakarta atas dokumen, data dan peta yang relevan terhadap rekomendasi dari pra-penilaian HCSHCVlahan gambut. b. APPTFT membentuk suatu Tim Verifikasi Lapangan FVT yang dikirim ke BAP, SBA, dan BMH di mana terjadi pelanggaran lihat Lampiran 5. c. FVT melakukan kunjungan lapangan dari tanggal 23 sampai dengan 27 Juli 2013 dengan menggunakan langkah-langkah berikut:  Memeriksa dokumen yang relevan di Wilayah Palembang dan di empat Distrik Distrik Simpang Tiga, Distrik Kuala Lumpur, Distrik Sungai Ketupak, dan Distrik Simpang Heran.  Mewawancarai para pihak yang relevan di Wilayah Palembang dan di keempat Distrik.  Melakukan observasi lapangan di 23 petak di mana pelanggaran moratorium hutan yang potensial telah terjadi di dalam areal-areal “No Go”.  Melakukan suatu proses rekonsiliasi data dua-tahap dengan semua sumber yang relevan di Kantor APP di Jakarta, yang dimulai pada tanggal 1 Agustus 2013 dan selesai pada tanggal 22 Agustus 2013. Penemuan- penemuan telah dilaporkan ke FCP JSC. 5. KESIMPULAN TIM VERIFIKASI LAPANGAN Berdasarkan hasil dari proses verifikasi dan data lapangan yang menyertainya, maka FVT berkesimpulan bahwa: 1. Pelanggaran komitmen moratorium hutan terjadi di dalam RKT dari BAP, SBA dan BMH yakni pembukaan lahan setelah tanggal 1 Pebruari 2013 di petak RKT 5 2013 di dalam areal-areal “No Go”. Total areal yang dibangun adalah 431,1 Ha dan terjadi di 23 petak Lampiran 2. 2. Rekonsiliasi data tahap pertama penyelarasan data verifikasi lapangan dengan data operasional APP Lampiran 3 menyimpulkan bahwa: a. Berkaitan dengan HCV, maka ke 23 petak tersebut telah diperiksa ulang sehubungan dengan areal yang berpotensi mengandung HCV yang diidentifikasi selama pra-penilaian HCSHCVlahan gambut di bulan Pebruari 2013 – tidak terdapat tumpang tindih. Oleh karenanya, tidak satupun dari 23 petak diatas yang dinilai mengandung HCV dan semua verifikasi selanjutnya akan memusatkan pada mengidentifikasi potensi HCS. b. Berkaitan dengan HCS, hasil analisa verifikasi mengungkapkan bahwa dari 431,1 Ha, maksimum areal seluas 72 Ha untuk sementara waktu dapat dianggap sebagai HCS dan oleh karenanya telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen moratorium. Perkiraan ini selanjutnya akan dianalisa pada verifikasi tahap kedua untuk menetapkan suatu angka yang lebih akurat. 3. Menyusul analisa tahap 1, dimana data verifikasi lapangan dan data operasional APP lapangan dan kantor pusat telah direkonsiliasi, maka dilaksanakan suatu analisa ruang komparatif tahap kedua Lampiran 4 untuk memeriksa ulang hasil dari analisa tahap pertama dan untuk memperkuat hasil keseluruhan dengan memasukkan data plot yang dihasilkan pada penilaian HCS lengkap yang dilakukan di bulan Juni dan Juli 2013. Berdasarkan analisa data pemetaan ruang dan data lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa total areal HCS yang dibuka setelah tanggal 1 Pebruari 2013 adalah 69,45 Ha. Ini merupakan pelanggaran terhadap moratorium pembukaan hutan alam dari APP dan FCPnya yang tidak dapat diterima. 4. 69,45 Ha HCS ini telah dibuka walaupun “Peta Rekomendasi RKT 2013” dari Tim Pelaksana FCP dan Protokol Moratorium telah didistribusi ke semua manajer wilayah dan distrik. Kegiatan penyiapan lahan terjadi di petak-petak yang ditetapkan sebagai areal “No Go”, disebabkan oleh kekurang pengertian 6 para manajer distrik terhadap tujuan pra-penilaian serta pekerjaan penilaian HCVHCS yang sedang dilakukan di areal-areal “No Go”. Selanjutnya, tidak terdapat protokol komprehensif yang jelas dan proses persetujuan resmi sign- off antara para manajer wilayah dan distrik sehubungan dengan areal “No Go” dan “Go”. 5. Seandainya tim operasional para pemasok kayu pulp telah diberikan suatu daftar periksa checklist yang jelas tentang tindakan dan dokumen yang memerlukan sign-off resmi serta pemantauan dan supervisi terus menerus, maka insiden ini dapat dihindari. 6. Tidak ada satupun dari kayu hutan alam yang ditebang pada pembukaan 69,45 ha dikirim ke pabrik APP.

6. TINDAKAN YANG DIAMBIL UNTUK MEMPERKUAT MORATORIUM APP DAN