msk verification report final bahasa

LAPORAN VERIFIKASI
DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP
DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA

TIM VERIFIKASI

OKTOBER 2014

1. Latar Belakang
Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya (FCP), telah
berkomitmen untuk menghentikan sementara konversi hutan alam di seluruh rantai
pasoknya (moratorium hutan alam).
Kegiatan pembangunan hutan tanaman baru hanya diperbolehkan pada area yang tidak
berhutan yaitu area yang telah dinilai bukan merupakan area yang memiliki Stok Karbon
Tinggi (High Carbon Stock/HCS) dan/atau Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation
Value/HCV). PT. Mutiara Sabuk Khatulistiwa (MSK) adalah salah satu pemasok APP yang
berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan APP tersebut.
Pada tanggal 29 September 2014 Jikalahari melalui perwakilannya bapak Made Ali
mengirimkan email kepada APP bahwa mereka mengeluarkan laporan yang berjudul
“Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan”. Dua poin utama yang mereka
laporkan tentang pelanggaran FCP yaitu:

· Penggunaan1 unit alat berat (CAT EX-02) untuk pembuatan kanal dan jalan di area
“community use” PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa (MSK) pada tanggal 26 – 29 Agustus
2014. Area ini termasuk dalam kawasan moratorium PT MSK.
· Area “community use” tersebut berada di area tumpang tindih antara MSK dengan
PT Setia Agro Lestari (SAL) dengan luas sekitar 2000 ha. Atas hal ini Jikalahari
menyimpulkan bahwa area “community use” adalah modus bagi MSK, SMG/APP
untuk dialihkan ke perkebunan sawit dan agar penebangan hutan alam dapat
dilakukan dan merupakan proses yang telah dirancang jauh sebelum FCP APP
diluncurkan.
Kutipan dari laporan tersebut juga terdapat pada Siaran Pers Bersama (link
http://fwi.or.id/wp-content/uploads/2014/09/Press-Release-16-sept_final.pdf)
oleh
kumpulan LSM (terdiri dari Forest Watch Indonesia, Jikalahari, Walhi Jambi, dan Wahana
Bumi Hijau) per tanggal 17 September 2014 serta tulisan Mongabay per tanggal 21
September 2014 (link http://www.mongabay.co.id/2014/09/21/industri-kertas-lebih-sukamerusak-hutan-alam-daripada-menanam-pohon/).

2. Proses Verifikasi
Sebelum laporan resmi dikirimkan oleh Jikalahari ke APP, APP melalui komite Grievance
telah mengambil langkah – langkah verifikasi berdasarkan tulisan dari Siaran Pers Bersama
dan Mongabay. Langkah – langkah tersebut adalah:

· Komite grievance menghubungi MSK untuk meminta klarifikasi atas laporan tulisan dari
siaran pers tersebut.
· Pada tanggal 23 September 2014, MSK menghubungi personil JIKALAHARI yang
berpartisipasi pada Ground Check IV pada tanggal 28 – 29 Agustus 2014 untuk
mengklarifikasi perbedaan antara laporan grievance dengan hasil Ground Checking.
· MSK melakukan observasi lapangan dan dokumen terkait.
· MSK melaporkan hasil observasi kepada komite Grievance
· Komite Grievance membentuk tim verifikasi.
· Tim verifikasi melakukan observasi dan verifikasi.

A. Tim Verifikasi
Tim verifikasi terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.


Alfredo Pane(MSK)
Zulkifli (MSK)
Juan Dharmadji (SMF)
Ejondri (SMF)
Jeffri N Halim (SMF)
Hari Cahyono (TFT)
Agung Wiyono (TFT)

B. Waktu Pelaksanaan Verifikasi
Verifikasi dilaksanakan dari tanggal 24 September – 8 Oktober 2014.

C. Lokasi Verifikasi
Verifikasi dilaksanakan di kantor MSK dan Parit Cahaya Bulan yang merupakan lokasi yang
ditunjukkan pada laporan Jikalahari di area MSK serta lokasi lain yang mendukung verifikasi
ini.

D. Metode Verifikasi
Verifikasi dilaksanakan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu dokumen, foto, hasil wawancara dan observasi lapangan:
1. Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen operasional dan legal, daftar lengkap

dokumen dapat dilihat di lampiran.
2. Mengunjungi lokasi alat berat sesuai laporan Grievance Jikalahari dan laporan monitoring
alat MSK, melaksanakan observasi lapangan dan mengambil foto-foto.
3. Melaksanakan wawancara dengan para pihak terkait.
4. Penyusunan rekomendasi merujuk pada kesimpulan yang telah ditetapkan dan FCP APP.

3. Kesimpulan
Hasil verifikasi yang menjadi dasar pembuatan kesimpulan-kesimpulan ini dipaparkan dalam
bagian Lampiran dan File Lampiran dari laporan ini. Kesimpulan – kesimpulan berdasarkan
kegiatan verifikasi dijelaskan di bawah ini:
1. Terhadap laporan yang menyatakan “…1 (satu) unit alat berat sedang bekerja membuat
kanal dan jalan pada konsesi PT. MSK area community use MSK… Alat berat ini diduga
milik perusahaan perkebunan PT Setia Agrindo Lestari (first resources group/Surya
Dumai Grup)”; tim verifikasi menyimpulkan bahwa:
a. Dari hasil verifikasi lapangan, ditemukan adanya galian parit di dalam areal alokasi
Tanaman Kehidupan MSK yang bukan dilakukan oleh PT MSK.

b.
c.


d.
e.

f.

Dari hasil investigasi dengan staf MSK ditemukan bahwa alat berat tersebut bukan
milik dan tidak disewa oleh MSK.
Dari hasil investigasi di lapangan dan wawancara ditemukan bahwa alat tersebut
disewa oleh masyarakat desa Teluk Kabung untuk kegiatan penggalian parit untuk
rencana penanaman kebun kelapa hibrida masyarakat. Masyarakat desa Teluk
Kabung mengklaim bahwa area tersebut adalah hak mereka. Berdasarkan diskusi
MSK dengan Kepala Desa telah disepakati bahwa kegiatan penggalian dihentikan
sampai proses resolusi konflik selesai.
Dari temuan diatas disimpulkan bahwa SAL bukanlah yang menggali parit tersebut.
Sebelum dan setelah penggalian kanal masuk ke dalam konsesi, MSK telah
mengambil beberapa langkah pencegahan yaitu:
1. Memasang papan peringatan pada batas areal MSK.
2. Melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan
penggalian di dalam kawasan MSK. Hasil dari kegiatan ini adalah persetujuan dari
masyarakat untuk menghentikan kegiatan penggalian parit sampai adanya

resolusi.
3. Melaporkan kegiatan pembangunan kanal kepada Dinas Kehutanan terkait
setelah penggalian kanal memasuki areal MSK.
Walaupun MSK bukan yang melakukan penggalian kanal dan telah mengambil
tindakan pencegahan dan penanggulangan, namun tim verifikasi berkesimpulan
bahwa MSK lalai dengan tidak segera melaporkan kepada APP bahwa status konflik
masyarakat di lokasinya telah meningkat sehingga beresiko dan kemudian
berdampak terhadap penerapan FCP.

2. Terhadap laporan yang menyatakan “areal PT Setia Agrindo Lestari tumpang tindih
dengan PT MSK lebih kurang 2.000 hektar, hal ini sesuai dengan alokasi areal
“community use” seluas sekitar 2.000 ha“ dan “PT MSK, SMG/APP… bekerjasama
dengan PT Setia Agrindo Lestari untuk menjadikan areal tersebut menjadi perkebunan
sawit” dan “Areal “community use” adalah modus bagi PT MSK, SMG/APP untuk
dialihkan ke perkebunan sawit dan penebangan hutan alam dapat dilakukan, padahal
ini suatu proses yang telah dirancang jauh sebelum FCP APP diluncurkan”; tim verifikasi
menyimpulkan bahwa:
a. Berdasarkan peta konsesi kedua perusahaan ditemukan adanya tumpang tindih
antara konsesi MSK & SAL di bagian sebelah Timur dalam konsesi MSK.
b. SAL tidak mempunyai keterlibatan apapun dalam hal pembukaan kanal.

c. SAL tidak memiliki hubungan apapun dengan MSK dan SMG/APP.
d. SAL belum beroperasi di area yang tumpang tindih dengan MSK

4. Rekomendasi
-

Memberikan surat peringatan kepada MSK, dan menegaskan kepada MSK prosedur
pelaporan atas adanya resiko pelanggaran FCP.
Meminta MSK mengambil langkah yang lebih intensif untuk mengamankan kawasan
hutan:

Melakukan diskusi yang lebih intensif dengan masyarakat Teluk Kabung untuk
tidak melakukan aktivitas apapun di dalam kawasan konsesi MSK sampai ada
penyelesaian tuntas.
o Berkoordinasi lebih baik dengan pemerintahan terkait untuk membantu
mengamankan kawasan hutan sebelum tercapainya penyelesaian dengan
masyarakat maupun pihak lainnya.
o Menerapkan langkah-langkah untuk meminimalisasikan dampak dari kegiatan
penggalian parit/kanal tersebut terhadap lansekap hutan alam di dalam area
konsesi MSK sampai status hak guna/milik terhadap area tersebut mendapat

penyelesaian yang jelas.
Memberikan prioritas utama atas implementasi rencana kerja resolusi konflik MSK,
seperti yang telah diidentikasi di peta konflik.
MSK harus secepatnya mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan status hukum
dari lahan yang tumpang tindih dengan SAL, mengacu ke peraturan yang berlaku.
Selama proses konflik lahan dengan desa Teluk Kabung dan status hukum area tumpang
tidih dalam konsesi MSK belum final, MSK harus tetap mempertahankan komitmen FCP
di dalam areal tersebut, termasuk memastikan tidak adanya pembukaan hutan alam
maupun pembangunan infrastruktur baru di areal bergambut.
o

-

LAMPIRAN 1. HASIL VERIFIKASI

1.
·

·


·

·

·

·

·

Penggunaan alat berat untuk pembuatan kanal pada area community use MSK
Pada tahun 2013 telah dilakukan kegiatan pemetaan konflik di wilayah konsesi MSK.
Berdasarkan pemetaan konflik diketahui adanya klaim lahan oleh masyarakat desa
Teluk Kabung yang didasarkan atas surat kepemilikan Tanah berupa SKT (surat
keterangan tanah) serta kebun masyarakat yang sudah ada sebelum perusahaan
beroperasi.
Pada tanggal 21 Mei 2014, MSK melakukan patroli ke area perbatasan antara
masyarakat dan perusahaan. Pada saat itu ditemukan kanal yang sudah digali
sepanjang 700 Meter diluar area konsesi MSK (+/- 300 m diluar batas konsesi),
penggalian tersebut mengarah ke dalam area konsesi MSK. Atas dasar penggalian

tersebut, MSK membuat plang larangan masuk area konsesi MSK dengan nama
“Dilarang Memasuki Kawasan Hutan Negara Areal Kerja IUPHHK – HA PT MSK”.
(Lampiran 2. BA pemasangan papan pengumuman)
Pembuatan parit ini dilaporkan oleh MSK ke Dinas Kehutanan Kabupaten Inhil pada
tanggal 13 Juni 2014 yang menyampaikan bahwa terdapat penggalian parit liar oleh
excavator dengan kode EX-02 di dalam kawasan MSK sepanjang 900m. (Lampiran 3.
Laporan ke Dinas Kehutanan).
MSK melakukan pertemuan dengan masyarakat desa Teluk Kabung per tanggal 14 Juni
2014 dimana MSK meminta kepada masyarakat dan kepala desa Teluk Kabung untuk
menghentikan penggalian pembuatan parit yang melewati batas konsesi MSK sebelum
adanya penyelesaian klaim. Pertemuan ini dirangkum dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh kepala desa dan perwakilan masyarakat Teluk Kabung. (Lampiran
4. Berita Acara Pertemuan)
Berita Acara tersebut juga menginformasikan keinginan masyarakat terhadap MSK
untuk dapat memberikan informasi legal batas konsesi MSK dan meminta Dinas
terkait untuk turut serta membantu penyelesaian.
Ground check di area moratorium MSK dilakukan APP bersama dengan TFT dan LSM
(salah satunya dengan Jikalahari) pada tanggal 28 – 29 Agustus 2014. Baik MSK
maupun Jikalahari tidak menyampaikan adanya penggalian parit/kanal di dalam area
moratorium MSK kepada tim ground check moratorium ketika ground check

dilaksanakan. Oleh karena itu tim ground check secara bersama-sama menyetujui
dalam laporan ground check moratorium bahwa tidak ditemukan adanya pelanggaran
terhadap moratorium oleh MSK.
MSK melakukan pengecekan di lapangan terkait dengan keberadaan parit tersebut
pada tanggal 21 September 2014, diketahui bahwa parit tersebut sudah digali
melewati tata batas areal konsesi MSK sejauh 3.1 Km. Areal ini adalah alokasi
“Tanaman Kehidupan” seluas +/- 2.000 Ha pada tata ruang MSK, dipetakan sebagai
areal konflik dengan masyarakat dan saat ini sedang dalam proses penyelesaian
konflik.

Berikut adalah foto parit yang digali:

· Di luar area konsesi MSK dan di samping area pembibitan kelapa hibrida masyarakat
ditemukan Alat Berat dengan kode EX-02 yang disewa oleh kepala desa teluk Kabung
untuk penggalian parit untuk pengembangan kebun kelapa hibrida.
· Masyarakat Desa Teluk Kabung telah menyiapkan bibit kelapa hibrida untuk ditanam
di areal sekitar kanal yang dibangun.

· Tepatnya, posisi alat berat EX-02 tersebut berada diluar konsesi MSK, di parit Cahaya
Bulan (tepi Sungai Gaung). Pekerja/”helper” untuk alat berat bernama Bp. Hamsani
yang ditemukan di lokasi memberikan keterangan bahwa alat tersebut sudah 1 bulan
dalam kondisi rusak dan alat tersebut bukan milik MSK (lampiran 5. Surat Pernyataan).
Berikut adalah peta hasil verifikasi lapangan:

· Tim verifikasi tidak menemukan adanya aliran kayu hasil pembukaan kanal ke MSK
maupun ke SMG/APP. (Lampiran 6. Foto hasil pemeriksaan lapangan)
· Pada tanggal 02 Oktober 2014, MSK bersama dengan dishut dan polhut melakukan
pemeriksaan terhadap penggalian parit di dalam MSK.
· Pada tanggal 04 Oktober 2014, berdasarkan hasil diskusi dengan MSK, Kades Teluk
Kabung dan Camat Gaung menyatakan akan menghentikan kegiatan penggalian parit
tersebut sampai ada informasi selanjutnya (Lampiran 7. Surat pernyataan kades Teluk
Kabung).

2. Area tumpang tindih antara MSK dan SAL

· Berdasarkan Izin Lokasi yang dikeluarkan Badan Perizinan, Penanaman Modal, dan
Promosi Daerah Kabupaten Indragiri Hilir nomor 503/BP2MPD-IL/VIII/2012/05
dinyatakan bahwa terdapat overlap area antara SAL dengan MSK, namun dinyatakan

bahwa SAL harus mengajukan pelepasan kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan
terlebih dahulu sebelum beroperasi. (Lampiran 8. Ijin Lokasi SAL dan Lampiran 9. Peta
Overlap Area MSK – SAL)
· Sampai saat ini SAL belum beroperasi di lokasi yang overlap dengan area MSK.

LAMPIRAN 2. BERITA ACARA PEMASANGAN PAPAN INFORMASI

LAMPIRAN 3. LAPORAN MSK KE DINAS KEHUTANAN KABUPATEN INHIL

LAMPIRAN 4. BERITA ACARA PERTEMUAN DENGAN KEPALA DESA DAN MASYARAKAT DESA TELUK
KABUNG

LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN

LAMPIRAN 6. FOTO HASIL PEMERIKSAAN LAPANGAN

LAMPIRAN 7. SURAT PERNYATAAN KADES TELUK KABUNG

LAMPIRAN 8. SURAT IJIN LOKASI PT SAL

LAMPIRAN 9. PETA OVERLAP AREA MSK – PT SAL