Korelasi antara Bangunan dan Lingkungan Konstruksi indonesia ramah lingkungan

7 10 Kelas 10 : adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :  Kelas 10A : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau sejenisnya  Kelas 10B : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya. 11 Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan secara khusus, bangunan atau bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10 tersebut, dalam Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai peruntukannya. 12 Bangunan yang penggunaannya insidentil, bagian bangunan yang penggunaannya insidentil dan sepanjang tidak mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan lainnya, dianggap memiliki klasifikasi yang sama dengan bangunan utamanya. 13 Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:  Bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya  Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah  Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang tersebut terletak

2.4 Korelasi antara Bangunan dan Lingkungan

Dalam penelitiian yang dilakukan Hendrickson dan Horvath pada tahun 2000 dikatakan bahwa konstruksi berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Abidin dan Jaapar, bahwa sektor konstruksi merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi terhadap lingkungan sangat besar. Kontribusi sektor konstruksi terhadap kerusakan alam disebabkan oleh: 8 1. Pengambilan material 2. Proses pengolahan material 3. Distribusi material dari sumber ke pemakai 4. Proses konstruksi 5. Pengambilan lahan untuk bangunan 6. Konsumsi energi saat bangunan dioperasikan Menurunnya kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan sedikit banyak disebabkan oleh limbah pembangunan. Poon 1997 melaporkan bahwa sebagian limbah padat berasal dari limbah konstruksi, serta menyatakan bahwa puing kontruksi dari pembongkaran merupakan porsi terbesar dari seluruh limbah padat di hongkong. Faktor kunci untuk meraih keberhasilan bagi perusahaan konstruksi dalam hal mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah manajemen lingkungan yang di dasarkan pada komitmen dan tujuan yang jelas Christini dkk.,2004.

2.5 Konstruksi indonesia ramah lingkungan

2.5.1 Agenda konstruksi Indonesia 2030 Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun telah memiliki cetak biru bagi sektor konstruksi sebagai grand design dan grand strategy yang disebut dengan konstruksi Indonesia 2030. Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa konstruksi Indonesia mesti berorientasi untuk tidak menyumbang pada kerusakan lingkungan namun justru menjadi pelopor perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan di seluruh habitat persada Indonesia, yang dialami oleh manusia dan seluruh makluk lainnya secara bersimbiosis mutualisme LPJKN, 2007, h-37. Salah satu agenda yang diusulkan adalah melakukan promosi konstruksi berkelanjutan sustainable construction untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah bahan sisa serta kemudahan pemeliharaan bangunan pascakonstruksi LPJKN 2007, h.142. Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan di Indonesia sudah berjalan, meskipun hingga saat ini konstruksi berkelanjutan di Indonesia sudah berjalan, meskipun hingga saat ini konstruksi berkelanjutan belum terlihat secara 9 signifikan. Dalam draft agenda 21 konstruksi berkelanjutan Indonesia sebagai rujukan pengembangan agenda konstruksi Indonesia 2030, terdapat tiga pengelompokon agenda berdasarkan kurun waktunya yaitu: 1. Dalam kurun waktu tahun 2011 sd 2017, disebut dengan agenda jangka pendek, berisi agenda yang harus segera dilakukan untuk penciptaan kondisi lingkungan 2. Dalam kurun waktu tahun 2011 sd 2024 disebut dengan agenda jangka menengah, berisi agenda yang bertujuan untuk melaksanakan implementasi konstruksi berkelanjutan termasuk dampaknya. 3. Dalam kurun waktu tahun 2011 sd 2030 disebut dengan agenda jangka panjang berisi agenda yang bertujuan menciptakan paradigma baru dalam impelementasi kontruksi berkelanjutan. Sebagai upaya dalam mencapai kontruksi berkelanjutan, di Indonesia perlu di lakukan tindakan tindakan seperti yang di muat dalam agenda konstruksi Indonesia 2030, yaitu: 1. Penggunaan atau pemanfaatan kembali bangunan bangunan yang telah ada 2. Perancangan kontruksi yang bertujuan untuk mengurangi limbah yang ditimbulkannya 3. Penerapan kontruksi ramping lean construction 4. Pelaksanaan kontruksi dengan meminimalkan konsumsi energy 5. Penggunaan bangunan dengan meminimalkan konsumsi energy 6. Pengurangan polusi 7. Mempertimbangkan aspek lingkungan pada tahap pengadaan material sampai dengan tahap konstruksi 8. Penggunaan air secara bijaksana 9. Mempertimbangkan dampak proses konstruksi terhadap masyarakat sekitar proyek 10. Menetapkan target pencapaian konstruksi berkelanjutan sebagai salah satu aspek dalam pengingkatan kinerja 10 2.5.2 Bangunan Ramah Lingkungan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.8 tahun 2010 Bangunan dapat di katergorikan sebagai bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria antara lain peraturan menteri negara lingkungan hidup no.8 tahun 2010 BAB II Pasal 4. Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria antara lain:  Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: 1 material bangunan yang bersertifikat eco-label; 2 material bangunan lokal.  Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: 1 mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; 2. Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air;  Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.  Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: 1 menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca; 2 menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.  Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain: 1 refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon; 2 melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.  Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain: 1 melengkapi bangunan gedung dengansistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus; 2 melengkapi bangunan gedung dengansistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.  Terdapat fasilitas pemilahan sampah;  Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: 1 melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; 2 memaksimalkan penggunaan sinar matahari. 11  Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain: 1 melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir; 2 mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim; 3 mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang; 4 menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan; danatau  Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain: 1 mempunyai sistem peringatan diniterhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut; 2 menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat. 12

BAB III PEMBAHASAN