23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  KARAKTERISTIK AWAL LIMBAH CAIR EFFLUENT KOLAM ANAEROBIK
Limbah cair  yang menjadi sampel pada penelitian ini diperoleh dari pabrik kelapa  sawit  PT.  PP  London  Sumatra  di  Bagerpang,  Tanjung  Morawa.  Tujuan
utama  dilakukannya  penelitian  ini  adalah  untuk  melihat  hubungan  kadar parameter COD, TS dan TSS terhadap variabel jarak antara elektroda pada reaktor
elektrokoagulasi,  oleh  karena  hal  tersebut  perlu  dilakukan  analisa  COD,  TS  dan TSS  awal  sampel  limbah  sebagai  acuan  awal  sebelum  diolah  menggunakan
reaktor elektrokoagulasi untuk dibandingkan hasilnya. Data  karakteristik  awal  limbah  dari  pabrik  kelapa  sawit  PT.  PP  London
Sumatra di Bagerpang, disajikan pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Karakteristik Limbah Awal PKS PT. PP London Sumatra di Bagerpang
No Jarak Antara Elektroda
cm COD Awal
mgL TS Awal
mgL TSS Awal
mgL 1.
0,5 4147,52
2455 5200
2. 1,0
4267,16 2275
5200 3.
1,5 2632,08
2400 5600
4. 2,0
2153,52 2150
5600 Dari hasil analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa parameter
COD,  TS  dan  TSS  dari  sampel  limbah  awal  masih  jauh  dari  standar  baku  mutu limbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4.2  PERANCANGAN REAKTOR ELEKTROKOAGULASI
Dalam peracangan reaktor elektrokoagulasi, dibutuhkan beberapa peralatan yaitu : sebuah bak kaca berdimensi: panjang 12 cm, lebar 12 cm dan tinggi 36 cm;
supply  DC;  4  empat  lembar  plat  aluminium  dengan  ketebalan  0,8  mm  dengan dimensi  :  panjang  12cm  dan  lebar  36  cm  serta  kabel  pendukung  yang  dirangkai
sedemikian  rupa  sehingga  tersusun  menjadi  reaktor  elektrokoagulasi.  Gambar
Universitas Sumatera Utara
24 visual reaktor elektrokoagulasi dan plat yang digunakan didokumentasikan seperti
yang disajikan pada gambar 4.1 berikut ini :
Gambar 4.1  Visual Reaktor Elektrokoagulasi dan 4 empat Lembar Plat yang Digunakan
4.3  PENGARUH VARIABEL TERHADAP PERUBAHAN COD, TS DAN TSS
4.3.1  Pengaruh Jarak Antara Elektroda Terhadap Perubahan COD
Chemical  oxygen  demand  COD  diukur  untuk  menentukan  tingginya tingkat  polusi  yang  ditimbulkan  dari  limbah  cair  domestik  dan  industri.
Kebutuhan  oksigen  merupakan  parameter  penting  untuk  menilai  konsentrasi kontaminan  organik  di  sumber  daya  air  [38,  39].  Pengaruh  variabel  jarak  antara
elektroda  yang  digunakan  dalam  percobaan  dengan  voltase  10  volt  terhadap perubahan  COD  yang  diperoleh  dari  hasil  analisa  sampel  dalam  rentang  waktu
retensi, hubungan tersebut dapat dilihat melalui grafik pada gambar 4.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
25 Gambar 4.2 Grafik Selisih Penurunan Kadar COD Terhadap Waktu Retensi.
Dari  gambar  4.2  dapat  dilihat  terjadinya  peningkatan  selisih  kadar  COD untuk  masing-masing  jarak  antara  elektroda  dalam  rentang  waktu  retensi  yang
dipakai.  Dimana  diperoleh  selisih  penurunan  kadar  COD  minimum  pada  jarak antara 1,5 cm sebesar 1475,56 mgL dan penurunan kadar COD maksimum yaitu
pada jarak antara 1,0 cm sebesar 1156,52 mgL. Secara  teori,  pada  proses  elektrolisis,  efisiensi  pengurangan  COD
bergantung  pada  konsentrasi  produksi  ion,  material  elektroda  dan  waktu  reaksi. Jarak  antara  elektroda  berdampak  pada  kecepatan  transfer  elektron  antara  anoda
yang menerima elektron dengan katoda sebagai tempat terjadinya proses reduksi. Terjadinya  penurunan  efisiensi  pengolahan  terjadi  saat  jarak  antara  elektroda
semakin  diperbesar  yang  menyebabkan  adanya  hambatan  arus  yang  besar sehingga  konduktivitas  menurun.  Interaksi  antara  molekul  -  molekul  menjadi
lemah  ketika  jarak  antara  elektroda  lebih  dari  1  cm.  Namun,  jika  jarak  antara elektroda  terlalu  dekat  akan  menyebabkan  jumlah  koagulan  meningkat  sehingga
sistem terganggu akibat hubungan singkat antar elektroda [11] Dari  grafik  dan  penurunan  kadar  COD  yang  diperoleh,  jarak  antara
elektroda sebesar 1,0 cm mampu menurunkan kadar COD hingga 72,897 . Hasil yang sama juga diperoleh oleh peneliti terdahulu Ahmed 2015 [11] dimana jarak
antara elektroda yang terbaik adalah 1,0 cm. 800
1600 2400
3200
30 60
90 120
150 180
S el
is ih
K ad
ar C
O D
m g
L
Menit
0,5 cm 1,0 cm
1,5 cm 2,0 cm
Universitas Sumatera Utara
26
4.3.2  Pengaruh Jarak Antara Elektroda Terhadap Perubahan TS
Total  solid  didefinisikan  sebagai  material  yang  tertinggal  pada  wadah  saat seluruh  air  telah  menguap  biasanya  pada  103–105
o
C.  Total  padatan  dapat direklasifikasi  dengan  cara  mengubah  prosedur  pengujian.  Total  padatan  dapat
dibagi menjadi total padatan tersuspensi  atau TSS dan total padatan terlarut atau total  dissolved  solids  TDS  [40].  Pada  proses  penelitian  ini  juga  dilakukan  uji
pengaruh  variabel  terhadap  perubahan  TS,  hubungan  tersebut  dipaparkan  dalam grafik  pada gambar 4.3 berikut ini :
Gambar 4.3 Grafik Selisih Penurunan Kadar TS Terhadap Waktu Retensi.
Dari  gambar  4.3  dilihat  terjadinya  peningkatan  selisih  kadar  TS  untuk masing-masing  jarak  antara  elektroda  dalam  rentang  waktu  retensi  yang
digunakan. Diperoleh selisih penurunan kadar TS minimum pada jarak antara elektroda
1,0 cm sebesar 470 mgL dan selisih penurunan kadar TS maksimum pada jarak antara 1,5 cm sebesar 1615 mgL.
Secara teori, reaksi elektrokoagulasi menghasilkan AlOH
3
yang berfungsi sebagai  koagulan  yang  mengadsorpsi  zat-zat  organik  dan  ion-ion  logam,
berkumpul  kemudian  terjadi  pengendapan  dan  flotasi  oleh  gas  H
2
menyebabkan koloid yang terperangkap terpisah dari larutan sehingga kadar TS menurun. Jarak
antara  elektroda  berdampak  pada  kecepatan  transfer  elektron  antara  anoda  yang 400
800 1200
1600
30 60
90 120
150 180
S el
is ih
K ad
ar T
S m
g L
Menit
0,5 cm 1,0 cm
1,5 cm 2,0 cm
Universitas Sumatera Utara
27 menerima  elektron  dengan  katoda  sebagai  tempat  terjadinya  proses  reduksi.  Jika
jarak  antara  elektroda  terlalu  dekat  akan  menyebabkan  jumlah  koagulan meningkat  namun  sistem  akan  mengalami  gangguan  akibat  hubungan  singkat
antar  elektroda.  Tetapi  penurunan  efisiensi  pengolahan  terjadi  saat  jarak  antara elektroda  semakin  diperbesar  karena  adanya  hambatan  arus  yang  besar  sehingga
konduktivitas menurun [11, 42]. Dari grafik dan penurunan kadar TS  yang diperoleh, jarak antara elektroda
sebesar 1,5 cm mampu menurunkan kadar TS hingga 67,292 . Hasil yang sama juga  diperoleh  oleh  peneliti  terdahulu  Fauzil  2010  [9]  dimana  jarak  antara
elektroda yang terbaik adalah 1,5 cm.
4.3.3  Pengaruh Jarak Antara Elektroda Terhadap Perubahan TSS
Total  padatan  tersuspensi  TSS  didefinisikan  sebagai  bagian  dari  padatan yang  tertahan  pada  glass  fiber  filter  dengan  ukuran  2  µm  atau  lebih  kecil
termasuk  zat  organik  dan  nonorganik  seperti  alga,  nutrien  dan  logam.  Kadar padatan tersuspensi yang terlalu tinggi akan menurunkan kejernihan air sehingga
menyebabkan sinar matahari terhalang masuk ke badan air. Dua jenis nutrien yang mempengaruhi  kualitas  air  adalah  nitrogen  dan  fosfor.  Dimana  fosfor
berhubungan  dengan  TSS  karena  molekul  fosfor  cenderung  terikat  pada  partikel tanah tergerus dan terangkut ke badan air, sedangkan nitrogen lebih mudah larut
daripada  fosfor  sehingga  biasanya  dalam  bentuk  larutan  [40,  41].  Pada  uji pengaruh  variabel  terhadap  perubahan  TSS,  diperoleh  hubungan  yang  dapat
diamati melalui grafik pada gambar 4.4 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
28 Gambar 4.4 Grafik Selisih Penurunan Kadar TSS Terhadap Waktu Retensi.
Dari  gambar  4.4  dapat  dilihat  terjadinya  peningkatan  selisih  kadar  TSS untuk  masing-masing  jarak  antara  elektroda  dalam  rentang  waktu  retensi  yang
digunakan. Diperoleh  selisih  penurunan  kadar  TSS  minimum  pada  jarak  antara
elektroda 0,5 cm sebesar 4800 mgL dan selisih penurunan kadar TSS maksimum pada jarak antara 1,5 cm sebesar 5400 mgL.
Secara teori, reaksi elektrokoagulasi menghasilkan AlOH
3
yang berfungsi sebagai  koagulan  yang  mengadsorpsi  zat-zat  organik  dan  ion-ion  logam,
berkumpul  kemudian  terjadi  pengendapan  dan  flotasi  oleh  gas  H
2
menyebabkan koloid  yang  terperangkap  terpisah  dari  larutan  sehingga  kadar  TSS  menurun.
Jarak  antara  elektroda  berdampak  pada  kecepatan  transfer  elektron  antara  anoda yang menerima elektron dengan katoda sebagai tempat terjadinya proses reduksi.
Jika  jarak  antara  elektroda  terlalu  dekat  akan  menyebabkan  jumlah  koagulan meningkat  namun  sistem  akan  mengalami  gangguan  akibat  hubungan  singkat
antar  elektroda.  Tetapi  penurunan  efisiensi  pengolahan  terjadi  saat  jarak  antara elektroda  semakin  diperbesar  karena  adanya  hambatan  arus  yang  besar  sehingga
konduktivitas menurun [11, 42]. Dari grafik dan penurunan kadar TSS yang diperoleh, jarak antara elektroda
sebesar 1,5 cm mampu menurunkan kadar TSS hingga 96,429 . Hasil yang sama 1000
2000 3000
4000 5000
6000
30 60
90 120
150 180
S el
is ih
K ad
ar T
S S
m g
L
Menit
0,5 cm 1,0 cm
1,5 cm 2,0 cm
Universitas Sumatera Utara
29 juga  diperoleh  oleh  peneliti  terdahulu  Fauzil  2010  [9]  dimana  jarak  antara
elektroda yang terbaik adalah 1,5 cm.
4.4  PERBANDINGAN HASIL DENGAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
4.4.1  Perbandingan Hasil COD Dengan Baku Mutu Dari  hasil  penelitian  pengaruh  jarak  antara  elektroda  pada  reaktor
elektokoagulasi diperoleh data penurunan nilai COD dalam rentang waktu retensi setelah  dilakukan  analisa  sampel  hasil  penelitian.  Data  nilai  COD  akhir  setiap
jarak  antara  elektroda  yaitu  pada  waktu  retensi  180  menit  semua  data  tidak memenuhi  baku  mutu  yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  pada  Keputusan
Menteri  Lingkungan  Hidup  Nomor  5  Tahun  2014  tentang  baku  mutu  air  limbah cair  pabrik  kelapa  sawit.  Tabel  4.2  berikut  ini  menunjukkan  perbandingan  data
hasil analisa COD akhir dengan baku mutu. Tabel 4.2 Hasil Perbandingan COD dengan Baku Mutu.
Jarak Antara Elektoda cm
COD mgL
Baku Mutu Sesuai  Tidak Sesuai
0,5 1395,8
350 Tidak Sesuai
1,0 1156,5
Tidak Sesuai 1,5
1475,6 Tidak Sesuai
2,0 877,4
Tidak Sesuai
4.4.2  Perbandingan Hasil TS Dengan Baku Mutu
Setelah  dilakukan  percobaan  pengaruh  jarak  antara  elektroda  pada  reaktor elektokoagulasi  diperoleh  data  penurunan  nilai  TS  dalam  rentang  waktu  retensi
setelah  dilakukan  analisa  sampel  hasil  penelitian.  Data  yang  diperoleh menunjukkan bahwa nilai TS akhir pada waktu retensi 180 menit, semuanya tidak
memenuhi  baku  mutu  yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  pada  Keputusan Menteri  Lingkungan  Hidup  Nomor  5  Tahun  2014  tentang  baku  mutu  air  limbah
cair  pabrik  kelapa  sawit.  Hasil  analisa  TS  akhir  jika  dibandingkan  dengan  baku mutu dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
30 Tabel 4.3 Hasil Perbandingan TS dengan Baku Mutu.
Jarak Antara Elektoda cm
TS mgL Baku Mutu
Sesuai  Tidak Sesuai
0,5 1665
100 Tidak Sesuai
1,0 1805
Tidak Sesuai 1,5
785 Tidak Sesuai
2,0 820
Tidak Sesuai
4.4.3  Perbandingan Hasil TSS Dengan Baku Mutu
Data pengaruh jarak antara elektroda pada reaktor elektrokoagulasi terhadap penurunan  TSS  dalam  rentang  waktu  retensi  dapat  diperoleh  setelah  dilakukan
analisa sampel hasil penelitian. Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa nilai TSS  akhir  pada  waktu  retensi  180  menit,  sebagian  sudah  memenuhi  baku  mutu
yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  pada  Keputusan  Menteri  Lingkungan Hidup  Nomor  5  Tahun  2014  tentang  baku  mutu  air  limbah  cair  pabrik  kelapa
sawit. Perbandingan TSS akhir dengan baku mutu disajikan pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Perbandingan TSS dengan Baku Mutu. Jarak Antara Elektoda
cm TSS
mgL Baku Mutu
Sesuai  Tidak Sesuai 0,5
400 250
Tidak Sesuai 1,0
200 Sesuai
1,5 200
Sesuai 2,0
400 Tidak Sesuai
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari  hasil  penelitian  yang  diperoleh  dari  analisis  hasil  pengolahan  limbah cair pabrik kelapa sawit dari PKS PT. PP London Sumatra di Bagerpang, Tanjung
Morawa dengan menggunakan teknik elektrokoagulasi terhadap penurunan COD, TS dan TSS, dapat diperoleh kesimpulan anatara lain :
1. Nilai COD awal berkisar antara 2153-4147 mgL, TS 2150-2455 mgL dan
TSS 5200-5600 mgL 2.
Nilai COD setelah proses elektrokoagulasi berkisar antara 877,4-1395 mgL, TS 785-1805 mgL dan TSS 200-400 mgL
3. Persentase  penurunan  kadar  COD  tertinggi  adalah  72,897    pada  jarak
antara elektroda 1,0 cm dengan waktu retensi 180 menit. 4.
Persentase penurunan kadar TS tertinggi adalah 67,292  pada jarak antara elektroda 1,5 cm pada waktu retensi 180 menit.
5. Persentase penurunan kadar TSS tertinggi adalah 96,429  pada jarak antara
elektroda 1,5 cm pada waktu retensi 180 menit. 6.
Jarak antara elektroda terbaik adalah 1,5 cm.
5.2 SARAN
Saran  yang  dapat  diberikan  agar  diperoleh  hasil  yang  lebih  baik  untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Diperlukan  reaktor  yang  dilengkapi  sekat  atau  penyangga  agar  mampu
mempertahankan jarak antara elektroda dan dibutuhkan alat supply DC yang dapat menjaga agar arus yang disuplai lebih stabil.
2. Untuk  penelitian  selanjutnya  waktu  reaksi  dan  retensi  perlu  ditambahkan
sampai  diperoleh  waktu  efektif  penggunaan  anoda  akibat  peluruhan sehingga  anoda  dapat  diganti  serta  diperoleh  informasi  kapan  parameter
konstan  hingga  memenuhi  baku  mutu  yang  ditetapkan  pemerintah,  teknik sampling perlu diperhatikan kembali dan busa yang dihasilkan perlu dikaji.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1   LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI INDONESIA