sekalipun di daftarkan terkait dengan konversi, padahal ahli waris dalam hal ini masih ada dan dapat mengajukan konversi berdasarkan surat keterangan waris.
Objek sengketa a quo pada dasarnya sudah menjadi tanah Negara karena tanah tersebut sudah beralih kepada pihak ke 3 akan tetapi faktanya terdapat
beberapa pihak yang memiliki kewenangan seperti notaris dan camat dengan berani membuat pelepasan hak dan gani rugi terhadap tanah grant sultan yang
sudah beralih kepada pihak ketiga tersebut. Dengan demikian apa yang diperbutkan oleh kedua belah pihak penggugat dan tergugat adalah tanah
Negara, akan tetapi dikarenakan memiliki alas hukum yang dianggap benar, maka perjuangan atas untuk mendapatkan objek sengketa tetap harus dilakukan.
BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM MENGATASI KENDALA
KONVERSI GRANT SEBAGAI BUKTI HAK
A. Upaya yuridis dalam mengatasi masalah dalam konversi Grant Sultan
Pada dasarnya, pemegang sertifikat memiliki kekuatan hukum yang kuat dalam hal kepemilikan suatu objek, karena dengan adanya sertifikat akan
memberikan perlindungan hukum kepada pemegangnya. Perlindungan hukum kepada para pemegang sertipikat hak tersebut, dinyatakan dalam Pasal 32 ayat
2UUPA, bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat
secara sah atas nama orang atau badan hukum yang diperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata mengusainya, maka pihak yang merasa
mempunyai hak atas tanah ini tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 lima tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan pada
Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut Sertipikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan
pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, menjadi tampak dan dirasakan
arti praktisnya, sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif. Ketentuan tersebut tidak mengurangi asas pemberian perlindungan yang
seimbang, baik kepada pihak yang mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun kepada pihak yang memperoleh dan
menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan dengan pendaftaran tanah yang bersangkutan
Pentingnya untuk mengkoversi tanah grant sultan adalah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada pemiliknya, namun sejak berlakunya
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun1997, hanya terdapat 8 buah Grant Sultan yang dapat dikonversikan langsung. Mengingat banyaknya jumlah Grant Sultan yang
terdaftar dalam register, sementara jumlah grant yang tidak terdaftar juga banyak beredar pada masyarakat, maka hanya Grant Sultan yang memenuhi syarat saja
yang dapat dikonversikan langsung. Syarat-syarat yang dimakud adalah :
1. Pemilik Grant Sultan masih hidup
2. Adanya Grant Sultan asli untuk kemudian dilampirkan pada saat
mengajukan dilampirkan pada saat mengajukan permohonan konversi 3.
Tanah dikusai langsung oleh pemilik dan atau pemegang Grant Sultan secara fisik
4. Tanah Grant Sultan harus bebas dari silang sengketa
Prosedur yang harus ditempuh oleh pemohon konversi tanah Grant Sultan: 1.
Memuat surat permohonan kepada Kepala BPN mengenai konversi tanah Grant Sultan.
2. Melampirkan bukti yang tertulis yang sah, yaitu Grant Sultan, yang terdaftar
dalam register 3.
Melampirkan warkah-warkah yang diperlukan untuk persyaratan pendaftaran hak, seperti KTP, SIM, KK, atau pun BBP atau syarat lain yang diperlukan
4. Bersedia dilakukan pengukuran ulang dan pemeriksaan dan fisik tanah
dilapangan. 5.
Setelah data fisik diukur, maka Kantor Pertanahan membuat Surat Ukur dan Gambar Ukur jika kemudian terdapat perubahan data fisik tanah.
6. Pemohon diwajibkan membayar biaya ukur dan surat ukur.
7. Pemohon diwajibkan membayar biaya pendaftaran hak.
8. Pemohon bebas dari pembayaran BPHTB dan Uang Pemasukan sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002. Penerbitan sertipikat hak atas tanah atas tanah grant sultan setelah melalui
konversi akan memberikan arti dan peran penting bagi pemegang hak yang
bersangkutan yang dapat ber fungsi sebagai alat bukti hak atas tanah. Menurut Pasal 19 ayat 2 huruf C UUPA yang menegaskan bahwa surat tanda bukti hak
sertipikat yang dituliskan tersebut adalah berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat dan sesuai dengan system negatif yang telah dianut dalam pendaftaran tanah
di Indonesia. Adapun prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan konversi tidak
lansung atau mengaku hak adalah sebagai berikut : 1.
Pemohon diwajibkan membuat surat pemohon Kepada Kepala Kantor Pertanahan, yaitu guna pendaftaran konversi.
2. Terdapat bukti Grant Sultan yang terdaftar didalam register.
3. Jika Grant sultan berasal dari warisan, maka harus disertai dengan keterangan
waris. 4.
Terhadap pemohon konversi tidak langsung maka pemohon tidak dikenakan pembayaran uang pemasukakan.
5. Pemohon diwajibkan membayar uang biaya pendaftaran,sesuai Peraturan
pemerintah Nomor 46 Tahun 2006. 6.
Pihak Kantor Pertanahan melakuakan pengukuran ualng dan pemerisaaan data fisik tanah yang diajukan untuk pengakuan hak, kemudian dibuat Surat Ukur.
7. Pemohon dikenakan biaya pembuatan Surat Ukur.
8. Pemohon juga diwajibkan membayar BPHTB Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Setelah kewajiban-kewajiban diatas dipenuhi, dan apabila telah selesai
dilakukan pengukuran data fisik tanah, maka pihak Kantor Pertanahan membuat
pengumuman terhadap pengajuan pemohonan pengakuan hak tersebut. Jika dalam tempo 2 bulan tersebut tidak ada sanggahan ataupun bantahan dari pihak ketiga
maka oleh pihak Kantor Pertanahan di Buat Keputusan, yaitu Berupa Berita Acara Pengesahaan Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis tanah yang dimohonkan
pengakuan haknya tersebut. Kemudian Berita Acara dijadikan sebagai dasar tindak lanjut pembuatan sertifikat tanah.
Konvensi yang diprioritaskan atas tanah grant sultan pada dasarnya adalah konversi langsung. Konvensi langsung akan mempermudah setiap pemohoan
dikarenakan akan membebaskan pemohon dari BPHTB Bea perolehan hak tanah dan bangunan, juga kepada pemegang grant sultan, dibebaskan dari pembayaran
uang pemasukan. Disamping itu prosedur yang dilaksanakan untuk konversi pada
prinsipnya sangat sederhana dan mudah, akan tetapi untuk sebelum proses konversi dan juga pada saat pemegan grant sultan hendak melakukan balik nama
pemegang grant sultan dan juga turut hadir . Pengukuran ulang data fisik tanah grant sultan itupun atas permohonan dari pemegang grant sultan.
Tidak terlepas dari hal diatas sebagaimana yang diketahui bahwa, sosialisasi suatu peraturan hukum adalah hal yang penting untuk dapat
menimbulkan kesadaran masyrakat akan arti penting dari suatu pendaftaran hak atas tanah, dengan adanya sosialisasi peraturan tentang pendaftaran tanah tersebut
akan menambah pengetahuan masyarakat. Sosialisasi dimaksud adalah member informasi kepada masyarakat tentang pengertian dan fungsi pendaftaran hak
tanah, syarat-syarat yang harus dipenuhi, prosedur yang akan dilalui, jangka waktu proses tersebut dan segala hal yang menyangkut biaya-biaya.
Adanya sengketa atas tanah grant sultan adalah bermula dari pengaduan sesuati pihak orangbadan yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas
tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.54 Akan tetapi dari alasan-alasan tersebut di atas, sebenarnya tujuannya akan
berakhir kepada tuntutan bahwa ia adalah yang lebih berhak dari yang lain prioritas atas tanah sengketa, oleh karena itu penyelesaian sengketa hukum
terhadap sengketa tersebut tergantung dari sifatmasalah yang diajukan sehingga prosesnya akan memerlukan beberapa tahap tertentu sebelum diperoleh suatu
keputusan. Sifat permasalahan dari suatu sengketa secara umum ada beberapa macam,
antara lain : a.
Masalahpersoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak sah atas tanah yang berstatus hak; atau atas tanah yang belum
ada haknya. b.
Bantahan terhadap sesuatu alas hakbukti perolehan ysng digunakan sebagai dasar pemberian hak perdata .
c. Kekeliruankesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan
yang kurangtidak benar.
54Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung: Alumni, 1999, hal 22
d. Sengketamasalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis bersifat
strategis. Suatu masalah dapat bersifat teknis semata-mata yang penyelesaiannya cukup
berupa petunjuk-petunjuk teknisinstruksi dinas yang biasanya merupakan cara pemecahan apabila sesuatu aparat pelaksana menemukan kesulitan teknis
peraturan. Ini adalah fungsi dari Bimbingan Teknis, akan tetapi apabi;la yang mengajukan usul terseut seorang warga masyarakat yang merasa dirugikan
oleh karena sesuatu penetapan seorang pejabat, misalnya : Seorang pemohon hak milik ternyata hanya dikabulkan dengan Hak Guna Bangunan atau hak
lain, maka ini adalah tugas Pelayanan Masyarakat yang merupakan fungsi penyelesaian sengketa hukum masalah hak-hak atas tanah.
Adapun sertifikat tanah adalah dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Agraria Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia c.q Direktorat Agraria Propinsi c.q
Kepala Kantor Agraria Kotamadya Kabupaten atas nama Walikota Madya atau Bupati Kepala Daerah Tingkat II setempat. Dengan demikian berarti bahwa
pencabutan pembatalannya pun harus melalui Instansi Agraria pula. Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui keputusannya tanggal 5 september 1975
Nomor Register 716 K Sip1973 dalam kaidah hukumnya menyebutkan bahwa pengeluaranpencabutan dan pembatalan surat sertifikat adalah semata-mata
wewenang dari Kantor Pendaftaran dan Pengawasan Pendaftaran Tanah, bukan termasuk wewenang Pengadilan Negeri, maka gugatan penggugat mengenai
pencabutan dan pembatalan sertipikat tidak dapat diterima.
Berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung diatas, maka yang berwenang untuk mengeluarkan mencabut dan membatalkan Sertipikat tanah adalah instansi
Agraria dan bukanya Pengadilan Negeri, Jadi Pengadilan Negeri hanyalah berwenang untuk menilai siapakah yang berwenang atas tanah dimaksud.
Sebagaimana diatur pada keputusan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999:
a. 1. Keputusan pembatalan Hak atas Tanah karena melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diterbitkan atas permohonan yang berkepentingan.
2. Amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap meliputi dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau yang
pada intinya sama dengan itu. b.
1. Permohonan pembatalan hak karena melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan langsung kepada
Menteri atau Kepala Kantor Wilayah atau melalui Kepala Kantor Pertanahan 2. Satu permohonan pembatalan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1,
hanya untuk satu atau beberapa hak atas tanah tertentu yang letaknya dalam satu Kabupaten Kotamadya.
Suatu sengketa hak atas tanah itu timbul adalah karena adanya pengaduan atau keberatan dari seseorang yang berisi kebenaran dan tuntutan yang ditetapkan
oleh pejabat tata usaha negara dilingkungan Badan Pertanahan Nasional, dimana keputusan pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang
tertentu. Dengan adanya pengaduan tersebut, mereka ingin mendapatkan
penyelesaian secara administrasi dengan apa yang disebut koreksi serta merta dari pejabat yang berwenang itu Bahwa kewenangan untuk melakukan koreksi
terhadap suatu keputusan tata usaha negara dibidang pertanahan. Sertipikat atau Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah hanya ada pada Kepala Badan
Pertanahan Nasional. Adapun sengketa hak atas tanah adalah meliputi beberapa macam antara
lain mengenai status tanah, siapa siapa yang berhak, dasar pemberian hak atau pendaftaran dan sebagainya. Setelah instansi Badan Pertanahan Nasional atau
Kantor Pertanahan menerima pengaduan tersebut diatas, tindakan yang akan dilakukan adalah :
1. Penelitian dan pengumpulan data
2. Pencegahan mutasi penetapan status quo
3. Pelayanan secara musyawarah
4. Pencabutan Pembatalan Surat Keputusan Tata Usaha Negara di bidang
pertanahan oleh Kepala BPN berdasarkan adanya cacat hukum administrasi di dalam penerbitannya.
Sengketa-sengketa dalam menyelenggarakan konversi tanah grant sultan tanah tetap pertama-tama diusahakan untuk diselesaikan melalui musyawarah
antara pihak yang bersangkutan. Baru setelah usaha penyelesaian secara damai tidak membawa hasil, dipersilahkan yang bersangkutan menyelesaikannya melalui
Pengadilan Dalam hal sengketa tersebut sudah diajukan ke Pengadilan dan ada perintah untuk status quo, ada putusan mengenai sita atas tanah itu, maka
pencantuman sampai jelas siapa yang berhak atas tanah tersebut, baik melalui
putusan Pengadilan maupun berdasarkan secara damai. Perintah status quo yang dimaksud disini haruslah resmi dan tertulis dan sesudah sidang, pemeriksaan
mengenai gugatan yang bersangkutan berjalan diperkuat dengan putusan peletakan sita atas tanah yang bersangkutan.
Penyelesaian secara damai dapat terjadi diluar maupun dalam pengadilan. Apabila dalam waktu yang ditentukan pihak yang keberatan atas data fisik
maupun yuridis yang akan dibukukan tidak mengajukan gugatan ke pengadilan hal yang disengketakan itu, keberatannya dianggap tidak beralasan dan catatan
mengenai adanya keberatan itu dihapus. Apabila dalam waktu yang ditentukan keberatan tersebut dilanjutkan ke Pengadilan, catatan itu dihapus setelah ada
penyelesaian secara damai atau putusan Pengadilan mengenai sengketa tersebut. Dengan demikian jelas bahwa perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan
putusan atau penetapan pengadilan. Panitera pengadilan wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor
Pertanahan mengenai isi semua putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan penetapan Ketuan Pengadilan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada data mengenai bidang tanah yang sudah di daftar untuk dicatat pada buku tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin pada
sertipikatnya dan daftar-daftar lainya. Pencatatan tersebut dapat dilakukan juga atas permintaan pihak yang
berkepentingan, berdasarkan salinan resmi putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap atau salinan penetapan ketua pengadilan
yang bersangkutan.
B. Upaya Teknis Dalam Mengatasi Masalah Dalam Konversi Grant Sultan