Kendala dalam pelaksanaan konversi Grant Sultan

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh hak milik atas tanah Memperoleh hak milik atas sebidang tanah sebagai hasil dari pembagian warisan, membeli sebidang tanah atau hibah tidak memerlukan prosedur yang panjang, dapat dilakukan di muka NotarisPPAT dalam pembuatan akta.

C. Kendala dalam pelaksanaan konversi Grant Sultan

Tanah Grant Sultan, sulit diidentifikasi di lapangan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ditemukan di tanah tersebut, sebagai berkut: 1. Letak tanah bekas Grant Sultan yang masih banyak tidak terdaftar oleh pemegang Grant sehingga tidak ada jumlah tertentu yang diketahui; 2. Banyaknya pihak yang menggarap tanah Grant Sultan dalam jumlah besar. 3. Letak tanah Grant Sultan sulit diidentifikasi dikarekan peta yang terdapat dalam Grant Sultan telah berubah. Misalnya : adanya fungsi sosial bagi sebidang tanah untuk perlebaran jalan Di dalam Pasal 19 Ayat 1 dikatakan ba hwa : ―Untuk menjamin kepastian hukum, oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan- ketentuan yang diatur dengan PP‖.Selanjutnya dalam PP No. 24 Tahun 1997 sebagai penyempurnaan dari PP No. 10 Tahun 1961 sebagai peraturan pelaksanaannya maka pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan kewajiban pemegang hak. Adanya pendaftaran tanah akan memberi manfaat yaitu memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan . Selain itu, menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Pemegang hak sangat membutuhkan kepastian hukum dan perlindungan hukum.Di Indonesia UUPA telah menentukan kepada pemerintah agar menyelenggarakan pendaftaran tanah dimana dalam pelaksanaan pendaftaraan tanah tersebut alat bukti kepemilikan tanah mempunyai peran yang sangat penting untuk menentukan kepastian hukum pemegang hak. Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat modern merupakan tugas negara yang diselenggarakan oleh pemerintah bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan. Dalam pendaftaran tanah adanya berbagai kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaran pendaftaran tanah, yang berkaitan satu dengan yang lain, berurutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data yang diperlukan dalam rangaka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan bagi rakyat. Dalam melakukan pendaftaran tanah, akan timbul kendala-kendala dan permasalahan, baik yang dihadapi oleh masyarakat maupun pihak pemerintah khusunya Badan Pertanahan Nasional. Konversi hak atas tanah Grant Sultan hanya dapat dilakukan terhadap Grant Sultan yang memenuhi persyaratan. Pelakasanaan konversi tanah Grant Sultan yang dilakukan dengan pemberian cap, stempel dan tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan. Setelah itu, pemohon diberi waktu selama tiga bulan untuk kemudian mendaftarkan kembali permohonan konversi tersebut. Untuk melanjutkan pelaksanaan konversi hak atas tanah hingga tuntas sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlakumembutuhkan waktu . Beberapa kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan konversi tanah Grant Sultan sebagai berikut: 1. Banyaknya tanah Grant Sultan yang tidak terdaftar di Kantor Pertanahan Kota Medan. Seperti telah dikemukakan bahwa di Kotamadya Medan hanya dijumpai 8delapan Buku Register Grant Sultan. Adanya opini yang berkembang ada register yang hilang yaitu Buku Register IX menimbulkan kesulitan untuk mengetahu kebenaran atau keabsahan Akta Grant Sultan tersebut. Keabsahan ini belum menyangkut kebenaran penguasaan dan obyek tanah yang dituntut.44 Tanah Grant Sultan yang tidak terdaftar adalah dengan memeriksa nomor yang tertera pada grant. Grant Sultan yang nomornya kosong dan tidak terdapat di dalam daftar, maka Grant tersebut pernah dikeluarkan, akan tetapi tidak terdaftar. Disamping itu, ada juga terdapat grant yang bernomor tetapi tidak terdaftar di dalam register. Hal itu antara lain disebabkan pada awalnya ketika grant diterbitkan, tidak diteliti terlebih dahulu atas tanah yang dituliskan sebagai Grant Sultan, padahal tanah tersebut telah dikerjakan atau digarap oleh pihak lain. 44Badan Pertanahana Nasional Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Op.Cit, hal.7 Untuk memastikan kebenaran bukti Grant Sultan tidak gampang.Sulitnya memebedakan Grant Sultan manakah yang merupakan Grant Sultan yang asli. Hal ini disebabkan oleh jumlah Grant Sultan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan jumlah yang dibukukan . Sehingga tidak dapat diketahui jumlah Grant Sultan yang sudah diterbitkan. Selain jumlah Grant Sultan yang tidak memiliki pencatatan yang jelas, letak objek tanah yang tertera di Grant Sultan tersebut juga tidak dapat diketahui secara rinci . 2. Pemilik grant Sultan tidak menguasai tanahnya dan sudah diduduki masyarakat banyak Tidaklah mudah untuk menentukan atau menemukan kembali objek tanah grant sultan yang sudah diduduki oleh masyarakat banyak apalagi dalam hal ini masing-masing orang telah memiliki sertifikat kepemilikan. Pemilik grant sultan dalam hal ini akan menghadapi kendala yang cukup besar di dalam penentuan objek tersebut.45 3. Sulitnya diidentifikasi letak tanah Grant Sultan di lapangan. Administrasi Grant Sultan dilakukan dengan cara pembukuan dan pemetaan, pembukuan saja atau dengan registrasi saja. Oleh karena itu dijumpai adanya letak tanah dekat Grant yang masih dapat direkonstruksi karena detail- detail yang tergambar dalam peta seperti parit, jembatan atau bangunan lama yang masih terdapat dilapangan. 46 Grant Sultan yang tidak memiliki ukuran batas yang tidak akurat. Meskipun pada Grant ada dicantumkan batas-batasnya, namun pada kenyataannya 45Wawancara dengan Abdul Rahim Lubis, Kepala sesksi hak tanah dan pendaftaran tanah di kabupaten asahan sekaligus staf pengajar pada program Mkn di USU. 46Badan Pertanahana Nasional Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Op.Cit , hal.6 batas tanah di lapangan tidak sesuai dengan luas tanah yang tercantum di peta. Selain itu, tanah Grant Sultan tidak mempunyai ikatan ukur seperti uraian panjang dan lebar batas luas tanah tersebut. Pada saat grant diterbitkan, orang tidak terlalu mempermasalahkan tentang batas dan ukuran tanah yang dimiliki karena jumlah penduduk pada masa itu masih sedikit dan banyaknya tanah yang luas dan belum dipergunakan. Disamping itu, belum dilakukannya pengukuran desa demi desa. Maka itu, batas ukuran tanah Grant tidak dapat diketahui dengan jelas selain jumlah yang tercantum di Grant itu sendiri. Namun sebagian batas-batas tanah Grant Sultan masih dapat diperkirakan letaknya, akan tetapi sulit untuk ditata kembali karena rincian yang disebutkan pada Grant Sultan sudah banyak berubah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang, dengan adanya pelebaran jalan maupun perubahan pengunaan tanah. Sebaliknya, sebagian tanah Grant Sultan, letak tanahnya masih dapat direkontruksi karena detail yang disebutkan pada Grant Sultanmasih ada dan jelas. 4. Banyaknya tanah Grant Sultan yang dikuasai oleh pihak penggarap. Banyaknya tanah Grant Sultan tidak dikuasai langsung oleh pemegang Grant Sultan, akan tetapi dikuasai oleh pihak penggarap, secara individu maupun secara turun temurun, sehingga menghambat konversi hak atas tanah Grant Sultan. Pada umumnya tanah Grant Sultan banyak digarap oleh pihak lain dalam jumlah yang besar. Seperti diketahui tanah Grant Sultan pada umumnya sangat luas, sehingga kemungkinan untuk dimilik pihak lain sangat terbuka. Penggarapan tersebut adanya yang sudah berlangsung secara terus menerus dan sudah dijanjikan, sedangkan pemegang haknya hanya menguasai akta Grant Sultan. Ada kalanya pemegang Grant Sultan membiarkan tanah dikerjakan pihak lain karena bagi hasil ataupun sewa menyewa. Tetapi lama kelamaan pihak yang mengerjakan merasa berhak atas tanah tersebut karena yang menguasai secara fisik adalah ahli warisnya. 47 Tanah Grant Sultan yang secara fisik dikuasai oleh penggarap, berukuran sangat luas. Luas tanah Grant Sultan tersebut tidak jarang merupakan kelebihan batas maksimum kepemilikan tanah. 5. Ahli waris yang menguasai grant sultan tidak dapat menunjukkan bukti-bukti batas tanah Tanah Grant Sultan yang beralih kepada ahli waris ketika pemegang hak Grant Sultan meninggal dunia akan mengalami kesulitan apabila ahli waris tidak dapat menentukan batas-batas tanahnya. Apalagi atas waktu yang lama,dapat dibernarkan ahli waris sama sekali tidak mengetahui luas maupun lebar tanah grant sulta tersebut.48 Selain itu, adanya pihak ketiga yang memiliki Grant Sultan dari ahli waris. Grant Sultan tersebut diberikan kepada pihak ketiga sebelum Grant Sultan tersebut dialihkan, artinya ahli waris yang mengalihkan hak tersebut belm memiliki izin ahli waris lainnya. 6. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sertifikat 47Ibid, hal.7 48Hasil wawancara dengan Barun Sebagian masyarakat masih kurang mengerti akan fungsi dan kegunaan sertifikat. Sertifikat memberikan kepastian mengenai orang atau badan hukum yang menjadi pemegang atas tanah atau kepastian subjek hak serta memberikan kejelasan tentang kepastian mengenai mengenai letak, batas – batas serta luasnya , yang disebut sebagai kepastian mengenai objek hak. Kurangnya pengetahuan tersebut disebabkan ketidaktahuan akan fungsi dan kegunaan sertifikat. 49 7. Jangka waktu pengurusan sertifikat yang memakan waktu lama Prosedur pendaftaran hak atas tanah maupun konversi hak pada kenyataannya merupakan suatu proses pelayanan yang meliputi aktivitas lapang, proses administrasi dan penerapan hukum, melibatkan peran apart pelaksana dan pemohon hak yang mana akan sangat menentukan tercapaiya tujuan pendaftaran tanah. Di dalam prosesnya, pendaftaran ataupun konversi hak sangat berbelit-belit dan memakan waktu yang cukup lama. Birokasi yang tidak teratur karena informasi yang diberikan terkadang tidak tepat terhadap kebutuhan si pemohon dalam arti kata pemberitahuan tersebut tidak sepenuhnya memberikan informasi yang jelas.50 Keputusan No. 271163BPN-2002 tentang jenis dan jangka waktu pelayanan pertanahan yaitu jangka waktu masimal untuk pemberian hak adalah 90 hari. Proses pengurusan pendaftaran tanah itu memakan waktu yaitu berkisar antar tiga sampai enam bulan, jangka waktu tersebut dimulai dari: 49Wawancara dengan Abdul Rahim Lubis, Kepala sesksi hak tanah dan pendaftaran tanah di kabupaten asahan sekaligus staf pengajar pada program Mkn di USU. 50Wawancara dengan Hafizunsyah Kepala Seksi Kasi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor BPN Medan 1. Mengajukan permohonan: Kantor Pertanahan telah menyediakan blanko atau formulir pendaftaran tanah. Dalam formulir permohonan yang dimintakan oleh pemohon. Dalam formulir permohonan itu, biasanya berisikan daftar isian tentang a. Identitas diri atau kuasa pemohonpendaftar hak atas tanah. b. Jenis layanan dari Kantor Pertanahan; seperti pengukuran, pendaftaran pertama kali, pendaftaran hak milik satuan rumah susun, pendaftaran tanah wakaf, pendaftaran peralihan hak, warisan,pendaftaran Hak Tanggungan, dan sebagainya. c. Data fisik letak tanah yang dimohonkaningin didaftarkan d. Lampiran kelengkapan administrasi,sesuai dengan bentuk layanan yang dimohonkan. Untuk permohonan layanan pendaftaran hak atas tanah, biasanya diperlukan lampiran: fotocopy KTP atau identitas pemohonpendaftar,kemudian bukti asal perolehan hak atas tanah seperti Akta Jual-Beli, Keterangan Waris, Bukti Pembayaran Pajak SPPT dan PBB terakhir, lalu keterangan Bukti Milik, misalnya Letter C, Letter D, Sertipikat Hak Milik Asli dari penjual, dan sebagainya. Penerimaan permohonan pendaftaran kepemilikan hak atas tanah, oleh petugas akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kelengkapan berkas. Apabila berkas dinilai tidak lengkap, maka akan dikembalikan kepada pemohon atau pendaftar, untuk selanjutnya dilengkapi. Dan apabilka dinilai berkas permohonan sudah lengkap, maka petugas akan menerbitkan Surat Tanda Terima Berkas Permohonan, lalu memberikan rincian biaya yang harus dibayarkan oleh pemohon pendaftar. 2. Setelah menerima Surat Tanda Terima Berkas Permohonan dan perincian biaya yang harus, maka selanjutnya pemohon Pendaftar dapat melakukan pembayaran sesuai dengan kuitansi dan Surat Tanda bukti Pendaftaran dan Pembayaran oleh petugas Loket II, yang diserahkan kepada pemohon pendaftar. Digunakan lebih lanjut dalam proses pendaftaran tanah dari pengukuran, pengumuman, pembukuan serta penerbit setipikat. Setelah menerima pembayaran dari pemohon pendaftar akan menerbitkan Tanda Bukti Pendaftaran dan Pembayaran, yang nantinya akan dipergunakan oleh pemohon pendaftar untuk mengambil sertipikat kepemilikan hak atas tanah yang didaftarkan 3. Setelah menerima Tanda Bukti Pendaftaran dan Pembayaran, pemohon pendaftar diharapakan menunggu proses pendaftaran tanah, yang biasanya diawali dengan pengukuran, pemetaan, serta pembukuan data fisik tanah Selanjutnya, data fisik dan data yuridis tanah tersebut akan dijadikan sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah, serta peralihan hak hak atas tanah yang di daftarkan. Kantor Pertanahan akan menerbitkan sertipikat bukti kepemilikan hak atas tanah Surat Tanah, yang selanjutnya diberikan kepada pemohon Apa yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan No. 271163BPN-2002 tidak terlaksana secara faktual. Terkadang terdapat suatu permohonan pendaftaran yang dilakukan ke Kantor Pertanahan Kota Medan dapat memakan waktu yang lebih lama dari pada yang telah ditetapkan. Hal ini banyak terjadi karenakan lambatnya petugas BPN bekerja sehingga waktu yang telah ditetapkan tersebut dapat molor hingga beberapa bulan. Hal ini tentu saja dapat merugikan pemohon itu sendiri karena pastinya, pemohon tersebut akan dirugikan dalam segi waktu. Tidak dapat dibayangkan apabila waktu batas maksimal 3 bulan dapat menjadi 4 bulan. Tetapi untuk tanah yang sudah ada bukti kepemilikan sebagai alas hak nya memerlukan waktu lebih kurang 3 bulan sampai dengan terbitnya sertifikat hak atas tanah. Selain dari pada Status Tanah, jangka waku ini juga dipengaruhi oleh jauh dekat persil serta luas persil yang akan diukur. Jangka waktu 4 bulan atau lebih tentu saja sangat lama atas pengurusan sertifikat dari suatu intstansi pemerintah karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa akan merugikan para pemohon yang memiliki aktivitas lain dari pada sekedar menunggu selesainya sertifikat tersebut. Adanya kepastian hokum terkait dengan jangka waktu tersebut pastinya sangat diinginkan oleh masyarakat mengingat para pemohoan bukan satu atau dua orang namun dapat dikatakan ratussan. Oleh karena itu, kinerja para petugas BPN yang professional sungguh amat dibutuhkan Status tanah pada dasarnya akan sangat mempengaruhi jangka waktu kepengurusan sertifikat tersebut karena apabila status tanah tersebut masih dalam sengketa atau masih dalam proses sengketa, tentu saja pengurusanya memakan jangka waktu yang cukup lama. Fakta ini tidak dapat diindahkan karena status tanah akan mempengaruhi juga atas tingkat kesulitan dalam pengurusann sertifikatnya. Pengurusan sertifikat tersebut ternyata riilnya juga dapat dilakukan melalui perantara yaitu dengan jasa Camat, LurahKepala Desa. Dengan menggunakan jasa Camat, LurahKepala Desa, kepengurusan tersebut dapat memakan waktu yang cukup cepat dari pada kepengurusannya dilakukan secara imperson sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa dengan melalui jasa perantara Camat, LurahKepala Desa, sertifikat dapat selesai dalam jangka waktu 4-6 bulan dari pada pengurusannya dilakukan sendiri yang dapat mencapai 6-9 bulan lamanya. Pada dasarnya, lamanya waktu pengurusan sertifikat tersebut tidak dapat dipungkiri berasal dari internal BPN itu sendiri, hal ini dapat dilihat melalui sumber daya manusia yang ada di dalam BPN tidak terlalu mencukupi untuk melayani ratusan pemohon sehingga lamanya waktu kepengurusan sertifikat dimungkinkan terjadi. Oleh karena itu, alasan inilah waktu kepengurusan sertifikat tersebut dapat terjadi. 8. Adanya grant sultan palsu yang diterbitkan atas tanah-tanah kosong Akan menjadi suatu kendala yang sangat besar apabila terdapat pemalsuan grant sultan yang mana sebenarnya tanah tersebut merupakan tanah pemerintah ataupun tanah masyarakat. Hal ini bukan saja menjadi kendala dalam pelaksanaan koversi namun juga telah terjadi tindak pidana karena telah ada pemalsuan.51 9. Grant sultan telah dialihkan kepada pihak lain jual beli namun tidak terdaftar di BPN Menjadi kendala pula bagi pihak kedua yang telah melakukan pembelian atas tanah grant sultan namun belum didaftarkan di BPN. Pihak pembeli akan 51 Wawancara dengan Abdul Rahim Lubis, Kepala sesksi hak tanah dan pendaftaran tanah di kabupaten asahan sekaligus staf pengajar pada program Mkn di USU. mengalami kesulitan dalam konversi tanah tersebut terkait dengan bukti-bukti tertulisnya.52 Posisi kasus Grant Sultan53 Kasus penyerobotan tanah ini bermula dari adanya sebidang tanah milik dari Datuk Moh. Cheer DMC yang terletak di Jl. Karang Sari Kel. Suka Damai, Kec. Medan Baru, sekarang Medan Polonia seluas 350.000 M2, dengan alas hak Grant Sultan No.1 tahun 1935 GS.135 yang diperoleh dari Tengku Otteman Al Sani Sultan Negeri Deli pada waktu itu yang dikuatkan dihadapan Assisten wedana Kec. Deli Tua dan terdaftar dalam register Nomor 1 tahun 1950. Hal yang menarik dalam kasus ini adalah terdapat sejumlah peralihan hak atas tanah yang menyimpang dari prosedur yang ada. Beberapa peristiwa peralihan hak atas tanah tersebut adalah: 1. Pada tanggal 3 Februari 1970, Mendagri cq Dirjen Agraria dengan SK. No IHPLDA70 memberikan Hak Pengelolaan kepada Pangkowil I TNI AU Medan untuk perluasan pangkalan udara TNI AU dengan alasan untuk kepentingan umum dengan luas tanah seluruhnya adalah 1.379.659,50 M2. Hak pengelolaan tersebut diberikan dengan catatan bahwa penerima hak harus menberikan ganti rugi kepada pihak-pihak yang mempunyai atau dapat membuktikan mempunyai hubungan hukum dengan tanah dimaksud. Kemudian, berdasarkan hasil temuan dari pemeriksaan Deputi Pengawasan 52 Wawancara dengan Abdul Rahim Lubis, Kepala sesksi hak tanah dan pendaftaran tanah di kabupaten asahan sekaligus staf pengajar pada program Mkn di USU. 53Dikutip dari analisis kasus penyerobotan tanah, akankah terus berlangsung? ketidakpahaman atau keberpihakan majelis hakim oleh Indah Lisa Diana, S.H. BPN Kanwil Propinsi Sumatera Utara, penerima hak pengelolaan belum pernah mengganti rugi kepada pihak-pihak yang berhak atas tanah tersebut, disamping itu SK tersebut belum didaftarkan untuk mendapatkan sertifikatnya. 2. Hak Pengelolaan yang dimiliki oleh Pangkowil I Medan tersebut kemudian diserahkan sebagian kepada PT. Surya Dirgantara tanpa izin Menteri Dalam Negeri seluas 219.506 M2 melalui Skep No.019BVI74 tanggal 1 Juni 1974 dimana hal tersebut sudah tidak sesuai dengan SK. No IHPLDA70 tanggal 3 Februari 1970 dari Mendagri cq Dirjen Agraria. 3. Tanpa seijin Mendagri cq Dirjen Agraria pihak PT. Surya Dirgantara kemudian mengalihkan tanah seluas 22.8 Ha tersebut kepada YASAU Yayasan TNI AU Adi Upaya yang dibuat didepan Notaris DR. AP Parlindungan, SH Notaris di Medan tanggal 4 Mei 1981. Pangkodau dengan surat Pangkodau I nomor Skep 13111981 tanggal 26-2-1982, kemudian mencabut pelimpahan pemanfaatan Tanah dari PT. Surya Dirgantara dan kemudian mengalihkan kepada YASAU 4. Pada tanggal 8 September 1982 Mendagri cq Dirjen Agraria menerbitkan SK. Nomor 150DJA82 yang isinya membatalkan HPL yang diberikan kepada Pangkowil TNI AU Medan dan mengembalikan tanah rakyat yang dapat membuktikan haknya 5. Tanggal 20-4-1987 Sjaefullah atas nama YASAU kemudian mengajukan Hak pakai atas tanah seluas 201.000 M2 yang terletak dijalan Karangsari, Desa Polonia, Kecamatan Medan Baru, dati II medan kepada Mendagri cq Dirjen Agraria, dan akhirnya melalui SK. Nomor 78HPDA87 tanggal 25-8-87 dikeluarkan ijin hak pakai tersebut yang pada tanggal 13-4-1989 telah didaftarkan oleh YASAU dikenal dengan Hak Pakai No.194Polonia. Adapun isi SK Nomor 78HPDA87 adalah sebagai berikut: i. Membatalkan Hak Pakai yang diberikan kepada PT. Surya Dirgantara ii. Memberikan tanah hak pakai kepada YASAU iii. Mempertimbangkan bahwa tanah yang dimohonkan dan diberikan kepada YASAU adalah tanah negara. Bahwa ijin pemberian hak pakai tersebut tidak ada batas waktunya, sedangkan diketahui YASAU bukanlah badan Hukum Publik, disamping itu peruntukan yang diberikan adalah untuk pembangunan perumahan YASAU bukan dialihkan kepada Pihak ketiga 6. Namun, pada tanggal 6 Juli 1990 YASAU kemudian menjual tanah tersebut kepada PT. Taman Malibu Indah dengan akta pelepasan hak no. 396PHMB1990 dengan harga jual sebesar 5.628.000.000,- . 7. Tanggal 13 Maret 1990 Gubernur KDH. Tk. I Sumatera Utara menerbitkan izin lokasi dengan nomor 593.61152K1990 atas nama PT. Taman Malibu Indah, kemudian PT. TMI mengajukan permohon an mendapatkan Hak Guna Bangunan atas tanah tersebut hal mana kemudian oleh kepala Kantor Pertanahan Medan dikeluarkan HGB nomor 1 tanggal 25 Agustus 1990. dan terakhir PT. TMI mendapatkan ijin mendirikan bangunan 648.1MBU154 1990 yang dikeluarkan oleh Walikotamadya Medan Adanya tanah yang saat ini dikuasai oleh PT. Taman Malibu Indah ini kemudian diklaim pengadu yang mewakili ahli waris Alm Datuk Moh. Cheer sebagai tanah milik ahli waris alm Datuk Moh. Cheer dan merupakan bagian dari Grant Sultan Nomor 1 tahun 1935. Keadaan ini telah menimbulkan sengketa antara ahli waris Datuk Moh.Cheer sebagai Penggugat melawan PT. Taman Malibu Indah sebagai Tergugat dan pihak YASAU sebagai Turut Tergugat. Sengketa ini telah diproses dalam Pengadilan Negeri Medan dengan Nomor, dan telah melewati proses peradilan tingkat tinggi dan tingkat kasasi. Alat Bukti Alat bukti Penggugat Alat bukti Tergugat 1. Salinan Penetapan Pengadilan Agama Mahkamah Syariah Medan no. 0131980, tanggal 23 Desember 1987; 2. Putusan MA RI no. 56KTUN1995 tanggal 15 Desember 1995; 3. Grant sultan no.1 tahun 1935; 4. Surat Keterangan Azi Perkasa Alam Al Haj tanggal 18 Desember 1989; 5. Halaman Buku Gerard Jansen 925, Mededeeling No. 12 1. Sertifikat HGB no. 1 tahun 1990; 2. Surat keterangan Sultan Deli tanggal 26 agustus 1991; 3. Surat keterangan sultan Deli tanggal 26 agustus 1993 dengan lampiran T-3a; 4. Surat keterangan Sultan Deli tanggal 26 agustus 1991; 5. Surat bantahan tanggal 7 mei 1993 atas nama ahli waris Encik Naemah Tengku Putri Ridwan; 6. Surat penjelasan Sultan Deli Gantrechten in Deli OOSTKUST VAN SUMATERA INSTITUT beserta Peta Gemeente Medan 1919; 6. Kliping Koran Harian Analisa terbitan tanggal 30 Mei 1989; 7. Kliping Koran Harian Analisa terbitan tanggal 31 Januari 1990; 8. Surat Sri Paduka Tuanku Sultan Deli Surat Menentukan kebun tanggal 23 Nopember 1935 terjemahan; 9. Terjemahan LN. Hindia Belanda no. 205 tanggal 31 Desember 1888 tentang batas-batas Sumatera Timur. tanggal 8 Mei 1993; 7. Surat pernyataan tanggal 23 juni 1993 dari ahli waris Tengku Otteman gelar Oesman Ali San Perkasa Alam, dibuat dihadapan Notaris Refizal, S.H. 8. Surat Kepala kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara Medan tanggal 31 Juni 1993 no. S-2499WPN- 01KP.02.041993; 9. Grant Sultan no. 1 tahun 1909 atas nama Encik Naemah Tengku Putri Ridwan; 10. Surat Waarmerken Pernyataan nomor: 15136W1994 tanggal 26 September 1994 dan lampirannya; 11. Surat Sultan Deli kepada walikotamadya Medan tanggal 6 Juli 1996 no. 027.2IM-SD1996 dan lampiranya L-1 sd. L-4; 12. Kwitansi dari bulan Mei- Juli 1988; Juni-Juli 1989 atas nama masing-masing ahli waris dari DMC; 13. Perjanjian Sri Paduka Kesultanan Deli dengan Assosiasi Langkat tanggal 4 Desember 1869; 14. Terjemahan Perjanjian Sri Paduka Kesultanan Deli dengan Assosiasi langkat tanggal 4 desember 1869; 15. Surat pelepasan hak atas tanah dari masing-masing ahli waris DMC kepada YASAU tertanggal 7;13;14;16;20 Juli 1988; 16. Kontrak konsesi antara Sri Paduka Sultan Deli dan Tuan L. Michalski tanggal 4 Desember 1869 dlm bahasa ArabBelanda; 17. Terjemahan kontrak Tanah konsesi antara Sri Paduka Sultan Deli dan Tuan. L. Michalski tanggal 4 Desember 1869; 18. Terjemahan Grant menentukan Hak Kebun tanggal 1 Januari 1907. Kasus di atas tentu saja permasalahan yang akan memakan waktu yang cukup panjang dalam proses penyelesaiannya apalagi dalam hal pembuktian terkait dengan kedudukan penggugat sebagai pihak yang memiliki hubungan dengan objek sengketa. Walaupun dengan demikian alat bukti yang dimiliki oleh penggugat berupa Salinan Penetapan Pengadilan Agama Mahkamah Syariah Medan no. 0131980, tanggal 23 Desember 1987, Putusan MA RI no. 56KTUN1995 tanggal 15 Desember 1995 dan sebagainya sangat lemah. Akan sangat berkekuatan pasti apabila terdapat bukti yang membutikan bahwa objek sengketa pernah disertifikatkan atas nama seseorang. Namun sangat disayangkan, pihak tergugat memiliki bukti yang cukup kuat dalam hal pembuktian dalam menggunakan objek sengketa berupa Sertifikat HGB no. 1 tahun 1990. Adanya kewajiban dalam hal pendaftaran tanah atas Grant Sultan merupakan salah satu langkah yang cukup bijak untuk memberikan kekuatan hukum pasti bagi para pihak yang benar-benar memiliki hubungan langsung dengan tanah tersebut. Namun dalam kasus di atas, objek sengketa belum pernah sekalipun di daftarkan terkait dengan konversi, padahal ahli waris dalam hal ini masih ada dan dapat mengajukan konversi berdasarkan surat keterangan waris. Objek sengketa a quo pada dasarnya sudah menjadi tanah Negara karena tanah tersebut sudah beralih kepada pihak ke 3 akan tetapi faktanya terdapat beberapa pihak yang memiliki kewenangan seperti notaris dan camat dengan berani membuat pelepasan hak dan gani rugi terhadap tanah grant sultan yang sudah beralih kepada pihak ketiga tersebut. Dengan demikian apa yang diperbutkan oleh kedua belah pihak penggugat dan tergugat adalah tanah Negara, akan tetapi dikarenakan memiliki alas hukum yang dianggap benar, maka perjuangan atas untuk mendapatkan objek sengketa tetap harus dilakukan.

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM MENGATASI KENDALA