7 sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak mengusai
sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Penelitian ini merupakan penelitian yang sama meneliti tema kemiskinan,
akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh peneliti ingin melihat kemiskinan struktural yang terjadi di perkotaan dan direpresentasikan lewat media video klip,
yaitu lewat video klip grup band Superglad dan Navicula.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari peneliti adalah bagaimana kemiskinan struktural direpersentasikan dalam video
klip Superglad dan Navicula?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kemiskinan direpresentasikan dalam video klip grup band Superglad
dan Navicula.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Secara Akademis
Penelitian ini bermaanfaat untuk mengkaji kajian ilmu komunikasi terutama dalam metode penelitan semiotika.
b. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi mahasiswa tentang fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar dalam hal
kemiskinan yang direpresntasikan dalam bentuk video klip.
8
E. Kajian Literatur
1. Kemiskinan Dalam Media
Kemiskinan yang muncul dalam masyarakat sering dikaitkan dengan ketidak mampuan dalam mememuhi kebutuhan karena lemahnya ekonomi
pada kelompok masyarakat tertentu. Menurut Amien Rais 1995:9 mengatakan bahwa kondisi deprivesi terhadap sumber-sumber kebutuhan
dasar, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar.
Definisi kemiskinan disetiap negara merupakan masalah yang sulit untuk mengukurnya sehingga diperlukan sebuah kesepakatan pendekatan
pengukuran yang dipakai. Negara Indonesia menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, dengan konsep ini definisi
kemiskinan mengalami penyempitan makna yaitu ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar dan bukan makanan.
Kemiskinan merupakan pokok permasalahan yang tidak statis, selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Ada dua pengertian tentang
kemiskinan yaitu kemiskinan Absolute dan kemiskinan Relative Hudiyanto dalam Tuhuleley, 1993 : 75. Kemiskinan absolute diartikan
sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pihaknya. Sedangkan kemiskinan
relative bisa dilihat dengan menghitung proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh sekelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu
dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya.
9 Kemiskinan yang terdapat dalam video klip Superglad merupakan
kemiskinan yang terjadi di pinggiran sungai Ciliwung, masyarakat disana mengalami kehidupan yang kurang layak dan terkena proyek penggusuran
oleh pemerintah. Sedangkan kemiskinan yang terdapat didalam video klip Navicula menggambarkan kemiskinan yang terjadi ditengah perkotaan
dimana masyarakat bekerja dengan pekerjaan yang kurang layak dan penghasilan yang dibawah rata-rata. Kemiskinan yang terdapat dalam
video klip merupakan bentuk berfikir kritis akan kemiskinan yang direpresentasikan dalam media, dalam konteks tersebut kita harus bisa
melihat dengan dua sisi dimana kemiskinan yang ditampilkan dalam video klip dan praktik komodifikasi kemiskinan dalam progam reality show.
Melihat kemiskinan yang digambarkan dalam video klip mencoba memperlihatkan
kritik terhadap
pemerintah yang
mengabaikan kesejahteraan rakyat kecil yang hidup dalam lingkar kemiskinan di
Ibukota. Lain halnya praktik komodifikasi kemiskinan dalam progam reality show, proses komodifikasi erat kaitannya dengan produk,
sedangkan proses produksi erat dengan fungsi atau guna pekerjanya, pekerja telah menjadi komoditas dan telah dikomodifikasikan oleh pemilik
modal. Yaitu dengan mengeksploitasi mereka dalam pekerjaannya Mosco, 2009:135-139. Hal tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk
meningkatkan raiting tayangan reality show sehingga tayangan tersebut akan mendapatkan iklan.
10 Dalam kaitannya dengan tayangan reality show, tayangan reality show
yang dikaji merupakan bentuk representasi kemiskinan dan pada saat yang sama dijadikan komoditas. Mulai dari rancangan awal, pengambilan
gambar sampai pada tahap pasca produksi. Gambar yang diambil tentunya diatur sedemikian rupa untuk mencitrakan kehidupan si miskin, dan
ditambah dengan komentar pembawa acara atau narator, sampai latar musik yang telah ditentukan. Representasi dalam teks media dapat
dikatakan berfungsi secara ideologi, sepanjang mereka berperan untuk memproduksi relasi sosial dan eksploitasi Fairclaugh dalam Burton, 2007:
285. Seperti yang kita tau kemiskinan yang terjadi dalam sebuah acara
reality show Orang Pinggiran, Jika Aku Menjadi, Tukar Nasib dll selalu menampilkan sebuah kondisi kemiskinan yang mengharap belas kasihan
penonton. Kemiskinan yang ditayangkan dalam tayangan reality show selalu dikontruksi oleh media bahwa miskin itu merupakan kehendak yang
diberikan oleh Tuhan dan mereka hanya mampu pasrah dalam menjalani kehidupan sehari-hari tanpa adanya usaha dan keinginan untuk merubah
hidup menjadi lebih baik.
2. Kemiskinan Struktural
Akar penyebab terjadinya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua faktor, yang pertama yaitu faktor kemiskinan alamiah, dimana kemiskinan
yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya langka jumlahnya dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Artinya
11 faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakat menjadi miskin adalah
secara alamiah memang ada, dan bukan bahwa aka nada kelompok atau individu didalam masyarakat tersebut yang lebih miskin dari yang lain
Suyanto, 2013 : 8. Sedangkan yang kedua yaitu kemiskinan struktural atau kemiskinan
buatan merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyrakat, karena struktur sosial masyrakat itu tidak dapat ikut
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka Soemardjan dalam Suyanto, 2013 : 9.
Penyebab terjadinya kemiskinan struktural pada masyarakat dapat diketahui lewat struktul sosial yang berlaku, dimana golongan masyarakat
miskin tidak berdaya untuk mengubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Dengan demikian masyarakat
miskin hanya mungkin keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktur yang mendasar Suyanto, 2013 : 10.
Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali apa yang disebut sebagai mobilitas sosial
vertikal. Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan menikmati kekayaannya Suyanto, 2013 : 11.
Sedangkan ciri lain dari kemiskinan struktural disebutkan yaitu adanya sebuah ketergantungan yang kuat pihak si miskin terhadap kelas sosial
ekonomi diatasnya.
12 Kemiskinan yang terjadi dalam video klip Superglad dan Navicula
merupakan jenis kemiskinan struktural dengan ditandainya sebuah golongan atau kelompok masyarakat yang disebut massa apung, mereka
merupakan kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya hanya berlangsung dari tangan ke mulut, semua habis untuk makan dan tidak
terlibat dalam ekonomi pasar Suparlan, 1993 : 75. Golongan yang menderita kemiskinan struktural misalnya kaum migran di kota yang
berkerja di sektor informal dengan hasil yang tidak menentu sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya
sendiri dan keluarganya. Adapun golongan miskin lainya adalah kaum buruh, pedagan kaki lima, penghuni pemukiman kumuh, pedagan asongan,
dan lain-lain yang tidak terpelajar dan tidak terlatih Suyanto, 2013 : 10.
3. Video Klip Sebagai Madia Representasi
Representasi merupakan salah satu hal terpenting dalam penyampain sebuah pesan yang kuat bagi media. Media sendiri berperan dalam
menggambarkan realitas kepada audience disertai sebuah ideologi yang terkandung di dalam setiap pesan
. Representasi dalam media didefinisikan
sebagai penggunaan tanda-tanda gambar, suara dan sebagainya untuk menampilkan ulang sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan atau
dirasakan dalam bentuk fisik Danesi, 2010 : 3. Stuart Hall menyebutkan ada dua proses representasi. Pertama
representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang
13 abstrak. Kedua bahasa yang berperan penting dalam proses kontruksi
makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan kedalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep
dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu. Hall, 1997 : 16.
Menurut Norman Fairclough representasi dapat secara ideologis mereproduksi relasi sosial yang mengandung eksploitasi dan dominasi
Burton dalam Junaedi, 2007 : 64 . Burton menyebutkan ada beberapa unsur penting dalam representasi yang lahir dari teks media yaitu :
1. Stereotype yaitu pelabelan terhadap sesuatu yang sering
digambarkan secara negatif. 2.
Identity yaitu pemahaman kita terhadap kelompok yang direpresentasikan
3. Difference yaitu mengenai pembedaan antar kelompok sosial,
dimana kelompok tersebut dioposisikan dengan kelompok yang lain.
4. Naturalisasi yaitu strategi representasi yang dirancang untuk
mendesain menetapkan difference dan menjaganya agar kelihatan alami selamanya.
5. Ideologi sendiri berperan penting dalam representasi untuk
mentransfer ideologi
dalam rangka
membangun dan
memperluas relasi sosial Burton dalam Junaedi, 2007 : 65.
14 Representasi dalam sebuah media dapat menjadi sumber pemaknaan
sebuah sesorang atau kelompok atas realitas sosial. Media sendiri merepresentasikan realitas sosial seseorang atau kelompok yang
berkembang dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Representasi penting dalam dua hal, yang pertama apakah seorang kelompok atau
gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya tidak dibuat-buat ataukah diburukkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut
ditampilkan. Dengan kata lain, kalimat dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam penyampain
kepada khalayak Eriyanto, 2001 : 113. Media merupakan salah satu wadah yang sering merepresentasikan
suatu hal kepada khalayak dan sehingga hal tersebut dianggap sebagai realitas yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam
merepresentasikan hal tersebut media mengemasnya lewat sebuah pesan audiovisual, seperti film, reality show, sinetron dan video klip musik.
Dalam produksi audiovisual media menggunakan video untuk menyampaikan sebuah pesan, karena video dirasa sangat efektif karena
bisa menggambarkan suatu objek yang bergerak dan suara secara bersamaan. Menurut McQuail, video merupakan sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama lawak dan sajian lainnya kepada masyrakat umum
McQuail, 1996 :13 .
15 Penelitian ini mengkaji akan media merepresentasikan realitas
kehidupan sosial yang ada lewat sebuah video klip. Video klip sendiri merupakan suatu video yang menggabungkan antara musik dari suatu band
atau penyayi dengan tampilan visual yang merepresentasikan lagu dari band atau penyanyi itu sendiri Hutumena. 2006 : 10.
Scene-scene yang ditampilkan dalam video klip Superglad dan Navicula merupakan representasi dari kehidupan golongan masyarakat
miskin struktural di kota Jakarta. Adegan yang merepresentasikan kemiskinan tersebut dikuatkan dengan menggunakan teknik pengambilan
gambar, contohnya pengambilan gambar dari jarak dekat close-up. Grame Burton menyebutkan bahwa pengambilan gambar dari jarak dekat
atau close-up terhadap atribut-atribut fisik digunakan untuk menarik perhatian kita terhadap atribut-atribut tersebut, sehingga atribut tersebut
memberi isyarat kepada kita tentang tipe yang dibentuk Burton, 2008 : 120. Hal yang diungkapkan Burton merupakan bentuk-bentuk dari
representasi kemiskinan yang dibentuk dan dikuatkan dengan atribut yang mendukung sesuai dengan realitas di masyarakat.
4. Semiotika Sebagai Sebuah Teori
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang
atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain Eco dalam Sobur, 2001 : 95.
16 Semiotik merupakan ilmu tentang tanda. Tanda adalah segala hal, baik
fisik maupun mental, baik di dunia maupun di jagat raya, baik didalam pikiran manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan, yang diberi
makna oleh manusia Hoed, 2014 : 5. Sebagai perangkat analisis kebudayaan semiotika bisa disebut sebagai
sebuah teori karena, kebanyakan pakar dibidang semiotik melihat semiotik sebagai perangkat teori untuk mengkaji tanda, yakni sebagai sistem yang
hidup dalam suatu kebudayaan Hoed, 2014 : 18. Kajian semiotika telah membedakan dua jenis semiotika, yaitu
semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama melihat semiotika dalam komunikasi yaitu menekankan pada teori tentang
produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran
komunikasi dan acuan. Sedangkan pada jenis yang kedua tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan
adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya Hoed
dalam Sobur, 2004 : 15. Semiotika sendiri menurut John Fiske memiliki tiga wilayah kajian
yaitu : Fiske, 2012 : 66. 1.
Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda
didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah
kontruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka
17 penggunaankonteks
orang-orang mendapatkan
tanda-tanda tersebut.
2. Kode- kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini
melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk
mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.
3. Budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroprasi.hal ini
pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.
Semiotik mengenal dua tradisi, yaitu berdasarkan penemu kajian teori semiotik C.S. Pierce 1839-1914 dan Ferdinand de Saussure 1857-1913
keduanya menguatkan kajian semiotika pada elemen tanda sign. Menurut Pierce bahwa jagat raya the Universe ini terdiri atas tanda-tanda signs
Hoed dalam Yuwono dan Chirstomy, 2004:55. Pierce menyebutkan bahwa dalam semiotika ada tiga kompenan saling terkait atau berkolerasi
satu sama lain, yaitu tanda, objek yang ditunjukan oleh tanda itu, dan faktor penafsirannya interpretant Fiske, 2012 : 69. Bagi Pierce tanda
dan pemaknaannya bukan struktur melaikan suatu proses kognitif yang disebutnya semiosis. Jadi semiosis merupakan proses pemaknaan dan
penafsiran tanda Hoed, 2014 : 8. Proses semiosis dibentuk melalui 3 tahap yaitu :
Tahap 1: pencerapan reprensentamen R, yaitu ”wajah luar” tanda
yang berkaitan dengan manusia secara langsung ini sering disamakan dengan pengertian “tanda”.
18 Tahap 2
: perujukan representamen pada objek O, yakni yang
merupakan konsep yang dikenal oleh pemakai tanda berkaitan dengan representamen tersebut.
Tahap 3: penafsiran lanjut oleh pemakai tanda, yang disebut interpretan I setelah representamen dikaitkan dengan
objek Hoed dalam Yowono dan Chirstomy, 2004 : 55. Sedangkan menurut pandangan Saussure tanda atau simbol termasuk
bahasa bersifat arbitari, yaitu tergantung pada rangsangan maupun pengalaman personal pemakainya vera, 2014 : 18. Saussure
menyebutkan tanda adalah sebuah objek fisik yang memiliki makna dan tidak lepas dari beberapa unsur yaitu, penanda signifier dan petanda
signifed. Penanda signifer adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan atau apa yang
ditulis atau dibaca.sedangkan petanda signifed merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa Sobur, 2001:
125. Hoed menyebutkan ada lima hal penting yang disebutkan oleh
Saussure yakni pertama tanda terdiri dari penanda signifiant dan petanda signifie yang hubungan pemaknaan didasari oleh konvensi sosial. Kedua
karena itu, bahasa merupakan gejala sosial yang bersifat arbitrer serta konvensional dan terdiri dari perangkat kaidah sosial yang disadari
bersama langue dan praktik sosial parole. Ketiga hubungan antartanda bersifat sintagmatisnin-prasentia dan asosiatif in- absentia. Keempat
19 bahasa dapat didekati secara diakronis perkembangannya atau sinkronis
sistemnya pada kurun waktu tertentu. Sedangkan kelima sebagai gejala sosial, bahasa terdiri dari dua tataran, yakni kaidah sistem internal langue
dan praktik sosial parole Hoed, 2014 : 6. Semiotik Saussure disebut dengan semiotik struktural karena
menyangkut tanda dan pemaknaannya secara dwipihak. Kedua, karena makna didefinisikan melalui relasi antar tanda. Ketiga, karena pemaknaan
tanda tidak hanya individual, tetapi juga sosial berdasarkan konvensi sosial Hoed, 2014 : 8.
Roland Barthes mengembangkan dua sistem penanda, signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer dan signified didalam
sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi , yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan
konotasi adalah istilah untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Arti konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya dan asosiasi personal
ideologi dan emosional. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah
bagaimana menggambarkannya Fiske, 1990:88. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi Barthes
menggunakan konsep mitos myth. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai dominasi Fiske dalam Sobur, 2001 : 128. Sedangkan menurut pandangan
20 Susilo dalam Sobur 2001: 128 mitos adalah suatu wahana dimana suatu
ideologi berwujud. Ideologi harus dapat diceritakan, cerita itulah yang disebut mitos.
Benny Hoed mennyebutkan bahwa Saussure dan Roland Barthes melihat tanda sebagai suatu konsep diadik dua bagian yang berbeda tetapi
berkaitan dan sebagai sebuah struktur susunan dua komponen yang berkaitan satu sama lain dalam suatu bangun Hoed dalam Yuwono dan
Chirstomy, 2004: 54.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan penelitian ini dikaji dengan pendekatan teori semiotika John Fiske, yang
dalam kajian mengamati sebuah tanda. Dalam hal ini peneliti mengamati adegan dalam video klip secara menyeluruh dengan adegan yang
mengandung unsur-unsur kemiskinan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat subjektif dimana penelitian tersebut merupakan suatu bentuk
pemikiran yang langsung dari peneliti.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah video klip dari Superglad dan Navicula. Yang menggambarkan tentang kemiskinan struktural yang terjadi di
pinggiran kota dan tengah kota. Fokus dari penelitian ini adalah mengamati tanda-tanda kemiskinan yang terdapat didalam video klip
Superglad dan Navicula.
21
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati scene per scene dari video klip Superglad dan Navicula, kemudian data tersebut
berupa file gambar dari potongan video klip berdasarkan adegan-adegan yang relevan dengan tema penelitian ini.
b. Studi Pustaka
Tinjaun pustaka yang diambil dari sumber buku, makalah, dokumentasi, internet, serta sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. Sumber data yang terkumpul berperan dalam metode analisis secara kualitatif, serta membantu mendapatkan teori-teori
pendukung lebih lanjut yang mengkaji masalah kemiskinan, video klip dan semiotik.
4. Teknik Analisis Data
Dalam proses penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan analisis semiotika John Fiske dimana pendekatan ini ketika menampilkan
sebuah objek, pertistiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang akan menggunakan tiga proses tahapan yaitu, pada level pertama adalah
peristiwa yang ditandakan encode sebagai realitas, pada level ini realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make up yang digunakan oleh
pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, dialog dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara
elektronik melalui kode-kode teknis.. Pada level kedua, ketika kita
22 memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana realitas itu digambarkan dalam perangkat teknis kamera, pencahayaan, editing, musik dan suara. Sedangkan pada level ketiga,
bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis Fiske, 2001 : 4. Dibawah ini merupakan
cara kerja teori Code of Television dalam menganalisis sebuah teks media :
Tabel 1.2 Teori
Code of Television
PERTAMA REALITAS
Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkip dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti
penampilan apperance, pakaian dress, tata rias make up, lingkungan environment, perilaku behavior, bicara
speech, gerakan gestur, ekpresi expression dan lain- lain
23
KEDUA REPRESENTASI
Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption,
grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, penyuntingan, musik dan suara dan
sebagainya Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan
diantaranya bagaimana objek digambarkan: narasi, konflik, karakter, aksi dan sebagainya.
KETIGA IDEOLOGI
Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode- kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme,
sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme dan sebagainya.
Sumber : John Fiske dalam Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar
Analisis Teks Media hal 115 Pada level pertama sebuah peristiwa ditandakan sebagai realitas.
Bagaimana peristiwa itu dikontruksi sebagai realitas oleh wartawan atau media. Kemudian pada level kedua bagaimana kita memandang sesuatu
sebagai realitas dan bagaimana realitas tersebut digambarkan. Dalam hal ini kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa gambar atau
televisi alat itu berupa kamera, pencahayaan, editing atau musik.
24 Sedangkan pada level ketiga bagaimana peristiwa tersebut di konvensi
yang bisa diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas
sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat Eriyanto, 2001 : 114.
Teknik visualisasi dalam hal menganalisis sebuah teks media sangat dibutuhkan karena semiotika film atau video dikenal shot-shot yang
berfungsi sebagai penguat representasi. Dibawah ini merupakan beberapa teknik visualisai atau teknik sinematografi yang akan memudahkan
peneliti dalam menganalisis data yang terdapat dalam video klip Superglad dan Navicula.
Tabel 1.3 Teknik pengambilan Gambar dari Kamera
Penanda konotattif Definisi
Petanda makna
Close Up Hanya Wajah
Keintiman
Medium Shot Setengah badan
kepala hingga pinggul
Hubungan Personal
Long Shot Setting dan
Karakter Konteks, skope dan jarak
publik Full Shot
Seluruh tubuh Hubungan Sosial
25
Tabel 1.4 Teknik Editing dan Gerakan Kamera
Penanda konotattif Definisi
Petanda makna
Pan Down High angel Kamera mengarah ke atas
Kelemahan atau pengecilan
Pan Up Low Angle Kamera mengarah
ke atas Kekuasaan, kewenangan
Dolly In Kamera bergerak
ke dalam Observasi dan fokus
Fade In Gambar muncul
dari gelap ke terang
Pemula
Fade Out Gambar muncul
dari terang ke gelap
Penutupan
Cut Perpindahan
Gambar Kesinambungan, menarik
Wipe Gambar terhapus
dari layar Penentuan Kesimpulan
Sumber :
Arthur Asa Berger, Teknik-Teknik Analisis Media, 2000 : 34
26 Teknik visualiasi di atas berpengaruh dalam melihat bagaimana
tokoh atau pemeran digambarkan dalam sebuah video klip seperti, penggambaran sebuah ekspresi, waktu, emosi, kejadian dan setting tempat
memilik makna tersendiri. a.
Close Up shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat. Misalnya dari batas bahu sampai kepala. Pengambilan gambar
close up ini menekan ruang secara jelas, dan memberi batasan yang jelas antara penampilan aktor dan perasaan yang ditimbulkan oleh
aktor dari bahasa tubuhnya Naratama, 2004 : 78. b.
Medium Close up pengambilan gambar setegah badan, pengambilan ini memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan
profil dari objek yang direkam. Naratama, 2004 : 76 c.
Medium Shot pengambilan gambar dari pinggang sampai keatas, membuat penonton sejajar dengan orang yang ditampilkan.
Naratama, 2004 : 75. d.
Long Shot Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan
cepat Untuk
menunjukkan dimana
adegan beradamenujukkan tempat. Artinya Untuk menujukkan progres
Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain Naratama, 2004 : 75.
Selain teknik editing di atas peneliti menambahkan penjelasan tentang sejumlah sudut kamera atau camera angel yang berpengaruh terhadap
27 bagaimana pemeran yang terdapat dalam video klip Superglad dan
Navicula digambarkan Baksin, 2003 : 33. a.
Low Angel Sudut pengambilan dari bawah objek, sehingga kesan objek jadi
membesar. Sudut kamera tersebut memberikan kesan dramatis, yaitu kesan keagungan.
b. High Angle
Sudut pengambilan dari atas objek, sehingga kesan objek menjadi mengecil. Teknik pengambilan gambar tersebut memberikan
kesan kelemahan. c.
Eye Level Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Teknik
pengambilan tersebut tidak memberikan kesan dramatis karena dalam kondisi shot yang biasa-biasa saja.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaji dengan cara mengumpulkan potongan-potongan scene yang menggambarkan tentang
kemiskinan dalam video klip grup band Superglad dan Navicula, langkah berikutnya mengkaji potongan scene dengan Teori Code of Television
dengan membagi setiap scene kedalam 3 tahap level yaitu level realitas, representasi dan ideologi.
28
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu, Bab I meliputi dari latar belakang masalah yang menjelaskan masalah kenapa
peneliti ingin mengkaji penelitian ini, kemudian rumusan masalah dari penelitian ini, tujuan dari peneliti ingin menkaji penelitian ini, kemudian manfaat penelitian,
sedangkan kerangka teori merupakan pembahasan teori yang terdapat dalam objek penelitian ini, kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti penelitian ini dan yang terakhir merupakan teknik analisis data yang bertujuan untuk menganalisis penelitian sesuai dengan tema
penelitian. Bab II dalam penelitian ini berisikan gambaran umum dari objek penelitian
dan membahas tentang perbandingan dengan penelitian sebelumnya yang mempengerahui peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Kemudian Bab III membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menggunakan teknik analisis data dan pembahasan dari data
yang diperoleh kemudian dapat di analisa sehingga kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan dari penelitian ini.
Bab IV merupakan bab terakhir dari penelitian ini dan berisikan tentantang kesimpulan yang menyimpulkan semua pembahasan dari penelitian ini, kemudian
dilanjutkan oleh saran yang diberikan oleh peneliti terhadap penelitian ini dan hasil penelitian ini.
29
BAB II Gambaran Umum Objek Penelitian
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan sebuah penelitian tentang representasi kemiskinan struktural dalam video klip Superglad dan Navicula, telah ada
penelitian terdahulu yang serupa, baik yang membahas tentang kemiskinan, video klip maupun menggunakan teknik analisis semiotik. Beberapa penelitian
sebelumnya yang menjadi pembanding dari penelitian ini adalah : Pertama, jurnal penelitian dalam jurnal ilmiah komunikasi Vol.3 No.1
tahun 2012
yang berjudul “Komodifikasi Kemiskinan oleh Media Televisi” .
penelitian terseb ut dilakukan oleh As’ad Mustofa mahasiswa Magister Ilmu
Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang 2012. Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana kemiskinan dijadikan sebagai komoditas yang
menguntungkan bagi industri pertelevisian, media mempunyai kepentingan yang ekonomosis di balik fenomena tayangan reality show yang bertemakan
kemiskinan. Rumah produksi secara cerdas telah menyulap kehidupan manusia yang hidup dengan kemiskinan menjadi bagian dari bisnis mereka, sehingga hal
apapun dapat diubah menjadi komoditas yang layak tonton alias mengalami komodifikasi untuk dikomersilkan.
Hasil dari penelitian ini yaitu, dalam hal bisnis industri pertelevisian hal- hal yang rawan terjadi adalah kemungkinan dipermainkannya kebenaran atau
terjadinya manipulasi. Dalam hal kasus di atas merupakan sebuah praktik
30 komodifikasi terhadap kemiskinan. Kemiskinan direduksi sebagai sebuah
komoditas, dilebih-lebihkan atau dimanipulasi sehingga dapat menyita perhatian publik tujuannya untuk mendapatkan rating yang tinggi dan pemasukan tarif iklan
juga tinggi sehingga rumah produksi mendapatkan keuntungan yang besar. Produksi tanda kemiskinan dipertukarkan dalam bentuk rating-share yang
merupakan legitimasi dalam penentuan tarif iklan di sela tayangan. Lagi-lagi dengan dalih kepentingan ekonomi yang menjadi acuan bagi pelaku bisnis industri
media. Artinya bahwa kemiskinan dikomersialisasikan untuk kepentingan industri media televisi. Kemiskinan sebenarnya tidak layak dijadikan alat untuk mencari
keuntungan dengan segelintir orang, apalagi menimbulkan efek pengharapan orang miskin lain yang membuat mereka tidak produktif.
Kedua, jurnal penelitian dalam juranal informasi Vol. 16 No. 03 tahun 2011 yang berjudul
“Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial”. Penelitian tersebut
dilakukan oleh Mochamad Syawie dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Penelitan tersebut membahas tentang dimana kadar kemiskinan tidak lagi
sekedar masalah kekurangan makanan, tetapi bagi warga masyarakat tertentu bahkan sudah mencapai tahap ekstrem sampai level kehabisan dan ketiadaan
makanan. Potret kemiskinan itu menjadi sangat kontras karena sebagian warga masyarakat hidup dalam kelimpahan, sementara sebagian lagi hidup serba
kekurangan. Sementara subtansi dari kesenjangan adalah ketidak merataan akses terhadap sumberdaya ekonomi. Masalah kesenjangan adalah masalah keadilan,
yang berkaitan dengan masalah sosial. Masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan.
31 Hasil dari penelitian ini yaitu,
manusia membutuhkan “kebersamaan” dengan manusia-manusia lain di dalam masyarakat. Kesetaraan kemakmuran
dalam arti perbedaan yang ada tidak terlalu mencolok, merupakan salah satu sarana yang memungkinkan orang-orang bisa hidup bermasyarakat dengan baik
dan tenang, tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Kemerataan sama pentingnya dengan kemakmuran. Pengurangan kesenjangan atau kesenjangan
sama pentingnya dengan pengurangan kemiskinan. Pengurangan kemiskinan memang perlu. Kemiskinan, sampai kadar
tertentu memang bertalin dengan ketimpangan. Akan tetapi pengurangan kemiskinan tidak selalu berarti pengurangan ketimpangan. Sebagai suatu bangsa,
kita bukan hanya hidup lebih makmur tidak miskin, tetapi juga mendambakan kebersamaan dalam kemakmuran, kesejahteraan bersama yang relative sertara,
tanpa perbedaan mencolok satu sama lain. Ketiga,yaitu penelitian
yang berjudul “Kemiskinan Dalam Reality Show Analisis Naratif Kemiskinan Dalam Tayangan Reality Show “Orang
Pinggiran” Trans 7”. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Syukron yang
disusun sebagai skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syukron, maka ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik yaitu, pertama, salah satu penyebab kemiskinan
adalah negara yang abai, dalam hal ini adalah pemerintah yang tidak menjalankan perannya dengan baik dan media tidak berusaha untuk menyinggung tanggung
jawab pemerintah akan hal tersebut. kedua, kemiskinan juga merupakan sebuah
32 “Ujian” dari Tuhan, yaitu bahwasannya kemiskinan yang dialami oleh karakter-
karakter dalam reality show “Orang Pinggiran” adalah keadaan yang mereka sadari sebagai keadaan diluar kemampuan manusia.
Kesadaran magis tersebutlah yang coba disampaikan kepada pemirsa dan seakan-akan melepaskan tanggung jawab pemerintah terhadap keadaan
kemiskinan masyarakatnya. Ketiga, yaitu kota metropolitan merupakan sebuah harapan akan nasib yang baru, yang dapat disebut sebagai urbanisasi, dimana
penduduk dari desa beramai-ramai pindah ke kota. Hal ini wajar terjadi karena sistem pembangunan atau developmentalism yang gagal dan pembangunan yang
tidak merata, yang menyebabkan keadaan di desa tidak seperti di kota. Dan hal ini menimbulkan keinginan masyarakat desa untuk pindah ke kota dengan niat ingin
memperbaiki nasib kehidupan mereka. Namun skill yang kurang memadai seringkali menjadi penghambat bagi kaum urban.
Keempat,
penelitian yang berjudul “Representasi Kemiskinan Dalam Novel Jatisaba Karya Ramayda Akmal Kajian Sosiologi Satra
”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pratiwi Sulistiyana yang disusun sebagai skripsi untuk
memperoleh gelar sarjana Sastra program studi Bahasa dan Sastra Indonesia konsentrasi Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013. Penelitian ini
dilakukan untuk
mengungkap bagaimana
kenyataan sosial
tersebut direpresentasikan oleh pengarang dalam karya sastra. Sejauhmana sebuah karya
sastra dapat merepresentasikan kondisi sosial suatu masyarakat tertentu, yang dalam hal ini masyrakat Indonesia.
33 Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya empat gambaran kemiskinan
dalam novel, yaitu kemiskinan pendidikan, harta, moral dan agama. Kemiskinan tersebut merepresentasikan kenyataan sosial masyarakat Cilacap yang menjadi
latar cerita, representasi kemiskinan dengan persoalan sosial yang muncul dalam novel adalah hubungan sebab akibat. Gambaran persoalan sosial dalam novel
tersebut menjadi representasi dari masalah sosial yang dialami masyrakat Indonesia. Model representasi yang digunakan adalah model represntasi aktif,
sehingga dalam merepresentasikan kemiskinan dan permasalahan sosial, terdapat pemaknaan yang berupa kritik terhadap kenyataan yang digambarkan. Kritikan
tersebut yaitu berupa gugatan. Kelima, penelitian yang berjudul
“Representasi Perempuan dalam Video Klip Girlband Korea Analisis Semiotik pada Video Klip I’m Best dari Girlband
2NE1
”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Fathimah Nurul Fadlilah untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fathimah Nurul Fadlilah dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Berdasarkan analisis dari
video klip musik I’m the Best dari girlband 2NE1, reperesentasi perempuan yang
dibuat oleh personil 2NE1 dalam video klip tersebut disimpulkan bahwa mereka ingin menampilkan sosok perempuan yang berbeda. Ideologi besar yang
ditampilkan dalam video klip tersebut adalah feminis sosialis. Di mana feminis sosialis melawan segala bentuk terhadap operasi perempuan. Dilihat dari konteks
simbol tentang sebuah bentuk tindakan yang melawan sistem patriarki. Hal tersebut dalam dilihat dari lirik lagu, visualisasi, angle kamera di mana
34 direpresentasikan dalam video klip dan membongkar ideologi dibalik video klip
musik I’m the Best.
Perbedaan penelitian ini dengan kelima penelitian yang lain yaitu pada penelitian ini dilakukan dengan tema penelitian yang sama mengangkat tema
kemiskinan dan analisis semiotik dalam video klip. Akan tetapi tema kemiskinan yang diangkat oleh peneliti lebih condong kepada isu kemiskinan struktural,
dimana kemiskinan yang dialami oleh kelompok lapisan masyarakat bawah dikarenakan tidak mengusai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Terdapat sebuah golongan masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural dalam objek penelitian ini, golongan tersebut yaitu kaum migran di kota yang
bekerja di sektor informal dengan hasil tidak menentu, kemudian golongan lainnya yaitu kaum buruh, pedagang kaki lima, penghuni pemukiman kumuh dan
kaum yang tidak terpelajar dan terlatih. Sedangkan penelitian yang dilakukan Fathimah Nurul Fadlilah merupakan penelitian yang menggunakan metode
penelitian semiotik tetapi objek yang dikaji mengakat isu gender dalam video klip.
2.2 Fenomena Kemiskinan di Indonesia
Pengertian tentang kemiskinan secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif
dinyatakan dengan beberapa persen dari pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan
proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya. Sedangkan kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu
keadaan dimana tingkat pendapatan absolut dari satu orang tidak mencukupi
35 untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti sandang, pangan, pemukiman,
kesehatan dan pendidikan Suyanto, 2013 : 3. Menurut para ahli ilmu sosial melihat fenomena kemiskinan yang terjadi
pada masyarakat Indonesia disebabkan oleh ketidak adilan dalam permilikan faktor produksi dalam masyarakat. Di samping itu ada prespektif lain yang
mengaitkan kemiskinan dengan model pembangunan yang dianut oleh suatu negara. Pada presfektif ini melihat bahwa model pembangunan yang hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menimbulkan kemiskinan pada sekelompok manusia dalam negara yang menganut model itu
.Model pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan akan menimbulkan kepincangan perkembangan antara sektor ekonomi modern dan sektor ekonomi
tradisional. Dalam situasi seperti ini maka pembangunan dan hasilnya akan dinikmati oleh sekelompok kecil manusia, sedangkan mayoritas penduduk akan
hidup tanpa menikmati hasil pembangunan atau dengan kata lain harus hidup diluar pertumbuhan ekonomi yakni miskin Soetrisno, 1997 : 16-17.
Masalah kemiskinan juga tidak bisa terlepas oleh masalah kesenjangan, pembangunan merupakan momok yang bakal sulit dicari pemecahannya.
Munculnya konglomerasi, monopolisme dan oligopolisme dalam industri dan ekonomi merupakan contoh-contoh adikuasa ekonomi yang kontras terhadap
kemiskinan Rais,1995 : 49. Terjadi pembangunan secara tidak terduga akan memisahkan masyarakat
menjadi dua kelompok yang berbeda tajam satu dari yang lain. Ada satu kelompok inti yang stabil, kuat ekonominya, terjamin masa depannya. Ada satu
36 kelompok lain yang tidak stabil, mudah bergeser dari satu sector lain,cepat
berpindah pekerjaan. Kelompok inilah yang disebut massa apung. Mereka adalah kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya hanya berlangsung dari
tangan ke mulut, semuanya habis untuk makan dan tidak terlibat dalam ekonomi pasar Suparlan, 1993 : 75.
Melihat fenomena kemiskinan yang terjadi dalam video klip Superglad dan Navicula yang terjadi disebabkan oleh kemiskinan struktural, sedangkan
kemiskinan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh dua bentuk dari golongan kemiskinan natural dan struktural . Kemiskinan natural adalah keadaan
kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan alamiah, baik pada segi sumberdaya manusianya maupun sumberdaya alamnya. Sedangkan kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti: kebijakan perokonomian yang tidak adil, penguasaan faktor-faktor
produksi yang tidak merata, korupsi, dan kolusi serta tatanan perekonomian internasional yang lebih menguntungkan kelompok negara tertentu Baswir, 1999
: 21. Adapun golongan masyarakat yang menderita kemiskinan struktural yaitu para petani yang tidak memiliki tanah sendiri, kaum migran di kota yang berkerja
di sektor informal dengan hasil yang tidak menentu sehingga hanya mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh,
pedagang kaki lima, penghuni pemukiman kumuh, pedagang asongan, dan lain- lain yang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengan kata asing
disebut unskilled labour Suyanto, 2013 : 10.
37
2.3 Musik Indie sebagai kritik sosial
Musik merupakan tatanan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan dan keharmonisan yang menggunakan
instrumen yang mampu menimbulkan sebuah bunyi. Musik bisa membuat para pendengarnya terbawa ke dalam ruang bawah sadar dan menyusuri ruang
pemikiran dan mengubah pola pikir pendengar tentang kondisi tertentu. Industri musik Indonesia berkembang sangat pesat dan memiliki banyak
musisi handal. Musik-musik Indonesia sampai saat ini telah dapat menembus pasar internasional, ikatan budaya, terutama bahasa, merupakan alasan utama
diterimanya musik Indonesia di beberapa negara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, sejak tahun 1960 telah menjadi cikal bakal industri musik Indonesia,
pop Jawa mempunyai pasar di Suriname, Belanda, dan Malaysia Tantagode, 2008 : 146.
Melihat perkembangan musik yang sangat pesat tersebut, grup musik atau grup band di Indonesia terbagi menjadi dua jalur dalam menentukan jalan mereka
berkarya dibelantika musik Indonesia. Dua jalur tersebut yakni mayor label dan minor label. Label rekaman menjadi senjata utama atau ujung tombak bagaimana
artis bisa memproduksi dan memasarkan lagunya. Oleh karena itu, industri rekaman adalah salah satu wajah dan barometer yang dapat kita lihat
perkembangannya, baik dari segi teknologi, produktivitas, kreativitas, maupun salah satu unsur terpenting, yaitu kebebasan bermusik Rez, 2008 : 21.
Perbedaan antara mayor label dan minor label yakni, label mayor membiayai pada proses produksi dan promo dari grup musiknya, dalam proses
38 pembuatan musik label mayor lebih memilih mengikuti kemauan pasar sehingga
musisi tidak diberikan kebebasan dalam berkarya dan acapkali musik yang ditampilkan berisi isu yang seragam. Sedangkan minor label atau sering disebut
dengan indie label merupakan sebuah gerakan bermusik yang berbasis apa yang kita punya, Do It Yourself DIY etika yang dimiliki mulai dari merekam,
mendistribusikan, dan mempromosikan dengan uang sendiri Rez, 2008 : 26. Musik indie ada untuk membedakan antara yang mainstream dengan band,
musik indie adalah istilah untuk membedakan antara musik yang dimainkan oleh musisi professional dengan musisi amatir Tantagode, 2008: 33. Konteks musik
yang dimaksud dengan mainstream adalah arus utama dan situasi ketika dimana musik didominasi oleh kepentingan industri dan dikomodifikasi industri. Indie
muncul untuk melawan dominasi tersebut dan bisa dikategorikan sebuah pergerakan perlawanan. Ia menjadi budaya alternatif counter culture. Ideologi
anti-mainstream adalah nyawa utama pergerakan indie. Dengan kata lain indie merupakan wujud ketidakpuasan, keresahan, kejenuhan terhadap konten yang
disuguhkan kepada khalayak dalam konteks ini adalah musik. Mengutip kalimat Cholil Mahmud vokalis band Efek Rumah Kaca dalam
jurnal penelitian yang dilakukan oleh Muarif Pebriansah Sumahar, yakni Cholil berkata :
“Lo bisa berbuat apa yang lo kuasain.. dalam diri lo.. itu semua punya pasarnya, jangan takut didikte oleh siapun karena toh yang seharusnya
mendikte adalah si pembuat karya.. di lagu ini mungkin tidak terlalu mengarah khusus ke industri musik pasarnya gitu, tapi mungkin masih
berawal dari kemarahan yang sama pada lagu Cinta Melulu
”.
39 Melihat tanggapan yang dilontarkan oleh Cholil vokalis dari ERK jalur
indie merupakan jalur bermusik yang mempunyai spirit tersendiri dengan musik atau lagu yang mengandung protest song, hal tersebut juga bisa dilihat dari grup
band Superglad dan Navicula yang mengangkat sebuah isu kemiskinan struktural yang terjadi di Jakarta dan isu tersebut divisualisasikan dalam video klip mereka.
Lagu yang berisikan konten protes memiliki fungsi, yaitu 1 Lagu protes berusaha mengumpulkan dan membangun dukungan dan simpati terhadap
gerakan sosial dan politik; 2 Lagu protes dapat mempengaruhi individu untuk mendukung gerakan sosial atau ideologi; 3 Lagu protes dapat menciptakan dan
membangun kohesi, solidaritas, dan moril yang tinggi di dalam organisasi atau kelompok gerakan; 4 Lagu protes dapat menarik individu bergabung ke dalam
gerakan sosial yang spesifik; 5 Lagu protes bertujuan untuk menuntut solusi terhadap fenomena sosial; 6 Isi lagu protes adalah gambaran permasalahan di
dalam masyarakat yang dibawakan secara emosional.
2.4 Profil dan Video Klip A. Superglad
Superglad berkarir dibelantika musik Indonesia sejak tahun 2003, grup band asal Jakarta mengusung aliran musik rock. Superglad Rockaholic
Revival adalah rock yang bertenaga, high speed tempo merupakan ciri khas yang melekat pada Superglad. Band rock asal Jakarta tersebut
memiliki empat personil diantaranya adalah , Agus Purnomo alias Giox bass, Lukman Laksmana alias Buluk vokalGitar, Frid Akbar alias
Abam drum dan yang terakhir Dadi Yudistira alias Berry gitar.
40
Gambar 2.1
Sumber :
https:www.facebook.comsupergladband?fref=ts diakses
pada 6 September 2016 Pada tahun 2003 sebuah EP atau mini album dirilis oleh Superglad,
mini album yang berjudul Laki-Laki merupakan sebuah awal perjalanan Superglad dibelantika musik di Indonesia dan pada saat itu juga Superglad
mendapatkan sebuah penghargaan dari MTV. Meskipun Superglad mengusung semangat indie dalam bermusik namun kwalitas karya musik
mereka mampu menembus mayor label seperti Sonny Music. Kesuksesan Superglad dalam bermusik ditandai dengan keluarnya
rilisan ke lima album mereka yaitu, Ketika Hati Bicara 2005, Flamboyan 2008, Cinta dan Nafsu 2011 dan pada tahun 2014 Superglad merlilis
album Berandalan Ibukota yang terdiri dari 10 buah lagu dan berkolaborasi dengan musisi handal
http:showbiz.liputan6.com diakses pada 21
September 2016.
41 Proses rekaman Superglad pada album Berandalan Ibukota diproduksi
oleh label rekaman ternama yaitu DIMI atau Demajors Independent Music Industry, dimana diketahui DIMI sendiri merupakan rumah produksi
rekeman bagi band-band yang beroperasi diluar batas-batas musik arus utama atau sering disebut dengan indie musik. Seperti halnya Superglad
yang memelih jalur indie dalam bermusik. Pada tahun 2006 single dari Superglad yang berjudul Satu terpilih
sebagai tema lagu dari MTV staying alive. Pada penobatan tersebut lagu Superglad digunakan sebagai kampanye pencegahan penyakit HIVAIDS.
Tak jarang setiap rilisan album yang dikeluarkan Superglad sering mengusung pesan-pesan sosial disetiap lagunya, seperti halnya pada lagu
Senjata pada album Berandalan Ibukota. Video klip Senjata merupakan salah satu bentuk kritik terhadap
fenomena kemiskinan yang terjadi di pinggiran kota Jakarta, tepatnya di kawasan sungai Ciliwung. Fenomena kemiskinan yang terjadi dalam video
klip senjata merupakan bentuk dari golongan kemiskinan struktural, dimana golongan masyrakat kelas bawah yang tinggal di daerah tersebut
menempati rumah yang tidak layak huni atau pemukiman kumuh. Masyarakat yang tinggal disana terkena imbas dari proyek normalisasi
pembangunan sungai Ciliwung yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat mau tidak mau rumah yang mereka tempati selama
bertahun-tahun harus tergusur. Masyarakat disana merupakan golongan masyarakat bawah yang tidak memiliki kekuatan akan kebijakan yang
42 dilakukan oleh pemertintah sehingga mereka harus menerima kenyataan
bahwa pemerintah tetap memiliki wewenang sepenuhnya dalam mengatur sebuah pembangunan daerah.
Adapun lirik lagu yang menguatkan isi pesan dari video klip Senjata : Jerit tangis manusia teriak
Keringat bercampur darah berserak Dentum senjata berat membabi buta
Cari lawan yang lemah lepas amarah.Senjata. Dari besi baja hingga kapak merah
Dari peluru timah hingga pisau asah Mereka yang berjas dasi hingga yang bertlanjang dada
Dibudaki di syetan syetan acungkan senjata.aaa.senjata.aaa. Yang kuat berkuasa, yang lemah tertekan
Senjata bagai syetan siap mencari lawan Senjata.aaa.senjata.aaa 3x
Yang kuat berkuasa, yang lemah tertekan Senjata bagai syetan siap mencari lawan.
Mencari lawan.
B. Navicula