REPRESENTASI KEMISKINAN STRUKTURAL DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM VIDEO KLIP SUPERGLAD DAN NAVICULA)

(1)

REPRESENTASI KEMISKINAN STRUKTURAL DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM VIDEO KLIP SUPERGLAD DAN

NAVICULA)

Representation of Structural Poverty in Video Clip (Semiotic Analyze in Video Clip Superglad and Navicula)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

GALIH ERLAMBANG WIRADINATA 20120530244

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

REPRSENTASI KEMISKINAN STRUKTURAL DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM VIDEO KLIP SUPERGLAD DAN

NAVICULA)

Representation of Structural Poverty in Video Clip (Semiotic Analyze in Video Clip Superglad and Navicula)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

GALIH ERLAMBANG WIRADINATA 20120530244

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Galih Erlambang Wiradinata

NIM : 20120530244

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Advertising

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Judul Skripsi : Representasi Kemiskinan Struktural Dalam Video Klip (Analisis Semiotika Dalam Video Klip Superglad dan Navicula)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Yogyakarta,3 Desember 2016


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum, Wr. Wb

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang atas pribadi mulianya membawa umatnya kejalan hidup yang terang.

Alhamdulillah, skripsi dengan judul Representasi Kemiskinan Sturktural Dalam Video Klip (Analisis Semiotika Dalam Video Klip Superglad dan Navicula) ini telah terselesaikan dengan baik berkat segala bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada :

1. Keluarga besar Mas’adi selaku pendukung utama dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Filosa Gita Sukmono, S.Ikom, MA, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi.

3. Bapak Zein Mufarrih Muktaf, S.IP, M.I.Kom. selaku penguji I yang telah memberikan banyak sekali masukan dan arahan terhadap penyusunan skripsi saya kea rah yang lebih baik.

4. Bapak Budi Dwi Arifianto, S.Sn, M.Sn. Selaku dosen penguji II yang juga telah banyak memberi arahan serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

iv

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi UMY atas bentuk ilmu, masukan, arahan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Teman-teman yang sudah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Apabila dalam penyusunannya ada sebuah kekurangan, penulis mohon maaf atas segala kekurangannya.

Wassalammualaikum, Wr.Wb

Yogyakarta, 3 Desember 2016


(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan

(QS : Al- Insyirah ayat 5-6)

“Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, Maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri- (nya) sendiri”


(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis berterimakasih dan mempersembahkan skripsi ini untuk:

 Allah S.W.T yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya.  Nabi Muhammad S.A.W yang membawa manusia keluar dari jaman Jahiliyah

menuju jaman keemasan, Shalawat serta salam selalu senantiasa panjatkan kepada Beliau.

 Kepada Ibu saya tercinta Supriyanti yang selalu memberikan doa dan dukungan.

 Kepada Bapak saya terhebat Mas’adi yang senantiasa memberikan ilmu tentang kehidupan.

 Kepada adik saya Anugrah Dwi Andrian semoga sukses kedepannya, sekolah sek pinter le!

 Kepada teman pejuang masa depan Chandra Rizky Wijaya, M. Danang Suryono, M.Noor Asror sukses terus bro!! matur nuwun atas ilmunya.

 Keluarga besar Put New Colours, Fadli, Ojan, Danang, Alan, Abik, Ribe, Axl, Roby,Bowo kalian mang yoi #Getandloose.

 Keluarga besar IK UMY 2012, Semprong, Ridwan, Rendi, Munjul, Alvin, Isya, Zabid, Bagas, Kribo, Azif, Adib, Tia, Widi, Erna, Yuda, Sandi, Beni, Hasbi, Andre, Uki, Bimo dan isih okeh


(8)

vii

 Keluarga besar kost Zahara, Heri, Fauzan, Yudex, Komeng, Umi, Abi dan Mbak lati.

 Keluarga besar angkringan Ale, Resa, Semprong, Adib, Ian, Cupu, Bimo.  Dan semua pihak yang telah mendukung dan memberikan doa terimakasih


(9)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

a. Manfaat Akademis ... 7

b. Manfaat Praktis ... 7

E. Kajian Literatur ... 7

1. Kemiskinan Dalam Media ... 7

2. Kemiskinan Struktural ... 10

3. Video Klip Sebagai Media Representasi ... 12

4. Semiotika Sebagai Sebuah Teori ... 15

F. Metode Penelitian ... 19

1. Jenis Penelitian ... 19

2. Objek Penelitian ... 20

3. Teknik Pengumpulan Data ... 20

a. Dokumentasi ... 20

b. Studi Pustaka ... 20

4. Teknik Analisis Data ... 21

G.Sistematika Penulisan ... 28

BAB II 2.1. Penelitian Terdahulu ... 29


(10)

ix

2.3. Musik Indie Sebagai Kritik Sosial ... 37

2.4. Profil dan Video Klip ... 39

A. Superglad ... 39

B. Navicula ... 42

BAB III A.Catatan Pembuka ... 47

B.Analisis ... 50

B.1. Masyarakat Miskin yang Tinggal di Pemukiman Kumuh ... 50

B.2. Kepentingan Pemerintah Yang menindas Masyarakat Miskin ... 61

B.3. Potret Kehidupan Anak Jalanan ... 68

B.4. Pekerjaan Masyarakat Miskin di Sektor Informal ... 74

B.5. Kelompok Marginal Kota yang Terpinggirkan ... 88

C. Catatan Penutup ... 98

BAB IV A.Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103


(11)

x Daftar Gambar

1. Gambar 2.1 Profil Superglad... 40

2. Gambar 2.2 Profil Navicula ... 43

3. Gambar B.1.Lingkungan Kumuh di Sungai Ciliwung ... 52

4. Gambar B.1.2 Lingkungan Kumuh Berdiri diantara Gedung Megah ... 53

5. Gambar B.1.3 Keadaan Masyarakat Miskin Ketika digusur... 56

6. Gambar B.1.4 Tangisan Warga Kampung Pulo ... 57

7. Gambar B.2.1 Keadaan Rakyat Miskin yang Tertindas oleh Kebijakan Pemerintah... 62

8. Gambar B.2.2 Wawancara Ahok Tentang Pencanangan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta ... 63

9. Gambar B. 3.1 Anak Jalanan yang Sedang Bekerja di Sektor Informal Dengan Cara Mengamen ... 68

10.Gambar B.3.2 Anak Jalanan yang Bekerja di Sektor Informal Dengan Menjadi Pedagan Asongan ... 69

11.Gambar B.4.1 Pengamen Merupakan Bentuk Pekerjaan dalam Sektor Informal ... 74

12.Gambar. B.4.2 Pedagan Koran termasuk bagian di Sekror Informal... 77

13.Gambar B.4.3 Gelandangan ... 80

14.Gambar B.4.4 Pekerjaan Debus termasuk di Sektor Informal ... 84

15.Gambar B.5.1 Keadaan Pembangunan Kota ... 88

16.Gambar B.5.2 Keadaan Masyarakat Miskin yang Termarginalkan ... 92

17.Gambar B.5.3 Keadaan Masyrakat miskin yang Tinggal di Bawah Jembatan Saluran pipa PDAM ... 95


(12)

xi Daftar Tabel

1. Tabel 1.1 Data Tingkat Kemiskinan ... 2

2. Tabel 1.2 Teori Code of Television ... 22

3. Tabel 1.3 Teknik Pengambilan Gambar... 24

4. Tabel 1.4 Teknik Editing dan Gerakan Kamera... 24


(13)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Advertising Galih Erlambang Wiradinata

Representasi Kemisikinan Struktural dalam Video Klip (Analisis Semiotika dalam Vidio Klip Superglad dan Navicula)

Tahun Skripsi : 2016 + 109 halaman + 17 gambar + 4 tabel

Daftar Kepustakaan : 35 sumber buku + 11 sumber online + 1 film + 7 Jurnal + 4 skripsi

ABSTRAK

Studi ini berusaha menganalisa tentang representasi kemiskinan struktural yang direpresentasikan lewat video klip Superglad dan Navicula. Melihat pertumbuhan ekonomi membawa akibat yang menghawatirkan, yaitu terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih buruk. Kesenjangan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok berpendapatan rendah, merupakan masalah yang sangat besar dialami oleh negara berkembang terutama Indonesia. Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang pergerakan roda ekonominya berputar sangat pesat di masyarakat, tetapi hal tersebut berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di pinggiran kota maupun masyarakat yang mencukupi kebutuhannya di sektor informal kota dan mengalami kesenjangan ekonomi sehingga membentuk kesenjangan antar kelas sosial diperkotaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika dengan pendekatan John Fiske. Setelah dilakukan analisis data, maka penelitian ini menemukan beberapa hasil sebagai berikut: Pertama video klip Superglad merupakan kemiskinan struktural yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh dan mengalami penggusuran. Kedua video klip Navicula merupakan kemiskinan struktural dialami masyarakat yang bekerja di sektor informal dan keberadaannnya terpinggirkan oleh pembangunan. Dalam hal ini, konsep pembangunan yang dilakukan pemerintah belum bisa dijadikan solusi karena mengabaikan asas keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, pembanguan tersebut berimbas pada naiknya angka kemiskinan dan munculnya sebuah kesenjangan sosial.


(14)

University of Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Politic

Communication Department Advertising Concentration Galih Erlambang Wiradinata

Representation of Structural Poverty in Video Clip (Semiotic Analyze in Video Clip Superglad and Navicula)

Years: 2016 + 109 Pages + 17 pictures + 4 Tables

References: 35 Books Source + 11 Online Source + 1 Film + 7 Journals + 4 Researches

ABSTRACT

This study tries to analyze about representation structural poverty which is be represented by video clip of Superglad and Navicula. By seeing economic growth which is carrying a disconcerting result, there is an occurrence of the disparity distribution of the worse income. The inequalities of economic and disparity income between society groups higher and lower income, it was a big problem happened by developing countries especially in Indonesia. Jakarta is one of city that the economic movement around so fast in society life, but that thing inversely with society life who lived in suburban both a society who sufficing their needs in informal sector and being inequalities so it formed inequalities between social class of urban. The research method which used in this research is semiotic analytic by an approach of John Fiske. After doing data analyze, then this research get some result there are: First video clip by Superglad is structural poverty which happened by society who lived in slums and having condemnation. Second video clip by Navicula is structural poverty which happened by society who worked in informal sector and the existence marginalized by development. In this case, development concept which was performed by government cannot be solution because ignoring the society principle of justice and the welfare, that development giving impact to increasing number of poverty and the appearance of inequalities society.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Kemiskinan di Indonesia masih menjadi sorotan masalah disetiap tahunnya. Hal tersebut menjadi masalah yang sangat kompleks dan membuat kesenjangan ekonomi di masyarakat yang mengakibatkan munculnya kelas sosial dimasyarakat. Strata sosial atau Stratifikasi sosial sendiri merupakan pembedaan penduduk dan masyarakat kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto, 2002 : 28). Strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (midle class), bawah (lower class).

Tertera didalam undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat (1), berisikan tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Dalam konteks tersebut Negara punya tanggung jawab sepenuhnya akan merawat atau memenuhi hak fakir miskin, namun pada kenyataannya masih banyak fakir miskin dan anak terlantar belum mendapatkan haknya.

Kasus yang dialami oleh Ayu Ramayanti yang berusia 14 tahun dan adiknya Hafid berusia 10 tahun dari Sulawesi Barat, harus menghidupi keluarganya. Ayu dan adiknya berjualan sate di pinggiran jalan dan mereka juga harus membiayai perawatan ibunya yang sakit lumpuh sehingga Ayu dan adiknya tidak melanjutkan sekolah. Hal tersebut merupakan contoh dari kelalaian


(16)

2

pemerintah dalam memperhatikan hak-hak fakir miskin. (www.liputan6.com diakses pada tanggal 21 Juni 2016).

Pada hakikatnya masyarakat dikatakan sebagai masyarakat miskin, dimana orang tersebut atau kelompok tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti papan, sandang, pangan dan pendidikan dasar. Adapun menurut agama Islam orang atau kelompok dikatakan miskin apabila orang atau kelompok tersebut zakatnya masih dibawah ukuran satu hisaf (Sudibyo dalam Rais, 1995 : 11).

Grafik 1.1

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik diatas merupakan salah satu presentase kemiskinan di Indonesia pada tahun 2009 – 2015 cenderung mengalami penurun dalam kurun waktu 7 tahun. Todaro (2000) dalam Wahyuni dkk (2014) mengatakan akan terlihat bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi telah berjalan dengan pesat namun pertumbuhan yang pesat ini telah membawa akibat yang menghawatirkan, yaitu terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih buruk. Kesenjangan ekonomi dan


(17)

3

ketimpangan pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapat tinggi dan kelompok berpendapatan rendah, merupakan masalah yang sangat besar dialami oleh negara berkembang terutama Indonesia.

Kemiskinan juga merambah di kota-kota besar dan mengakibatkan kesenjangan di perkotaan, kota Jakarta merupakan kota yang pergerakan roda ekonomi berputar sangat pesat di masyarakat, tetapi hal tersebut berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di pinggiran kota maupun di yang mencukupi kebutuhannya di sektor informal kota yang mengalami kesenjangan ekonomi sehingga membentuk kesenjangan antar kelas sosial diperkotaan . Menurut McGee dalam Parsudi Suparlan wajah kemiskinan di kota dapat ditandai dengan adanya pemukiman liar yang melanggar hak milik berdasarkan hukum dan berdiri di tengah kota maupun di pinggiran kota serta tidak mempunyai fasilitas untuk layak dihuni (Suparlan, 1993 : 92).

Video klip dari grup band Superglad dan Navicula merupakan salah satu video klip grup band Indonesia yang menggambarkan isi kemiskinan di Jakarta. video klip sendiri merupakan salah satu elemen terpenting dalam penyampaian sebuah pesan yang terkandung didalam lirik lagu. Menurut Ruddy Alexander Hatumena dalam bukunya yang berjudul Tinjauan Bahasa Rupa Video Klip Musik, video klip adalah suatu video yang menggabungkan antara musik dari suatu band atau penyanyi dengan tampilan visual yang merepresentasikan lagu dari band atau penyanyi itu sendiri (Hatumena, 2006 : 10).

Perkembangan video klip sendiri ditandai dengan munculnya MTV dan video musik pada tahun 1980-an. Pada tahun tersebut banyak ditonjolkan


(18)

4

perananan yang selalu dimaikan televisi dalam penyebaran rock sebagai musik arus utama (Danesi, 2010 : 112).

Superglad merupakan grup band beraliran musik rock asal Jakarta, video klip mereka yang berjudul Senjata merupakan bagian dari album Berandalan Ibukota yang dirilis pada tahun 2014. Superglad berkarir dibelantika musik Indonesia sejak tahun 2003 dan beranggotakan 4 personil yaitu Giox (bass), Luxs (vokal gitar), Akbar (drum) dan Dadi (gitar), mereka sudah merilis 7 album. Video klip Senjata merupakan video klip yang menggambarkan kemiskinan di kota Jakarta, tepatnya kemiskinan di pinggiran sungai Ciliwung. Kemiskinan dalam Video klip senjata digambarkan kehidupan masyarakat yang menempati rumah yang tidak layak huni dan mereka terkena proyek normalisasi Sungai Ciliwung. Kemiskinan di lingkungan pinggiran sungai Ciliwung merupakan kemiskinan struktural, diamana masyarakat mengalami kesenjangan sosial. Lambannya mobilitas sosial merupakan penyebab adanya kelas sosial di lingkungan tersebut.

Sedangkan grup band Navicula merupakan band dari Bali yang berdiri sejak tahun 1996 dan sudah merilis 7 album. Navicula beranggotakan 4 orang personil yaitu Robi (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass), Gembull (drum) video klip mereka yang berjudul Metropolutan juga termasuk video klip yang menggambarkan kemiskinan di Jakarta. Video klip Metropolutan merupakan sountrack dari film Jalanan dan langsung di-direct oleh Daniel Ziev selaku sutradara film Jalanan, didalam video klip tersebut menggambarkan kemiskinan di tengah keramaian kota Jakarta dan kerasnya kehidupan di perkotaan yang


(19)

5

dampaknya dialami oleh kelompok sosial lapisan bawah dengan mencari penghasilan sehari-hari dengan cara mengamen, mengemis dll atau bekerjs di dektor informal kots untuk bertahan hidup di Jakarta. Video klip Metropolutan merupakan salah satu bentuk kesuksesan yang diraih oleh Navicula, dimana mereka mengikuti kompetisi video klip dan menyingkirkan 500 peserta dari 43 negara dan mendapatkan kesempatan rekaman di studio Boafid yang pada saat itu pernah dijadikan sebagai dapur rekaman musisi besar dunia seperti Jimi Hendrix, John lenon, Madona, Pearl Jeam, Michael Jackson dll (https://www.tempo.co/ diakses pada tanggal 22 Juni 2016).

Pada dasarnya gambar atau scene dari video klip Superglad dan Navicula merupakan gambar yang isinya bersifat berhubungan dan berkesinambungan antara scene satu dengan scene lainnya. Sehingga fenomena kemiskinan stuktural di Jakarta yang direpresentasikan lewat video klip tersebut terlihat utuh dan tiap gambarnya tidak bisa berdiri sendiri.

Superglad dan Navicula merupakan band yang memilih jalur Indie label dalam bermusik, Inde label adalah gerakan bermusik yang berbasis apa yang kita punya, Do It Yourself (DIY) etika yang dimiliki mulai dari merekam, mendistribusikan, dan mempromosikan dengan uang sendiri (Rez, 2008 : 26). Grup band Indie label dalam menciptakan sebuah karya musik lebih menekankan dalam kualitas musik, pesan musik tersebut, berbeda dengan halnya grup band yang bermusik memilih aliran Mayor label yang hanya mengikuti pasar saja dan kebanyakan lagu grup band tersebut betemakan percintaan.


(20)

6

Ada beberapa penelitian tentang kemiskinan yang akan menjadi pembanding dari penelitian ini, salah satunya penelitian dari As’ad Musthofa dari Universitas Diponegoro dan Mochamad Syawie dari Universitas Trisakti. Penelitian yang dilakukanoleh As’ad Mustofa membahas tentang komodifikasi kemiskinan oleh media televisi mengatakan bahwa sebuah kemiskinan dapat dikomersialisasikan oleh beberapa industri pertelevisian yang dikemas dalam reality show. Kemiskinan dijadikan sebagai komoditas yang dilebih-lebihkan dan ditambah dengan rekayasa cerita sehingga menyita perhatian penonton, tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan raiting dari penonton televisi. Keuntungan dari pembuat program tersebut mampu menarik pengiklan yang mengiklankan produknya disetiap jeda program reality show dan dibalik hal tersebut media mempunyai kepentingan- kepentingan yang bersifat ekonomis.

Mochamad Syawie mengatakan dalam jurnalnya kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Masalah kemiskinan saat ini tidak lagi sekedar kekurangan makanan tetapi sama level kehabisan dan ketiadaan makanan, sedangkan masalah kesenjangan disebabkan oleh ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi dimasyrakat.

Pada dasarnya objek penelitian yang terdapat dalam video klip Superglad dan Navicula merupakan bentuk dari kemiskinan struktural, Kemiskinan struktural atau kemiskinan buatan merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyrakat, karena struktur sosial masyrakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Soemardjan dalam Suyanto, 2013 : 9). Kemiskinan yang terjadi karena struktur


(21)

7

sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak mengusai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

Penelitian ini merupakan penelitian yang sama meneliti tema kemiskinan, akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh peneliti ingin melihat kemiskinan struktural yang terjadi di perkotaan dan direpresentasikan lewat media video klip, yaitu lewat video klip grup band Superglad dan Navicula.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari peneliti adalah bagaimana kemiskinan struktural direpersentasikan dalam video klip Superglad dan Navicula?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kemiskinan direpresentasikan dalam video klip grup band Superglad dan Navicula.

D.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Akademis

Penelitian ini bermaanfaat untuk mengkaji kajian ilmu komunikasi terutama dalam metode penelitan semiotika.

b. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi mahasiswa tentang fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar dalam hal kemiskinan yang direpresntasikan dalam bentuk video klip.


(22)

8 E.Kajian Literatur

1. Kemiskinan Dalam Media

Kemiskinan yang muncul dalam masyarakat sering dikaitkan dengan ketidak mampuan dalam mememuhi kebutuhan karena lemahnya ekonomi pada kelompok masyarakat tertentu. Menurut Amien Rais (1995:9) mengatakan bahwa kondisi deprivesi terhadap sumber-sumber kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar.

Definisi kemiskinan disetiap negara merupakan masalah yang sulit untuk mengukurnya sehingga diperlukan sebuah kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. Negara Indonesia menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, dengan konsep ini definisi kemiskinan mengalami penyempitan makna yaitu ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar dan bukan makanan.

Kemiskinan merupakan pokok permasalahan yang tidak statis, selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Ada dua pengertian tentang kemiskinan yaitu kemiskinan Absolute dan kemiskinan Relative (Hudiyanto dalam Tuhuleley, 1993 : 75). Kemiskinan absolute diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pihaknya. Sedangkan kemiskinan relative bisa dilihat dengan menghitung proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh sekelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya.


(23)

9

Kemiskinan yang terdapat dalam video klip Superglad merupakan kemiskinan yang terjadi di pinggiran sungai Ciliwung, masyarakat disana mengalami kehidupan yang kurang layak dan terkena proyek penggusuran oleh pemerintah. Sedangkan kemiskinan yang terdapat didalam video klip Navicula menggambarkan kemiskinan yang terjadi ditengah perkotaan dimana masyarakat bekerja dengan pekerjaan yang kurang layak dan penghasilan yang dibawah rata-rata. Kemiskinan yang terdapat dalam video klip merupakan bentuk berfikir kritis akan kemiskinan yang direpresentasikan dalam media, dalam konteks tersebut kita harus bisa melihat dengan dua sisi dimana kemiskinan yang ditampilkan dalam video klip dan praktik komodifikasi kemiskinan dalam progam reality show.

Melihat kemiskinan yang digambarkan dalam video klip mencoba memperlihatkan kritik terhadap pemerintah yang mengabaikan kesejahteraan rakyat kecil yang hidup dalam lingkar kemiskinan di Ibukota. Lain halnya praktik komodifikasi kemiskinan dalam progam reality show, proses komodifikasi erat kaitannya dengan produk, sedangkan proses produksi erat dengan fungsi atau guna pekerjanya, pekerja telah menjadi komoditas dan telah dikomodifikasikan oleh pemilik modal. Yaitu dengan mengeksploitasi mereka dalam pekerjaannya (Mosco, 2009:135-139). Hal tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk meningkatkan raiting tayangan reality show sehingga tayangan tersebut akan mendapatkan iklan.


(24)

10

Dalam kaitannya dengan tayangan reality show, tayangan reality show yang dikaji merupakan bentuk representasi kemiskinan dan pada saat yang sama dijadikan komoditas. Mulai dari rancangan awal, pengambilan gambar sampai pada tahap pasca produksi. Gambar yang diambil tentunya diatur sedemikian rupa untuk mencitrakan kehidupan si miskin, dan ditambah dengan komentar pembawa acara atau narator, sampai latar musik yang telah ditentukan. Representasi dalam teks media dapat dikatakan berfungsi secara ideologi, sepanjang mereka berperan untuk memproduksi relasi sosial dan eksploitasi (Fairclaugh dalam Burton, 2007: 285).

Seperti yang kita tau kemiskinan yang terjadi dalam sebuah acara reality show Orang Pinggiran, Jika Aku Menjadi, Tukar Nasib dll selalu menampilkan sebuah kondisi kemiskinan yang mengharap belas kasihan penonton. Kemiskinan yang ditayangkan dalam tayangan reality show selalu dikontruksi oleh media bahwa miskin itu merupakan kehendak yang diberikan oleh Tuhan dan mereka hanya mampu pasrah dalam menjalani kehidupan sehari-hari tanpa adanya usaha dan keinginan untuk merubah hidup menjadi lebih baik.

2. Kemiskinan Struktural

Akar penyebab terjadinya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua faktor, yang pertama yaitu faktor kemiskinan alamiah, dimana kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya langka jumlahnya dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Artinya


(25)

11

faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakat menjadi miskin adalah secara alamiah memang ada, dan bukan bahwa aka nada kelompok atau individu didalam masyarakat tersebut yang lebih miskin dari yang lain (Suyanto, 2013 : 8).

Sedangkan yang kedua yaitu kemiskinan struktural atau kemiskinan buatan merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyrakat, karena struktur sosial masyrakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Soemardjan dalam Suyanto, 2013 : 9).

Penyebab terjadinya kemiskinan struktural pada masyarakat dapat diketahui lewat struktul sosial yang berlaku, dimana golongan masyarakat miskin tidak berdaya untuk mengubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Dengan demikian masyarakat miskin hanya mungkin keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktur yang mendasar (Suyanto, 2013 : 10).

Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali apa yang disebut sebagai mobilitas sosial vertikal. Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan menikmati kekayaannya (Suyanto, 2013 : 11). Sedangkan ciri lain dari kemiskinan struktural disebutkan yaitu adanya sebuah ketergantungan yang kuat pihak si miskin terhadap kelas sosial ekonomi diatasnya.


(26)

12

Kemiskinan yang terjadi dalam video klip Superglad dan Navicula merupakan jenis kemiskinan struktural dengan ditandainya sebuah golongan atau kelompok masyarakat yang disebut massa apung, mereka merupakan kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya hanya berlangsung dari tangan ke mulut, semua habis untuk makan dan tidak terlibat dalam ekonomi pasar (Suparlan, 1993 : 75). Golongan yang menderita kemiskinan struktural misalnya kaum migran di kota yang berkerja di sektor informal dengan hasil yang tidak menentu sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Adapun golongan miskin lainya adalah kaum buruh, pedagan kaki lima, penghuni pemukiman kumuh, pedagan asongan,

dan lain-lain yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (Suyanto, 2013 : 10). 3. Video Klip Sebagai Madia Representasi

Representasi merupakan salah satu hal terpenting dalam penyampain sebuah pesan yang kuat bagi media. Media sendiri berperan dalam menggambarkan realitas kepada audience disertai sebuah ideologi yang terkandung di dalam setiap pesan. Representasi dalam media didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda (gambar, suara dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik (Danesi, 2010 : 3).

Stuart Hall menyebutkan ada dua proses representasi. Pertama representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang


(27)

13

abstrak. Kedua bahasa yang berperan penting dalam proses kontruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan kedalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu. (Hall, 1997 : 16).

Menurut Norman Fairclough representasi dapat secara ideologis mereproduksi relasi sosial yang mengandung eksploitasi dan dominasi (Burton dalam Junaedi, 2007 : 64 ). Burton menyebutkan ada beberapa unsur penting dalam representasi yang lahir dari teks media yaitu :

1. Stereotype yaitu pelabelan terhadap sesuatu yang sering digambarkan secara negatif.

2. Identity yaitu pemahaman kita terhadap kelompok yang direpresentasikan

3. Difference yaitu mengenai pembedaan antar kelompok sosial, dimana kelompok tersebut dioposisikan dengan kelompok yang lain.

4. Naturalisasi yaitu strategi representasi yang dirancang untuk mendesain menetapkan difference dan menjaganya agar kelihatan alami selamanya.

5. Ideologi sendiri berperan penting dalam representasi untuk mentransfer ideologi dalam rangka membangun dan memperluas relasi sosial (Burton dalam Junaedi, 2007 : 65).


(28)

14

Representasi dalam sebuah media dapat menjadi sumber pemaknaan sebuah sesorang atau kelompok atas realitas sosial. Media sendiri merepresentasikan realitas sosial seseorang atau kelompok yang berkembang dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Representasi penting dalam dua hal, yang pertama apakah seorang kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya tidak dibuat-buat ataukah diburukkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata lain, kalimat dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam penyampain kepada khalayak (Eriyanto, 2001 : 113).

Media merupakan salah satu wadah yang sering merepresentasikan suatu hal kepada khalayak dan sehingga hal tersebut dianggap sebagai realitas yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam merepresentasikan hal tersebut media mengemasnya lewat sebuah pesan audiovisual, seperti film, reality show, sinetron dan video klip musik. Dalam produksi audiovisual media menggunakan video untuk menyampaikan sebuah pesan, karena video dirasa sangat efektif karena bisa menggambarkan suatu objek yang bergerak dan suara secara bersamaan. Menurut McQuail, video merupakan sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama lawak dan sajian lainnya kepada masyrakat umum (McQuail, 1996 :13 ).


(29)

15

Penelitian ini mengkaji akan media merepresentasikan realitas kehidupan sosial yang ada lewat sebuah video klip. Video klip sendiri merupakan suatu video yang menggabungkan antara musik dari suatu band atau penyayi dengan tampilan visual yang merepresentasikan lagu dari band atau penyanyi itu sendiri (Hutumena. 2006 : 10).

Scene-scene yang ditampilkan dalam video klip Superglad dan Navicula merupakan representasi dari kehidupan golongan masyarakat miskin struktural di kota Jakarta. Adegan yang merepresentasikan kemiskinan tersebut dikuatkan dengan menggunakan teknik pengambilan gambar, contohnya pengambilan gambar dari jarak dekat (close-up). Grame Burton menyebutkan bahwa pengambilan gambar dari jarak dekat atau close-up terhadap atribut-atribut fisik digunakan untuk menarik perhatian kita terhadap atribut-atribut tersebut, sehingga atribut tersebut memberi isyarat kepada kita tentang tipe yang dibentuk (Burton, 2008 : 120). Hal yang diungkapkan Burton merupakan bentuk-bentuk dari representasi kemiskinan yang dibentuk dan dikuatkan dengan atribut yang

mendukung sesuai dengan realitas di masyarakat. 4. Semiotika Sebagai Sebuah Teori

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco dalam Sobur, 2001 : 95).


(30)

16

Semiotik merupakan ilmu tentang tanda. Tanda adalah segala hal, baik fisik maupun mental, baik di dunia maupun di jagat raya, baik didalam pikiran manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan, yang diberi makna oleh manusia ( Hoed, 2014 : 5).

Sebagai perangkat analisis kebudayaan semiotika bisa disebut sebagai sebuah teori karena, kebanyakan pakar dibidang semiotik melihat semiotik sebagai perangkat teori untuk mengkaji tanda, yakni sebagai sistem yang hidup dalam suatu kebudayaan ( Hoed, 2014 : 18).

Kajian semiotika telah membedakan dua jenis semiotika, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama melihat semiotika dalam komunikasi yaitu menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi dan acuan. Sedangkan pada jenis yang kedua tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya (Hoed dalam Sobur, 2004 : 15).

Semiotika sendiri menurut John Fiske memiliki tiga wilayah kajian yaitu : (Fiske, 2012 : 66).

1. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah kontruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka


(31)

17

penggunaan/konteks orang-orang mendapatkan tanda-tanda tersebut.

2. Kode- kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.

3. Budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroprasi.hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.

Semiotik mengenal dua tradisi, yaitu berdasarkan penemu kajian teori semiotik C.S. Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) keduanya menguatkan kajian semiotika pada elemen tanda (sign). Menurut Pierce bahwa jagat raya (the Universe) ini terdiri atas tanda-tanda (signs) (Hoed dalam Yuwono dan Chirstomy, 2004:55). Pierce menyebutkan bahwa dalam semiotika ada tiga kompenan saling terkait atau berkolerasi satu sama lain, yaitu tanda, objek yang ditunjukan oleh tanda itu, dan faktor penafsirannya (interpretant) (Fiske, 2012 : 69). Bagi Pierce tanda dan pemaknaannya bukan struktur melaikan suatu proses kognitif yang disebutnya semiosis. Jadi semiosis merupakan proses pemaknaan dan penafsiran tanda (Hoed, 2014 : 8).

Proses semiosis dibentuk melalui 3 tahap yaitu :

Tahap 1: pencerapan reprensentamen (R), yaitu ”wajah luar” tanda yang berkaitan dengan manusia secara langsung (ini sering disamakan dengan pengertian “tanda”).


(32)

18

Tahap 2: perujukan representamen pada objek (O), yakni yang merupakan konsep yang dikenal oleh pemakai tanda berkaitan dengan representamen tersebut.

Tahap 3: penafsiran lanjut oleh pemakai tanda, yang disebut interpretan (I) setelah representamen dikaitkan dengan objek (Hoed dalam Yowono dan Chirstomy, 2004 : 55). Sedangkan menurut pandangan Saussure tanda atau simbol (termasuk bahasa) bersifat arbitari, yaitu tergantung pada rangsangan maupun pengalaman personal pemakainya (vera, 2014 : 18). Saussure menyebutkan tanda adalah sebuah objek fisik yang memiliki makna dan tidak lepas dari beberapa unsur yaitu, penanda (signifier) dan petanda (signifed). Penanda (signifer) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan atau apa yang ditulis atau dibaca.sedangkan petanda (signifed) merupakan gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa (Sobur, 2001: 125).

Hoed menyebutkan ada lima hal penting yang disebutkan oleh Saussure yakni pertama tanda terdiri dari penanda (signifiant) dan petanda (signifie) yang hubungan pemaknaan didasari oleh konvensi sosial. Kedua karena itu, bahasa merupakan gejala sosial yang bersifat arbitrer serta konvensional dan terdiri dari perangkat kaidah sosial yang disadari bersama (langue) dan praktik sosial (parole). Ketiga hubungan antartanda bersifat sintagmatisn(in-prasentia) dan asosiatif (in- absentia). Keempat


(33)

19

bahasa dapat didekati secara diakronis (perkembangannya) atau sinkronis (sistemnya pada kurun waktu tertentu. Sedangkan kelima sebagai gejala sosial, bahasa terdiri dari dua tataran, yakni kaidah sistem internal (langue) dan praktik sosial (parole) (Hoed, 2014 : 6).

Semiotik Saussure disebut dengan semiotik struktural karena menyangkut tanda dan pemaknaannya secara dwipihak. Kedua, karena makna didefinisikan melalui relasi antar tanda. Ketiga, karena pemaknaan tanda tidak hanya individual, tetapi juga sosial (berdasarkan konvensi sosial) (Hoed, 2014 : 8).

Roland Barthes mengembangkan dua sistem penanda, signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi , yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan konotasi adalah istilah untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Arti konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya dan asosiasi personal ideologi dan emosional. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88).

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi Barthes menggunakan konsep mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai dominasi (Fiske dalam Sobur, 2001 : 128). Sedangkan menurut pandangan


(34)

20

Susilo dalam Sobur (2001: 128) mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Ideologi harus dapat diceritakan, cerita itulah yang disebut mitos.

Benny Hoed mennyebutkan bahwa Saussure dan Roland Barthes melihat tanda sebagai suatu konsep diadik (dua bagian yang berbeda tetapi berkaitan) dan sebagai sebuah struktur (susunan dua komponen yang berkaitan satu sama lain dalam suatu bangun) (Hoed dalam Yuwono dan Chirstomy, 2004: 54).

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan penelitian ini dikaji dengan pendekatan teori semiotika John Fiske, yang dalam kajian mengamati sebuah tanda. Dalam hal ini peneliti mengamati adegan dalam video klip secara menyeluruh dengan adegan yang mengandung unsur-unsur kemiskinan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat subjektif dimana penelitian tersebut merupakan suatu bentuk pemikiran yang langsung dari peneliti.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah video klip dari Superglad dan Navicula. Yang menggambarkan tentang kemiskinan struktural yang terjadi di pinggiran kota dan tengah kota. Fokus dari penelitian ini adalah mengamati tanda-tanda kemiskinan yang terdapat didalam video klip Superglad dan Navicula.


(35)

21 3. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati scene per scene dari video klip Superglad dan Navicula, kemudian data tersebut berupa file gambar dari potongan video klip berdasarkan adegan-adegan yang relevan dengan tema penelitian ini.

b. Studi Pustaka

Tinjaun pustaka yang diambil dari sumber buku, makalah, dokumentasi, internet, serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Sumber data yang terkumpul berperan dalam metode analisis secara kualitatif, serta membantu mendapatkan teori-teori pendukung lebih lanjut yang mengkaji masalah kemiskinan, video klip dan semiotik.

4. Teknik Analisis Data

Dalam proses penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan analisis semiotika John Fiske dimana pendekatan ini ketika menampilkan sebuah objek, pertistiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang akan menggunakan tiga proses tahapan yaitu, pada level pertama adalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas, pada level ini realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, dialog dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode-kode teknis.. Pada level kedua, ketika kita


(36)

22

memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan dalam perangkat teknis kamera, pencahayaan, editing, musik dan suara. Sedangkan pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis (Fiske, 2001 : 4). Dibawah ini merupakan cara kerja teori Code of Television dalam menganalisis sebuah teks media :

Tabel 1.2

Teori Code of Television

PERTAMA REALITAS

(Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara,

transkip dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti penampilan (apperance), pakaian (dress), tata rias (make up), lingkungan (environment), perilaku (behavior), bicara (speech), gerakan (gestur), ekpresi (expression) dan lain-lain)


(37)

23

KEDUA REPRESENTASI

(Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, penyuntingan, musik dan suara dan sebagainya) Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana objek digambarkan: narasi, konflik, karakter, aksi dan sebagainya.

KETIGA IDEOLOGI

Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode-kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme,

sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme dan sebagainya.

Sumber : John Fiske dalam Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media hal 115

Pada level pertama sebuah peristiwa ditandakan sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu dikontruksi sebagai realitas oleh wartawan atau media. Kemudian pada level kedua bagaimana kita memandang sesuatu sebagai realitas dan bagaimana realitas tersebut digambarkan. Dalam hal ini kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa gambar atau televisi alat itu berupa kamera, pencahayaan, editing atau musik.


(38)

24

Sedangkan pada level ketiga bagaimana peristiwa tersebut di konvensi yang bisa diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat (Eriyanto, 2001 : 114).

Teknik visualisasi dalam hal menganalisis sebuah teks media sangat dibutuhkan karena semiotika film atau video dikenal shot-shot yang berfungsi sebagai penguat representasi. Dibawah ini merupakan beberapa teknik visualisai atau teknik sinematografi yang akan memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang terdapat dalam video klip Superglad dan Navicula.

Tabel 1.3

Teknik pengambilan Gambar dari Kamera Penanda (konotattif) Definisi Petanda (makna)

Close Up Hanya Wajah Keintiman

Medium Shot Setengah badan

(kepala hingga pinggul)

Hubungan Personal

Long Shot Setting dan

Karakter

Konteks, skope dan jarak publik


(39)

25

Tabel 1.4

Teknik Editing dan Gerakan Kamera Penanda (konotattif) Definisi Petanda (makna) Pan Down (High angel) Kamera mengarah

ke atas

Kelemahan atau pengecilan

Pan Up (Low Angle) Kamera mengarah ke atas

Kekuasaan, kewenangan

Dolly In Kamera bergerak ke dalam

Observasi dan fokus

Fade In Gambar muncul

dari gelap ke terang

Pemula

Fade Out Gambar muncul dari terang ke

gelap

Penutupan

Cut Perpindahan

Gambar

Kesinambungan, menarik

Wipe Gambar terhapus

dari layar

Penentuan Kesimpulan

Sumber : Arthur Asa Berger, Teknik-Teknik Analisis Media, 2000 : 34


(40)

26

Teknik visualiasi di atas berpengaruh dalam melihat bagaimana tokoh atau pemeran digambarkan dalam sebuah video klip seperti, penggambaran sebuah ekspresi, waktu, emosi, kejadian dan setting tempat memilik makna tersendiri.

a. Close Up shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat. Misalnya dari batas bahu sampai kepala. Pengambilan gambar close up ini menekan ruang secara jelas, dan memberi batasan yang jelas antara penampilan aktor dan perasaan yang ditimbulkan oleh aktor dari bahasa tubuhnya (Naratama, 2004 : 78).

b. Medium Close up pengambilan gambar setegah badan, pengambilan ini memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil dari objek yang direkam. (Naratama, 2004 : 76)

c. Medium Shot pengambilan gambar dari pinggang sampai keatas, membuat penonton sejajar dengan orang yang ditampilkan. (Naratama, 2004 : 75).

d. Long Shot Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan cepat Untuk menunjukkan dimana adegan berada/menujukkan tempat. Artinya Untuk menujukkan progres Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain (Naratama, 2004 : 75).

Selain teknik editing di atas peneliti menambahkan penjelasan tentang sejumlah sudut kamera atau camera angel yang berpengaruh terhadap


(41)

27

bagaimana pemeran yang terdapat dalam video klip Superglad dan Navicula digambarkan (Baksin, 2003 : 33).

a. Low Angel

Sudut pengambilan dari bawah objek, sehingga kesan objek jadi membesar. Sudut kamera tersebut memberikan kesan dramatis, yaitu kesan keagungan.

b. High Angle

Sudut pengambilan dari atas objek, sehingga kesan objek menjadi mengecil. Teknik pengambilan gambar tersebut memberikan kesan kelemahan.

c. Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Teknik pengambilan tersebut tidak memberikan kesan dramatis karena dalam kondisi shot yang biasa-biasa saja.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaji dengan cara mengumpulkan potongan-potongan scene yang menggambarkan tentang kemiskinan dalam video klip grup band Superglad dan Navicula, langkah berikutnya mengkaji potongan scene dengan Teori Code of Television dengan membagi setiap scene kedalam 3 tahap level yaitu level realitas, representasi dan ideologi.


(42)

28 G.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu, Bab I meliputi dari latar belakang masalah yang menjelaskan masalah kenapa peneliti ingin mengkaji penelitian ini, kemudian rumusan masalah dari penelitian ini, tujuan dari peneliti ingin menkaji penelitian ini, kemudian manfaat penelitian, sedangkan kerangka teori merupakan pembahasan teori yang terdapat dalam objek penelitian ini, kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti penelitian ini dan yang terakhir merupakan teknik analisis data yang bertujuan untuk menganalisis penelitian sesuai dengan tema penelitian.

Bab II dalam penelitian ini berisikan gambaran umum dari objek penelitian dan membahas tentang perbandingan dengan penelitian sebelumnya yang mempengerahui peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Kemudian Bab III membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menggunakan teknik analisis data dan pembahasan dari data yang diperoleh kemudian dapat di analisa sehingga kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan dari penelitian ini.

Bab IV merupakan bab terakhir dari penelitian ini dan berisikan tentantang kesimpulan yang menyimpulkan semua pembahasan dari penelitian ini, kemudian dilanjutkan oleh saran yang diberikan oleh peneliti terhadap penelitian ini dan hasil penelitian ini.


(43)

29 BAB II

Gambaran Umum Objek Penelitian

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti melakukan sebuah penelitian tentang representasi kemiskinan struktural dalam video klip Superglad dan Navicula, telah ada penelitian terdahulu yang serupa, baik yang membahas tentang kemiskinan, video klip maupun menggunakan teknik analisis semiotik. Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi pembanding dari penelitian ini adalah :

Pertama, jurnal penelitian dalam jurnal ilmiah komunikasi Vol.3 No.1 tahun 2012 yang berjudul “Komodifikasi Kemiskinan oleh Media Televisi” . penelitian tersebut dilakukan oleh As’ad Mustofa mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang 2012. Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana kemiskinan dijadikan sebagai komoditas yang menguntungkan bagi industri pertelevisian, media mempunyai kepentingan yang ekonomosis di balik fenomena tayangan reality show yang bertemakan kemiskinan. Rumah produksi secara cerdas telah menyulap kehidupan manusia yang hidup dengan kemiskinan menjadi bagian dari bisnis mereka, sehingga hal apapun dapat diubah menjadi komoditas yang layak tonton alias mengalami komodifikasi untuk dikomersilkan.

Hasil dari penelitian ini yaitu, dalam hal bisnis industri pertelevisian hal-hal yang rawan terjadi adalah kemungkinan dipermainkannya kebenaran atau terjadinya manipulasi. Dalam hal kasus di atas merupakan sebuah praktik


(44)

30

komodifikasi terhadap kemiskinan. Kemiskinan direduksi sebagai sebuah komoditas, dilebih-lebihkan atau dimanipulasi sehingga dapat menyita perhatian publik tujuannya untuk mendapatkan rating yang tinggi dan pemasukan tarif iklan juga tinggi sehingga rumah produksi mendapatkan keuntungan yang besar.

Produksi tanda kemiskinan dipertukarkan dalam bentuk rating-share yang merupakan legitimasi dalam penentuan tarif iklan di sela tayangan. Lagi-lagi dengan dalih kepentingan ekonomi yang menjadi acuan bagi pelaku bisnis industri media. Artinya bahwa kemiskinan dikomersialisasikan untuk kepentingan industri media televisi. Kemiskinan sebenarnya tidak layak dijadikan alat untuk mencari keuntungan dengan segelintir orang, apalagi menimbulkan efek pengharapan orang miskin lain yang membuat mereka tidak produktif.

Kedua, jurnal penelitian dalam juranal informasi Vol. 16 No. 03 tahun 2011 yang berjudul Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Mochamad Syawie dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Penelitan tersebut membahas tentang dimana kadar kemiskinan tidak lagi sekedar masalah kekurangan makanan, tetapi bagi warga masyarakat tertentu bahkan sudah mencapai tahap ekstrem sampai level kehabisan dan ketiadaan makanan. Potret kemiskinan itu menjadi sangat kontras karena sebagian warga masyarakat hidup dalam kelimpahan, sementara sebagian lagi hidup serba kekurangan. Sementara subtansi dari kesenjangan adalah ketidak merataan akses terhadap sumberdaya ekonomi. Masalah kesenjangan adalah masalah keadilan, yang berkaitan dengan masalah sosial. Masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan.


(45)

31

Hasil dari penelitian ini yaitu, manusia membutuhkan “kebersamaan” dengan manusia-manusia lain di dalam masyarakat. Kesetaraan kemakmuran dalam arti perbedaan yang ada tidak terlalu mencolok, merupakan salah satu sarana yang memungkinkan orang-orang bisa hidup bermasyarakat dengan baik dan tenang, tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Kemerataan sama pentingnya dengan kemakmuran. Pengurangan kesenjangan atau kesenjangan sama pentingnya dengan pengurangan kemiskinan.

Pengurangan kemiskinan memang perlu. Kemiskinan, sampai kadar tertentu memang bertalin dengan ketimpangan. Akan tetapi pengurangan kemiskinan tidak selalu berarti pengurangan ketimpangan. Sebagai suatu bangsa, kita bukan hanya hidup lebih makmur (tidak miskin), tetapi juga mendambakan kebersamaan dalam kemakmuran, kesejahteraan bersama yang relative sertara, tanpa perbedaan mencolok satu sama lain.

Ketiga,yaitu penelitian yang berjudul “Kemiskinan Dalam Reality Show

(Analisis Naratif Kemiskinan Dalam Tayangan Reality Show “Orang Pinggiran” Trans 7)”. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Syukron yang disusun sebagai skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syukron, maka ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik yaitu, pertama, salah satu penyebab kemiskinan adalah negara yang abai, dalam hal ini adalah pemerintah yang tidak menjalankan perannya dengan baik dan media tidak berusaha untuk menyinggung tanggung jawab pemerintah akan hal tersebut. kedua, kemiskinan juga merupakan sebuah


(46)

32

“Ujian” dari Tuhan, yaitu bahwasannya kemiskinan yang dialami oleh karakter -karakter dalam reality show “Orang Pinggiran” adalah keadaan yang mereka sadari sebagai keadaan diluar kemampuan manusia.

Kesadaran magis tersebutlah yang coba disampaikan kepada pemirsa dan seakan-akan melepaskan tanggung jawab pemerintah terhadap keadaan kemiskinan masyarakatnya. Ketiga, yaitu kota metropolitan merupakan sebuah harapan akan nasib yang baru, yang dapat disebut sebagai urbanisasi, dimana penduduk dari desa beramai-ramai pindah ke kota. Hal ini wajar terjadi karena sistem pembangunan atau developmentalism yang gagal dan pembangunan yang tidak merata, yang menyebabkan keadaan di desa tidak seperti di kota. Dan hal ini menimbulkan keinginan masyarakat desa untuk pindah ke kota dengan niat ingin memperbaiki nasib kehidupan mereka. Namun skill yang kurang memadai seringkali menjadi penghambat bagi kaum urban.

Keempat, penelitian yang berjudul “Representasi Kemiskinan Dalam Novel Jatisaba Karya Ramayda Akmal (Kajian Sosiologi Satra)”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pratiwi Sulistiyana yang disusun sebagai skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Sastra program studi Bahasa dan Sastra Indonesia konsentrasi Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap bagaimana kenyataan sosial tersebut direpresentasikan oleh pengarang dalam karya sastra. Sejauhmana sebuah karya sastra dapat merepresentasikan kondisi sosial suatu masyarakat tertentu, yang dalam hal ini masyrakat Indonesia.


(47)

33

Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya empat gambaran kemiskinan dalam novel, yaitu kemiskinan pendidikan, harta, moral dan agama. Kemiskinan tersebut merepresentasikan kenyataan sosial masyarakat Cilacap yang menjadi latar cerita, representasi kemiskinan dengan persoalan sosial yang muncul dalam novel adalah hubungan sebab akibat. Gambaran persoalan sosial dalam novel tersebut menjadi representasi dari masalah sosial yang dialami masyrakat Indonesia. Model representasi yang digunakan adalah model represntasi aktif, sehingga dalam merepresentasikan kemiskinan dan permasalahan sosial, terdapat pemaknaan yang berupa kritik terhadap kenyataan yang digambarkan. Kritikan tersebut yaitu berupa gugatan.

Kelima, penelitian yang berjudul “Representasi Perempuan dalam Video

Klip Girlband Korea (Analisis Semiotik pada Video Klip I’m Best dari Girlband

2NE1)”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Fathimah Nurul Fadlilah untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fathimah Nurul Fadlilah dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Berdasarkan analisis dari video klip musik I’m the Best dari girlband 2NE1, reperesentasi perempuan yang dibuat oleh personil 2NE1 dalam video klip tersebut disimpulkan bahwa mereka ingin menampilkan sosok perempuan yang berbeda. Ideologi besar yang ditampilkan dalam video klip tersebut adalah feminis sosialis. Di mana feminis sosialis melawan segala bentuk terhadap operasi perempuan. Dilihat dari konteks simbol tentang sebuah bentuk tindakan yang melawan sistem patriarki. Hal tersebut dalam dilihat dari lirik lagu, visualisasi, angle kamera di mana


(48)

34

direpresentasikan dalam video klip dan membongkar ideologi dibalik video klip musik I’m the Best.

Perbedaan penelitian ini dengan kelima penelitian yang lain yaitu pada penelitian ini dilakukan dengan tema penelitian yang sama mengangkat tema kemiskinan dan analisis semiotik dalam video klip. Akan tetapi tema kemiskinan yang diangkat oleh peneliti lebih condong kepada isu kemiskinan struktural, dimana kemiskinan yang dialami oleh kelompok lapisan masyarakat bawah dikarenakan tidak mengusai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Terdapat sebuah golongan masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural dalam objek penelitian ini, golongan tersebut yaitu kaum migran di kota yang bekerja di sektor informal dengan hasil tidak menentu, kemudian golongan lainnya yaitu kaum buruh, pedagang kaki lima, penghuni pemukiman kumuh dan kaum yang tidak terpelajar dan terlatih. Sedangkan penelitian yang dilakukan Fathimah Nurul Fadlilah merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian semiotik tetapi objek yang dikaji mengakat isu gender dalam video klip. 2.2 Fenomena Kemiskinan di Indonesia

Pengertian tentang kemiskinan secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dinyatakan dengan beberapa persen dari pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya. Sedangkan kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan absolut dari satu orang tidak mencukupi


(49)

35

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan (Suyanto, 2013 : 3).

Menurut para ahli ilmu sosial melihat fenomena kemiskinan yang terjadi pada masyarakat Indonesia disebabkan oleh ketidak adilan dalam permilikan faktor produksi dalam masyarakat. Di samping itu ada prespektif lain yang mengaitkan kemiskinan dengan model pembangunan yang dianut oleh suatu negara. Pada presfektif ini melihat bahwa model pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menimbulkan kemiskinan pada sekelompok manusia dalam negara yang menganut model itu .Model pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan akan menimbulkan kepincangan perkembangan antara sektor ekonomi modern dan sektor ekonomi tradisional. Dalam situasi seperti ini maka pembangunan dan hasilnya akan dinikmati oleh sekelompok kecil manusia, sedangkan mayoritas penduduk akan hidup tanpa menikmati hasil pembangunan atau dengan kata lain harus hidup diluar pertumbuhan ekonomi yakni miskin (Soetrisno, 1997 : 16-17).

Masalah kemiskinan juga tidak bisa terlepas oleh masalah kesenjangan, pembangunan merupakan momok yang bakal sulit dicari pemecahannya. Munculnya konglomerasi, monopolisme dan oligopolisme dalam industri dan ekonomi merupakan contoh-contoh adikuasa ekonomi yang kontras terhadap kemiskinan (Rais,1995 : 49).

Terjadi pembangunan secara tidak terduga akan memisahkan masyarakat menjadi dua kelompok yang berbeda tajam satu dari yang lain. Ada satu kelompok inti yang stabil, kuat ekonominya, terjamin masa depannya. Ada satu


(50)

36

kelompok lain yang tidak stabil, mudah bergeser dari satu sector lain,cepat berpindah pekerjaan. Kelompok inilah yang disebut massa apung. Mereka adalah kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya hanya berlangsung dari tangan ke mulut, semuanya habis untuk makan dan tidak terlibat dalam ekonomi pasar (Suparlan, 1993 : 75).

Melihat fenomena kemiskinan yang terjadi dalam video klip Superglad dan Navicula yang terjadi disebabkan oleh kemiskinan struktural, sedangkan kemiskinan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh dua bentuk dari golongan kemiskinan natural dan struktural . Kemiskinan natural adalah keadaan kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan alamiah, baik pada segi sumberdaya manusianya maupun sumberdaya alamnya. Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti: kebijakan perokonomian yang tidak adil, penguasaan faktor-faktor produksi yang tidak merata, korupsi, dan kolusi serta tatanan perekonomian internasional yang lebih menguntungkan kelompok negara tertentu (Baswir, 1999 : 21). Adapun golongan masyarakat yang menderita kemiskinan struktural yaitu para petani yang tidak memiliki tanah sendiri, kaum migran di kota yang berkerja di sektor informal dengan hasil yang tidak menentu sehingga hanya mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh, pedagang kaki lima, penghuni pemukiman kumuh, pedagang asongan, dan lain-lain yang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labour (Suyanto, 2013 : 10).


(51)

37 2.3 Musik Indie sebagai kritik sosial

Musik merupakan tatanan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan dan keharmonisan yang menggunakan instrumen yang mampu menimbulkan sebuah bunyi. Musik bisa membuat para pendengarnya terbawa ke dalam ruang bawah sadar dan menyusuri ruang pemikiran dan mengubah pola pikir pendengar tentang kondisi tertentu.

Industri musik Indonesia berkembang sangat pesat dan memiliki banyak musisi handal. Musik-musik Indonesia sampai saat ini telah dapat menembus pasar internasional, ikatan budaya, terutama bahasa, merupakan alasan utama diterimanya musik Indonesia di beberapa negara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, sejak tahun 1960 telah menjadi cikal bakal industri musik Indonesia, pop Jawa mempunyai pasar di Suriname, Belanda, dan Malaysia (Tantagode, 2008 : 146).

Melihat perkembangan musik yang sangat pesat tersebut, grup musik atau grup band di Indonesia terbagi menjadi dua jalur dalam menentukan jalan mereka berkarya dibelantika musik Indonesia. Dua jalur tersebut yakni mayor label dan minor label. Label rekaman menjadi senjata utama atau ujung tombak bagaimana artis bisa memproduksi dan memasarkan lagunya. Oleh karena itu, industri rekaman adalah salah satu wajah dan barometer yang dapat kita lihat perkembangannya, baik dari segi teknologi, produktivitas, kreativitas, maupun salah satu unsur terpenting, yaitu kebebasan bermusik (Rez, 2008 : 21).

Perbedaan antara mayor label dan minor label yakni, label mayor membiayai pada proses produksi dan promo dari grup musiknya, dalam proses


(52)

38

pembuatan musik label mayor lebih memilih mengikuti kemauan pasar sehingga musisi tidak diberikan kebebasan dalam berkarya dan acapkali musik yang ditampilkan berisi isu yang seragam. Sedangkan minor label atau sering disebut dengan indie label merupakan sebuah gerakan bermusik yang berbasis apa yang kita punya, Do It Yourself (DIY) etika yang dimiliki mulai dari merekam, mendistribusikan, dan mempromosikan dengan uang sendiri (Rez, 2008 : 26).

Musik indie ada untuk membedakan antara yang mainstream dengan band, musik indie adalah istilah untuk membedakan antara musik yang dimainkan oleh musisi professional dengan musisi amatir (Tantagode, 2008: 33). Konteks musik yang dimaksud dengan mainstream adalah arus utama dan situasi ketika dimana musik didominasi oleh kepentingan industri dan dikomodifikasi industri. Indie muncul untuk melawan dominasi tersebut dan bisa dikategorikan sebuah pergerakan perlawanan. Ia menjadi budaya alternatif (counter culture). Ideologi anti-mainstream adalah nyawa utama pergerakan indie. Dengan kata lain indie merupakan wujud ketidakpuasan, keresahan, kejenuhan terhadap konten yang disuguhkan kepada khalayak dalam konteks ini adalah musik.

Mengutip kalimat Cholil Mahmud vokalis band Efek Rumah Kaca dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Muarif Pebriansah Sumahar, yakni Cholil berkata :

“Lo bisa berbuat apa yang lo kuasain.. dalam diri lo.. itu semua punya

pasarnya, jangan takut didikte oleh siapun karena toh yang seharusnya mendikte adalah si pembuat karya.. di lagu ini mungkin tidak terlalu mengarah khusus ke (industri musik) pasarnya gitu, tapi mungkin masih berawal dari kemarahan yang sama (pada lagu Cinta Melulu) ”.


(53)

39

Melihat tanggapan yang dilontarkan oleh Cholil vokalis dari ERK jalur indie merupakan jalur bermusik yang mempunyai spirit tersendiri dengan musik atau lagu yang mengandung protest song, hal tersebut juga bisa dilihat dari grup band Superglad dan Navicula yang mengangkat sebuah isu kemiskinan struktural yang terjadi di Jakarta dan isu tersebut divisualisasikan dalam video klip mereka. Lagu yang berisikan konten protes memiliki fungsi, yaitu (1) Lagu protes berusaha mengumpulkan dan membangun dukungan dan simpati terhadap gerakan sosial dan politik; (2) Lagu protes dapat mempengaruhi individu untuk mendukung gerakan sosial atau ideologi; (3) Lagu protes dapat menciptakan dan membangun kohesi, solidaritas, dan moril yang tinggi di dalam organisasi atau kelompok gerakan; (4) Lagu protes dapat menarik individu bergabung ke dalam gerakan sosial yang spesifik; (5) Lagu protes bertujuan untuk menuntut solusi terhadap fenomena sosial; (6) Isi lagu protes adalah gambaran permasalahan di dalam masyarakat yang dibawakan secara emosional.

2.4 Profil dan Video Klip A. Superglad

Superglad berkarir dibelantika musik Indonesia sejak tahun 2003, grup band asal Jakarta mengusung aliran musik rock. Superglad Rockaholic Revival adalah rock yang bertenaga, high speed tempo merupakan ciri khas yang melekat pada Superglad. Band rock asal Jakarta tersebut memiliki empat personil diantaranya adalah , Agus Purnomo alias Giox (bass), Lukman Laksmana alias Buluk (vokal/Gitar), Frid Akbar alias Abam (drum) dan yang terakhir Dadi Yudistira alias Berry (gitar).


(54)

40

Gambar 2.1

Sumber : (https://www.facebook.com/supergladband/?fref=ts diakses pada 6 September 2016)

Pada tahun 2003 sebuah EP atau mini album dirilis oleh Superglad, mini album yang berjudul Laki-Laki merupakan sebuah awal perjalanan Superglad dibelantika musik di Indonesia dan pada saat itu juga Superglad mendapatkan sebuah penghargaan dari MTV. Meskipun Superglad mengusung semangat indie dalam bermusik namun kwalitas karya musik mereka mampu menembus mayor label seperti Sonny Music.

Kesuksesan Superglad dalam bermusik ditandai dengan keluarnya rilisan ke lima album mereka yaitu, Ketika Hati Bicara (2005), Flamboyan (2008), Cinta dan Nafsu (2011) dan pada tahun 2014 Superglad merlilis album Berandalan Ibukota yang terdiri dari 10 buah lagu dan berkolaborasi dengan musisi handal (http://showbiz.liputan6.com diakses pada 21 September 2016).


(55)

41

Proses rekaman Superglad pada album Berandalan Ibukota diproduksi oleh label rekaman ternama yaitu DIMI atau Demajors Independent Music Industry, dimana diketahui DIMI sendiri merupakan rumah produksi rekeman bagi band-band yang beroperasi diluar batas-batas musik arus utama atau sering disebut dengan indie musik. Seperti halnya Superglad yang memelih jalur indie dalam bermusik.

Pada tahun 2006 single dari Superglad yang berjudul Satu terpilih sebagai tema lagu dari MTV staying alive. Pada penobatan tersebut lagu Superglad digunakan sebagai kampanye pencegahan penyakit HIV/AIDS. Tak jarang setiap rilisan album yang dikeluarkan Superglad sering mengusung pesan-pesan sosial disetiap lagunya, seperti halnya pada lagu Senjata pada album Berandalan Ibukota.

Video klip Senjata merupakan salah satu bentuk kritik terhadap fenomena kemiskinan yang terjadi di pinggiran kota Jakarta, tepatnya di kawasan sungai Ciliwung. Fenomena kemiskinan yang terjadi dalam video klip senjata merupakan bentuk dari golongan kemiskinan struktural, dimana golongan masyrakat kelas bawah yang tinggal di daerah tersebut menempati rumah yang tidak layak huni atau pemukiman kumuh. Masyarakat yang tinggal disana terkena imbas dari proyek normalisasi pembangunan sungai Ciliwung yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat mau tidak mau rumah yang mereka tempati selama bertahun-tahun harus tergusur. Masyarakat disana merupakan golongan masyarakat bawah yang tidak memiliki kekuatan akan kebijakan yang


(56)

42

dilakukan oleh pemertintah sehingga mereka harus menerima kenyataan bahwa pemerintah tetap memiliki wewenang sepenuhnya dalam mengatur sebuah pembangunan daerah.

Adapun lirik lagu yang menguatkan isi pesan dari video klip Senjata : Jerit tangis manusia teriak

Keringat bercampur darah berserak Dentum senjata berat membabi buta

Cari lawan yang lemah lepas amarah.Senjata. Dari besi baja hingga kapak merah

Dari peluru timah hingga pisau asah

Mereka yang berjas dasi hingga yang bert'lanjang dada Dibudaki di syetan (syetan) acungkan senjata.aaa.senjata.aaa. Yang kuat berkuasa, yang lemah tertekan

Senjata bagai syetan siap mencari lawan (Senjata.aaa.senjata.aaa 3x)

Yang kuat berkuasa, yang lemah tertekan Senjata bagai syetan siap mencari lawan. Mencari lawan.

B. Navicula

Navicula merupakan band dari Bali yang berdiri sejak tahun 1996 dan sudah merilis 7 album. Navicula beranggotakan 4 orang personil yaitu Robi (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass), Gembull (drum) Nama Navicula diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu, berbentuk seperti kapal kecil, sementara dalam bahasa Latin, Naviculaberarti kapal kecil. Band ini mengusung rock sebagai warna dasar musik mereka, berpadu dengan beragam warna etnik, folk, psychedelic, punk, alternatif, funk, dan blues. Liriknya sarat dengan pesan aktivisme dan semangat tentang Damai, Cinta dan Kebebasan.


(57)

43

Navicula dikenal aktif di dunia indie musik, walau sempat kontrak dengan major label Sony-BMG di tahun 2004. Bersama Sony-BMG, Navicula merilis album ke-4 mereka yang berjudul, Alkemis. Namun, tahun 2007 album ke-5 mereka, Beautiful Rebel, dirilis secara independen dan band ini kembali mengobarkan semangat idealisme mereka melalui jalur indie. Tahun 2009 Navicula merilis album ke-6 yang berjudul “Salto”, dan sekrang mereka sedang mengerjakan album ke-7 (tanggal rilis masih belum diumumkan). Navicula bermarkas di Bali dan tetap eksis di dunia musik nasional hingga saat ini.

Gambar 2.2

Sumber : (http://www.naviculamusic.com diakses pada 21 September 2016)

Musik Navicula dipengaruhi kuat oleh alternatif rock 90-an, terutama grunge/seattle-sound dari band-band macam Soundgarden, Pearl Jam, Alice in Chains, dan Nirvana. Namun, yang membuat musik mereka


(58)

44

menjadi sedemikian unik adalah pekatnya pengaruh budaya Bali saat ini sebagai melting-pot dunia (tempat bercampurnya beragam budaya, termasuk budaya klasik Bali hingga budaya modern internasional), dan kesempatan untuk berkreasi di suatu kondisi yang sangat kontras ini.

Navicula, sebuah band grunge yang dikenal dengan sebutan “the Green Grunge Gentlemen” karena aktifnya mereka di dunia aktivisme sosial dan lingkungan. Tumbuh di Bali, band ini menyerap banyak inspirasi dari beragam budaya dan informasi dari berbagai belahan dunia, isu sosial, serta perubahan ekologi yang terjadi di Bali dan dunia secara global, dan menjadikannya sebagai topik lagu-lagu mereka. “Isu lingkungan hidup merupakan masalah vital yang sangat mempengaruhi kita semua saat ini, sehingga kami percaya sangatlah penting untuk bertindak segera dan melakukan apapun yang kita bisa untuk menyebarkan kesadaran dan pemahaman mengenai isu lingkungan ini. Kami memiliki musik; memiliki media berpengaruh dan bahasa universal, dan dengan media inilah kami berjuang menyebarkan kesadaran positif, terutama bagi kaum muda sebagai agen perubahan. Kami percaya, lewat kegiatan berkesenian, kami bisa menebar benih perubahan. Kita perlu berubah, dan Navicula ingin menjadi bagian dari perubahan ini,” kata Navicula (http://www.naviculamusic.com diakses pada 21 September 2016).

Dalam keaktifannya mengkritisi sebuah fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, Navicula menciptakan sebuah lagu yang berjudul Metropolutan. Lagu Metropolutan sendiri merupakan sebuah kritik


(59)

45

terjadinya fenomena perjuangan hidup gologan masyrakat bawah yang bertahan hidup di kota Metropolitan. Lagu tersebut dikuatkan dengan visualisasi lewat video klip supaya pesannya lebih tersampaikan kepada khalayak.

Video klip Metropulutan merupakan bentuk kritikan terhadap fenomena kemiskinan yang terjadi di kota Jakarta, dimana diketahui Jakarta merupakan sebuah kota yang mengalami mobilitas ekonomi yang sangat cepat dikalangan masyarakat, akan tetapi mobilitas ekonomi tersebut dirasakan sangat lamban bagi golongan masyarakat bawah. Fenomena kemiskinan yang terjadi dalam video klip Metropolutan merupakan fenomena kemiskinan struktural, fenomena tersebut ditandai dengan adanya golongan masyarakat yang berkerja dalam sektor informal, pedagang asongan, pengamen atau masyarakat yang tidak terpelajar dan tidak mempunyai keahlian. Golongan tersebut berjuang dalam mempertahankan hidup yang keras di Jakarta dengan cara memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil berkerja yang belum bisa dikatakan cukup, sampai mereka rela hidup atau tinggal di bawah kolong jembatan.

Video klip Metropolutan menjadi sebuah sountrack dari film Jalanan dan langsung di-direct oleh Daniel Ziev selaku sutradara film Jalanan, video klip Metropolutan merupakan salah satu bentuk kesuksesan yang diraih oleh Navicula, dimana mereka mengikuti kompetisi video klip dan menyingkirkan 500 peserta dari 43 negara dan mendapatkan kesempatan rekaman di studio Boafid yang pada saat itu pernah dijadikan sebagai


(1)

103 B. Saran

Penelitian ini diharapkan mampu menambah variasi kajian yang ada di dalam ilmu komunikasi khususnya analisis semiotika yang melihat sebuah fenomena sosial yang direpresntasikan lewat sebuah media video klip. Selain itu peneliti juga berharap agar penelitian ini mampu dikoreksi kembali kedalamannya oleh peneliti selanjutnya. Penelitian dengan sudut pandang analisis semiotika ini juga dapat diteliti lagi dengan menggunakan sudut pandang lain yang dianggap lebih kritis dan tajam dalam pembahasan masalahnya.

Saran selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya dan lebih mengeksplor penelitian selanjutnya tentang khalayak atau penikmat musik ,khususnya musik indie. Hal ini untuk melengkapi penelitian dengan objek yang sama ini agar tidak hanya sebatas semiotika tetapi juga bisa dilihat dari sisi penonton atau penikmat musik indie.


(2)

104

DAFTAR PUSTAKA.

Arif, Saiful. 2000. Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Baksin, Askurifai. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Jakarta: Katarsis. Barnard, Malcom. 2009. Fashion Sebagai Komunikasi Cara mengkomunikasikan

Identitas Sosial, Kelas, dan Gender. Yogyakarta: Jalasutra.

Baswir, Revrisond dkk. 1999. Pembangunan Tanpa Perasaan Evaluasi

Pemenuhan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya Orde Baru. Yogyakarta :

ELSAM.

Berger, Arthur Asa. 2000. Teknik-Teknik Analisis Media. Yogyakarta : Kreasi. Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi, Sebuah Pengantar Kepada Studi

Televisi. Yogyakarta: Jalasutra .

--- (2008). Yang Tersembunyi di Balik Media- Pengantar Kepada

Kajian Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Christomy, Tommy dan Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok:Universitas Indonesia.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : Lkis.

Fakih, Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembanguanan dan Globalisasi. – Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(3)

105

Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies. Second Edition. London: Methuen & Co. Ltd.

---(2012). Pengantar Ilmu Komunikasi- Edisi Ketiga. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

---(2001). Television Culture. New York : Routledge .

Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying

Practice. London : Sage Publications.

Hatumena, Ruddy Alexander. 2006. Tinjauan Bahasa Rupa Video Klip Musik

Karya Cerahati. Bandung: DKV ITB.

Hoed, Benny H. 2014. Semiotika & Dinamika Sosial Budaya. Depok : Komunitas Bambu.

J. Satrio, J. 1999. Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah,: Citra Aditya Bakti. Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta:

Santusta.

McQuil, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. Erlangga.

Mosco, Vicent. 2009. The Political Economy of Communication. 2nd. London: Sage publications.

Naratama. 2004. Menjadi sutradara televisi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rais, Amien. 1995. Kemiskinan Dan Kesenjangan Di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media.

Rez, Idhar. 2008. Music Records Indie Label. Bandung: PT Mizan Bunaya Kreativa.


(4)

106

Sanyato, Sadjiman Ebdi. 2009. Nirmana Elemen-elemen Seni dan Desain Edisi2. Yogyakarta : Jalasutra.

Sobur, Alex. 2001. Analisi Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framming. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

--- (2004). Semiotika Komunikasi, Bandung : Pt Remaja Rosda Karya Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :Yayasan Obor

Indonesia.

Soerisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Yogyakarta : Kanisius.

Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya, Malang : In-TRANS Publishing.

Tantagode, Jube. 2008. Musik Underground Indonesia: Revolusi Indie Label. Yogyakarta: Harmoni.

Tuhuleley, Said. 1993. Permasalahan Abad XII: Sebuah Agenda (Kumpulan

Karangan). Yogyakarta: SIPRESS.

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Jurnal

Agustina. (2009). Sistem Ekonomi Kapitalisme. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan


(5)

107

Aprianto, Tri Chandra (2013). Perampasan Tanah Dan Konflik: Kisah Perlawanan Sedulur Sikep. JurnalBhumi, No. 37, 157-168.

Buana, Dian Chandra. (2012). Kearifan Lokal Versus Otoritas Penguasa. Jurnal

Politika, Vol. 8 No. 110-124.

Mustufa, As’ad. (2012) . Komodifikasi Kemiskinan Oleh Media Televisi. Jurnal

Ilmiah Komunikasi, Vol.3, No.1, 1-14.

Sumahar, Muarif Pebriansah. (2015). Analisi Wacana Dominasi Major Label Industri Musik Indonesia Dari Band Efek Rumah Kaca. Komunikasi, Vol.3 No. 02, 182-196.

Suhardin, Yohanes. (2007). Peranan Hukum Dalam Mensejahterakan Masyarakat.

Jurnal Hukum Pro Justita, Vol. 25, No. 3, 270-282.

Syawie, Mochamad. (2011). Kemiskinan Dan Kesenjangan. Informasi, Vol.16, No. 03, 213-219.

Putri Wahyuni, I Gede Ayu dkk. (2014). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana , Vol. 3, No.8, 458-477.

Sumber Internet

https://m.tempo.co/read/news/2012/08/01/112420571/begini-cerita-sukses-band-navicula

http://www.liputan6.com/tag/kemiskinan http://www.naviculamusic.com


(6)

108

http://showbiz.liputan6.com/read/2091127/superglad-pengusung-punk-rock-yang-tak-ingin-termakan-zaman

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/05/30/17190231/ratusan.gelandangan.d an.pengemis.terjaring.razia.di.jakut

https://www.youtube.com/watch?v=k-ISXizWpFU https://www.youtube.com/watch?v=Zauo7Ea9yRo https://www.youtube.com/watch?v=a8VRD8iVv44 https://www.youtube.com/watch?v=rt03-VMxIpw Skripsi

Mujiarto, Ristio Artian. 2011. Perlindungan Terhadap Anak Jalanan Korban

Tindak Pidana Penganiayaan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Syukron, Muhammad. 2013. Kemiskinan Dalam Reality Show (Analisis Naratif Kemiskinan Dalam Tayangan Reality Show “Orang Pinggiran” Trans 7). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sulistiyana, Pratiwi. 2013. Represntasi Kemiskinan Dalam Novel Jatisaba Karya

Ramayda Akmal (Kajian Sosiologi Satra). Universitas Pendidikan Indonesia.

Fadlilah, Fathimah Nurul. 2015. Representasi Perempuan dalam Video Klip Girlband Korea (Analisis Semiotik pada Video Klip I’m Best dari Girlband

2NE1.). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Film


Dokumen yang terkait

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP(Analisis Semiotik pada Video Klip Menghapus Jejakmu, Peterpan)

1 9 2

Analisis Semiotik Pesan Perdamaian Pada Video Klip ‘Salam Alaikum Harris J

5 31 119

REPRESENTASI KEMISKINAN STRUKTURAL DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS SEMIOTIKA DALAM VIDEO KLIP SUPERGLAD DAN NAVICULA)

0 3 24

REPRESENTASI PRIA METROSEKSUAL DALAM VIDEO KLIP SMASH Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash).

0 0 18

PENDAHULUAN Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash).

1 4 32

REPRESENTASI PRIA METROSEKSUAL DALAM VIDEO KLIP SMASH Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash).

0 2 19

REPRESENTASI SIMBOL ZIONISME YAHUDI PADA VIDEO KLIP Representasi Simbol Zionisme Yahudi Pada Video Klip (Analisis Semiotika Komunikasi Tentang Representasi Simbol Zionisme Yahudi Di Video Klip Artis-Artis Republik Cinta Management Tahun 2004-2011 ).

0 2 20

Representasi Aksi Vandalisme Dalam Video Klip.

0 0 2

REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM VIDEO KLIP (Studi Semiologi Tentang Representasi Sesualitas dalam Video Klip ”Cinta Satu Malam” Yang dipopulerkan Oleh Melinda).

9 25 81

REPRESENTASI MASKULINITAS BOYBAND DALAM VIDEO KLIP (Analisis Semiotika Tentang Representasi Maskulinitas Boyband dalam Video Klip Bonamana oleh Boyband Super Junior) Sari

0 3 16