Tindak Pidana Korupsi Penggelapan dalam Jabatan

huruf a dan huruf b UU Antikorupsi terletak pada penyuap pasif atau penerima suap. Pada jenis ketiga penyuap pasif atau penerima suap merupakan pegawai negeri atau penyelenggara negara, sedangkan pada jenis keempat ini penyuap pasifnya hakim dan advokat. 3 Jenis Tindak Pidana Korupsi Memberi Janji kepada Pegawai Negeri Jenis tindak pidana ini diatur dalam Pasal 13 UU Antikorupsi, yang sebenarnya hampir sama dengan tindak pidana korupsi yang diatur dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a dan huruf b UU Antikorupsi selengkapnya rumusan Pasal 13 UU Antikorupsi, sebagai berikut : “Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah, atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidan penjara paling lama 3 tiga tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.” Perbedaan dengan ketentuan Pasal 5 ayat 1 terletak pada unsur subjektifnya. Pada Pasal 13 UU Antikorupsi tidak disertai unsur subjektif atau unsur maksud dilakukannya penyuapan aktif, sebaliknya yang diatur dalam Pasal 5 ayat 1 disertai unsur subjektif. Disamping itu, adresat dalam Pasal 13 UU Antikorupsi tidak disebutkan “penyelenggaraan negara”, sedangkan pada Pasal 5 ayat 1 disertakan unsur penyelenggaraan negara.

c. Tindak Pidana Korupsi Penggelapan dalam Jabatan

Pengelompokan yang lebih spesifik dalam jenis tindak pidana korupsi penggelapan dana atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, tindak pidana korupsi memalsukan buku-buku atau daftar- daftar yang khusus untuk pemriksaan administrasi, dan penggelapan atau merusak hal-hal yang dipergunakan untuk membuktikan. Yang termasuk jenis tindak pidana korupsi ini adalah : 10 1 Jenis Tindak Pidana Korupsi Penggelapan Dana atau Surat Berharga yang disimpan karena jabatannya Jenis tindak pidana ini diatur dalam Pasal 8 UU Antikorupsi, yang dirumuskan sebagai berikut : “Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,- tujuh ratus lima puluh juta rupiah, pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan tugas suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.” Unsur-unsur dalam Pasal 8 tersebut antara lain : a Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu ; b Dengan sengaja ; c Menggelapkan ; d Uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya; atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil 10 . Ibid, hlm., 130. atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu melakukan perbuatan tersebut. Ketentuan ini secara historis berasal dari Pasal 415 KUHP, setelah UU Antikorupsi dirubah oleh UU No. 20 Tahun 2001, terjadi perubahan yang semula hanya menunjuk pada Pasal 415 KUHP, kemudian dirumuskan sendiri oleh pembentuk UU, meskipun sesungguhnya rumusan yang ada dalam UU Antikorupsi dan KUHP tidak berbeda. UU Antikorupsi tidak memberi penjelasan beberapa istilah atau konsep, seperti istilah “jabatan umum”, “menggelapkan”, dan “surat berharga”. Penafsiran istilah-istilah tersebut dapat dikembalikan pada makna yang dipakai dalam KUHP sebagai ketentuan umum atau lex generalis. 2 Jenis Tindak Pidana Korupsi Memalsukan Buku-Buku atau Daftar-Daftar yang Khusus untuk Pemeriksaan Administrasi Jenis tindak pidana korupsi ini diatur dalam Pasal 9 UU Antikorupsi. Ketentuan ini semula juga berasal dari KUHP yaitu Pasal 416 KUHP. Rumusan Pasal 9 UU Antikorupsi yaitu : “Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah dan pidana denda paling banyak Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.” Unsur ketentuan Pasal 9 tersebut sebagai berikut : a Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu; b Dengan sengaja; c Memalsu ; d Buku-buku atau daftar khusus untuk pemeriksaan administrasi. 3 Jenis Tindak Pidana Korupsi Penggelapan atau Merusak Alat Bukti Jenis tindak pidana ini terdapat dalam tiga ketentuan yaitu dalam Pasal 10 huruf a, b, dan c UU Antikorupsi, rumusannya sebagai berikut : “Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000,- tiga ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja : a. Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan dimuka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya ; atau b. Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut ; atau c. Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat berharga, atau daftar tersebut.” Perbedaan diantara tiga kekuatan tersebut terletak pada perbuatan materiilnya, pada huruf a perbuatan materiilnya yaitu menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai. Pada huruf b perbuatan materiilnya yaitu membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai. Pada huruf c perbuatan materiilnya yaitu membantu orang lain, menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai.

d. Tindak Pidana Korupsi Pemerasan

Dokumen yang terkait

Praktek Persekongkolan Tidak Sehat Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembeantasan Tindak Pidana Korupsi

4 90 101

Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian Ditinjau Dari Undang-Undang Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960)...

1 24 5

Analisis Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 20 tahun 2001 (Tentang Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Kerangka Optimalisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

2 52 143

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 4 13

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 2 14

Penggunaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam Menangani Tindak Pidana Perbankan Perspektif Penegakan Hukum.

0 0 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

0 0 231

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah | Muchamad Ali Safa'at

0 0 21

Putusan Bebas Terhadap UDdalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi - Ubaya Repository

0 0 9