Tindak Pidana Korupsi Pemerasan

c. Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat berharga, atau daftar tersebut.” Perbedaan diantara tiga kekuatan tersebut terletak pada perbuatan materiilnya, pada huruf a perbuatan materiilnya yaitu menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai. Pada huruf b perbuatan materiilnya yaitu membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai. Pada huruf c perbuatan materiilnya yaitu membantu orang lain, menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai.

d. Tindak Pidana Korupsi Pemerasan

Tindak pidana korupsi ini diatur dalam Pasal 12 huruf e, f, dan g UU Antikorupsi, rumusannya sebagai berikut : 11 “Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu Milyar rupiah : a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri ; 11 . Ibid, hlm., 135. b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran, kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui hal tersebut bukan merupakan utang ; c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. Perbedaan unsur tindak pidana korupsi pemerasan yang terdapat dalam huruf e, f, dan g yaitu : 12 a. Tindak pidana korupsi pemerasan pada huruf e subjek tindak pidananya adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara dan perbuatan materiilnya yaitu memaksa, dan sifat perbuatan materiilnya secara melawan hukum, unsur subjektifnya adalah menguntungkan diri sendiri atau seseorang atau orang lain, objeknya seseorang, sedangkan unsur lain yang menyertai objek yaitu memberikan sesuatu membayar atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi pelaku subjek tindak pidana. b. Tindak pidana korupsi pemerasan pada huruf f subjeknya yaitu pegawai negeri atau penyelenggara negara, keadaan yang menyertai terjadi pada 12 . Ibid, hlm., 137. waktu menjalankan tugas, perbuatan materiilnya meminta, menerima, memotong pembayaran, dan objeknya yaitu pegawai negeri atau pemyelenggara negara yang lain atau tugas umum, unsur lain yang menyertai objek tersebut yaitu seolah-olah mempunyai utang kepada pelaku padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. c. Tindak pidana korupsi pemerasan pada huruf g subjek tindak pidananya adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara, keadaan yang menyertainya terjadi pada waktu menjalankan tugas, sedangkan perbuatan materiilnya yaitu meminta, atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, dan objeknya orang lain, unsur lain yang menyertai objek tersebut adalah seoalah-olah merupakan utang kepada pelaku pdahal diketahui bahwa hal tersebut merupakan utang.

e. Tindak Pidana Korupsi Perbuatan Curang

Dokumen yang terkait

Praktek Persekongkolan Tidak Sehat Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembeantasan Tindak Pidana Korupsi

4 90 101

Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian Ditinjau Dari Undang-Undang Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960)...

1 24 5

Analisis Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 20 tahun 2001 (Tentang Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Kerangka Optimalisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

2 52 143

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 4 13

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 2 14

Penggunaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam Menangani Tindak Pidana Perbankan Perspektif Penegakan Hukum.

0 0 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

0 0 231

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah | Muchamad Ali Safa'at

0 0 21

Putusan Bebas Terhadap UDdalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi - Ubaya Repository

0 0 9