Dari hasil di atas, diperoleh usia mahasiswa tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kategori perokok kerana diperoleh nilai p=0,889. Nilai korelasi
sebanyak 0,018 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.
5.5.5 5.5.5
5.5.5 5.5.5 Korelasi
Korelasi Korelasi
Korelasi Jenis Jenis
Jenis Jenis Kelamin
Kelamin Kelamin
Kelamin dan dan
dan dan Kategori
Kategori Kategori
Kategori Perokok Perokok
Perokok Perokok Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa USU USU
USU USU
Hasil korelasi data dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel Tabel
Tabel Tabel 5.5.5.1
5.5.5.1 5.5.5.1
5.5.5.1 Frekuensi Frekuensi
Frekuensi Frekuensi Hasil
Hasil Hasil
Hasil Kategori Kategori
Kategori Kategori Perokok
Perokok Perokok
Perokok Berdasarkan Berdasarkan
Berdasarkan Berdasarkan Jenis
Jenis Jenis
Jenis Kelamin Kelamin
Kelamin Kelamin
Jenis Kelamin Kategori Perokok
Jumlah Ringan
Sedang Berat
N N
N N
Laki-laki 31
91.2 21
100.0 5
100.0 57 95.0 Perempuan
3 8.8
0.0 0.0
3 5.0
Tabel Tabel
Tabel Tabel 5.5.5.2
5.5.5.2 5.5.5.2
5.5.5.2 Korelasi Korelasi
Korelasi Korelasi Jenis
Jenis Jenis
Jenis Kelamin Kelamin
Kelamin Kelamin dan
dan dan
dan Kategori Kategori
Kategori Kategori Perokok
Perokok Perokok
Perokok Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa USU
USU USU
USU
Kategori Perokok Jenis Kelamin
Mahasiswa r = - 0,184
p 0,160 n = 60
Uji Eta Dari hasil di atas, diperoleh nilai p=0,160 yang menunjukkan bahwa korelasi antara
jenis kelamin dan kategori perokok mahasiswa USU tidak bermakna. Nilai korelasi menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan yang sangat lemah yaitu sebanyak
-0,184
Universitas Sumatera Utara
5.5.6 5.5.6
5.5.6 5.5.6 Korelasi
Korelasi Korelasi
Korelasi Status Status
Status Status Sosioekonomi
Sosioekonomi Sosioekonomi
Sosioekonomi dan dan
dan dan Kategori
Kategori Kategori
Kategori Perokok Perokok
Perokok Perokok Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa USU USU
USU USU
Data korelasi status sosioekonomi dan kategori perokok mahasiswa USU dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel Tabel
Tabel Tabel 5.5.6.1
5.5.6.1 5.5.6.1
5.5.6.1 Frekuensi Frekuensi
Frekuensi Frekuensi Hasil
Hasil Hasil
Hasil Kategori Kategori
Kategori Kategori Perokok
Perokok Perokok
Perokok Berdasarkan Berdasarkan
Berdasarkan Berdasarkan Status
Status Status
Status Sosioekonomi
Sosioekonomi Sosioekonomi
Sosioekonomi
Status Sosioekonomi
Kategori Perokok Jumlah
Ringan Sedang
Berat N
N N
N Rendah
2 5.9
0.0 0.0
2 3.3
Menengah 5
14.7 2
9.5 0.0
7 11.7
Atas 27
79.4 19
90.5 5
100.0 51 85.0
Tabel Tabel
Tabel Tabel 5.5.6.2
5.5.6.2 5.5.6.2
5.5.6.2 Korelasi Korelasi
Korelasi Korelasi Status
Status Status
Status Sosioekonomi Sosioekonomi
Sosioekonomi Sosioekonomi dan
dan dan
dan Kategori Kategori
Kategori Kategori Perokok
Perokok Perokok
Perokok Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa
USU USU
USU USU
Kategori Perokok Status Sosioekonomi
r = 0,195 p 0,135
n = 60 Uji Korelasi Spearman
Hasil di Tabel 5.5.6.2 menunjukkan nilai p= 0,135 di mana status sosioekonomi orang tua mahasiswa merokok tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kategori
perokok. Nilai korelasi sebanyak 0,195 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.
5.6 5.6
5.6 5.6 Pembahasan
Pembahasan Pembahasan
Pembahasan Hasil Hasil
Hasil Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada 60 orang mahasiswa Universitas Sumatera
Universitas Sumatera Utara
Utara yang merokok yang berusia antara 19-28 tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi usia, jenis kelamin, status sosioekonomi dan ketergantungan
mahasiswa USU terhadap nikotin dan kategorinya sebagai perokok.
5.6.1 5.6.1
5.6.1 5.6.1 Korelasi
Korelasi Korelasi
Korelasi Usia Usia
Usia Usia Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa USU USU
USU USU yang
yang yang
yang Merokok Merokok
Merokok Merokok Terhadap
Terhadap Terhadap
Terhadap Ketergantungan Ketergantungan
Ketergantungan Ketergantungan
Nikotin Nikotin
Nikotin Nikotin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85 proporsi mahasiswa yang berusia 19-23 tahun lebih banyak merokok dibanding dengan yang berusia 24-28 tahun yaitu hanya
15. Hal tersebut didukung oleh laporan SUSENAS 2004 bahwa sekitar 34,4 penduduk Indonesia yang usia 15 tahun keatas mempunyai kebiasaan merokok.
Uji statistik didapati nilai r= 0,184, terdapat korelasi yang sangat lemah antara usia dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin artinya semakin bertambah
usia belum tentu seseorang ketergantungan nikotin. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian Park
et al. 2012 yaitu ketergantungan nikotin dipengaruhi oleh dua aspek yaitu nikotinik reseptor dan metabolisme nikotin dimana kedua ini dipengaruhi oleh
usia. Namun hingga sekarang masih belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara jelas tentang korelasi usia dengan ketergantungan terhadap nikotin Park
et al., 2012.
5.6.2 5.6.2
5.6.2 5.6.2 Korelasi
Korelasi Korelasi
Korelasi Jenis Jenis
Jenis Jenis Kelamin
Kelamin Kelamin
Kelamin Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa USU
USU USU
USU yang yang
yang yang Merokok
Merokok Merokok
Merokok Terhadap Terhadap
Terhadap Terhadap
Ketergantungan Ketergantungan
Ketergantungan Ketergantungan Nikotin.
Nikotin. Nikotin.
Nikotin.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah perokok dalam kalangan laki-laki lebih besar daripada perempuan yaitu sebanyak 95 manakala perokok perempuan hanya
5. Data World Health Organization WHO pada tahun 2012, prevalensi perokok
pria 67 lebih besar daripada wanita yaitu 2,7. Hal lain yang mendukung hasil penelitian adalah data Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004 yang
menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia tertinggi yaitu sebanyak 28,4 dimana laki-laki sebanyak 52,4 dan 3,3 perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik diperoleh nilai r= -0,103 yang artinya terdapat korelasi negatif antara jenis kelamin dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin di mana
jenis kelamin tidak menyebabkan terjadinya ketergantungan nikotin pada seseorang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachiotis
et al. 2008 yang mencatat bahwa kecenderungan ketergantungan merokok pada laki-laki lebih
tinggi dibanding dengan perempuan. Perbedaan juga terdapat pada hasil penelitian dimana perempuan lebih banyak ketergantungan terhadap nikotin daripada laki-laki
Perkins
et al., 2001, Penelitian Perkins et al. tahun 2001 menunjukkan bahwa laki-laki memiliki angka keberhasilan berhenti merokok lebih tinggi daripada
perempuan dan kebanyakan perempuan khawatir akan peningkatan berat badan apabila mereka berhenti merokok. Stres, depresi dan kurang pergaulan sosial adalah
beberapa sebab perempuan tidak berhasil berhenti merokok. WHO 2010 juga mengatakan hal yang sama bahwa aspek kritikal yang membuatkan perempuan
merokok adalah untuk mengontrol berat badan dan penurunan nafsu makan.
5.6.3 5.6.3
5.6.3 5.6.3 Korelasi