Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herna Tri Yulianty

Tempat, Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 1 Juli 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Flamboyan Raya Komp. Taman Anggrek Setiabudi,

blok C No. 10, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 016396 Tanjung Gading (1999-2005)

2. SMP Negeri 1 Tebing Tinggi (2005-2008)

3. SMA Negeri 1 Matauli Pandan (2008-2011)

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011

Riwayat Organisasi : 1. UKMI ADDAKWAH USU (2012-2013)


(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya, Herna Tri Yulianty, sedang menjalani Pendidikan Dokter di Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul “Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini responden akan mengisi identitas diri dan akan dilakukan pengukuran panjang kepala dan lebar kepala dengan menggunakan alat ukur spreading caliper. Identitas anda akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan. Data yang terkumpul hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Partisipasi Anda bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, anda dapat bertanya langsung kepada peneliti. Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Jika anda bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan anda dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, September 2014

Peneliti,


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

NIM :

Usia :

Alamat :

No. Telp. :

menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Herna Tri Yulianty, dengan judul penelitian “Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.

Saya menyadari manfaat dan risiko penelitian ini, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, ………. 2014 Subjek Penelitian,


(4)

LEMBAR IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

Tanggal :

Nama Lengkap :

NIM :

Usia :

Stambuk :

Kelas :

Jenis Kelamin : laki-laki Perempuan

Kewarganegaraan :

Suku Bangsa :

Suku Ayah :

Suku Ibu :


(5)

LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN

Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama Responden :

NIM :


(6)

NO NAMA

JENIS

KELAMIN USIA PJG KPL

LEBAR KEPALA

SEFALIK INDEKS

1 ID Laki-laki 20 21 16.5 78.57

2 DS Laki-laki 21 20 16.5 82.5

3 MS Perempuan 21 21 17 80.95

4 DTH Laki-laki 21 21.5 17 79.07

5 MY Perempuan 20 20 16.5 82.5

6 JS Laki-laki 20 21 16.5 78.57

7 MAH Laki-laki 21 20 16 80

8 TR Perempuan 20 20 16.5 82.5

9 RF Perempuan 20 20 16.5 82.5

10 LAT Perempuan 21 19 16 84.21

11 DK Perempuan 20 18.5 15.5 83.78

12 HN Laki-laki 21 20.5 16.5 80.48

13 FD Perempuan 20 20.5 16.5 80.48

14 ES Perempuan 21 19 16 84.21

15 YK Perempuan 20 18 17 94.9

16 RG Perempuan 21 19 15.5 81.57

17 MIKR Laki-laki 22 19.5 17 87.18

18 RIS Perempuan 20 19.5 16 82.05

19 TRMA Laki-laki 19 21 16 76.19

20 SA Perempuan 20 19 17.5 92.11

21 RJH Perempuan 19 18.5 16.5 89.19

22 RA Perempuan 19 19.5 16.5 84.61

23 YTH Perempuan 21 18 16 88.88

24 ND Perempuan 21 19 15.5 81.57

25 ZK Perempuan 18 19 16 84.21

26 SSY Perempuan 19 19 15.5 81.57

27 SLL Perempuan 19 18.5 16 86.48

28 AE Perempuan 19 19.5 16.5 84.615

29 NSA Perempuan 18 19 15.5 81.57

30 FA Perempuan 19 19 16 84.21

31 RYA Perempuan 19 18.5 15.5 83.78

32 WW Perempuan 21 19 16.5 86.84

33 ARN Perempuan 20 19 16.5 86.84

34 RS Perempuan 20 18.5 15.5 83.78


(7)

37 FRA Perempuan 19 18.5 16 86.48

38 MSP Perempuan 19 17.5 16 91.42

39 KU Perempuan 20 19 15.5 81.57

40 FNW Perempuan 20 18 16 88.88

41 KR Perempuan 18 18 15 83.33

42 US Perempuan 19 19 16 84.21

43 RF Perempuan 17 19 15 78.94

44 SM Perempuan 20 19.5 16 82.05

45 DR Perempuan 20 20 17 85

46 SMY Perempuan 20 19 16 84.21

47 KUF Perempuan 20 19 16 84.21

48 SD Perempuan 20 19 15.5 81.58

49 NUL Perempuan 19 18 16 88.88

50 FA Laki-laki 21 20 16.5 82.5

51 MRA Laki-laki 21 20 15.5 77.5

52 SSSN Perempuan 21 18.5 16 86.49

53 TDLS Perempuan 20 19.5 16 82.05

54 YSS Perempuan 21 19 15.5 81.58

55 RNS Perempuan 21 18.5 16 86.49

56 SHN Perempuan 18 20.5 17 82.93

57 AAU Perempuan 19 17.5 15.5 88.57

58 FKA Perempuan 19 18 16 88.88

59 RZP Laki-laki 18 20 17 85

60 FA Perempuan 19 19.5 16 82.05

61 CIL Laki-laki 20 20 15.5 77.5

62 MAI Laki-laki 19 20.5 17 82.93

63 EMDS Perempuan 19 19 16 84.21

64 RFK Laki-laki 21 21 18 85.71

65 MAA Laki-laki 19 22 17 77.27

66 DSL Laki-laki 19 21 18 85.71

67 MIN Laki-laki 19 20 17 85

68 AK Laki-laki 18 21 17 80.95

69 HRF Perempuan 20 19.5 16 82.05

70 SP Perempuan 20 20 16 80

71 FAH Laki-laki 18 19 17 89.47

72 DJR Laki-laki 19 21 17 80.95

73 HRH Perempuan 19 18.5 16 86.49


(8)

75 AML Perempuan 18 19 16 84.21

76 AS Laki-laki 20 19 15.5 81.58

77 MAY Perempuan 20 20 16 80

78 AW Perempuan 20 19 16 84.21

79 TNA Perempuan 21 19 15.5 81.58

80 MTA Perempuan 20 19 16 84.21

81 FRA Laki-laki 20 19 15.5 81.58

82 MIK Laki-laki 21 20 16.5 82.5

83 IM Laki-laki 20 20 15.5 77.5

84 MD Laki-laki 21 18.5 15 81.08

85 AJS Laki-laki 22 20 16 80

86 GT Laki-laki 20 20 15.5 77.5

87 TAA Laki-laki 20 20 15 75

88 AH Laki-laki 21 21 17 80.95

89 MA Laki-laki 19 22 17 77.27

90 GYT Laki-laki 19 19.5 16 82.05

91 HIR Laki-laki 19 20 16 80

92 IFV Perempuan 17 18 16 88.89

93 GPHS Laki-laki 19 20.5 16.5 80.48

94 AT Laki-laki 19 21.5 15.5 72.09

95 MAPS Laki-laki 20 19 15.5 81.57

96 YP Laki-laki 19 19.5 15.5 79.48

97 HPH Laki-laki 20 19 16.5 86.84

98 RM Laki-laki 19 19.5 16.5 84.61

99 CM Laki-laki 19 19.5 17 87.17

100 IDLT Laki-laki 20 20 16.5 82.5

101 YC Laki-laki 19 20 17 85

102 RP Laki-laki 20 20 17 85

103 PI Perempuan 20 20 16.5 82.5

104 ARA Laki-laki 18 20 16 80

105 HF Laki-laki 19 19 15 78.95

106 ASY Laki-laki 20 20 15.5 77.5

107 IGS Laki-laki 20 20 16 80

108 JM Laki-laki 20 20 16 80

109 DP Laki-laki 22 20.5 17.5 85.37

110 MIG Laki-laki 18 21 16.5 78.57


(9)

113 JHS Laki-laki 20 21 17.5 83.33

114 RS Laki-laki 20 20.5 16.5 80.49

115 RSI Laki-laki 19 19 17 89.47

116 MRL Laki-laki 19 19.5 16.5 84.62

117 IKW Laki-laki 18 20 15.5 77.5

118 RPH Laki-laki 18 19 16.5 86.84

119 WA Laki-laki 18 19 16 84.21


(10)

HASIL OUTPUT DATA PENELITIAN

1. Uji normalitas

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

jenis kelamin 120 1.5000 .50210 1.00 2.00

Sefalik Indeks 120 82.9180 3.72273 72.09 94.90

lebar kepala responden 120 16.2083 .62706 15.00 18.00

panjang kepala responden 120 19.5750 .93631 17.50 22.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

jenis kelamin Sefalik Indeks

lebar kepala responden

panjang kepala responden

N 120 120 120 120

Normal Parametersa,,b Mean 1.5000 82.9180 16.2083 19.5750

Std. Deviation .50210 3.72273 .62706 .93631

Most Extreme Differences

Absolute .340 .071 .205 .164

Positive .340 .071 .205 .164

Negative -.340 -.058 -.137 -.125

Kolmogorov-Smirnov Z 3.728 .781 2.247 1.794

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .575 .000 .003

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(11)

Tests of Normality

jenis kelamin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

panjang kepala responden laki-laki .208 60 .000 .937 60 .004

perempuan .218 60 .000 .941 60 .006

lebar kepala responden laki-laki .170 60 .000 .937 60 .004

perempuan .285 60 .000 .881 60 .000

Sefalik Indeks laki-laki .074 60 .200* .985 60 .685

perempuan .186 60 .000 .925 60 .001

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Distribusi responden berdasarkan usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 2 1.7 1.7 1.7

18 14 11.7 11.7 13.3

19 37 30.8 30.8 44.2

20 42 35.0 35.0 79.2

21 22 18.3 18.3 97.5

22 3 2.5 2.5 100.0


(12)

jenis kelamin * usia Crosstabulation

Count

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

jenis kelamin laki-laki 1 6 15 20 17 1 60

Perempuan 1 8 22 22 5 2 60

Total 2 14 37 42 22 3 120

3. Distribusi Responden Berdasarkan Panjang & Lebar Kepala A. Pada laki-laki

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

lbrkpl 60 15.00 18.00 16.3750 .09177 .71084

pjgkpl 60 18.50 22.00 20.1167 .10249 .79387

SI 60 72.09 89.47 81.4648 .46819 3.62660

Valid N (listwise) 60

B. Pada perempuan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

lbr 60 15.00 17.50 16.0417 .06209 .48092

pjg 60 17.50 21.00 19.0333 .09498 .73569


(13)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

lbr 60 15.00 17.50 16.0417 .06209 .48092

pjg 60 17.50 21.00 19.0333 .09498 .73569

SI 60 78.94 94.90 84.3711 .41844 3.24121

Valid N (listwise) 60

4. Analisis Independent t-test

Group Statistics

jenis kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean panjang kepala responden laki-laki 60 20.1167 .79387 .10249

perempuan 60 19.0333 .73569 .09498

lebar kepala responden laki-laki 60 16.3750 .71084 .09177

perempuan 60 16.0417 .48092 .06209

Sefalik Indeks laki-laki 60 81.4648 3.62660 .46819

perempuan 60 84.3711 3.24121 .41844

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


(14)

5. Distribusi Bentuk Kepala

jenis kelamin * bentuk kepala Crosstabulation

Count

bentuk kepala

Total dolicocephalic mesocephalic brachycephalic

hyperbrachyce phalic

Ultrabrachyce Phallic

jenis kelamin laki-laki 1 17 29 13 0 60

perempuan 0 1 41 15 3 60

Total 1 18 70 28 3 120

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc

e Lower Upper panjang kepala

responden

Equal variances assumed

.942 .334 7.753 118 .000 1.08333 .13973 .80663 1.36004

Equal variances not assumed

7.753 117.3 23

.000 1.08333 .13973 .80661 1.36005

lebar kepala responden

Equal variances assumed

13.826 .000 3.008 118 .003 .33333 .11080 .11392 .55275

Equal variances not assumed

3.008 103.6 55

.003 .33333 .11080 .11361 .55306

Sefalik Indeks Equal variances assumed

1.542 .217 -4.628 118 .000 -2.90625 .62793 -4.14972 -1.66278

Equal variances not assumed

-4.628 116.5 41


(15)

(16)

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akinbami, Babatunde Olayemi, 2014. Measurement of Cephalic Indices in Older Children and Adolescents of a Nigerian Population. BioMed Research International, Volume 2014. Available from:

Artaria, Myrtati D., 2008. Perbedaan Antara Laki-Laki dan Perempuan : Penelitian Antropometris pada Anak-Anak Umur 6-19 Tahun. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 22, Nomor 4: 343-9. Available from:

2014]

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011. Disaster Victim Identification (DVI)

Indonesia. Available from

[accessed 23 April 2014]

Chada, P. Vijay, 1995. Identifikasi. Dalam : Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi ke-5. Jakarta: Widya Medika, 24-45

Departemen Kesehatan RI., 2010. Disaster Victim Identification (DVI). Available from:

http:/buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=67:disa

ster-victim-identification-dvi-Golalipour, M. J, K. Haidari, M. Jahanshahi, R. M. Farahani, 2003. The Shapes of Head and Face in Normal Male Newborns in South-East of Caspian Sea (Iran-Gorgan). J Anat Soc India 52(1): 28-31. Available from:

[accessed 23 April 2014]

http://medind.nic.in/jae/t03/i1/jaet03i1p28.pdf

Gonzales, Thomas A, Morgan Vance, Melton Helpern, Charles C. Uberger, 1954. Identification. In :Legal Medicine Pathology and Toxicology. 2nd Edition. New York, 17-42

[accessed 28 Maret 2014]

Henky, Oktavinda Safitry, 2012. Identifikasi Korban Bencana Massal: Praktik DVI Antara Teori dan Kenyataan. Indonesia Journal of Legal and Forensic Sciences


(18)

2012; 2(1): 5-7. Available from:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/download/3252/2331

Idries, Abdul Mun’im, 2009. Visum Et Repertum. Dalam:Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Sagung Seto, 11

[accessed 28 Maret 2014]

INTERPOL, 2009. Disaster Victim Identification Guide. Available from:

23 April 2014]

Jeremiah, Munguti, Mandela Pamela, Butt Fawzia, 2013. Sex Differences in The Cranial and Orbital Indices for A Black Kenyan Population. Int J Med Sci, Vol. 5(2): 81-4. Available from:

http:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Penatalaksanaan Korban Mati. Dalam:Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Edisi Revisi). Available from:

[accessed 20 Maret 2014]

Kerr, Douglas James Acworth, 1954. Identification. In: Forensic Medicine. 5th Edition. California: Black, 41-53

Kumar, Mahesh, Patnaik V. V. Gopichand, 2013. The Study of Cephalic Index in Haryanvi Population. Int J Pure App Biosci, 1(3): 1-6. Available from:

M.B.T. Umar, R. Singh, A.I. Shugaba, 2006. Cephalometric Indicies among Nigerians. Journal of Applied Sciences, 6: 939-42. Available from:

Juni 2014]

Mahajan, Anupama, Baljeet Singh Khurana, Seema, Arvinder Pal Singh Batra, 2009. The Study of Cephalic Index in Punjabi Students. Journal of Punjab Academy of Forensic Medicine & Toxicology, 9: 66-70. Available from:


(19)

Mane, Deepa R., Alka D. Kale, Manjula B. Bhai, Seema Hallikerimath, 2010. Anthropometric and Anthroposcopic Analysis of Different Shapes of Faces in Group of Indian Population : A Pilot Study (abstract). In Journal of Forensic and Legal Medicine, Vol.17(8):421-5. Available from:

20 April 2014]

Nandy, A. Purba, 2000. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine. 2nd Edition. New Central Book Agency Publisher.Calcuta, 48-54 Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta, 70

Olotu, E. J., A. Eroje, G. S. Oladipo, E. Edibamode, 2009. Anthropometric Study of The Facial and Nasal Length of Adult Igbo Ethnic Group in Nigeria. The Internet Journal of Biological Anthropology, vol. 2: 80-87

Prawestiningtyas, Eriko, Agus Mochammad Algozi, 2009. Identifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 25(2): 87-93. Available from:

2014]

Shah V. G., Jadhav H. R., 2004. The Study of Cephalic Index in Student of Gujarat. J Anat Soc India, 53 (1): 25-6. Available from:

Singh, Surjit, 2008. Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Kasus Bencana Massal. Dalam: Majalah Kedoteran Nusantara, Volume 41 No.4, Desember

2008, 254-7. Available from

[accessed 20 Maret 2014]

Snell, Richard A., 2006. Anatomi Klinik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 31 & 841

Suriyanto, Rusyad Adi, Koeshardjono, 1999. Studi Variasi Indeks Acromiocristalis. Berita Penelitian. Antropologi Indonesia 60, 1999. Universitas Gajah Mada. Available from:


(20)

Wahyuni, Arlinda Sari, 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication

Yagain, V. Kiran, Shakunthala R. Pai., Sneha G. Kalthur., Chetan P., Hemalatha I., 2012. Study of Cephalic Index in India Students. Int J Morphol, 30(1): 125-9.

Available from


(21)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Defenisi Operasional

a. Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Cara ukur : melakukan wawancara tertulis.

Alat ukur : lembar identitas subjek penelitian Hasil ukur : laki-laki dan perempuan.

Skala ukur : skala nominal

b. Sefalik indeks adalah perbandingan antara lebar kepala dengan panjang kepala dikali seratus.

Cara ukur : menghitung perbandingan lebar kepala dan panjang kepala. Lebar kepala diukur antara sisi lateral paling distal tulang tengkorak. Panjang kepala diukur dari glabella sampai protuberentia occipital.

Alat ukur : spreading caliper Hasil ukur : 75-80


(22)

Skala ukur : skala numerik

3.3. Hipotesa


(23)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk memberikan gambaran perbedaan sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di jalan dr. Mansur no.5, Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September dan Oktober tahun 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan metode stratified random sampling dimana diambil sampel dari setiap strata (stambuk 2011, 2012, dan 2013) secara random.

4.3.2.1. Perkiraan Sampel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2007), penarikan sampel dapat menggunakan rumus Slovin :


(24)

N n = ---

1 + Nd2 Ket :

n : besar sampel minimum N : Jumlah Populasi (1506)

d : kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir (0.1)

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan besar sampel minimum untuk penelitian ini adalah 94, maka peneliti mengambil sampel sebesar 120 orang.

Stambuk 2011 :

-laki-laki : 20 orang -perempuan : 20 orang Stambuk 2012

-laki-laki : 20 orang -perempuan : 20 orang Stambuk 2013

-laki-laki : 20 orang -perempuan : 20 orang

4.3.2.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria inklusi :

- Mahasiswa FK USU stambuk 2011, 2012, dan 2013 - Ras Mongoloid


(25)

- Pernah mengalami fraktur, trauma, atau kelainan pada kepala.

- Tidak bersedia menjadi sampel penelitian dan tidak mengisi lembar informed consent.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dimulai dengan melakukan wawancara tertulis untuk menanyakan nama, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, usia, kewarganegaraan, suku ayah, suku ibu, dan riwayat trauma atau kelainan pada kepala.

Semua subjek penelitian telah diminta pesetujuan setelah diberi penjelasan sebelumnya mengenai tujuan, manfaat, cara, dan risiko penelitian yang dilakukan pada lembar informed consent. Pengukuran dilakukan setelah subjek menyetujui lembar informed consent.

Setelah itu, dilakukan pengukuran panjang dan lebar kepala pada subjek yang memenuhi kriteria dengan menggunakan alat standar, yaitu spreading caliper. Pada penelitian ini digunakan spreading caliper (kaliper lengkung) merk Renken buatan Jerman diantara kedua batang terdapat lengkungan yang berskala sampai dengan 50 cm.

Gambar 4.1. Kaliper Lengkung

Pengukuran panjang kepala maksimum dilakukan dari glabella ke protuberentia oksipitalis dan lebar kepala maksimum diukur di daerah parietal selebar mungkin, yaitu sepanjang sutura parieto skuamosa kanan dan kiri. Setelah dilakukan pengukuran pada kepala selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisa dari data-data yang sudah dikumpulkan, baik dari wawancara tertulis maupun pengukuran.


(26)

Gambar 4.2. Pengukuran Panjang Kepala (Dikutip dari: M.B.T. Umar, R. Singh, A.I. Shugaba, 2006)

Gambar 4.3. Pengukuran Lebar Kepala (Dikutip dari: M.B.T. Umar, R. Singh, A.I. Shugaba, 2006)

4.5. Metode Analisis Data

Menurut Wahyuni (2007), data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan data ringkasan dengan menggunakan cara-cara berikut :

a. Editing

Memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. b. Coding

Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Entry

Memasukkan data ke dalam program komputer SPSS. d. Cleaning


(27)

Data yang dimasukkan diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

e. Saving

Data yang telah dimasukkan dan telah diperiksa disimpan dalam folder. f.Analisis data

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis. Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program komputer, yaitu menggunakan program SPSS 17.0 (Statistic Package for Sosial Science). Pada penelitian ini, untuk melihat hubungan variabel jenis kelamin (nominal) dengan variabel sefalik indeks (numerik) menggunakan analisis bivariat dengan metode uji t independen. Setelah data diolah selanjutnya hasil ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi.


(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr. Mansur No. 5 Medan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Fakultas ini pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki sebanyak lebih kurang 1800 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di provinsi Sumatera Utara dan di luar provinsi Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2011, stambuk 2012, dan stambuk 2013 yang dipilih secara acak sebanyak 120 orang dan didistribusi secara merata di setiap stambuk.

Dari keseluruhan responden diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin, panjang kepala, dan lebar kepala. Data mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(29)

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Umur Jumlah Persen (%)

17 2 1,7

18 14 11,7

19 37 30,8

20 42 35

21 22 18,3

22 3 2,5

Total 120 100

Berdasarkan distribusi umur, responden paling banyak berumur 20 tahun (35%) dan paling sedikit berumur 17 tahun (1,7%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

Laki-laki 60 50

Perempuan 60 50

Total 120 100

Dari tabel di atas diperoleh bahwa responden laki-laki memiliki jumlah yang sama dengan responden perempuan yaitu sebanyak 60 orang (50%).

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Panjang Kepala dan Lebar Kepala

Pengukuran Minimum (cm) Maksimum (cm)

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Panjang Kepala 18,5 17,5 22 21

Lebar Kepala 15 15 18 17,5

Berdasarkan sebaran panjang kepala responden diperoleh panjang kepala minimum pada laki-laki yaitu 18,5 centimeter sementara pada perempuan diperoleh 17,5 centimeter. Pada laki-laki diperoleh panjang kepala maksimum 22 centimeter dan panjang kepala maksimum perempuan sebesar 21 centimeter.


(30)

Berdasarkan sebaran lebar kepala responden diperoleh lebar kepala minimum pada laki-laki dan perempuan sama, yaitu sebesar 15 centimeter. Lebar kepala maksimum pada laki-laki 18 centimeter dan pada perempuan 17,5 centimeter.

5.1.3 Hasil Analisis Data

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan sejak bulan September sampai Oktober 2014 di FK USU.

Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan analisis bivariat (Independent t-test)

Tabel 5.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, dan Sefalik Indeks

Ukuran Laki-Laki Perempuan P

N Mean SD N Mean SD

Lebar Kepala

(cm)

60 16,3750 0,71084 60 16,0417 0,48092 0,003*

Panjang Kepala

(cm)

60 20,1167 0,79387 60 19,0333 0,73569 0,000*

Sefalik Indeks

60 81,4648 3,62660 60 84,3711 3,24121 0,000*

Keterangan: *signifikan: (p<0,05)

Berdasarkan tabel diatas didapati rata-rata lebar kepala laki-laki lebih besar (16,375) dari rata-rata lebar kepala perempuan (16,0417). Rata-rata panjang kepala laki-laki juga lebih besar (20,1167) dibandingkan rata-rata panjang kepala perempuan (19,0333). Namun, rata-rata sefalik indeks laki-laki lebih kecil (81,4648) dari rata-rata sefalik indeks perempuan (84,3711).


(31)

Dari hasil sefalik indeks yang didapatkan, maka dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk kepala. Klasifikasi berdasarkan bentuk kepala dibagi menjadi dolikosefalik (≤74,9), mesosefalik (75 -79,9), brakhisefalik (80-84,9), dan hiperbrakhisefalik (≥ 85). Pada penelitian ini didapatkan hasil seperti pada tabel berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala

Bentuk kepala Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

N % N %

Dolikosefalik 1 1,7 0 0

Mesosefalik 17 28,3 1 1,7

Brakhisefalik 29 48,3 41 68,3

Hiperbrakhisefalik 13 21,7 18 30

Total 60 100 60 100

Berdasarkan tabel diperoleh responden yang memiliki bentuk kepala dolikosefalik pada laki-laki sebanyak 1,7% sedangkan pada perempuan tidak ada. Responden yang memiliki bentuk kepala mesosefalik pada laki-laki sebanyak 28,3% dan pada perempuan sebanyak 1,7%. Responden yang memiliki bentuk kepala brakhisefalik pada laki-laki sebanyak 48,3% dan pada perempuan sebanyak 68,3%. Responden yang memiliki bentuk kepala hiperbrakhisefalik pada laki-laki sebanyak 21,7% dan pada perempuan sebanyak 30%.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap 60 orang laki-laki (50%) dan 60 orang perempuan (50%) didapatkan bahwa ada perbedaan sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan. Rata-rata lebar kepala, panjang kepala, dan sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05). Belum diketahui secara pasti penyebab perbedaan sefalik indeks antara


(32)

laki-laki dan perempuan, tetapi diduga berkaitan dengan dimorfisme seksual (Olotu, Eroje, Oladipo, dan Edibamode, 2009). Hipotesis lain menyatakan mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genetik, dan juga nutrisi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan tulang seperti faktor hormonal, ibu yang merokok, dan hipertiroidisme juga dikaitkan (Akinbami, 2014).

Dari hasil pengolahan data pada penelitian ini didapatkan rata-rata sefalik indeks perempuan (84,37) lebih besar dari laki-laki (81,46). Hal yang sama juga didapatkan pada beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai Negara. Pada penelitian Mahesh Kumar dan Gopichand (2013) yang dilakukan pada populasi Haryanvi didapatkan rata-rata sefalik indeks perempuan (72,25) lebih besar dari laki-laki (66,72). Pada penelitian Yagain et al (2012) yang dilakukan pada mahasiswa India diperoleh rata-rata sefalik indeks perempuan (80,85) sedangkan laki-laki (77,92).

Rata-rata sefalik indeks yang berbeda-beda pada setiap populasi dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga lingkungan, dimana pada ras Kaukasia memiliki bentuk kepala mesosefalik, ras Mongoloid memiliki bentuk kepala brakhisefalik dan mesosefalik, dan ras Negroid memiliki bentuk kepala dolikosefalik (Nandy, 2000). Faktor nutrisi juga mempengaruhi bentuk kepala, berkaitan dengan kebiasaan makan yang berbeda pada tiap populasi (aturan agama, keluarga vegetarian, dan lain-lain). Bentuk kepala juga dapat berubah dari satu generasi ke generasi lainnya, misalnya pada generasi pertama imigran Jepang di Hawaii menunjukkan bahwa mereka memiliki lebar kapala yang meningkat dan panjang kepala yang menurun, sehingga memiliki sefalik indeks yang lebih besar dibandingkan orang tua mereka (Yagain et al., 2012).

Penelitian ini dilakukan pada ras Mongoloid dan didapatkan pada laki-laki mayoritas responden memiliki bentuk kepala brakhisefalik (48,3%), kemudian mesosefalik (28,3%), hiperbrakhisefalik (21,7%), dan sedikit dolikosefalik (1,7%).


(33)

Pada responden perempuan mayoritas juga memiliki bentuk kepala brakhisefalik (68,3%), kemudian hiperbrakhisefalik (30%), dan sedikit mesosefalik (1,7%).

Besar sefalik indeks yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat membantu dalam proses identifikasi. Seperti yang telah dibahas pada bab 1 dan bab 2, proses identifikasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Jika didapati sebuah tengkorak saja tanpa badan maka pengukuran sefalik indeks dapat melengkapi hasil identifikasi.


(34)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah :

a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sefalik indeks mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( P˂0,05)

b. Rata-rata sefalik indeks mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 81,4648

c. Rata-rata sefalik indeks mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 84,3711

d. Rata-rata bentuk kepala mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah brakhisefalik (indeks sefalik 80-84,9)

6.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ada beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu :

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap etnis lain mengenai perbedaan sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan, serta antara etnis satu dan lainnya dimana hal ini akan berguna bagi kedokteran forensik.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Jadi, antropometri adalah pengukuran pada beberapa bagian tubuh seseorang, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati (Suriyanto dan Koeshardjono, 1999). Antropometri merupakan suatu ilmu sistematis pengukuran tubuh manusia (Mane, Kale, Bhai, Hallikerimath, 2010). Sedangkan untuk bagian tubuh yang tidak dapat diukur (morfologi tubuh) dimasukkan ke dalam antroposkopi, misalnya bentuk, karakteristik dan distribusi, warna kulit, warna mata, rambut, bentuk hidung, serta bentuk bibir dan jenisnya (Suriyanto dan Koeshardjono, 1999).

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat dengan jelas dari tengkorak dan kerangka tulangnya, bahkan perbedaan ini masih dapat dilihat walaupun orang tersebut sudah meninggal. Maka dari itu seorang antropolog atau dokter forensik sering menggunakan tulang sebagai media identifikasi untuk menentukan jenis kelamin seseorang (Artaria, 2008). Namun, hal tersebut hanya dapat dilakukan pada orang dewasa atau yang telah melewati masa pubertas (Chada,1995).

Penentuan jenis kelamin pada anak-anak tergantung pada perkembangannya. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, yang paling besar pengaruhnya adalah faktor hormon seksual. Hormon seksual akan mempengaruhi morfologi tubuh seseorang. Sehingga untuk membedakan jenis kelamin pada anak-anak ditentukan berdasarkan kelompok umurnya (Artaria, 2008).

Variasi antropometri dipengaruhi oleh perbedaan genetik dan modifikasi lingkungan. Dua hal tersebut dapat mempengaruhi struktur anatomi, organ, dan jaringan (Suriyanto dan Koeshardjono, 1999).

Jika antropometri dipakai untuk mengetahui ukuran tentang besar-kecilnya (size), maka untuk bentuk (shape) dapat diketahui dari proporsi antara ukuran-ukuran


(36)

yang dikenal sebagai indeks (Suriyanto dan Koeshardjono, 1999). Pada tulang tengkorak salah satunya adalah indeks sefalik, yaitu membandingkan lebar kepala dengan panjang kepala .

2.2. Tulang

Tulang merupakan jaringan hidup yang bersifat keras, terdiri dari sel-sel, serabut-serabut dan matriks yang bisa berubah bentuk apabila mendapat tekanan. Berdasarkan bentuknya, tulang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta sesuai dengan namanya compact yang berarti padat. Sedangkan tulang spongiosa merupakan tulang yang terdiri dari anyaman-anyaman trabekula (Snell, 2006).

2.2.1. Klasifikasi Tulang

Menurut Snell (2006) tulang dikelompokkan berdasarkan bentuk umumnya dibagi menjadi :

1) Tulang Panjang

Biasanya terdapat pada ektremitas, contohnya ossa femur, ossa humerus, ossa ulna, ossa metacarpal, dan phalanges. Dikatakan tulang panjang karena panjangnya lebih besar dari lebarnya. Tulang panjang terdiri dari corpus, diafisis, dan epifisis. 2) Tulang Pendek

Tulang pendek dapat ditemukan pada tangan dan kaki, misalnya tulang scaphoid dan calcaneus. Biasanya berbentuk segi empat dan terdiri dari tulang spongiosa yang dilapisi oleh tulang kompakta.

3) Tulang Pipih

Tulang pipih biasanya terdapat pada tempurung kepala, seperti ossa frontale dan ossa parietale. Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri dari selapis tulang kompakta yang dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa.


(37)

Tulang iregular merupakan kelompok tulang yang tidak dimasukkan ke dalam golongan di atas, seperti tulang tengkorak, ossa vertebrae, dan ossa coxae. Tulang iregular terdiri dari tulang kompakta pada bagian luar dan tulang spongiosa pada bagian dalamnya.

5) Tulang Sesamoid

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang terdapat pada permukaan tendon. Contohnya adalah tulang patella.

2.2.2. Perkembangan Tulang Tengkorak

1) Tulang Oksipital

Pusat osifikasi terlihat di pars squamosa oksipital bawah dan atas tulang pada minggu keenam dan ketujuh, di bagian basilar pada minggu kesepuluh dan pada bagian lateral sekitar minggu kedelapan. Pada saat lahir, tulang oksipital terdiri dari tiga bagian : squamosa, lateral dan basilar. Bagian squamosa dan lateral menyatu pada tahun pertama sampai keempat dan penyatuan bagian lateral dengan basilar terjadi pada tahun ketiga (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

2) Tulang Sphenoid

Tulang ini berkembang dari tujuh pasang inti yang muncul sejak akhir bulan kedua sampai akhir bulan ketiga. Pada saat lahir tulang sphenoid terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian badan yang berada di tengah, bagian sayap yang lebih kecil, bagian sayap yang lebih besar, yang masing-masing disatukan oleh pterygoid. Tiga bagian ini berkembang bersama-sama sejak usia satu tahun. Pada saat lahir sinus sphenoidal berukuran sangat kecil, kemudian mulai berkembang pada awal tahun keempat, dan pada tahun kesembilan sampai kesepuluh berkembang menjadi badan sphenoid. Penyatuan bagian basilar sphenoid dan tulang oksipital terjadi sekitar usia dua belas tahun (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).


(38)

3) Tulang Temporal

Tulang temporal sewaktu lahir terdiri dari tiga bagian: squamosa, yang terbentuk pada akhir bulan kedua; timpani, yang mengalami osifikasi pada pertengahan bulan ketiga; pars petrosa, yang terbentuk pada bulan kelima. Ujung atas prosesus stiloideus mengeras pada akhir masa janin, ujung bawahnya mengeras segera setelah lahir, kemudian keduanya menyatu pada usia pertengahan. Prosesus mastoideus berkembang dari pars squamosa dan pars petrosa, namun belum berkembang dengan baik sampai usia dewasa. (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954). Prosesus mastoideus akan tampak sebagai tonjolan tulang pada usia sekitar dua tahun (Snell, 2006).

4) Tulang Frontal

Osifikasi tulang frontal terlihat pada setiap sisi saat akhir bulan kedua. Sinus frontale mulai terbentuk pada akhir tahun pertama dan terus berkembang hingga masa pubertas. Keduanya akan menyatu setelah tahun ketiga (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

5) Tulang Parietal

Kedua bagian parietal mengalami osifikasi dan berkembang masing-masing pada akhir bulan kedua (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

6) Tulang Ethmoid

Osifikasi untuk bagian papyraceous dimulai pada akhir bulan kelima, crista galli dan lamina perpendikular pada akhir tahun pertama. Proses osifikasi masih berlangsung sampai usia 6 tahun (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

7) Fontanela

Fontanela terdiri dari dua bagian, yaitu bagian anterior yang terletak diantara belahan ossa frontale dan ossa parietale dan bagian posterior yang terletak diantara pars squamosa ossis occipitalis dan pinggir posterior kedua


(39)

os parietale. Fontanela anterior akan menutup pada tahun kedua, dan fontanela posterior menutup pada usia kurang dari satu tahun (Snell, 2006).

2.3. Identifikasi

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan jati diri atau identitas seseorang yang hidup maupun mati berdasarkan ciri-ciri yang khas pada orang tersebut (Cadha, 1995). Proses identifikasi merupakan suatu kebutuhan dalam penyidikan, terutama pada tindak pidana, untuk mengenali pelaku dan korban tindak kriminal. Seorang dokter dapat dimintai bantuan untuk mengetahui usia korban, penyebab luka atau bekas luka, dan kemungkinan penyebab kematian korban. Identifikasi juga berguna pada kasus-kasus perdata seperti menentukan ahli waris, masalah asuransi, ataupun untuk penentuan keturunan (orang tua biologis) (Kerr, 1954).

Dalam kasus kriminal, identitas korban diperlukan untuk mengetahui motivasi pelaku menghilangkan nyawa korban. Jika identitas korban tidak jelas maka akan sulit untuk mengetahui pelakunya (Idries, 2009).

Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dari korban yang diduga hasil tindak pidana, yaitu identitas korban, perkiraan waktu kematian, penyebab kematian, dan dugaan cara kematian (Idries, 2009). Untuk mengetahui identitas korban pada kasus tindak kriminal, dua metode utama yang dilakukan yaitu pengukuran antropometri dan pemeriksaan sidik jari (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

Antropometri pertama sekali dikenalkan oleh seorang dokter Perancis, Alfonsus Bertillon (1853-1914), dengan melakukan pengukuran pada tubuh, baik utuh ataupun terpisah-pisah, seperti pengukuran panjang dan lebar kepala, panjang dan lebar telinga, panjang batang tubuh, kaki, lengan bawah , rentang jari tengah, dan juga warna iris mata (Kerr, 1954).

Pendeteksian melalui sidik jari yang diperkenalkan oleh Nehemiah Grew (1614-1712) juga penting dilakukan. Berdasarkan hitungan matematis, sidik jari


(40)

merupakan sarana identifikasi yang memiliki ketepatan cukup tinggi, karena kemungkinan dua orang yang memiliki sidik jari yang sama adalah 64 x 109: 1. Namun, hal ini memiliki kendala karena diperlukan data sidik jari semua penduduk untuk dijadikan pembanding (Singh, 2008).

2.3.1. Klasifikasi Identifikasi

Menurut Chada (1995) identifikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Identifikasi untuk orang hidup

Identifikasi penting dilakukan pada orang hidup untuk hal-hal seperti berikut :

a. Semua kasus mediko-legal

b. Penjahat atau prajurit militer yang melarikan diri c. Terdakwa kasus pembunuhan

d. Terdakwa pelaku pemerkosaan

e. Identitas bayi baru lahir yang tertukar (untuk menentukan orang tua kandungnya)

f. Anak yang hilang

g. Orang dewasa yang karena sesuatu hal kehilangan uangnya h. Tuntutan hak milik

i. Untuk kepentingan asuransi j. Tuntutan hak pensiun

2. Identifikasi untuk orang meninggal

Identifikasi pada jenazah dilakukan untuk beberapa kepentingan berikut ini: a. Kasus peledakan

b. Kasus kebakaran

c. Kecelakaan yang memakan banyak korban, seperti pada kecelakaan kereta api dan pesawat


(41)

e. Kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum.

2.3.2. Data pada Proses Identifikasi

Menurut Nandy (2000) dan Chada (1995), data yang penting untuk diketahui dalam proses identifikasi orang yang hidup atau yang sudah mati meliputi :

1) Ras, agama, dan kebangsaan 2) Jenis kelamin

3) Usia

4) Warna kulit dan penampilan 5) Warna rambut dan jenis rambut

6) Sidik jari tangan dan kaki (dactylography) 7) Antropometri

8) Mata

9) Deformitas, yang didapat maupun bawaan (kongenital)

10)Tanda identifikasi, seperti bekas luka, tato, bekas-bekas yang timbul sehubungan dengan pekerjaan

11)Tulisan tangan 12)Gigi-geligi

13)Cara berjalan, sikap dan kebiasaan

14)Teknik superimposisi, rekonstruksi wajah dan penampilan 15)Gaya bicara dan suara

16)DNA

17)Barang-barang pribadi 18)Foto

2.3.3. Identifikasi Jenazah yang Tidak Dikenal

Masalah yang cukup sulit dalam proses identifikasi adalah saat tubuh korban tidak dapat dikenali. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada jenazah


(42)

yang telah membusuk, korban kebakaran, dan korban mutilasi yang bisa disebabkan oleh beberapa kejadian seperti, pengeboman, kecelakaan kereta api, ataupun dimakan oleh hewan buas (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

Dari kasus-kasus tersebut kemungkinan identifikasi hanya bisa dilakukan dari bagian tubuh yang tersisa, misalnya tulang. Dengan melakukan identifiksi tulang akan didapatkan informasi-informasi penting mengenai jenis kelamin, ras, perkiraan tinggi badan, dan usia (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

2.4. Korban Mati Akibat Bencana Massal

Bencana massal merupakan suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam ataupun ulah manusia, dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun perlahan menyebabkan kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda, bahkan hilangnya nyawa manusia, yang melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat untuk mengatasinya (Singh, 2008). Bencana didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi yang menyebabkan banyak orang mengalami luka ataupun kematian (Interpol, 2009). Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2007 bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara perlahan tetapi terus menerus yang menyebabkan kerusakan ekosistem dan memerlukan penanganan luar biasa dan tindakan darurat untuk menyelamatkan manusia dan lingkungannya (Henky dan Safitry, 2012).

Bencana digolongkan kedalam dua bentuk. Pertama bencana yang terjadi secara alami (natural disaster), contohnya seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan yang sejenisnya. Kedua bencana yang dibuat oleh manusia (man made disaster), seperti pengeboman, kecelakaan darat, laut, udara, kebakaran hutan, dan sejenisnya yang diakibatkan oleh ulah manusia (Singh, 2008).

Di Indonesia, penatalaksanaan korban mati mengacu pada Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri No. 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol Kep/40/IX/2004 Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana


(43)

Massal (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Identifikasi korban mati penting dilakukan karena ini merupakan suatu upaya memenuhi hak asasi manusia (HAM) dan pemenuhan aspek legal sipil juga keluarga korban, seperti pada korban kasus ledakan bom atau korban akibat terorisme lainnya (Depkes, 2010)

Untuk melakukan identifikasi pada kasus bencana massal diperlukan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang ahli yang disebut tim DVI. Tim DVI terdiri dari anggota kepolisian dan dokter/dokter gigi forensik (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Disaster Victim Identification (DVI) adalah suatu prosedur identifikasi korban meninggal akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maupun ilmiah yang mengacu pada prosedur DVI Interpol (BNPB, 2011). Proses identifikasi ini penting dilakukan bukan hanya untuk mengetahui penyebab bencana, tetapi juga untuk menenangkan keluarga karena dapat diketahuinya identitas korban secara pasti (Prawestiningtiyas dan Algozi, 2009).

2.4.1. Tahapan Identifikasi

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011) proses DVI dibagi menjadi lima fase, yaitu fase TKP, fase post mortem, fase ante mortem, fase rekonsiliasi, dan fase debriefing.

Fase pertama yaitu olah TKP. Hal-hal yang perlu dilakukan tim DVI, yaitu melakukan olah TKP sebelum korban dipindahkan dari lokasi, memasang label pada tubuh korban, tidak melepas seluruh perlengkapan pribadi yang terpasang pada korban, mengumpulkan dan mencatat barang-barang yang tidak melekat, mengisi formulir Interpol DVI meliputi : perkiraan umur, tanggal dan lokasi korban ditemukan, kemudian formulir dimasukkan kedalam kantung jenazah (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Fase post mortem adalah fase pemeriksaan jenazah. Pada fase ini tim DVI bertugas menerima jenazah/potongan jenazah dan barang bukti dari TKP, mengelompokkannya berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh, potongan jenazah, dan barang-barang. Selanjutnya, membuat foto jenazah, mengambil sidik jari


(44)

dan memeriksa golongan darah, melakukan pemeriksaan sesuai formulir Interpol DVI yang tersedia, memeriksa properti yang melekat pada korban, melakukan pemeriksaan gigi-geligi, mengambil sampel DNA, menyimpan jenazah yang sudah diperiksa, melakukan pemeriksaan barang-barang kepemilikan, dan mengirimkan data-data yang diperoleh ke unit pembanding data (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Pada fase ante mortem, tim DVI bertugas untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari kelurga korban atau orang yang melapor kehilangan anggota keluarga, mengumpulkan foto semasa hidup dan data-data/ciri-ciri korban. Selanjutnya, mengambil sampel DNA pembanding, memasukkan data-data kedalam formulir Interpol DVI lalu mengirim data-data ke Unit Pembanding Data (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Fase keempat adalah fase rekonsiliasi, yaitu fase penggabungan data fase TKP, fase post mortem, dan fase ante mortem. Jika terdapat banyak kecocokan data, maka korban telah berhasil diidentifikasi. Selanjutnya, membuat surat keterangan kematian untuk korban yang telah berhasil dikenali dan surat-surat lainnya yang diperlukan (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Fase terakhir, fase debriefing yaitu mengumpulkan seluruh anggota tim dan instansi terkait untuk melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses identifikasi, agar proses identifikasi selanjutnya lebih baik lagi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Kelima fase tersebut harus dikerjakan sesuai standar pada setiap kasus bencana. Namun, terdapat banyak kendala yang sering dijumpai dalam pelaksanaannya seperti, jumlah jenazah yang terlalu banyak, jumlah dokter forensik yang kurang, tempat penyimpanan jenazah yang minim, dan kurang koordinasi antara instansi atau individu yang terlibat (Henky dan Safitri, 2012).


(45)

Berdasarkan Interpol (2009), metode identifikasi yang dipakai sekarang, yaitu:

1. Metode identifikasi primer a. Sidik jari

Ada tiga alasan kenapa sidik jari digunakan sebagai metode identifikasi: - Sidik jari pada setiap orang berbeda

- Sidik jari tidak berubah dari kecil hingga dewasa - Sidik jari dapat diklasifikasikan

b. Gigi-geligi

Pemerikasaan gigi memberikan hasil yang cukup signifikan dengan membandingkan data post mortem dengan data ante mortem yang diperoleh dari dokter gigi semasa hidup korban.

c. DNA

Analisis DNA memberikan hasil yang akurat, dengan membandingkan DNA korban dengan DNA keluarga. Jika terdapat kecocokan maka identitas korban dapat diketahui.

2. Metode identifikasi sekunder a. Medik

Temuan medis seperti bekas luka ataupun bekas operasi dapat membantu mengidentifikasi korban.

b. Properti

Barang-barang pribadi yang ada pada korban seperti, perhiasan, pakaian, dokumen pribadi dapat membantu menentukan identitas korban.

Dahulu, metode identifikasi yang dipakai yaitu : 1. Metode sederhana

a. visual b. kepemilikan


(46)

c. dokumentasi 2. Metode ilmiah

a. Sidik jari b. Serologi c. Odontologi d. Antropologi e. Biologi molekular

Namun, metode visual sekarang tidak digunakan lagi karena tidak bisa dipakai jika keadaan mayat sudah tidak utuh, sudah membusuk, terbakar, mutilasi, serta tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Prinsip proses identifikasi adalah dengan membandingkan data korban yang tidak dikenal (post mortem) dengan data yang disangka korban (ante mortem. Semakin banyak data yang cocok, maka hasilnya semakin baik (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.5. Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang dapat diidentifikasi dengan mudah dari organ-organ tubuh spesifik, contohnya payudara. Dari payudara dapat dibedakan dengan jelas apakah korban laki-laki atau perempuan (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954). Pertanyaan mengenai jenis kelamin sering muncul pada kasus disgenesis gonad, jenazah yang telah membusuk, mutilasi, atau pada kasus yang hanya ditemukan rangka tulang. Pada kasus-kasus tersebut biasanya sulit untuk membedakan apakah orang itu laki-laki atau perempuan (Nandy, 2000).

Perbedaan secara umum antara perempuan dengan laki-laki yaitu, perempuan memiliki lebih sedikit rambut pada permukaan tubuhnya, ekstremitas yang lebih halus, lebih banyak lemak dibawah kulit, dan sedikit otot. Selain itu perempuan juga memiliki tulang yang lebih kecil, dengan permukaan yang lebih halus dan rongga medulla yang lebih lebar daripada laki-laki. Jika dilihat dari rongga kepala, perempuan


(47)

memiliki rongga kepala yang lebih kecil dan sedikit bagian tulang yang menonjol, rahang bawah yang sempit, dan ukuran wajah yang lebih kecil daripada laki-laki. Dinding dada pada wanita terlihat lebih kecil dan bulat, sternum lebih pendek serta tangan dan kaki yang lebih kecil dibandingkan laki-laki. (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

Dilihat dari tulang pelvisnya, akan menunjukkan perbedaan yang lebih jelas daripada tulang lainnya. Pada perempuan, tulang iliumnya lebih vertikal dan panggulnya lebih sempit dibandingkan laki-laki. Foramen obturatoria pada perempuan kecil dan berbentuk segitiga, sedangkan pada laki-laki lebih besar dan berbentuk ovoid (Gonzales, Vance, Helpern, Uberger, 1954).

Menurut Nandy (2000) ada beberapa data yang bisa digunakan untuk menentukan jenis kelamin, yaitu

1) Morfologi fisik 2) Tulang

3) DNA

4) Pakaian (tidak signifikan) 5) Biopsi gonad

6) Pemeriksaan Hormon (pada kasus interseks)

Ciri khas jenis kelamin pada tulang kerangka hanya terlihat pada seseorang yang telah mengalami pubertas. Maka penentuan jenis kelamin dari tulang hanya mungkin dilakukan pada korban yang telah melampaui masa pubertas (Chada, 1995).

Untuk menentukan jenis kelamin bisa dengan kerangka yang utuh maupun yang tidak utuh. Semakin banyak tulang yang dikumpulkan, semakin besar keakuratannya.

Pada rangka utuh keakuratannya sebesar 100%, jika rangkanya tidak utuh tetapi didapati tulang pubis dan tengkorak keakuratannya menjadi 98%. Pemeriksaan tulang pelvis saja sebesar 95%, tulang tengkorak saja 90%, dan dengan tulang panjang keakuratannya sebesar 80-85%. Semua kerangka tulang, pelvis (tulang pinggul dan


(48)

sakrum), tengkorak, mandibula, sternum dengan manubrium dan tulang femur sangat berguna untuk menentukan jenis kelamin (Nandy, 2000).

Tabel 2.1. Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Bagian-Bagian Tulang Tengkorak

Bagian Tulang Tengkorak Laki-Laki Perempuan

1. Ukuran Lebih besar, kapasitas

intrakranial 10% lebih besar dari perempuan

Lebih kecil, kapasitas intrakranial 10% lebih kecil dari laki-laki

2. Glabella Kurang menonjol Lebih menonjol

3. Tulang supra-orbital Lebih menonjol Kurang menonjol

4. Prosesus mastoideus Lebih menonjol Kurang menonjol

5. Protuberentia occipital Lebih menonjol Kurang menonjol

6. Arkus zigomatikum Lebih menonjol Kurang menonjol

7. Dahi Cenderung Datar Agak bulat

8. Celah hidung Tinggi dan sempit Rendah dan lebar

9. Permukaan tulang Lebih kasar dengan

banyak bagian yang menonjol untuk tempat perlekatan otot

Lebih halus dengan sedikit bagian yang menonjol untuk tempat perlekatan otot

Sumber : Nandy, A. Purba. 2000. Principles of Forensic Medicine 2.6. Sefalik Indeks

Sefalik indeks adalah perbandingan antara lebar maksimum tulang tengkorak dengan panjang maksimumnya dalam persen. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa banyak sekali kasus yang korbannya dalam keadaan tidak utuh. Maka pengukuran sefalik indeks ini sangat membantu jika hanya ditemukan tulang tengkoraknya saja. Pengukuran sefalik indeks sangat berguna dalam antropologi untuk menentukan ras dan jenis kelamin (Shah dan Jadhav, 2004).


(49)

Menurut Nandy (2000) lingkar kepala merupakan keliling bidang horizontal yang melewati titik ophryon dan oksipital. Panjang kepala diukur antara titik glabella dan oksipital. Sedangkan lebar kepala merupakan diameter terbesar lingkaran kepala melewati tepat diatas tulang mastoid.

Gambar 2.1. Titik Kefalometrik (Dikutip dari : Gonzales, Thomas, Vance M, Helpern M, Umberger C, 1954)

Ket. gambar : al (alveolar process), ba (basion), br (bregma), gl (glabella), n (nasion), oc (occipital point), op (ophryon), sn (subnasal point)


(50)

Gambar 2.3. Lebar Kepala (Dikutip dari : Akinbami BO, 2014)

Sefalik indeks dihitung menggunakan rumus :

Lebar kepala maksimum x 100 Sefalik indeks =

Panjang kepala maksimum

Berdasarkan sefalik indeks bentuk kepala manusia dibagi menjadi empat kategori, yaitu dolichocephaly (sefalik indeks kurang dari 74.9), mesocephaly (sefalik indeks 75 - 79.9), brachycephaly (sefalik indeks 80 - 84.9), dan hyperbrachycephaly (sefalik indeks lebih dari 85) (Yagain, Pai, Kalthur, Chethan, dan Hemalatha, 2012).


(51)

Tabel 2.2. Klasifikasi Panjang Kepala dan Lebar Kepala Berdasarkan Martin & Saller (1957)

Laki-laki Perempuan Klasifikasi panjang Kepala Sangat pendek

Pendek Sedang Panjang Sangat panjang

X-16.9 17-17.7 17.8-18.5 18.6-19.3

>19.4

X-16.1 16.2-16.9

17-17.6 17.7-18.4 >18.5

Klasifikasi lebar kepala Sangat sempit Sempit

Sedang Lebar

X-13.9 14-14.7 14.8-15.5 15.6-16.3

X-13.4 13.5-14.1 14.2-14.9 15-15.7

Sumber : Yagain, V.K, Pai S.R, Kalthur S.G, Chethan P. & Hemalatha I. Study of Cephalic Index in Indian Students. Int. J. Morphol., 30(1): 126, 2012


(52)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Identifikasi jenazah sangat penting dilakukan meskipun jenazah tersebut dapat dikenali. Hal ini dilakukan untuk memastikan identitas korban. Menurut Gonzales (1954) pada jenazah yang tidak dikenal, identifikasi akan sulit dilakukan apabila jenazah dalam keadaan terpotong-potong (kasus mutilasi) dan juga rusak berat yang disebabkan oleh kebakaran, ledakan, kecelakaan, ataupun korban telah mengalami pembusukan. Pada kasus tersebut sering kali hanya didapati kepalanya saja, tangan dan kaki, atau hanya ditemukan tulang belulang saja.

Pada kasus bencana massal, proses identifikasi menjadi sangat penting karena jumlah korban mati yang banyak dan sulit dikenali. Pada kasus ledakan bom Bali yang terjadi tahun 2002 sebanyak 202 korban mati, dan kecelakaan pesawat Mandala di Medan tahun 2005 ada 143 korban mati (Depkes, 2010). Pada bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 di Aceh terdapat korban meninggal sebanyak 120.000. Pada bencana gempa bumi di Sumatera Barat tahun 2009 sebanyak 1.117 korban mati (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi korban, yaitu dengan sidik jari, dokumen, keterangan saksi, barang kepemilikan, pemeriksaan gigi, antropometri, biologi, dan serologi. Dalam melakukan identifikasi didahulukan cara-cara yang lebih mudah, jika tidak bisa maka dilanjutkan ke cara-cara yang lebih rumit (Singh, 2008).

Menurut Krogman dan Iscan (1986) dalam Jeremiah, Pamela, dan Fawzia (2013) beberapa bencana, baik yang terjadi secara alami maupun yang disengaja mungkin memerlukan antropometri untuk mengidentifkasi jenis kelamin korban.


(53)

mutilasi yang disengaja, dan kejadian lain yang menyebabkan tubuh korban tidak utuh serta rusak berat.

Menurut Williams et al (1995) dalam Yagain, Pai, Kalthur, Chethan, dan Himalatha (2012) antropometri adalah cara mengidentifikasi korban dengan melakukan pengukuran rangka tubuh. Dari pengukuran tersebut dapat ditentukan jenis kelamin, ras, umur, dan tinggi badan.

Ukuran dan bentuk tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekologi, geografis, ras, jenis kelamin, dan usia (Golalipour, Haidara, Jahanshahi, dan Farahani, 2003). Menurut Bruzek (2002) dalam Jeremiah, Pamela, dan Fawzia (2013) penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan teknik visual, yaitu dengan mengevaluasi ciri-ciri morfologi atau menggunakan alat statistika, dengan pengukuran tulang. Walaupun secara umum rangka laki-laki dan perempuan sama, namun terdapat perbedaan pada tengkorak laki-laki dan tengkorak perempuan (Jeremiah, Pamela, Fawzia, 2013).

Menurut Grant dan Peter (2003) dalam Mahajan, Khurana, Seema, dan Batra (2009) pengukuran tengkorak kepala adalah cara yang paling sering dilakukan untuk menentukan jenis kelamin karena praktis dan menunjukkan hasil yang cukup akurat. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan lebar kepala maksimal dengan panjang kepala maksimal. Perbandingan ini disebut dengan sefalik indeks (Chada, 1995).

Sefalik indeks sangat penting digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan ras seseorang (Shah dan Jadhav, 2004). Menurut Nandy (2000) presentasi keakuratan penentuan jenis kelamin dari rangka yang utuh sebesar 100%, kepala 90 %, pelvis 95%, kepala dan pelvis secara bersama-sama sebesar 98%, tulang panjang 80%, tulang panjang dan kepala secara bersama-sama 90-95%.

Menurut Williams et al (1995) dalam Yagain, Pai, Kalthur, Chethan, dan Himalatha (2012) berdasarkan sefalik indeks, bentuk kepala terdiri dari 4 kategori, yaitu dolichocephaly, mesocephaly, brachycephaly, dan hyperbrachycephaly. Yang


(54)

dikategorikan ke dalam dolycochephaly jika sefalik indeks kurang dari 74.9, mesocephaly 75 - 79.9, brachycephaly 80 – 84.9, hyperbrachycephaly lebih dari 85.

Sejumlah penelitian mengenai sefalik indeks sudah pernah dilakukan sebelumnya, salah satunya dilakukan pada mahasiswa di Gujarat (Shah dan Jadhav, 2004). Dari penelitian tersebut didapatkan rata- rata sefalik indeks pada laki-laki 80.42 dan pada perempuan 81.20. Penelitian lain yang dilakukan pada populasi Haryanvi (Kumar dan Gopichand, 2013) didapatkan rata-rata sefalik indeks pada laki-laki 66.72 dan pada perempuan 72.25.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, pengukuran sefalik indeks untuk menentukan jenis kelamin pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah terdapat perbedaan sefalik indeks berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya perbedaan ukuran sefalik indeks berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2011, 2012, 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata sefalik indeks mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

b. Mengetahui rata-rata sefalik indeks mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(55)

c. Mengetahui rata-rata bentuk kepala mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Mahasiswa kedokteran, mengetahui cara menentukan jenis kelamin dengan

pengukuran sefalik indeks.

2. Dokter umum, baik yang di kota ataupun di pedesaan dapat menggunakan sefalik indeks untuk menentukan jenis kelamin dalam proses pengidentifikasian, dimana tubuh korban sudah tidak utuh lagi atau hanya didapati tulang tengkoraknya saja. 3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.


(56)

ABSTRAK

Proses identifikasi sangat penting dilakukan untuk memastikan identitas korban. Salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan pengukuran sefalik indeks, yaitu perbandingan antara lebar kepala maksimum dengan panjang kepala maksimum. Sefalik indeks dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan ras seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya signifikansi penentuan jenis kelamin berdasarkan ukuran sefalik indeks pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode potong lintang (cross sectional). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji t-independen. Penelitian dilakukan pada bulan September dan Oktober 2014 dengan sampel penelitian sebanyak 60 orang laki-laki dan 60 orang perempuan diambil dengan cara stratified random sampling. Pengukuran lebar dan panjang kepala menggunakan jangka lengkung (spreading caliper).

Dari penelitian ini didapatkan rata-rata sefalik indeks perempuan sebesar 84,37 dan rata-rata sefalik indeks laki-laki sebesar 81,46. Dari hasil tersebut menunjukkan rata-rata sefalik indeks perempuan lebih besar dari laki-laki.

Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji t-independen dengan kemaknaan (p˂0,05). Dari hasil uji t-independen didapatkan nilai p=0,0001 (p˂0,05) sehingga diperoleh kesimpulan adanya perbedaan yang signifikan rata-rata sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan.


(57)

ABSTRACT

Process of identification is very important to ensure the identity of victims. One way to identify the victim is the measurement of the cephalic index, which is the ratio between the maximum head width and the maximum head length. Cephalic index can be used to determine a person’s gender and race. This study is aimed to determine the significance of sex determination based on the cephalic index of the students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatera.

This study is a descriptive analytic using cross sectional study design. Statistical analysis was performed using independent t-test. The study was conducted in September and October 2014 with sample of 60 men and 60 women that were taken with stratified random sampling method. The measurement is using spreading caliper.

The study shows the mean cephalic index of women was 84,37 and 81,46 for males. These indicate that the mean cephalic index is greater on females than males.

Data were analyzed by independent t-test with significance (p˂0,05). From the results of independent t-test p value is 0,0001 (p˂0.05), so we concluded there are significant differences on mean of cephalic index between men and women.


(58)

PENGUKURAN SEFALIK INDEKS UNTUK MENENTUKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Oleh :

HERNA TRI YULIANTY 110100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(59)

PENGUKURAN SEFALIK INDEKS UNTUK MENENTUKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

HERNA TRI YULIANTY 110100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(60)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENGUKURAN SEFALIK INDEKS UNTUK MENENTUKAN

JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NAMA : HERNA TRI YULIANTY

NIM : 110100240

Medan, 12 Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(61)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikanpenyusunan laporan hasil penelitian ini. Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Surjit Singh, Sp.F, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Harry A. Asroel, Sp.THT dan Dr. dr. Rodiah Rahmawati Lubis, Sp.M selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Muara P. Lubis, Sp.OG yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(62)

7. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Norman Sebat dan Ibunda Sumiaty, Abangda penulis, Dannu May Fadlan, serta Kakanda penulis Erni Hartati dan Dewi Wulandari yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat penulis, Alegra Rifani, Majidah Andilaila Daulay, M. Auzan Hindami, Rizka Fadhila Siregar, Tririn Rinanti, Winda Wahyuni, Ratna Tamba serta teman-teman di PHBI FK USU, dan semua teman-teman stambuk 2011 yang selama ini sangat membantu penulis selama masa perkuliahan. 9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Desia Meriza Utary, Dhea Sabrina Siregar,

Ismi Utari, dan Maisita Anggraini yang selama ini selalu memotivasi penulis.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 12 Desember 2014

Herna Tri Yulianty 110100240


(63)

ABSTRAK

Proses identifikasi sangat penting dilakukan untuk memastikan identitas korban. Salah satu cara mengidentifikasi korban adalah dengan pengukuran sefalik indeks, yaitu perbandingan antara lebar kepala maksimum dengan panjang kepala maksimum. Sefalik indeks dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan ras seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya signifikansi penentuan jenis kelamin berdasarkan ukuran sefalik indeks pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode potong lintang (cross sectional). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji t-independen. Penelitian dilakukan pada bulan September dan Oktober 2014 dengan sampel penelitian sebanyak 60 orang laki-laki dan 60 orang perempuan diambil dengan cara stratified random sampling. Pengukuran lebar dan panjang kepala menggunakan jangka lengkung (spreading caliper).

Dari penelitian ini didapatkan rata-rata sefalik indeks perempuan sebesar 84,37 dan rata-rata sefalik indeks laki-laki sebesar 81,46. Dari hasil tersebut menunjukkan rata-rata sefalik indeks perempuan lebih besar dari laki-laki.

Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji t-independen dengan kemaknaan (p˂0,05). Dari hasil uji t-independen didapatkan nilai p=0,0001 (p˂0,05) sehingga diperoleh kesimpulan adanya perbedaan yang signifikan rata-rata sefalik indeks antara laki-laki dan perempuan.


(64)

ABSTRACT

Process of identification is very important to ensure the identity of victims. One way to identify the victim is the measurement of the cephalic index, which is the ratio between the maximum head width and the maximum head length. Cephalic index can be used to determine a person’s gender and race. This study is aimed to determine the significance of sex determination based on the cephalic index of the students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatera.

This study is a descriptive analytic using cross sectional study design. Statistical analysis was performed using independent t-test. The study was conducted in September and October 2014 with sample of 60 men and 60 women that were taken with stratified random sampling method. The measurement is using spreading caliper.

The study shows the mean cephalic index of women was 84,37 and 81,46 for males. These indicate that the mean cephalic index is greater on females than males.

Data were analyzed by independent t-test with significance (p˂0,05). From the results of independent t-test p value is 0,0001 (p˂0.05), so we concluded there are significant differences on mean of cephalic index between men and women.


(65)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan………. i

Kata Pengantar……….. ii

Abstrak……….. iv

Abstract……….……….. v

Daftar Isi……….……….... vi

Daftar Tabel……….………... ix

Daftar Gambar……….……….... x

Daftar Lampiran………..………. xi

Daftar Singkatan………..………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN………..…….... 1

1.1.Latar Belakang………..………. 1

1.2.Rumusan Masalah………..……… 3

1.3.Tujuan Penelitian………..………. 3

1.3.1. Tujuan Umum………..………… 3

1.3.2. Tujuan Khusus………..…………... 3

1.4.Manfaat Penelitian………..…………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

2.1. Antropometri………..……... 5

2.2.Tulang………..……….. 6

2.2.1. Klasifikasi Tulang………..……….. 6

2.2.2. Perkembangan Tulang Tengkorak………... 7

2.3.Identifikasi………..……….. 9

2.3.1. Klasifikasi Identifikasi………..…….. 10

2.3.2. Data pada Proses Identifikasi………..……… 11


(66)

2.4.Korban Mati Akibat Bencana Massal…..……….. 12

2.4.1. Tahapan Identifikasi………..……….. 14

2.4.2. Metode dan Teknik Identifikasi………..………... 15

2.5.Jenis Kelamin………..………... 17

2.6.Sefalik Indeks………..……….. 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……...…….. 22

3.1.Kerangka Konsep………...…. 22

3.2.Defenisi Operasional………...… 22

3.3.Hipotesa………...………… 23

BAB 4 METODE PENELITIAN………...…….. 24

4.1.Jenis Penelitian………...………. 24

4.2.Tempat dan Waktu Penelitian………...…….. 24

4.2.1. Tempat Penelitian………..……... 24

4.2.2. Waktu Penelitian………...……… 24

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian………...……... 24

4.3.1. Populasi Penelitian………...……. 24

4.3.2. Sampel Penelitian………...……... 24

4.3.2.1.Perkiraan Sampel Penelitian………...……... 25

4.3.2.2.Kriteria Inklusi dan Eksklusi………...….. 25

4.4.Metode Pengumpulan Data………...…….. 26

4.5.Metode Analisis Data………...………... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...…. 29

5.1.Hasil Penelitian………..……….. 29

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian………..… 29

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden………..…… 29

5.1.3.Hasil Penelitian………..…... 31

5.2.Pembahasan………..…………... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….... 35

6.1.Kesimpulan………..……….. 35


(67)

DAFTAR PUSTAKA………..………. 36 LAMPIRAN


(68)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Bagian-Bagian Tulang Tengkorak

18

2.2 Klasifikasi Panjang Kepala dan Lebar Kepala Berdasarkan Martin & Saller (1957)

21

5.1 Distribusi Responden Menurut Umur 30

5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 30

5.3 Distribusi Responden Menurut Panjang Kepala dan Lebar Kepala

30

5.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, dan Sefalik Indeks

31


(69)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Titik Kefalometrik 20

2.2 Panjang Kepala 20

2.3 Lebar Kepala 20

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 22

4.1 Kaliper Lengkung 26

4.2 Pengukuran Panjang Kepala 27


(70)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Lembar Identitas Subjek Penelitian

Lampiran 5 Lembar Pencatatan Hasil Pengukuran Lampiran 6 Data Induk Penelitian

Lampiran 7 Hasil Output Data Penelitian Lampiran 8 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 9 Surat Izin Penelitian


(71)

DAFTAR SINGKATAN

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana

DNA Deoxyribose Nucleic Acid

DVI Disaster Victim Identification


(1)

vii

2.4.Korban Mati Akibat Bencana Massal…..……….. 12

2.4.1. Tahapan Identifikasi………..……….. 14

2.4.2. Metode dan Teknik Identifikasi………..………... 15

2.5.Jenis Kelamin………..………... 17

2.6.Sefalik Indeks………..……….. 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……...…….. 22

3.1.Kerangka Konsep………...…. 22

3.2.Defenisi Operasional………...… 22

3.3.Hipotesa………...………… 23

BAB 4 METODE PENELITIAN………...…….. 24

4.1.Jenis Penelitian………...………. 24

4.2.Tempat dan Waktu Penelitian………...…….. 24

4.2.1. Tempat Penelitian………..……... 24

4.2.2. Waktu Penelitian………...……… 24

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian………...……... 24

4.3.1. Populasi Penelitian………...……. 24

4.3.2. Sampel Penelitian………...……... 24

4.3.2.1.Perkiraan Sampel Penelitian………...……... 25

4.3.2.2.Kriteria Inklusi dan Eksklusi………...….. 25

4.4.Metode Pengumpulan Data………...…….. 26

4.5.Metode Analisis Data………...………... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...…. 29

5.1.Hasil Penelitian………..……….. 29

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian………..… 29

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden………..…… 29

5.1.3.Hasil Penelitian………..…... 31

5.2.Pembahasan………..…………... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….... 35

6.1.Kesimpulan………..……….. 35

6.2.Saran………..……… 35


(2)

DAFTAR PUSTAKA………..………. 36 LAMPIRAN


(3)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Bagian-Bagian Tulang Tengkorak

18

2.2 Klasifikasi Panjang Kepala dan Lebar Kepala Berdasarkan Martin & Saller (1957)

21

5.1 Distribusi Responden Menurut Umur 30

5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 30 5.3 Distribusi Responden Menurut Panjang Kepala dan Lebar

Kepala

30

5.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, dan Sefalik Indeks

31

5.5 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala 32


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Titik Kefalometrik 20

2.2 Panjang Kepala 20

2.3 Lebar Kepala 20

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 22

4.1 Kaliper Lengkung 26

4.2 Pengukuran Panjang Kepala 27

4.3 Pengukuran Lebar Kepala 27


(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Lembar Identitas Subjek Penelitian

Lampiran 5 Lembar Pencatatan Hasil Pengukuran Lampiran 6 Data Induk Penelitian

Lampiran 7 Hasil Output Data Penelitian Lampiran 8 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 9 Surat Izin Penelitian


(6)

DAFTAR SINGKATAN

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana

DNA Deoxyribose Nucleic Acid

DVI Disaster Victim Identification

SPSS Statistic Package for Social Science