Korelasi Usia, Jenis Kelamin, Status Sosioekonomi dan Ketergantungan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap Nikotin dan Kategorinya sebagai Perokok

(1)

(2)

SURAT SURAT SURAT

SURAT PERNYATAANPERNYATAANPERNYATAANPERNYATAAN

Saya Arswini Periyasamy Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian berjudul "Korelasi Usia, Jenis Kelamin, Status Sosioekonomi dan Ketergantungan Mahasiswa USU terhadap Nikotin dan Kategorinya sebagai Perokok Tahun 2015". Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Saya memohon kesediaan saudara/saudari menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifar sukarela sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahsiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika saudara/saudari bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2015

Peneliti,

(Arswini Periyasamy) 120100490


(3)

Saya yang namanya tersebut di bawah ini

Nama :

usia :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan Saya menandatangani dan menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul "Korelasi Usia, Jenis Kelamin, Status Sosioekonomi dan Ketergantungan Mahasiswa USU terhadap Nikotin dan Kategorinya sebagai Perokok Tahun 2015". Jikalau saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya akan mendapatkannya dari peneliti.

Peneliti Responden

Medan, 2015 Medan, 2015

( Arswini Periyasamy ) ( )

120100490 087895881527


(4)

Kuesioner Kuesioner

KuesionerKuesioner PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian KKKKorelasiorelasiorelasiorelasi Usia,Usia,Usia,Usia, JenisJenis Kelamin,JenisJenis Kelamin,Kelamin,Kelamin, StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi dandandandan Ketergantungan

Ketergantungan

KetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU terhadapterhadap NikotinterhadapterhadapNikotinNikotinNikotin dandandandan KategorinyaKategorinyaKategorinyaKategorinya sebagai

sebagai sebagai

sebagai PerokokPerokokPerokokPerokok TahunTahunTahunTahun 2015201520152015 Nama

Nama NamaNama: usia usia usiausia: Jenis Jenis

JenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin: i) Laki-laki ii) Perempuan JumlahJumlahJumlahJumlah batangbatangbatangbatang rokokrokokrokokrokok yangyangyangyang dihisapdihisapdihisapdihisap Pendapatan

Pendapatan

PendapatanPendapatan OrangOrangOrangOrang tuatuatuatua: i) < 1 juta rupiah perperperper harihariharihari :::: (per

(per

(per(per bulan)bulan)bulan)bulan) ii) 1-3 juta rupiah i) ≤ 15 batang per hari iii) > 3 juta rupia ii) 16-24 batang per hari

iii) ≥ 25 batang per hari No.

No.No.No. PertanyaanPertanyaanPertanyaanPertanyaan JawabanJawabanJawabanJawaban YaYaYaYa TidakTidakTidakTidak 1. Seberapa segera setelah

bangun tidur pagi anda merokok rokok pertama anda?

a) >60 menit b) 31-60 menit c) 6-30 menit d) <5 menit 2. Apakah anda mendapatkan

kesulitan untuk menunda merokok pada tempat dengan larangan merokok? 3 Rokok mana yang paling

sulit anda lewatkan? a) Rokok pertama dipagi hari b) Yang lainnya 4 Berapa banyak rokok yang

anda konsumsi per hari? a)b) 1-1011-20 c) 21-30 d) >30 5 Apakah anda lebih sering

merokok dalam jam pertama setelah bangun tidur pagi hari dibandingkan waktu lain dalam satu hari

6 Apakah anda merokok saat sedang sakit parah dan berada di atas tempat tidur seharian


(5)

(6)

(7)

FREQUENCY FREQUENCY

FREQUENCYFREQUENCY TABLETABLETABLETABLE JenisKelamin

JenisKelamin JenisKelaminJenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 57 95.0 95.0 95.0

Perempuan 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Usia Usia UsiaUsia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

19-23 51 85.0 85.0 85.0

24-28 9 15.0 15.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Status Status

StatusStatus SSSSosioekonomiosioekonomiosioekonomiosioekonomi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 2 3.3 3.3 3.3

Menengah 7 11.7 11.7 15.0

Atas 51 85.0 85.0 100.0


(8)

Nicotine Nicotine

NicotineNicotine dependencedependencedependencedependence

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Sangat Rendah 25 41.7 41.7 41.7

Rendah 14 23.3 23.3 65.0

Moderat 5 8.3 8.3 73.3

Tinggi 10 16.7 16.7 90.0

Sangat Tinggi 6 10.0 10.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori Kategori

KategoriKategori perokokperokokperokokperokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ringan 34 56.7 56.7 56.7

Sedang 21 35.0 35.0 91.7

Berat 5 8.3 8.3 100.0


(9)

Korelasi Korelasi

KorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa dandan KetergantungandandanKetergantunganKetergantunganKetergantungan TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin Directional

DirectionalDirectionalDirectional MeasuresMeasuresMeasuresMeasures

Value

Nominal by Interval Eta JenisKelamin Dependent .271

Nicotine dependence Dependent .103

Symmetric

SymmetricSymmetricSymmetric MeasuresMeasuresMeasuresMeasures

Value Asymp. Std. Errora

Approx. Tb Approx. Sig. Interval by

Interval Pearson's R -.103 .092 -.791 .432

c

N of Valid Cases 60

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(10)

Korelasi Korelasi

KorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa dandandandan KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin

Nicotine dependence Usia Spearman's rho Nicotine dependence Correlation Coefficient 1.000 .184

Sig. (2-tailed) . .160

N 60 60

Klasifikasi Usia Subjek

Correlation Coefficient

.184 1.000

Sig. (2-tailed) .160 .

N 60 60

Korelasi Korelasi

KorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi MahasiswaMahasiswaMahasiswa danMahasiswa dandandan KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap Nikotin Nikotin NikotinNikotin Nicotine dependence Status sosioekonomi Spearman's rho Nicotine dependence Correlation Coefficient 1.000 -.226

Sig. (2-tailed) . .083

N 60 60

Status sosioekonomi

Correlation Coefficient

-.226 1.000

Sig. (2-tailed) .083 .


(11)

Value

Nominal by Interval Eta JenisKelamin Dependent .201

Kategori perokok Dependent .184

Value Asymp. Std. Errora

Approx. Tb Approx. Sig. Interval by

Interval Pearson's R

-.184 .055 -1.423 .160c

N of Valid Cases 60

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Korelasi Korelasi

KorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa dandandan KategorinyadanKategorinyaKategorinyaKategorinya SebagaiSebagaiSebagaiSebagai PerokokPerokokPerokokPerokok

Kategori perokok

Usia

Spearman's rho

Kategori perokok

Correlation Coefficient

1.000 .018

Sig. (2-tailed) . .889

N 60 60

Klasifikasi Usia Subjek

Correlation Coefficient

.018 1.000

Sig. (2-tailed) .889 .


(12)

Korelasi Korelasi

KorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi dandandan KetergantungandanKetergantunganKetergantunganKetergantungan TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin Kategori

perokok

Status sosioekonomi

Spearman's rho

Kategori perokok

Correlation Coefficient

1.000 .195

Sig. (2-tailed) . .135

N 60 60

Status

sosioekonomi

Correlation Coefficient

.195 1.000

Sig. (2-tailed) .135 .

N 60 60


(13)

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan peneitian ini sebesar Rp 522.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

No. No. No.

No. JenisJenisJenisJenis PengeluaranPengeluaranPengeluaranPengeluaran SatuanSatuanSatuanSatuan BanyakBanyakBanyakBanyak Jumlah(Rp)Jumlah(Rp)Jumlah(Rp)Jumlah(Rp) PROPOSAL

PROPOSAL PROPOSAL

PROPOSAL PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

1. Cetak proposal 15.000,00 4 buah 60.000,00

2. Fotokopi penggandaan proposal

5.000,00 4 buah 20.000,00

3. Penjilidan 2.000,00 6 buah 12.000,00

4. Transportasi 1.000,00 50km 50.000,00

PENGUMPULAN PENGUMPULAN PENGUMPULAN

PENGUMPULAN DATADATADATADATA 5. Fotokopi penggandaan

kuesioner

750,00 100 buah 75. 000,00

6. Souvenier ke responden 2.000,00 100 buah 200.000,00

7. Transportasi 1.000,00 30km 30.000,00

ANALISA ANALISA ANALISA

ANALISA DATADATADATADATA DANDANDANDAN PENYUSUNANPENYUSUNANPENYUSUNANPENYUSUNAN LAPORANLAPORANLAPORANLAPORAN PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

8. Cetak laporan hasil 20.000,00 1 buah 20.000,00

9. Compact disk 5.000,00 1 buah 5.000,00

10. Penjilidan 2.000,00 5 buah 10.000,00

11. Fotokopi hasil penelitian 10.000,00 4 buah 40.000,00 TOTAL TOTAL TOTAL TOTAL 522.000,00 522.000,00 522.000,00 522.000,00


(14)

(15)

Aditama, T. Y., 2002. Smoking Problem in Indonesia,Med J Indonesia, 11, 56-65.

Alexopouloset al.,2010,Cigarette Smoking Among University Student in Greece: A Comparison Between Medical and Other Students, Environ Health Prev Med, 15, 115-120

American Psychiatric Association. 2000.Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-IV-TR. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Artana B., Rai N., 2009.Tingkat Ketergantungan Nikotin dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Perokok di Desa Penglipuran. Bagian/SMF Ilmu

Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.

Ashton K., Streem D., 2014.Smoking Cessation.Cleveland Clinic. Available from: http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/disease management/ psychiatry-psychology/smoking-cessation/ [Diakses 30 Maret 2015]

Aula L.E., 2010.Stop Merokok. Yogyakarta: Garailmu.

Bustan M.N., 2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta

Centers for Diseases Control and Prevention, 2005.MMWR annual

smoking-attributable mortality, years of potential lifelost, and productivity losses.United States, 1997-2001.New York


(16)

Dahlan M.S., 2009.Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Peneltian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 2: Salemba Medika

Dahlan M.S. , 2015. Hipotesis Korelatif. InStatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. 223-235.

Difranzaet al.,2013,What Aspect of Dependence Dose Fagestrom Test for Nicotine Dependence Measure?http://dx.doi.org/10.1155/2013/906276 4 [Diakses 14 Mei 2015]

Everett, S.,,,,Husten, C., Kann, L., Warren, C., Sharp, D., & Crosset, L. (1999). Journal of American College Health,48, 55-60.Smoking initiation and smoking patterns among US college students.

Fauciet al., 2008.Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition, USA: McGraw-Hill.

Gajalakshmiet al., 2003.Smoking and mortality from tuberculosis and the diseases in India: retrospective study of 43 000 adult male deaths and 35 000 controls,;362:507-515

Global Health Professions Student Survey (GHPSS), 2006.Indonesia -Medical Students Fact Sheet. Available from: http://www.searo.who.int/entity/ tobacco/data/Tfi_ghpss.pdf. [Diakses 28 April 2015]

Global Youth Tobacco Survey (GYTS), 2009. Indonesia (Ages 13-15) Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Fact Sheet. Available from: http://www.searo.


(17)

[Diakses 20 Mei 2015]

Hanson MD, Chen E, 2007.Socioeconomic Status and Health Behaviors in Adolescence.Journal Of Behavioral Medicine Volume 30, Issues 3, pp 263-285. [Diakses 29 November 2015]

Harvey, R.A., & Champe, P.C., 2009.Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology, 4th Edition,USA: Lippincott-Wiliams and Wilkins.

Kalesan Bet al.,2006.The Joint Influence of Parental and Positive Parental Concern on Cigarettes Smoking in Middle and High School Students.Journal Of School Health, Volume 76, Issues 8, pp 402-407. [ Diakses 29 November

2015]

Kenfordet al.,2005.Progression of College Age Cigarette Samplers: What

Influences Outcome?, Addictive Behaviors, 30, 285-294 cit. Levinson,et al., 2007.Smoking, but not smokers: Identity among college students

who smokes cigarettes, Nicotine & Tobacco Research, 9(8)845-852. Kumar S.et al., 2011.Prevalence and Factors Associated with Current Smoking

Among Medical Students in Coastal South India, Kathmandu University Medical Journal, 9,233-237

Levinsonet al., 2007,Smoking, but not smokers: Identity among college students who smokes cigarettes.Nicotine & Tobacco Research, 9(8)845-852.


(18)

Maoet al.,2009.Psychosocial Correlates of Cigarette Smoking Among College Students in China,Health Education Research,24, 105-118.

National Health Interview Survey, 1986.Vital and Health Statistics of the National Center for Health Statistics, Advance Data No. 126.Dept of Health and Human Services.

National Institute For Drug Abuse For Teens, 2015 .Drug facts Tobacco , Nicotine and E-Cigarettes.Available from: http://teens.drugabuse.gov/drug-facts /tobacco- nicotine-e-cigarettes [Diakses 4 April 2015]

National Survey on Drug Use & Health, 2003. www.oas.samhsa_gov/nsduh.htm, [Diakses 14 Mei 2015]

Nichteret al.,2006.Gendered Dimensions Of Smoking Among College Students. Journal Of Adolescent Research Vol 21.

Nichteret al.,2009.Reading culture from tobacco advertisements in Indonesia. Tobacco Control 18.

Organisation For Economic Co-operation and Development, 2013.Smoking in OECD Factbook .Economic, Environmental and Social Statistics, OECD Publishing. Available from: http://dx.doi.org/10.1787/f actbook-2013-98-en. [Diakses 26 Maret 2015]

Paavolaet al.. 2004.Smoking From Adolescence to Adulthood, the Effects of Parental and Own Socioeconomic Status.European of Public Health, 14(4): 417-420 [Diakses 1 November 2015]


(19)

Parket al.,2012.Age-associated Changes in Nicotine Dependence.Available from: http://dx.dol.org/10.1016/j.puhe.2012.02.007 [Diakses 4 November 2015]

Perkins KA, Fonte C, Sanders M, Meeker J, Wilson A, 2001.Threshold doses for nicotine discrimination in smokers and non-smokers.Psychopharmacology 2001;155(2):163-70. [ 1 November 2015]

Pusat Data dan Informasi PERSI, 2006.Profil Kesehatan Indonesia 2006. Available from: http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil -kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2006.pdf [Diakses 28 April 2015]

Pusat Promosi Kesehatan, 2013. Laporan Tahunan Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available from:

http://promkes.depkes.go.id/dl/laptah%20promkes%202013.pdf

Riset Kesehatan Dasar, 2010.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010.

Riset Kesehatan Dasar, 2013.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.

Royal College of Physicians of London. 2000. Nicotine addiction in Britain: A report of the Tobacco Advisory Group of the Royal College of Physicians. London: Royal College of Physicians of London.


(20)

Rozi et al.,2007.Correlates of Cigarettes Smoking Among Male College Students in Karachi,Pakistan, BMC Public Health, 7, 312-319.

Scragget al.,2002. Cigarette Smoking, Pocket Money and Socioeconomic Status: Results From A National Survey of 4thForm Students in 2000.The New Zealand Medical Journal, 115

Smoke-Free Forsyth, 2015.What's in a Cigarette?.Tobacco 101.

http://www.smokefreeforsyth.org/tobacco_cigarette.aspx [Diakses 14 April 2015]

Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004. Survei Nasional: Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 Volume 3.Available from: http://www.perpustakaan. depkes.go.id/cgi-bin/koha/opac-detail.pl?biblionumber=201&shelfbrowse _itemnumber=393. [Diakses 26 Maret 2015]

Susanna D. etal.,2003.Penentuan nikotin dalam asap rokok.7, 38-41

Susantoro, A.A. 2003. Sejarah Pers Indonesia. Jakarta

Tan, L., Tang, Q., & Hao, W. 2009. Nicotine dependence and smoking cessation. Zhong nan da xue xue bao.Yi xue ban = Journal of Central South

University . Medical Sciences, 34(11), 1049-1057.

U.S. Department of Health and Human Services. 2009.The surgeon general’s call to action to promote healthy homes. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services, Office of the Surgeon General.


(21)

Weschleret al.,2001.Cigarette Use by College Students in Smoke-Free Housing, American Journal of Preventive Medicine,20, 202-207. Wigand, J.S., 2006.Additives, Cigarette Design and Tobacco Product

Regulation, A Report To:WHO, Tobacco Free Initiative. Tobacco Product Regulation Group, World Health Organization.

World Health Organisation, 2015.Tobacco.Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/# [Diakses 26 Mei 2015].

World Health Organization , 2012.Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report 2011. Availablefrom:http://www.searo.who.int/entity/tobacco/ data/gats_indonesia_2011.pdf [Diakses 28 Maret 2015]


(22)

BAB BABBABBAB 3333 KERANGKA

KERANGKAKERANGKA KONSEPKERANGKAKONSEPKONSEPKONSEP PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDAN DEFINISIDANDANDEFINISIDEFINISIDEFINISI OPERASIONALOPERASIONALOPERASIONALOPERASIONAL 3.1.

3.1.

3.1.3.1. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Penelitian ini untuk mengetahui korelasi usia, jenis kelamin, status sosioekonomi dan ketergantungan mahasiswa USU terhadap nikotin dan kategorinya sebagai perokok. Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik

KarakteristikKarakteristikKarakteristik Mahasiswa

MahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU yangyangyangyang Merokok

MerokokMerokokMerokok ----Usia

-Jenis Kelamin -Status Sosioekonomi

Ketergantungan

KetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USU

USUUSUUSU terhadapterhadapterhadapterhadap NikotinNikotinNikotinNikotin -Sangat Rendah

-Rendah -Moderat -Tinggi

-Sangat Tinggi Kategori Kategori Kategori

Kategori PerokokPerokokPerokokPerokok

Ringan ≤ 15 batang per hari Sedang 16-24 batang per hari Berat ≥ 25 batang per hari


(23)

Variable Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Ketergantungan terhadap nikotin Ketergantung -an nikotin ditandai oleh toleransi dan gejala putus zat yang berkaitan dengan nikotin yang digunakan.

Wawancara Kuesioner a)Sangat rendah (0-2) b)Rendah (3-4) c)Moderat (5) d)Tinggi (6-7) e)Sangat tinggi (8-10) Ordinal Karakteristik mahasiswa USU yang merokok

Usia Wawancara Kuesioner 19-23 tahun 24-28 tahun

Ordinal

Jenis Kelamin Wawancara Kuesioner Laki-laki Perempuan Nominal Status Sosioekonomi (Pendapatan Keluarga per bulan)

Wawancara Kuesioner Penghasilan perbulan a)Rendah <1 juta rupiah


(24)

b)Menengah 1-3 juta rupiah c)Atas >3 juta rupiah Kategori

Perokok

Perokok adalah orang yang meghisap rokok secara rutin minimal satu batang sehari.

Wawancara Kuesioner a)Ringan ( ≤15) b)Sedang (16-24) c)Berat ( ≥25)


(25)

METODE

METODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN 4.1.

4.1.

4.1.4.1. JenisJenisJenisJenis PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik menggunakan pendekatan studi potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi usia, jenis kelamin, status sosioekonomi dan ketergantungan mahasiswa USU terhadap nikotin dan kategorinya sebagai perokok. Variabel independen adalah karakteristik mahasiswa USU yang merokok yaitu usia, jenis kelamin dan status sosioekonomi manakala variabel dependen adalah ketergantungan mahasiswa USU terhadap nikotin dan kategorinya sebagai perokok.

4.2. 4.2.

4.2.4.2. LokasiLokasiLokasiLokasi dandandandan WaktuWaktuWaktuWaktu PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan dijalankan mulai pada bulan September 2015 hingga November 2015.

4.3. 4.3.

4.3.4.3. PopulasiPopulasiPopulasiPopulasi dandandandan SampelSampelSampelSampel PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang hendak diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang merokok.

4.3.1. 4.3.1.

4.3.1.4.3.1. BesarBesarBesarBesar SampelSampelSampelSampel

Menurut Dahlan M.S. (2009), rumus besar sampel yang digunakan untuk penelitian korelatif adalah:

N = Zα + Zᵦ ² + 3


(26)

Zα = deviat baku alfa Zᵦ =deviat baku beta r =korelasi

N =besar sample

Menghitung besar sampel :

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64 Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zᵦ = 1,28 r = 0,49 (Dikutip dari Penelitian Artana dan Rai 2009) Dengan demikian,

N = (1,64 +1,28) ² + 3

0.5ln[(1+0,49)/(1-0,49)] = 33

Dengan demikian besar sampel minimal adalah 33 dan digenapkan menjadi 50 sampel.

4.3.2. 4.3.2.

4.3.2.4.3.2. SampelSampelSampelSampel dandandandan CaraCaraCaraCara SamplingSamplingSamplingSampling

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk menjadi subjek peneltitian atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang akan diteliti sehingga sampel tersebut mungkin akan representatif untuk populasi yang diteliti. Sampel penelitian diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling, iaitu purposive sampling kerana teknik ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam hal ini proses


(27)

eksklusi.

Kriteria inklusi adalah :

1. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

2. Memenuhi kriteria ICD-10 sebagai ketergantungan nikotin 3. Usia 19-28 tahun

4. Bersedia untuk ikut serta dalam penelitian Kriteria eksklusi adalah :

1. Mahasiswa yang ketergantungan zat adiktif lain seperti alkohol, ganja, kafein, dll.

2. Mahasiswa yang memiliki riwayat kondisi medik umum. 4.4.

4.4.

4.4.4.4. MetodeMetodeMetodeMetode PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData 4.4.1.

4.4.1.

4.4.1.4.4.1. AlatAlatAlatAlat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Data dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner FTND, terjemahan dari penelitian Artana dan Rai (2009) yang telah duji validitas dan reliabilitasnya. Tingkat ketergantungan nikotin dihitung menggunakan skala yang telah digunakan sebagai standar untuk penentuan ketergantungan nikotin oleh WHO, yaitu FTND. Skala FTND ini disebutkan pada berbagai kepustakaan telah mewakili aspek fisik dan psikologis dari ketergantungan, khususnya ketergantungan nikotin. Setiap item dalam skala ini memiliki poin tersendiri. Pewawancara hanya bertanya berdasarkan nomor pertanyaan dan mencocokan jawaban sampel dengan poin yang mewakilinya, untuk kemudian dijumlahkan sehingga didapatkanlah nilai tingkat ketergantungan nikotin perokok tersebut. Karakteristik mahasiswa USU yaitu usia, jenis kelamin dan status sosioekonomi dicari dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner.


(28)

4.4.2. 4.4.2.

4.4.2.4.4.2. JenisJenisJenisJenis DataDataDataData

Dalam peneltitian ini data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data primer dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya. Data primer, yaitu data yang telah diambil dari sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.4.3. 4.4.3.

4.4.3.4.4.3. CaraCaraCaraCara PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData

Mahasiswa yang memenuhi kriteria ICD-10 sebagai ketergantungan nikotin diidentifikasikan dulu. Pengumpulan data dilakukan dengan menyertakan surat pernyataan terlebih dahulu, bahwa identitas responden akan dirahsiakan sehingga diharapkan akan memperoleh jawaban yang sebenarnya dari responden. Jika responden bersedia menjadi sampel penelitian diminta menandatangani informed consent. Peneliti kemudian akan mengumpulkan data usia, jenis kelamin dan status sosioekonomi responden melalui wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner FTND yang berisi 6 pertanyaan tentang tingkat ketergantungan terhadap nikotin akan diberikan pada mahasiswa USU yang merokok yang memenuhi kriteria inklusi. Responden diminta langsung mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang sesuai. Selanjutnya subjek diklasifikasikan menjadi perokok berat, sedang dan ringan.

Kategori Perokok :

1. Perokok berat ≥ 25 batang per hari 2. Perokok sedang 16-24 batang per hari 3. Perokok ringan ≤15 batang per hari (National Health Interview Survey,1986)


(29)

Kuesioner FTND ini mengandung 6 pertanyaan yang mempunyai poin tersendiri untuk setiap jawaban. Peneliti hanya mencocokan jawaban sampel dengan poin yang mewakilinya dan kemudian menjumlahkan sehingga mendapatkan nilai tingkat ketergantungan nikotin sampel tersebut.

Klasifikasi tingkat ketergantungan nikotin mengikut FTND adalah seperti berikut :

0 - 2 sangat rendah

3 - 4 rendah

5 moderat

6 - 7 tinggi

8 - 10 sangat tinggi

4.5. 4.5.

4.5.4.5. TeknikTeknikTeknikTeknik PengolahanPengolahanPengolahanPengolahan DataDataDataData

Setelah data dikumpulkan, pengolahan dan analisa data dilakukan dengan memasukkan data tersebut ke dalam komputer dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Editing : Data yang telah terkumpul apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten

2. Coding : Proses pemberian kode pada variable untuk memudahkan pada saat entery data dan analisa data, pemberian kode/scoring pada hasil kuesioner.

3. Entery Data : Memasukkan data yang sudah diberi kode ke dalam program komputer menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). 4. Cleaning : Proses membersihkan data dengan tujuan untuk menghilangkan


(30)

4.6. 4.6.

4.6.4.6. AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa DataDataDataData

Analisa data untuk penelitian ini dilakukan menggunakan uji hipotesis korelasi yaitu uji korelasi Spearman dan uji Eta. Uji korelasi Spearman digunakan antara variabel ordinal dan ordinal dimana dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan usia, status sosioekonomi, kategori perokok dengan ketergantungan nikotin pada mahasiswa. Uji Eta digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel nominal dan ordinal yaitu jenis kelamin dengan ketergantungan nikotin pada mahasiswa dan kategorinya sebagai perokok. (Dahlan, 2015)

Kekuatan Korelasi secara statistik (nilai r ) 0,0 - <0,2 Sangat lemah

0,2 - <0,4 Lemah 0,4 - <0,6 Sedang 0,6 - <0,8 Kuat

0,8 - 1,00 Sangat Kuat 4.7.

4.7.

4.7.4.7. EtikaEtikaEtikaEtika PenilaianPenilaianPenilaianPenilaian

Prinsip-prinsip berikut dilakukan untuk menghindari terjadinya tindakan tidak etis dalam penelitian :

1. Informed Consent, yakni dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden untuk ditandatangani sebelum berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Anonimity, yaitu hanya mencantumkan kode responden tanpa menuliskan nama responden dalam penelitian.

3. Confidentiality, yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian berdasarkan data individual, namun data akan dilaporkan berdasarkan kelompok.


(31)

HASIL HASIL

HASILHASIL PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN 5.1.

5.1.

5.1.5.1. DeskripsiDeskripsiDeskripsiDeskripsi LokasiLokasiLokasiLokasi PeneltitianPeneltitianPeneltitianPeneltitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Jalan dr. T. Mansur No.9 Kampus USU, Kota Medan, Indonesia. Universitas ini merupakan salah satu universitas yang terbaik di pulau Sumatera dan yang pertama mempunyai Fakultas Kedokteran. USU memiliki 14 fakultas/sekolah dan jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33,000 orang, 1000 di antaranya adalah mahasiswa asing. Program studi bidang kesehatan seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi saat ini menjadi primadona bagi mahasiswa asing terutama yang berasal dari Malaysia.

5.2. 5.2.

5.2.5.2. DeskripsiDeskripsiDeskripsiDeskripsi KarakteristikKarakteristikKarakteristikKarakteristik MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU

Penelitian ini menggunakan 60 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang merokok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, Data disajikan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat dibawah ini.

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.5.5.2222....1.1.1.1. DistribusiDistribusiDistribusiDistribusi JJJJumlahumlahumlahumlah KKKKarakteristikarakteristikarakteristikarakteristik DDDDasarasarasarasar MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa

Karakteristik Jumlah (N) %

U UUUsiasiasiasia

19-23 51 85,0

24-28 9 15,0

Jenis

JenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin

Laki-laki 57 95,0

Perempuan 3 5,0

Status

StatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi

Rendah 2 3,3

Menengah 7 11,7


(32)

Dari Tabel 5.2.1. dapat dilihat yang diteliti adalah karakteristik dari mahasiswa yaitu usia, jenis kelamin dan status sosioekonomi. 85% usia mahasiswa yang merokok berada dalam kelompok usia 19-23 tahun yaitu sebanyak 51 orang. Jumlah perokok yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu 95%, dibandingkan dengan perempuan dan status sosioekonomi mahasiswa yang merokok yang paling banyak adalah status sosioekonomi atas yaitu 85%.

5.3. 5.3.

5.3.5.3. TingkatTingkatTingkatTingkat KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan terhadapterhadapterhadapterhadap NikotinNikotinNikotinNikotin

Tingkat ketergantungan terhadap nikotin dalam kalangan mahasiswa yang merokok dapat dilihat pada Tabel 5.3.1. Sebagian besar mahasiswa berada dalam klasifikasi ketergantungan nikotin yang sangat rendah yaitu sebanyak 41,7%.

Tabel Tabel

TabelTabel 5.3.15.3.15.3.15.3.1 TingkatTingkatTingkatTingkat KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswa USUMahasiswaMahasiswaUSUUSUUSU terhadapterhadapterhadapterhadap NikotinNikotinNikotinNikotin Klasifikasi

Ketergantungan

Frequency (N) Percent(%)

Sangat Rendah 25 41,7

Rendah 14 23,3

Moderat 5 8,3

Tinggi 10 16,7

Sangat Tinggi 6 10,0


(33)

Tabel Tabel

TabelTabel 5.4.15.4.15.4.15.4.1 KategoriKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok padapadapadapada MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU yangyangyangyang merokokmerokokmerokokmerokok

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah perokok paling banyak adalah perokok ringan yaitu sebanyak 34 orang (56,7%).

5.5 5.5

5.55.5 HasilHasilHasilHasil UjiUjiUjiUji HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi 5.5.1

5.5.1

5.5.15.5.1 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia dandandandan KetergantunganKetergantungan MahasiswaKetergantunganKetergantunganMahasiswaMahasiswaMahasiswa TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin

Korelasi antara usia mahasiswa dan ketergantungan terhadap nikotin dapat dilihat di Tabel 5.5.1.2

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.1.15.5.1.15.5.1.15.5.1.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil KetergantunganKetergantungan NikotinKetergantunganKetergantunganNikotinNikotinNikotin BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan UsiaUsiaUsiaUsia

Usia Ketergantungan Nikotin Jumlah

Sangat

Rendah Rendah Moderat Tinggi SangatTinggi

N % N % N % N % N % N %

19-23 23 92.0 12 85.7 3 60.0 9 90.0 4 66.7 51 85.0

24-28 2 8.0 2 14.3 2 40.0 1 10.0 2 33.3 9 15.0

Kategori Perokok Frequency (N) Percent

(%)

Ringan ( ≤ 15 batang/hari) 34 56,7

Sedang (16-24 batang/hari) 21 35,0

Berat (≥ 25 batang/hari) 5 8,3


(34)

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.1.25.5.1.25.5.1.25.5.1.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia dandan KetergantungandandanKetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin Ketergantungan Nikotin

Usia Mahasiswa r = 0,184 p < 0,160 n = 60 Uji Korelasi Spearman

Dari hasil Uji Korelasi Spearman di atas, diperoleh nilai p=0,160 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa korelasi usia mahasiswa dan ketergantungan terhadap nikotin oleh mahasiswa USU tidak bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,184 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

5.5.2 5.5.2

5.5.25.5.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin dandan KetergantungandandanKetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap Nikotin

Nikotin NikotinNikotin

Tabel di bawah menunjukkan korelasi jenis kelamin dan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin.

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.2.15.5.2.15.5.2.15.5.2.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil KetergantunganKetergantungan NikotinKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotin BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan JenisJenisJenisJenis Kelamin

Kelamin KelaminKelamin

Jenis

Kelamin Ketergantungan Nikotin Jumlah

Sangat

Rendah Rendah Moderat Tinggi SangatTinggi

N % N % N % N % N % N %

Laki-laki 23 92.0 14 100.0 4 80.0 10 100.0 6 100.0 57 95.0


(35)

Terhadap Terhadap

TerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin

Ketergantungan Nikotin Jenis Kelamin

Mahasiswa r = -0,103p < 0,432 n = 60 Uji Eta

Jenis kelamin mahasiswa tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin kerana diperoleh nilai p= 0,432 (p<0,05). Nilai korelasi - 0,103 menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

5.5.3 5.5.3

5.5.35.5.3 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi dandan KetergantungandandanKetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap Nikotin

Nikotin NikotinNikotin

Hasil data korelasi status sosioekonomi dan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin dapat dilihat di Tabel 5.5.3.2

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.3.15.5.3.15.5.3.15.5.3.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil TingkatTingkat KetergantunganTingkatTingkat KetergantunganKetergantunganKetergantungan BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan StatusStatusStatusStatus Sosioekonomi

Sosioekonomi SosioekonomiSosioekonomi

Status

Sosioekonomi Ketergantungan Nikotin Jumlah

Sangat

Rendah Rendah Moderat Tinggi SangatTinggi

N % N % N % N % N % N %

Rendah 0 0.0 0 0.0 1 20.0 1 10.0 0 0.0 2 3.3

Menengah 1 4.0 2 14.3 2 40.0 2 20.0 0 0.0 7 11.7


(36)

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.3.25.5.3.25.5.3.25.5.3.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi dandandandan KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa Terhadap

Terhadap

TerhadapTerhadap NikotinNikotinNikotinNikotin

Ketergantungan Nikotin Status Sosioekonomi r = - 0,226

p < 0,083 n = 60 Uji Korelasi Spearman

Dari hasil Uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p=0,083 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa korelasi status sosioekonomi mahasiswa dan ketergantungan terhadap nikotin oleh mahasiswa USU tidak bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar - 0,226 menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. 5.5.4

5.5.4

5.5.45.5.4 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia dandandandan KategoriKategori PerokokKategoriKategoriPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU

Korelasi antara usia mahasiswa dan kategori perokok dapat dilihat di Tabel 5.5.4.2 Tabel

Tabel

TabelTabel 5.5.4.15.5.4.15.5.4.15.5.4.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil KategoriKategori PerokokKategoriKategoriPerokokPerokokPerokok BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan UsiaUsiaUsiaUsia

Usia Kategori Perokok Jumlah

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %

19-23 29 85.3 18 85.7 4 80.0 51 85.0

24-28 5 14.7 3 14.3 1 20.0 9 15.0

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.4.25.5.4.25.5.4.25.5.4.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia dandan KategoridandanKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU Kategori Perokok

Usia Mahasiswa r = 0,018 p < 0,889 n = 60 Uji Korelasi Spearman


(37)

bermakna dengan kategori perokok kerana diperoleh nilai p=0,889. Nilai korelasi sebanyak 0,018 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

5.5.5 5.5.5

5.5.55.5.5 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin dandan KategoridandanKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU Hasil korelasi data dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.5.15.5.5.15.5.5.15.5.5.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil KategoriKategori PerokokKategoriKategoriPerokokPerokokPerokok BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin

Jenis Kelamin Kategori Perokok Jumlah

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %

Laki-laki 31 91.2 21 100.0 5 100.0 57 95.0

Perempuan 3 8.8 0 0.0 0 0.0 3 5.0

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.5.25.5.5.25.5.5.25.5.5.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin dandandandan KategoriKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU Kategori Perokok

Jenis Kelamin

Mahasiswa r = - 0,184p < 0,160 n = 60 Uji Eta

Dari hasil di atas, diperoleh nilai p=0,160 yang menunjukkan bahwa korelasi antara jenis kelamin dan kategori perokok mahasiswa USU tidak bermakna. Nilai korelasi menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan yang sangat lemah yaitu sebanyak -0,184


(38)

5.5.6 5.5.6

5.5.65.5.6 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi dandan KategoridandanKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSUUSUUSU Data korelasi status sosioekonomi dan kategori perokok mahasiswa USU dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.6.15.5.6.15.5.6.15.5.6.1 FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi HasilHasilHasilHasil KategoriKategori PerokokKategoriKategori PerokokPerokokPerokok BerdasarkanBerdasarkanBerdasarkanBerdasarkan StatusStatusStatusStatus Sosioekonomi

Sosioekonomi SosioekonomiSosioekonomi

Status

Sosioekonomi Kategori Perokok Jumlah

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %

Rendah 2 5.9 0 0.0 0 0.0 2 3.3

Menengah 5 14.7 2 9.5 0 0.0 7 11.7

Atas 27 79.4 19 90.5 5 100.0 51 85.0

Tabel Tabel

TabelTabel 5.5.6.25.5.6.25.5.6.25.5.6.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomi danSosioekonomiSosioekonomidandandan KategoriKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USU

USU USUUSU

Kategori Perokok Status Sosioekonomi r = 0,195

p < 0,135 n = 60 Uji Korelasi Spearman

Hasil di Tabel 5.5.6.2 menunjukkan nilai p= 0,135 di mana status sosioekonomi orang tua mahasiswa merokok tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kategori perokok. Nilai korelasi sebanyak 0,195 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

5.6 5.6

5.65.6 PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian


(39)

mengetahui korelasi usia, jenis kelamin, status sosioekonomi dan ketergantungan mahasiswa USU terhadap nikotin dan kategorinya sebagai perokok.

5.6.1 5.6.1

5.6.15.6.1 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSU yangUSUUSUyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan Nikotin

Nikotin NikotinNikotin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85% proporsi mahasiswa yang berusia 19-23 tahun lebih banyak merokok dibanding dengan yang berusia 24-28 tahun yaitu hanya 15%. Hal tersebut didukung oleh laporan SUSENAS (2004) bahwa sekitar 34,4% penduduk Indonesia yang usia 15 tahun keatas mempunyai kebiasaan merokok.

Uji statistik didapati nilai r= 0,184, terdapat korelasi yang sangat lemah antara usia dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin artinya semakin bertambah usia belum tentu seseorang ketergantungan nikotin. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian Park et al. 2012 yaitu ketergantungan nikotin dipengaruhi oleh dua aspek yaitu nikotinik reseptor dan metabolisme nikotin dimana kedua ini dipengaruhi oleh usia. Namun hingga sekarang masih belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara jelas tentang korelasi usia dengan ketergantungan terhadap nikotin (Parket al., 2012).

5.6.2 5.6.2

5.6.25.6.2 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin MahasiswaMahasiswa USUMahasiswaMahasiswaUSUUSUUSU yangyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap Ketergantungan

Ketergantungan

KetergantunganKetergantungan Nikotin.Nikotin.Nikotin.Nikotin.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah perokok dalam kalangan laki-laki lebih besar daripada perempuan yaitu sebanyak 95% manakala perokok perempuan hanya 5%. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, prevalensi perokok pria 67% lebih besar daripada wanita yaitu 2,7%. Hal lain yang mendukung hasil penelitian adalah data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia tertinggi yaitu sebanyak 28,4% dimana laki-laki sebanyak 52,4% dan 3,3% perempuan.


(40)

Hasil uji statistik diperoleh nilai r= -0,103 yang artinya terdapat korelasi negatif antara jenis kelamin dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin di mana jenis kelamin tidak menyebabkan terjadinya ketergantungan nikotin pada seseorang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachiotis et al. (2008) yang mencatat bahwa kecenderungan ketergantungan merokok pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Perbedaan juga terdapat pada hasil penelitian dimana perempuan lebih banyak ketergantungan terhadap nikotin daripada laki-laki (Perkins et al., 2001), Penelitian Perkins et al. tahun 2001 menunjukkan bahwa laki-laki memiliki angka keberhasilan berhenti merokok lebih tinggi daripada perempuan dan kebanyakan perempuan khawatir akan peningkatan berat badan apabila mereka berhenti merokok. Stres, depresi dan kurang pergaulan sosial adalah beberapa sebab perempuan tidak berhasil berhenti merokok. WHO 2010 juga mengatakan hal yang sama bahwa aspek kritikal yang membuatkan perempuan merokok adalah untuk mengontrol berat badan dan penurunan nafsu makan.

5.6.3 5.6.3

5.6.35.6.3 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi MahasiswaMahasiswa USUMahasiswaMahasiswaUSUUSUUSU yangyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok TerhadapTerhadapTerhadapTerhadap Ketergantungan

Ketergantungan

KetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin

Status sosioekonomi mahasiswa menunjukkan sebagian besar mahasiswa berasal daripada keluarga dengan status sosioekonomi atas yaitu sebanyak 51 orang (85%) manakala mahasiswa dengan status sosioekonomi menengah sebanyak 7 orang (11,7%) dan rendah sebanyak 2 orang (3,3%). Uji statistik menunjukkan nilai r= -0,226 dimana status sosioekonomi berkorelasi negatif dengan ketergantungan mahasiswa terhadap nikotin. Hasil penelitian Paavola et al., 2004, bahwa anak-anak daripada keluarga status sosioekonomi tinggi lebih banyak merokok dari yang berstatus sosioekonomi rendah. Selain itu Scragg, pada tahun 2002 menyatakan bahwa terdapat assosiasi yang sangat positif antara jumlah uang saku yang diterima oleh mahasiswa dengan risiko merokok. Mahasiswa yang menerima lebih dari 30 US dollars dalam satu bulan terbukti tidak bergantung kepada teman-teman untuk


(41)

terjadinya hal tersebut adalah sikap orang tua sendiri yang merupakan sumber utama memberikan uang saku yang berlebihan kepada anak-anak. Penelitian ini sama dengan di Finland Timur yang mengungkapkan bahwa anak-anak dari para pekerja yang berpendapatan rendah lebih banyak merokok dan memiliki risiko tertinggi untuk menderita penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tembakau dan potensial jatuh dalam kondisi kesehatan yang buruk akibat pajanan bahan berbahaya dari lingkungan dan tempat kerja yang diperberat oleh tingginya merokok dan ketergantungan nikotin (Artana, Rai, 2009)

5.6.4 5.6.4

5.6.45.6.4 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi UsiaUsiaUsiaUsia MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa USUUSU yangUSUUSUyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok terhadapterhadapterhadapterhadap KategorinyaKategorinyaKategorinyaKategorinya sebagai

sebagai

sebagaisebagai PerokokPerokokPerokokPerokok

Hasil uji statsistik menunjukkan r=0,018 dimana terdapat korelasi sangat lemah antara usia mahasiswa merokok dan kategorinya sebagai perokok. Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak tentunya berkontribusi kepada peningkatan jumlah batang rokok yang dihisap per hari. Usia 19-23 tahun menunjukkan jumlah perokok yang tinggi daripada usia 24-28 tahun dan hal ini terbukti benar apabila data daripada National Center for Health Statistics tahun 2005 menunjukkan bahwa prevalensi merokok tinggi antara usia 18-24 tahun dan perokok ringan dikatakan sebagai chippers. Faktor yang memicu mahasiswa merokok pada usia ini adalah kekurangan keyakinan diri, merasakan diri powerlessness dan berlakunya isolasi sosial (Ennett, Bauman, 1993).

5.6.5 5.6.5

5.6.55.6.5 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi JenisJenisJenisJenis KelaminKelaminKelaminKelamin MahasiswaMahasiswa USUMahasiswaMahasiswaUSUUSUUSU yangyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok terhadapterhadapterhadapterhadap Kategorinya

Kategorinya

KategorinyaKategorinya sebagaisebagaisebagaisebagai PerokokPerokokPerokokPerokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara jenis kelamin dan kategori perokok mahasiswa USU dimana nilai r= -0,184, artinya jenis kelamin tidak menyebabkan peningkatan jumlah batang rokok yang dihisap per hari.


(42)

Berdasarkan data di Tabel 5.4.1, diketahui bahwa kategori perokok mahasiswa USU berada di tingkat ringan berarti ada kemungkinan jenis kelamin bukan faktor utama menentukan kategori perokok mahasiswa. Peningkatan perokok laki juga disebabkan oleh faktor penampilan di mana laki-laki dikatakan lebih maskulin dan terlihat cool apabila merokok (Nichter et al., 2006). Hal ini berbeda dengan penelitian yang mengatakan bahwa college smoking popular dalam kalangan kedua jenis kelamin (Everett et al., 1999; Rigotti et al., 2000; Nichter et al., 2006). Hasil data penelitian National College Health Risk Behavior Survey menunjukkan bahwa daripada 70% mahasiswa yang merokok didapati perempuan lebih giat merokok daripada laki-laki. Mereka juga terdiri daripada frequent smokers,daily smokers dan ever-daily smokers yang memicu kepada perokok berat. (Everettet al.,1999).

5.6.6 5.6.6

5.6.65.6.6 KorelasiKorelasiKorelasiKorelasi StatusStatusStatusStatus SosioekonomiSosioekonomiSosioekonomiSosioekonomi MahasiswaMahasiswa USUMahasiswaMahasiswaUSUUSUUSU yangyangyangyang MerokokMerokokMerokokMerokok terhadapterhadapterhadapterhadap Kategorinya

Kategorinya

KategorinyaKategorinya sebagaisebagaisebagaisebagai PerokokPerokokPerokokPerokok

Dalam penelitian ini terdapat korelasi yang sangat lemah antara status sosioekonomi mahasiswa USU yang merokok dan kategorinya sebagai perokok di mana nilai r= 0,195 artinya status sosioekonomi belum tentu memicu kepada terjadinya peningkatan jumlah batang rokok yang dihisap per hari. Walaupun dapat dilihat bahwa persentase mahasiswa yang merokok kebanyakannya berasal daripada status sosioekonomi atas dan sebagian besar kategori perokok mahasiswa USU masih dalam kategori ringan tetapi penelitian Hanson 2007, memberikan hasil yang sebaliknya yaitu intensitas merokok lebih tinggi pada kelompok perokok dengan status sosioekonomi yang rendah. Orang tua yang memiliki status sosioekonomi yang rendah cenderung menjadi contoh perilaku merokok terhadap anak remajanya. Hal ini bisa mendorong mahasiswa dengan status sosioekonomi rendah untuk menjadi perokok berat (Kalesanet al.2006).


(43)

KESIMPULAN KESIMPULAN KESIMPULAN

KESIMPULAN DANDANDANDAN SARANSARANSARANSARAN 6.1.

6.1.

6.1.6.1. KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa USU yang merokok memiliki jumlah perokok laki-laki yang banyak dibandingkan dengan perempuan, kebanyakannya berusia di antara 19-23 tahun, dengan status sosioekonomi atas dan juga memiliki tingkat ketergantungan terhadap nikotin yang sangat rendah dan berada dalam kategori perokok ringan.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan melalui analisis korelasi dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah antara usia mahasiswa USU yang merokok dan ketergantungan terhadap nikotin.

2. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah antara jenis kelamin mahasiswa USU yang merokok dan ketergantungan terhadap nikotin.

3. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah antara status sosioekonomi mahasiswa USU yang merokok dan ketergantungan terhadap nikotin.

4. Terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah antara usia mahasiswa USU yang merokok dan kategorinya sebagai perokok.

5. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah antara jenis kelamin mahasiswa USU yang merokok dan kategorinya sebagai perokok. 6. Terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah antara

status sosioekonomi mahasiswa USU yang merokok dan kategorinya sebagai perokok.


(44)

6.2. 6.2.

6.2.6.2. SaranSaranSaranSaran

1. Remaja diedukasi dari awal supaya dapat menghindari diri daripada merokok agar tidak terjadinya ketergantungan nikotin.

2. Menyebarluaskan informasi tentang bahaya rokok kepada anak-anak muda dengan mengedarkan brosur, leaflet atau melalui media sosial.

3. Orang tua dan anak-anak dari status sosioekonomi rendah diberi pendedahan dan edukasi tentang dampak negatif rokok yang bisa menyebabkan sesorang menjadi perokok berat dan ketergantungan terhadap nikotin.

4. Penelitian lebih lanjut dilakukan di seluruh universitas di Indonesia untuk mendapatkan data yang lebih spesifik dan menyeluruh serta melakukan intervensi untuk menangani gejala ketergantungan nikotin dan meneliti lebih lanjut kategori perokok dalam kalangan mahasiswa.

5. Mahasiswa dapat berusaha berhenti merokok, supaya perokok dapat terhindar daripada dampak negatif merokok seperti ketergantungan nikotin yang sangat tinggi, kanker paru, penyakit jantung, dan juga penyakit lain. Hal ini juga dapat mengurangi risiko bahaya pada perokok pasif.

6. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk melihat korelasi faktor demografi dan juga perilaku mahasiswa dalam ketergantungan nikotin.

7. Pihak Universitas Sumatera Utara dapat menjadikan universitas sebagai kawasan bebas rokok dan tegas dalam pelaksanaanya agar ketergantungan nikotin dan kategori perokok dalam kalangan mahasiswa akan berkurang.


(45)

TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN

TINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA 2.1.

2.1.

2.1.2.1. PengertianPengertianPengertianPengertian MerokokMerokokMerokokMerokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,Nicotiana Rustica dan spesis lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (Wigand, 2006). Bentuk-bentuk olahan lainya termasuk sirih yang sering dikonsumsi bersama tembakau, merokok dengan menggunakan pipa, cerutu, bidi (banyak dikonsumsi di India, di mana tembakau dilipat dengan daun temburni atau daun tendu), kretek (mengandung eugenol dan cengkeh) dan pipa air (Sheesha/Hookah). (Fauciet al., 2008)

2.1.1. 2.1.1.

2.1.1.2.1.1. KandunganKandunganKandunganKandungan RokokRokokRokokRokok

Tembakau adalah tanaman berdaun yang berkembang di seluruh dunia, termasuk di beberapa bagian Amerika Serikat. Ada banyak bahan kimia yang ditemukan dalam tembakau atau yang dihasilkan dari pembakarannya (seperti dalam rokok), tetapi nikotin merupakan bahan utama dalam tembakau yang dapat menyebabkan kecanduan. Bahan kimia lain yang dihasilkan daripada merokok seperti tar, karbon monoksida, asetaldehida, dan nitrosamin, juga dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh. Sebagai contoh, tar menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit serius lainnya yang mempengaruhi pernapasan. Karbon monoksida menyebabkan masalah jantung, yang merupakan salah satu alasan mengapa orang yang merokok memiliki risiko tinggi untuk penyakit jantung (National Institute Of Drug Abuse For Teens, 2015).


(46)

Gambar 2.1.1: Kandungan Rokok

Sumber : Smoke-Free Forsyth, 2015. What's in a Cigarette?. Tobacco 101. http://www.smokefreeforsyth.org/tobacco_cigarette.aspx [Diakses 14 April 2015] 1. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pusat Data dan Informasi PERSI, 2006). Nikotin bukan senyawa karsinogenik. Dosis yang tinggi dapat menyebabkan paralisis sistem pernafasan. Lebih dari 90% kandungan nikotin dalam asap rokok diabsorpsi ke dalam tubuh (Harvey, 2009).


(47)

Karbon Monoksida adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan keluar lagi. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi di mana – mana. Terpaparnya dengan CO dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran sampai meninggal (Aula, 2010).

3. Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat karsinogenik. Sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru – paru. Tar yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralise silia yang ada di saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema, bronkhitis kronik dan kanker paru. Konsentrasi tar yang ada dalam rokok dapat bervariasi, yaitu:

a. Rokok dengan kadar tar yang tinggi mengandung tar sekitar 22 mg. b. Rokok dengan kadar tar yang sedang mengandung tar sekitar 15–21 mg.


(48)

c. Rokok dengan kadar tar yang rendah mengandung tar sekitar 7 mg atau lebih kecil (Aula, 2010).

4. Arsenik

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

a. Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

b. Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah. (Aula, 2010)

5. Amonia

Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Aula, 2010).

6. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan ke dalam tubuh maka dapat mengakibatkan kematian (Aula, 2010).

7. Nitrous Oksida

Nitrous oksida ialah sejenis gas tidak berwarna. Jika gas ini terhisap maka dapat menimbulkan rasa sakit (Aula, 2010).


(49)

Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin) (Aula, 2010).

9. Fenol

Fenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Fenol terikat pada protein dan menghalangi aktivitas enzim (Aula, 2010).

10. Acetol

Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol (Aula, 2010).

11. Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen) (Aula, 2010).

12.Pyridine

Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. (Aula, 2010)

13.Methyl Chloride

Methyl chlorideadalah campuran dari zat – zat bervalensi satu, yang unsur – unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini merupakan senyawa organik yang dapat beracun. (Aula, 2010)


(50)

14.Methanol

Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian. (Aula, 2010)

2.1.2 2.1.2

2.1.22.1.2 EpidemiologiEpidemiologiEpidemiologiEpidemiologi RokokRokokRokokRokok DiDiDiDi IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia

Menurut WHO (2012), Indonesia menempati posisi peringkat ke-4 dengan jumlah terbesar perokok di dunia. Dari segi konsumsi rokok, Indonesia menempati urutan ke-5 setelah Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Indonesia menduduki peringkat kedua dalam populasi dewasa pria yang merokok setiap hari. (Organization for Economic Co-operation and Development, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010), 34,7% penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas adalah perokok. Prevalensi merokok untuk semua kelompok usia mengalami peningkatan, terutama peningkatan tajam pada kelompok usia mulai merokok 10-14 tahun sebesar kurang lebih 80% selama kurun waktu 2001-2010 (Riskesdas, 2010). Pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia perokok yang berusia 10 tahun ke atas mengalami penurunan menjadi 29,3% (Riskesdas, 2013).

Secara nasional, 52,3% perokok menghisap rata-rata 1-10 batang rokok per hari dan sekitar 20% perokok menghisap sebanyak 11-20 batang rokok per hari. Studi yang telah dilakukan di 14 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa sejumlah 59,04% pria mengkonsumsi rokok. Pada kelompok wanita persentase perokok menunjukkan angka 4,83% dari total penduduk kelompok tersebut. Perokok pada pria rata-rata mengkonsumsi 10 batang rokok per hari, sedangkan pada perokok wanita rata-rata mengkonsumsi rokok 3 batang sehari. Baik pria (84,31%) maupun wanita (79,42%), lebih memilih rokok jenis kretek dibanding jenis rokok lainnya (Aditama, 2002).


(51)

India bagian pedesaan. Bidis berukuran lebih kecil dan mengandung 0,2-0,3g tembakau yang dibungkus dalam tumbuhan bernama temburni (Gajalakshmi et al., 2003). Di Indonesia terdapat dua macam rokok yang paling populer yaitu rokok kretek dan rokok putih. Kedua jenis rokok ini di pasaran dapat berupa rokok buatan pabrik maupun rokok buatan tangan.

Pada tahun 2010, total penjualan rokok buatan pabrik di Indonesia adalah 180 juta batang. Jumlah ini meningkat 4,5% dari tahun 2009 (WHO, 2012). Rokok putih banyak dikonsumsi oleh perokok di Amerika Serikat (AS). Pola ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang 90% merokok jenis kretek (Nitcher et al., 2009). Hal ini berbahaya karena rokok kretek cenderung dihisap lebih dalam karena efek anestesi yang terkandung dalam kretek. Rokok kretek mengandung lebih banyak nikotin dibandingkan dengan rokok putih yaitu sebesar 46,8 mg untuk rokok kretek dan 16,3 mg untuk rokok putih. Rokok kretek juga mengandung lebih banyak CO yaitu sebesar 28,3 mg dan 15,5 mg untuk rokok putih. Nikotin yang dikeluarkan oleh rokok kretek jumlahnya lebih banyak karena tidak dilengkapi filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada jenis filter (Sussana et al., 2003).

Status sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pekerjaan, pendidikan dan penghasilan juga mempunyai hubungan yang cukup signifikan dengan perilaku merokok. Pada banyak negara berkembang, prevalensi perilaku merokok menjadi lebih besar pada kelompok sosial ekonomi rendah (Paavola et al., 2004). Dalam sebuah penelitian di Finlandia Timur terungkap bahwa anak-anak dari para pekerja kerah biru (buruh) lebih banyak yang merokok dibandingkan anak-anak dari para pekerja kerah putih (pegawai kantor) atau petani. Penelitian Scragg (2002) yang dilakukan terhadap para remaja di Selandia Baru diketahui bahwa perilaku merokok berkorelasi positif dengan jumlah uang saku yang diterima, namun tergantung pada status sosial ekonomi. Kelompok remaja dengan status sosial ekonomi rendah yang


(52)

menerima uang saku lebih dari 30 dolar Amerika dalam 30 hari terakhir merupakan kelompok yang paling besar kemungkinannya untuk merokok. Berbagai temuan tersebut mengindikasikan bahwa perilaku merokok sangat erat hubungannya dengan status sosial ekonomi. Penelitian Artana dan Rai tahun 2009, mengklasifikasikan status sosioekonomi mengikut penduduk Indonesia mengikut penghasilan per bulan seperti berikut :

Rendah < 1 juta rupiah Menengah 1-3 juta rupiah Atas > 3 juta rupiah Mahasiswa

Mahasiswa

MahasiswaMahasiswa yangyangyangyang merokokmerokokmerokokmerokok

Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GTYS) (2009) bahwa terdapat 20,3% anak-anak usia 13-15 tahun yang merokok di Indonesia. Prevalensi merokok kelompok usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010 mencapai 35%; yang terdiri dari 65% pria dan 35% wanita (Pusat Promosi Kesehatan, 2013). Global Health Profession Students Survey (GHPSS) melakukan penelitian di 10 fakultas kesehatan di Indonesia pada tahun 2006 dimana sampel dari penelitian tersebut merupakan mahasiswa tahun studi ketiga. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa 8,6% mahasiswa yang bersekolah di bidang kesehatan yang merokok dan 0,9% mengkonsumsi produk tembakau lainnya.

Dari penelitian yang dilakukan di Kolombia, angka perokok pada mahasiswa (18-24 tahun) semakin meningkat setiap tahunnya. Beberapa penelitian terkait dengan peningkatan angka merokok pada kelompok mahasiswa menunjukkan adanya peran beberapa faktor penyebab (Kumar et al., 2011). Terbiasa mengkonsumsi rokok semenjak sekolah menengah pertama dan sekolah menengah ke atas menjadi salah satu penyebabnya (Weschler, 2001). Pendapat bahwa dengan merokok dapat menambah jumlah teman dan dapat terlihat lebih atraktif juga merupakan alasan untuk merokok (GYTS, 2009). Pada kelompok usia ini, non daily smoking


(53)

Terdapat bukti bahwa lebih dari setengah mahasiswa yang merokok pada tahun pertama akan tetap merokok ketika memasuki tahun terakhir masa studinya dan 30% diantaranya merokok setiap hari (Kenford et al., 2005). Kebiasaan merokok mahasiswa terkadang di deskripsikan menjadisocial smokers (Levinsonet al., 2007). Diantara mahasiswa yang merokok tersebut, sepertiga mahasiswa berkeinginan untuk berhenti.

Mao et al. (2009) melakukan penelitian terhadap mahasiswa dari 19 perguruan tinggi di China mengenai hubungan psikososial dengan kebiasaan merokok. Dari hasil penelitian didapatkan fakta bahwa jenis kelamin laki-laki, status ekonomi keluarga rendah, persepsi terhadap rokok yang tinggi, serta orang yang dapat merasakan manfaat dari merokok adalah mereka yang cenderung pernah merokok atau sedang merokok saat ini. Jenis kelamin laki-laki, berusia lebih tua, mempunyai banyak teman yang merokok, serta dapat merasakan kenikmatan merokok adalah ciri-ciri seseorang yang cenderung tetap merokok selama 6 bulan ke depan. Di Indonesia, 41% mahasiswa yang menempuh studi di fakultas kesehatan mengakui bahwa terdapat larangan merokok di area fakultas dan 41,1% mahasiswa mengatakan terdapat larangan keras untuk merokok di area fakultas, namun masih terdapat 8,6% baik mahasiswa maupun mahasiswi yang merokok di area fakultas (GHPSS, 2006). 2.1.3

2.1.3

2.1.32.1.3 KategoriKategoriKategoriKategori PerokokPerokokPerokokPerokok 1. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada disekitar perokok bisa menimbulkansecondhand smoke.


(54)

2. Perokok aktif

Perokok aktif adalah orang yang suka merokok. Kemudian menurut Bustan pada tahun 2007, rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan perokok (mainstream).

2.1.4 2.1.4

2.1.42.1.4 KlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasi perokokperokokperokokperokok bbbberdasarkanerdasarkanerdasarkanerdasarkan jjjjumlahumlahumlahumlah rrrrokokokokokokokok yyyyangangangang ddddihisapihisapihisapihisap

Ada 3 tipe perokok yang digolongkan berdasarkan kemampuannya menghisap rokok : 1. Perokok berat ≥ 25 batang per hari

2. Perokok sedang 16-24 batang per hari 3. Perokok ringan ≤15 batang per hari (National Health Interview Survey,1986) 2.2.

2.2.

2.2.2.2. PengertianPengertianPengertianPengertian KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin

Ketergantungan nikotin ditandai oleh toleransi dan gejala putus zat yang berkaitan dengan nikotin yang digunakan. Ketergantungan nikotin dapat terjadi dengan merokok, penggunaan tembakau tanpa asap, atau cerutu atau pipa merokok .(Ashton, Streem, 2014)

2.2.1. 2.2.1.

2.2.1.2.2.1. PatofisiologiPatofisiologiPatofisiologiPatofisiologi KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin Distribusi

Distribusi

DistribusiDistribusi Nikotin.Nikotin.Nikotin.Nikotin. Nikotin dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh dan sampai ke sistem saraf pusat (SSP) dalam 10 - 20 detik setelah dihisap. Di otak, perokok akan mengalami respons farmakologis yang sangat kuat, berupa: rasa nikmat, relaksasi, berkurangnya stress, meningkatnya kewaspadaan, meningkatnya konsentrasi, dan perubahan mood. Merokok sepanjang hari akan meningkatkan kadar nikotin darah. Hal ini untuk mempertahankan kadar nikotin (self-titration). Kadar nikotin dalam darah perokok menurun di malam hari, penurunan ini cukup signifikan untuk membuat perokok lebih sensitif terhadap efek nikotin di pagi hari. Peningkatan sensitivitas nikotin di pagi hari ini ditandai oleh keinginan yang kuat untuk segera


(55)

efek yang paling kuat dan paling memuaskan. Metabolisme

Metabolisme

MetabolismeMetabolisme nikotinnikotinnikotinnikotin, 80 - 90 % dosis nikotin dimetabolisme di hati, ginjal, dan paru-paru. Nikotin kemudian diubah menjadi beberapa metabolit yaitu kotinin (metabolit utama), ion iminium nikotin, nicotyrine dan nornikotin. Semua metabolit ini mempunyai aktivitas biologis lebih lemah dan kurang poten dibanding nikotin. Eliminasi

Eliminasi

EliminasiEliminasi nikotinnikotinnikotinnikotin dari dalam tubuh, 10 - 20 % diekskresi oleh ginjal dalam bentuk utuh melalui urine. Sama seperti nikotin, kotinin juga dieliminasi dari tubuh oleh ginjal. Waktu paruh nikotin sekitar 2 - 3 jam. Waktu paruh kotinin sekitar 20 jam. Mekanisme

Mekanisme

MekanismeMekanisme kerjakerjakerjakerja nikotinnikotinnikotinnikotin Efek nikotin pada tubuh terjadi melalui ikatan dengan nicotinic acetylcholine receptors (nAChRs) di otak. Di sistem saraf pusat, sebagian besar dari nAChRs terdiri dari subtipe α4 β2 , α3 β4, dan α7. Dari subtipe-subtipe yang dominan ini, reseptor α4 β2 jumlahnya paling banyak di otak dan berperan penting dalam menyebabkan adiksi nikotin. Setelah rokok dihisap, dalam waktu 20 detik, nikotin akan berikatan dengan nAChRs subtipe α4β2 diVentral Tegmental Area (VTA) di otak. Impuls akan dihantarkan di sepanjang neuron ke nucleus accumbens (NAcc) untuk melepaskan dopamin dalam jumlah besar. Pelepasan dopamin akan menimbulkan berbagai efek reward yang dicari oleh perokok, antara lain timbulnya perasaan senang, relaksasi, mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki mood. Rasa nikmat (reward) ini akan menjadi motivator yang mendorong seseorang untuk merokok. (Susanna, 2003)


(56)

Gambar 2.2.1: Siklus Adiktif Nikotin

Sumber: Kids Get Knowledge, 2015. Kenapa saat merokok jadi lebih fokus. http://kidsgen.blogspot.com/2015/05/kenapa-saat-merokok-jadi-lebih-fokus.htm [Diakses 25 Mei 2015]

Toleransi Toleransi

ToleransiToleransi terjadi apabila dosis dan frekuensi penggunaan nikotin meningkat. Peningkatan reseptor kolinergik yang semakin peka pada neuron yang proyeksi ke NAcc diproduksi secara cepat (upregulated) untuk mengkompensasi kerja nikotin pada otak. Pelepasan dopamin di dalam NAcc semakin menurun apabila kepekaan neuron gagal menghasilkan stimulasi dasar yang dibutuhkan tanpa konsentrasi nikotin yang mencukupi.

Gejala Gejala

GejalaGejala putusputusputusputus zatzatzatzat terjadi apabila konsentrasi nikotin gagal untuk mempertahankan stimulasi pada daerah tegmental ventral dan NAcc. Efek ini dimediasi oleh peningkatan pengaliran keluar noradrenergik dari locus coeruleus dan daerah lainnya (Ashton, Streem, 2014).

2.2.2. 2.2.2.

2.2.2.2.2.2. GejalaGejalaGejalaGejala KlinisKlinisKlinisKlinis dandandan DiagnosisdanDiagnosisDiagnosisDiagnosis KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin

Langkah pertama dalam mengobati ketergantungan nikotin adalah mengidentifikasi pengguna tembakau. Pedoman praktek untuk ketergantungan nikotin antaranya ialah


(57)

Association.

Pedoman ini menyarankan dengan meminta pasien secara sistematis pada setiap kunjungan apakah mereka menggunakan tembakau. Pertanyaan ini harus menjadi bagian dari penilaian tanda-tanda vital yang diperluas atau pengingat sistem komputer yang merupakan bagian dari catatan medis elektronik. Ada bukti kuat bahwa pendokumentasian status perokok di setiap kunjungan meningkatkan pengakuan dokter tentang ketergantungan nikotin dan intervensinya.

Kriteria Kriteria

KriteriaKriteria KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan NikotinNikotinNikotinNikotin InternationalInternationalInternationalInternational ClassificationClassification ofClassificationClassification ofofof DiseasesDiseasesDiseasesDiseases andandandand Related

Related

RelatedRelated HealthHealthHealthHealth ProblemsProblemsProblemsProblems10101010ththththEditionEditionEditionEdition(ICD-10)(ICD-10)(ICD-10)(ICD-10) ::::

Tiga atau lebih dari kriteria berikut ini harus dialami atau ditunjukkan pada suatu waktu selama satu tahun terakhir:

1. Munculnya kondisitolerance, dengan menaikkan dosis pemakaian nikotin untuk memperoleh efek yang sebelumnya didapatkan melalui dosis yang lebih rendah 2. Munculnya kondisi physiological withdrawal state apabila penggunaan nikotin

dihentikan atau dikurangi,yang ditandai oleh: gejala putus obat yang khas (characteristic withdrawal syndrome); atau kembali menggunakan nikotin (atau yang serupa) dengan tujuan untuk meredakan atau menghindari kemunculan gejala putus obat.

3. Dorongan (desire)atau perasaan kompulsi (sense of compulsion) yang kuat untuk menggunakan nikotin.

4. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan nikotin (substance-taking behaviour) dalam halonset, penghentian, atau tingkat pemakaian.

5. Penelantaran yang semakin berat (progressive neglect) terhadap pilihan kenyamanan atau kesenangan lainnya dengan terus-menerus menggunakan nikotin, meningkatnya jumlah waktu untuk mendapatkan atau memakai obat atau mengembalikan efek pernah diperoleh.


(58)

6. Terus-menerus menggunakan nikotin meskipun mengetahui dampak buruknya (substance-related impairment of cognitive functioning).

[Dikutip dari: WHO, 2015.ICD-10 Classification of Mental and Behaviour Disorders due to Psychoactive Substance Use (F17)]

Setelah diagnosis ketergantungan nikotin dibuat, hal ini berguna untuk mengkarakterisasi sejauh mana pasien secara fisik tergantung pada rokok. Fagerström Test For Nicotine Dependence (FTND), merupakan terjemahan dari penelitian Artana dan Rai 2009, dapat membantu dalam menentukan apakah penggantian nikotin diperlukan dan tingkat ketergantungannya. Enam pertanyaan FTND berkaitan dengan total asupan tembakau dan keparahan keinginan.

No. Pertanyaan 0 Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin

1. Seberapa segera setelah bangun tidur pagi anda

merokok rokok pertama anda?

>60 menit 31-60 menit

6-30 menit

<5 menit

2. Apakah anda mendapatkan kesulitan untuk menunda merokok pada tempat dengan larangan merokok?

Tidak Ya

3 Rokok mana yang paling sulit anda lewatkan?

Yang lainnya

Rokok pertama

di pagi hari 4 Berapa banyak rokok yang

anda konsumsi per hari?


(59)

Klasifikasi Klasifikasi

KlasifikasiKlasifikasi KetergantunganKetergantunganKetergantunganKetergantungan

0 - 2 sangat rendah

3 - 4 rendah

5 moderat

6 - 7 tinggi

8 - 10 sangat tinggi

(Dikutip dari: Artana, Rai, 2009.Tingkat Ketergantungan Nikotin dan Faktor-Faktor yang berhubungan pada Perokok di Desa Penglipuran: Diadaptasi dari Heatherton TF, Kozlowski LT, Frecker RC,et al:The Fagerström Test for Nicotine Dependence: Revisi Fagerström Toleransi Kuesioner. Br J Addict 1991; 86: 11191127)

2.2.3. 2.2.3.

2.2.3.2.2.3. PencegahanPencegahanPencegahanPencegahan dandandandan SkriningSkriningSkriningSkrining

Pendekatan terbaik untuk mengurangi tingkat merokok adalah dengan

� Mendidik masyarakat mengenai bahaya merokok dan cara mencegah paparan nikotin sebelum tahap adiktif .

� Dokter dapat melakukan pembentukan sikap tentang merokok pada orang muda dengan menjelaskan dampak kesehatan negatif dan biaya paparan rokok.

merokok dalam jam pertama setelah bangun tidur pagi hari dibandingkan waktu lain dalam satu hari

6 Apakah anda merokok saat sedang sakit parah dan berada di atas tempat tidur seharian


(60)

� Penyedia layanan kesehatan juga harus mendukung undang-undang pengendalian tembakau, seperti hukum bebas asap

� Mengikuti pedoman praktek yang tersedia seperti Mengobati Penggunaan dan Ketergantungan Tembakau: 2008 Update oleh U.S. Department of Health and Human Services dan American Psychiatric Association 2006 Praktek untuk Pengobatan Pasien dengan Ketergantungan Nikotin dapat membantu dokter tetap up to datepada kesehatan masyarakat pada masa ini (Ashton, Streem, 2014). 2.3.

2.3.

2.3.2.3. MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa

Menurut Susantoro (2003), mahasiswa merupakan kalangan muda yang berusia antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007).


(1)

vi

DAFTAR DAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI

Halaman HalamanHalamanHalaman HALAMAN

HALAMAN

HALAMANHALAMAN PERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUAN............ iiii

ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK............ iiiiiiii

ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACTABSTRACT............ iiiiiiiiiiii KATA KATA KATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR............ iviviviv DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR ISIISIISIISI............ vivivivi DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL............ ixixixix DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR GAMBARGAMBARGAMBARGAMBAR............ xxxx

DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN............ xixixixi BAB BAB BABBAB 1111 PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN............ 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB BAB BABBAB 2222 TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA............ 5555

2.1. Pengertian Merokok... 5

2.1.1. Kandungan Rokok... 5

2.1.2. Epidemiologi Rokok Di Indonesia... 10

2.1.3. Kategori Perokok... 13

2.1.4. Klasifikasi Perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap... 14

2.2.Pengertian Ketergantungan Nikotin... 14

2.2.1. Patofisiologi Ketergantungan Nikotin... 14

2.2.2. Gejala Klinis dan Diagnosis Ketergantungan Nikotin... 15

2.2.3. Pencegahan dan Skrining... 19

2.3 Mahasiswa... 20

BAB BAB BABBAB 3333 KERANGKAKERANGKAKERANGKAKERANGKA KONSEPKONSEPKONSEPKONSEP DANDANDANDAN DEFINISIDEFINISIDEFINISIDEFINISI OPERASIONALOPERASIONALOPERASIONALOPERASIONAL............ 21212121 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 21

3.2. Definisi Operasional... 22

BAB BAB BABBAB 4444 METODEMETODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN............ 24

4.1. Jenis Penelitian... 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

4.3. Populasi Dan Sampel Penelitian... 24

4.3.1. Besar Sampel... 24

4.3.2. Sampel dan Cara Sampling... 25


(2)

vii

4.4.1. Alat Penelitian... 26

4.4.2. Jenis Data... 27

4.4.3. Cara Pengumpulan Data... 27

4.4.4. Aspek Pengukuran Tingkat Ketergantungan Nikotin... 28

4.5. Teknik Pengolahan Data... 28

4.6. Analisa Data... 29

4.7. Etika penelitian... 29

BAB BAB BABBAB 5555 HASILHASILHASILHASIL PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN............ 30303030 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

5.2. Deskripsi Karakteristik Mahasiswa... 30

5.3. Tingkat Ketergantungan terhadap Nikotin... 31

5.4. Kategori Perokok pada Mahasiswa USU yang merokok... 32

5.5. Hasil Uji Hipotesis Korelasi... 32

5.5.1. Korelasi Usia dan Ketergantungan Mahasiswa Terhadap Nikotin... 32

5.5.2. Korelasi Jenis Kelamin dan Ketergantungan Mahasiswa Terhadap Nikotin... 33

5.5.3. Korelasi Status Sosioekonomi dan Ketergantungan Mahasiswa Terhadap Nikotin... 34

5.5.4. Korelasi Usia dan Kategori Perokok Mahasiswa... 35

5.5.5. Korelasi Jenis Kelamin dan Kategori Perokok Mahasiswa... 36

5.5.6. Korelasi Status Sosioekonomi dan Kategori Perokok Mahasiswa... 37

5.6. Pembahasan Hasil Penelitian... 37

5.6.1. Korelasi Usia Mahasiswa USU yang merokok Ketergantungan Terhadap Nikotin... 38

5.6.2. Korelasi Jenis Kelamin Mahasiswa USU yang merokok dan Ketergantungan Terhadap Nikotin... 38

5.6.3. Korelasi Status Sosioekonomi Mahasiswa USU dan Ketergantungan Terhadap Nikotin... 39

5.6.4. Korelasi Usia Mahasiswa USU yang merokok dan Kategorinya sebagai Perokok... 40

5.6.5. Korelasi Jenis Kelamin Mahasiswa USU yang merokok dan Kategorinya sebagai Perokok... 40

5.6.6. Korelasi Status Sosioekonomi Mahasiswa USU yang merokok dan Kategorinya sebagai Perokok... 41

BAB BAB BABBAB 6666 KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN DANDANDANDAN SARANSARANSARANSARAN............ 42424242 6.1. Kesimpulan... 42

6.2. Saran... 43


(3)

viii

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA............ 44444444 LAMPIRAN

LAMPIRAN LAMPIRANLAMPIRAN


(4)

ix

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR TABEL

TABEL

TABEL

TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.2.1 Distribusi Jumlah Karakteristik Dasar Mahasiswa... 30 Tabel 5.3.1 Tingkat Ketergantungan Mahasiswa USU Terhadap Nikotin... 31 Tabel 5.4.1 Kategori Perokok Pada Mahasiswa USU yang Merokok... 32 Tabel 5.5.1.1 Frekuensi Hasil Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Usia.... 32 Tabel 5.5.1.2 Korelasi Usia dan Ketergantungan Mahasiswa Terhadap

Nikotin ... 33 Tabel 5.5.2.1 Frekuensi Hasil Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Jenis

Kelamin... 33 Tabel 5.5.2.2 Korelasi Jenis Kelamin dan Ketergantungan Mahasiswa

Terhadap Nikotin... 34 Tabel 5.5.3.1 Frekuensi Hasil Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status

Sosioekonomi... 34 Tabel 5.5.3.2 Korelasi Status Sosioekonomi dan Ketergantungan

Mahasiswa Terhadap Nikotin ... 35 Tabel 5.5.4.1 Frekuensi Hasil Kategori Perokok Berdasarkan Usia... 35 Tabel 5.5.4.2 Korelasi Usia dan Kategori Perokok Mahasiswa USU... 35 Tabel 5.5.5.1 Frekuensi Hasil Kategori Perokok Berdasarkan Jenis Kelamin 36 Tabel 5.5.5.2 Korelasi Jenis Kelamin dan Kategori Perokok Mahasiwa USU

... 36 Tabel 5.5.6.1 Frekuensi Hasil Kategori Perokok Berdasarkan Status

Sosioekonomi... 37 Tabel 5.5.6.2 Korelasi Status Sosioekonomi dan Kategori Perokok

Mahasiswa USU... 37


(5)

x

DAFTAR DAFTAR DAFTAR

DAFTAR GAMBARGAMBARGAMBARGAMBAR

Gambar 2.1.1: Kandungan Rokok 5


(6)

xi

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 LembarEthical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Hasil Data

Lampiran 8 Rincian Biaya