1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang
kehidupan. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia SDM yang
berkualitas. Salah satu cara untuk menciptakan sumber daya manusia dan berkualitas adalah melalui pendidikan.
Sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu melalui proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dimuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dalam
Dedekuen, 12 April 2016, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan itu, menurut Buchori dalam Trianto, 2011:5, “Pedidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya
untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari”. Berdasarkan pendapat diatas, bahwa tujuan dan fungsi pendidikan adalah
untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan keterampilan yang perlu dan berguna bagi
kelangsungan serta kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan akuntansi sangat diperlukan, khususnya
peningkatan hasil belajar akuntansi siswa di sekolah. Dalam serangkaian proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
penting, itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan menjadi wahana untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran akuntansi adalah kekurangaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Keinginan dan aktivitas
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar cenderung menurun dan kurang diperhatikan. Demikian juga dengan guru yang hanya mengejar waktu mengingat
harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam pelajaran yang disediakan cukup singkat, tanpa memperdulikan siswanya sudah atau belum
memahami materi yang diajarkan. Kondisi seperti ini membuat siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran akuntansi, padahal beberapa faktor yang
mempengaruhi siswa tertarik pada akuntansi adalah minat, hasrat dan cita-cita itu sendiri, kemudian disusul faktor-faktor berikutnya yaitu faktor guru di dalam
mengajar, kelengkapan buku-buku yang dimiliki siswa, kondisi siswa, kondisi
kelas, serta dorongan orangtua. Kondisi siswa merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kondisi siswa hanya dimaksud dalam aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XII Ak SMK Negeri 1 Tanjung Pura menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar
akuntansi di dalam kelas masih kurang aktif. Pembelajaran akuntansi masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya kebanyakan dari siswa hanya
sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas yaitu dengan mendengarkan ceramah tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan
balik dalam kegiatan belajar mengajar. Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar akuntansi bukanlah kebutuhan,
hanya tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran akuntansi yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran akuntansi yang
dilakukan di SMK Negeri 1 Tanjung Pura diperoleh keterangan dari guru mata pelajaran akuntansi yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah
tersebut masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tes hasil belajar akuntansi kelas XII Ak dari 68 siswa di kelas XII Ak hanya 40 yang dinyatakan lulus. Berikut
ini adalah tabel Hasil Nilai Ulangan Harian siswa kelas XII Ak-1 dan XII Ak-2.
Tabel 1.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Kelas XI Ak SMK Negeri 1 Tanjung Pura
Kelas Jumlah
Siswa Jumlah Siswa
yang Mencapai KKM
Rata-rata UH I dan II
Jumlah Siswa yang Tidak
Mencapai KKM
Rata-rata UH I dan
II
UH I UH II
UH I UH II
XI Ak 1 35 siswa 15
13 40
20 22
60 XI Ak 2 33 siswa
16 15
46,96 17
18 53,04
Jumlah 68 siswa 31
28 37
40
Jika dilihat dari tabel di atas, bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi untuk seluruh kelas XI Ak masih tergolong rendah, dimana
jumlah persentase siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75, hanya sebesar 40 di XII kelas Ak 1 dan 46,96 di kelas XII
Ak 2. Sedangkan persentase siswa yang tidak memenuhi KKM sebesar 60 di kelas XI Ak 1 dan sebesar 53,04 di kelas XI Ak 2.
Rendahnya hasil belajar akuntansi yang diperoleh siswa ini disebabkan oleh kurangnya semangat dan motivasi siswa dalam belajar serta model
pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada kelas XII Ak SMK Negeri 1 Tanjung Pura
menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional artinya model pembelajaran yang digunakan masih banyak didominasi oleh guru. Dalam metode ini, guru
berceramah sedangkan siswa duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Adakalanya guru memberi kesempatan kepada siswa