BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum adalah salah satu pilar utama dari sebuah demokrasi. Salah satu konsepsi modern diajukan oleh Joseph Scumpeter
1
Pemilu atau yang disebut dengan Pemilihan Umum merupakan salah satu pilar dan poin penting dalam sebuah negara dalam membentuk pemerintahannya.
Pemilu yang merupakan bagian dari demokrasi. Beberapa tokoh politik menyarankan memang bahwa sebuah negara yang mengadopsi sistem politik haruslah melakukan
pemilihan umum secara langsung untuk memilih pemimpin mereka. Di dalam negara yang demokratis kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, hal ini terlihat jelas
melalui pengertian dari demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu didefinisikan sebagai government of the people, by the people, for the people atau pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
2
Ketika suatu negara melakukan pemilihan umum untuk menentukan pemimpinnya, maka saat itu pula terjadi partisipasi dan keinginan rakyat untuk ikut
terlibat dalam pemilihan umum tersebut. Herbet McClosky menjelaskan bahwa
1
Joseph Scumpeter , Capitalism, Socialism, and Democracy, New York : Harper., 1947 dikutip dari oleh Isabella
Tarigan, skripsi
Partisipasi Politik Dan Pemilihan Umum Suatu Studi tentang Perilaku Politik Masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Pada Pemilihan Presiden tahun 2009 . hal 1.
2
Effendi Bahtiar. 1996. “Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sinesta yang Memungkinkan dalam M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher,ed, Agama dan Dialog antar Peradaban. Paramadina, Jakarta. Cet. I hal 86 dikutip
dari Islam dan Demokrasi Oleh: Muhammad Abduh hal, 6.
1
Universitas Sumatera Utara
partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan kekuasaan dan secara langsung
atau tidak langsung, serta dalam proses kebijakan umum.
3
Dengan ikut serta dalam melakukan pemilu maka secara tidak langsung kita telah berpartisipasi dalam
membangun bangsa dan negara ini. Dalam hal ini, keaktifan dan keikutsertaan masyarakat menjadi peran penting dalam pemilu. Penulis dapat mengasumsikan
bahwa peran dan keaktifan masyarakat merupakan perilaku dalam berpolitik, walau hanya terjadi pada tingkat individu.
Sejak tahun 2004 Indonesia melaksanakan pemilihan legislatif yang menjadi sarana bagi rakyat Indonesia untuk menentukan calon-calon pemimpin dalam DPD,
DPR, dan DPRD, dan bagi rakyat daerah untuk menetukan pemipin dalam DPRD baik tingkat provinsi dan kabupatenkota. Dalam pemilihan legislatif rakyat menjadi
objek yang akan melaksanakan proses dalam menghasilkan suara, secara khusus pemilihan legislatif pada tahun 2014 pada provinsi Sumatera Utara. Provinsi
Sumatera Utara dengan ibukota Medan yang terdiri dari 21 kecamatan dan dengan jumlah penduduk kota medan berjumlah 2.983.868 juta jiwa dan jmlah penduduk di
sumut sebesar 13.530.185 Juta jiwa.Jumlah pemilih pada pemilu legislatif pada tahun
3
Miriam Budiarjo, 1998, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta; Gramedia, dikutip dari B. Prasetyo, Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemiliha Kepala Daerah Langsung di desa Wonokampir Kecamatan Watumalang Kabupaten
Wonosobo Tahun 2010. Hal7-8.
2
Universitas Sumatera Utara
2014 provinsi Sumatera Utara 6.807.340 juta pemilih
4
yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras.
Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku pemilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat
keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyrakat,
bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk. Ada suatu hal yang menarik jika membahas mengenai partisipasi politik dan
perilaku pemilih itu sendiri dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan umum. Dalam penelitian yang Penulis lakukan mengenai perilaku politik etnis Tionghoa,
Penulis ingin menggambarkan dan mendeskripsikan sedikit hal mengenai perilaku etnis Tionghoa ini dalam memilih pemimpin yang mereka pilih.
Perilaku pemilih dan partisipasi politik pemilih merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku pemilih merupakan aspek penting dalam
menunjang keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Di dalam penelitian ini yang ingin ditekankan ialah bagaimana perilaku pemilih dalam pelaksanaan dan
keikutsertaan proses voting ataupun pemberian suara dalam pemilihan umum baik tingkat nasional maupun tingkat lokal.
Perilaku politik seseorang itu bisa berbeda-beda. Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas merupakan beberapa beberapa bentuk dari perilaku politik individu.
4
http:KPUDsumutprov.go.id diakses pada hari 28 September 2015 pukul 13.36.WIB
3
Universitas Sumatera Utara
Ikut serta dan bergabung dalam partai politik juga merupakan bentuk dari perilaku politik. Hal ini dikarenakan bahwa partai politik merupakan sarana bagi warga negara
untuk turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara dan menjalankan kebijakan-kebijakan untuk negara. Perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif itu
sangat penting, dikarenakan apabila pelaksanaan pemilihan legislatif itu berjalan sukses, maka tentu saja perilaku pemilih itu sukses juga.
Sebelumnya kita telah membahas mengenai sedikit konsep mengenai perilaku dan partisipasi masyarakat dalam politik. Pada dasanya sebelum kita mengkaji ke
sana kita perlu mengetahui bahwa perilaku politik itu ada dikarenakan suatu negara yang menganut sistem demokrasi memberika kebebasan kepada rakyatnya untuk
memilih mana yang menurut masyarakat yang paling baik. Kita perlu berterima kasih dengan adanya sistem politik demokrasi ini, jika tidak ada sistem politik seperti ini,
maka tentu saja kita tidak akan pernah mengenal apa itu Pemilu, apa itu preferensi politik, partisipasi politik sampai perilaku pemilih dalam pelaksanaan salah satu
aktivitas politik yakni Pemilu. Perilaku pemilih dalam pemilukada itu sangat penting . karena di dalam
menentukan apakah pemilukada itu berhasil, maka perilaku pemilih masyarakatnya akan menjadi faktor penetu yang penting pula. Bila didalam pelaksanaan pemilukada
ternyata dapat dilihat bahwa masyarakat tidak mengambil bagian didalamnya, misalnya dapat dilihat dengan tingginya angka gollput, berarti pemilukada kurang
4
Universitas Sumatera Utara
berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang memberi perhatian pada peserta demokrasi tersebut.
5
Keterlibatan orang Tionghoa Indonesia di ajang politik bukan merupakan fenomena baru, tetapi bagaimana hal ini bangkit atau jatuh tergantung pada kebijakan masing-
masing rezim terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Hal ini terlihat dari faktor sejarah migrasi pada masa kolonialisme dan derajat penetrasi etnis Tionghoa dengan
kebudayaan lokal juga memberikan pengaruh yang besar bagi ketersinggungan etnis ini dengan dunia politik. Jika pada masa kolonial orientasi politik etnis terbagi dalam
tiga corak, maka setelah Indonesia merdeka sikap mereka terpecah dalam beberapa kelompok, yakni integrasionis, asimilasionis dan cukong. Masing-masing kelompok
ini menempuh cara politik yang berbeda-beda dalam pencapaian tujuannya.
6
Perubahan ini terlihat dari rezim Soeharto ke rezim reformasi, terjadinya transisi demokrasi, yaitu periode yang merupakan rentangan waktu dari runtuhnya
pemerintahan non demokratik sampai terbentuknya pememrintahan demoratik.
7
Studi konsolidasi demokrasi mecakup peningkatan secara prinsipil komitmen seluruh elemen masyarakat dalam aturan Demokrasi. Legitimasi demokrasi sebuah
proses panjang mengurangi kemungkinan pembalikan demokratisasi, erosi Demokrasi. Demokrasi konsolidasi apabila aktor-aktor politik, partai kelompok
5
Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal.3, dikutip dari Caharyadi Tarigan skripsi Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala
Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 hal 5
6
Achmad Akmaluddin Orientasi Politik Etnis Tionghoa di Batauraja Kabupaten Ogan Komering Ulu Hal; 2.
7
Larry Diamond. Dan Marc. F.Planter 1998. Konsolidasi Demokrasi di Pasifik Asia, dalam Aklesius Jemadu, HI Kawasan di Asia Pasifik, Pascasarjana Unpar Bandung.hal:56
5
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dalam masyarakat menganggap tindakan demokratois sebagai alternatife utama dalam meraih kekuasaan dan tidak ada aktor atau kelompok yang mempunyai
kalim veto dalam tindakan pembuatan keputusan.
8
Lokasi penelitian akan dilakukan di Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah. Keterlibatan masyarakat etnis Tionghoa di dalam Pemilihan Umum
Legislatif pada 9 april 2014 yang lalu merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam memilih wakil rakyat. Di Kelurahan sekip terdapat 16 enam belas TPS
dengan jumlah daftar pemilih tetap sebanyak 6725 orang. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan perilaku politik etnis Tionghoa
pada pemilihan umum legislatif kota Medan tahun 2014, dimana Kelurahan Sekip memiliki penduduk etnis Tionghoa sebanyak 75 dari total populasi di kelurahan
Sekip
9
. yang selanjutnya ingin menampilkan ke mana ataupun pada caleg yang mana masyarakat etnis Tionghoa di Kelurahan Sekip memberikan pilihannya. Selain itu,
penelitian ini juga menelusuri hal-hal yang mendasari dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik etnis Tionghoa di Kelurahan Sekip tersebut.
Masyarakat etnis Tionghoa yang berada di negara Indonesia berhak untuk memberikan suaranya pada Pemilu. Sebagai warga negara etnis Tionghoa khususnya
8
Taher, Taarmizi 1997. Masyarakat Cina: Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat hal:24.
9
Wawancara dengan sekertaris kelurahan sekip, Hafizal Darus, SH, kantor kelurahan sekip, 23 oktober 2015, pukul 14.15 wib.
6
Universitas Sumatera Utara
di Kelurahan Sekip berhak untuk ikut dan berpartisipasi dalam setiap pemilihan umum.
B. Rumusan masalah