2.2 Konsep
Menurut konsep masyarakat Minangkabau Dikia Rabano adalah merupakan nyanyian puji-pujian kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya dengan diiringi tabuhan
Rabano yang bernuansa Islami. Dari hasil beberapa penelitian tentang Dikia Rabano yang menjelaskan asal
katanya terdiri dari dua kata yaitu Dikia dan Rabano. Dikia berasal dari kata zikir yang berarti puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya yang diucapkan berulang-ulang, dan ada
juga yang mengatakan mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Rabano adalah bahasa Minangkabau yang berarti rebana sebuah alat musik pukul. Maka gabungan dari dua
alat musik tersebut mengandung arti puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya yang dinyanyikan dengan iringan rebana. Tetapi dalam konsep Islam kata zikir tidak sama
pengertianya dengan kata Dikia dalam bahasa Minang. Zikir dalam ajaran Islam merupakan perbuatan ibadah yang khusuk kapada Allah dengan mengucapkan puji-
pujian tanpa diiringi alat musik instrumen. Minangkabau adalah suatu daerah yang ada di Indonesia yang di akui sebagai
wilayah Provinsi Sumatera Barat. Walupun diketahui bahwa tidak semua yang masuk provinsi Sumatera Barat memiliki budaya Minangkabau, seperti daerah Mentawai dan
sekitarnya. Penggunaan yang dimaksud adalah bagaimana suatu musik itu digunakan,
diperlakukan dalam sekelompok masyarakat, dari segi prilaku praktis atau kebiasaa- kebiasaan dari bagaimana musik itu dimainkan. Fungsi yang dimaksud adalah
tergantung bagaimana melihat musik melalui makna yang lebih dalam, sampai sejauh mana musik itu dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana sejarah perjalanan musik atau kesenian itu muncul sampai pada masa sekarang, yang mana juga
berkaitan dengan fungsi awal dari kesenian tersebut dan bagaimana pula dimasa sekarang.
2.3 Teori
Suatu teori di dalam ilmu sosial bertujuan untuk menyajikan pola-pola yang terjadi dalam kehidupan manusia. Umum bersifat konsisiten dan tidak menghasilkan
hukum-hukum yang bersifat universal Soerjono Sukanto, 1986:22. Dikia Rabano merupakan salah satu budaya Minangkabau yang termasuk dalam
kategori seni musik Islam. Menurut Nettl, 1964:7, mengatakan bahwa musik kelihatannya suatu hal yang bagus, bisa bagus untuk suara, atau bahkan tak bersuara
diam, dan juga untuk suara-suara yang bagus dapat digolongkan sebagai musik. Seperti suara koin pembayaran, suara orang yang mendayu-dayu dikatakan memiliki suara
musikal, dan bahasa yang tidak disukai orang dikatakan suara yang tidak musikal. Sesuai dengan teori tersebut, Dikia Rabano dapat digolongkan sebagai musik
karena berasal dari suara-suara orang yang menyanyikan teks Dikia dan suara tabuhan Rabano sebagai Instrumennya. Kemudian Nettl menjelaskan juga bagaimana ahli
etnomusikologi memiliki dua asumsi mengenai definisi musik yaitu: 1. semua masyarakat mengenal musik dan 2. Semua manusia dapat mengenal musik, walaupun
tidak harus mengerti musik jika mereka mendengarkannya. Tentang penggunaan dan fungsi musik, hal ini penting dalam etnomusikologi,
dimana dalam studi prilaku manusia yang diteliti bukan hanya berbagai fakta deskriptif tentang musik, tetapi yang lebih penting lagi adalah makna musik itu sendiri. Membahas
Universitas Sumatera Utara
tentang penggunaan musik, maka kita mulai melihat pada cara-cara musik digunakan dalam lingkungan masyarakat, hingga adat dan kebiasaan memainkannya secara tunggal
maupun dirangkaikan dengan aktifitas lain Merriam, 1964:209-210. Gagasan untuk membedakan antara kegunaan dan fungsi hampir sama dengan gagasan mempelajari
musik dalam konteks budayanya. Fungsi musik menurut Merriam, 1964:218-227, menawarkan sepuluh fungsi
musik yaitu: fungsi sebagai ekspresi emosional, pemuasan rasa estetik, hiburan, alat komunikasi, simbol, respon fisik, menyesuaikan dengan norma sosial, institusi sosial,
kesinambungan dan stabilitas budaya, dan kontribusi pada suatu integrasi dari kelompok masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT