Sistem Kekerabatan Mata Pencaharian

Setelah satu persatu orang berdatangan dan menetap di dusun tersebut dan dusun menjadi ramai penduduknya, maka pada tahun 1979 menetapkan dusun Sialang resmi menjadi desa Sialang dan diangkatlah salah satu dari masyarakatnya untuk menjadi kepala desa, dan jumlah penduduk desa Sialang saat ini kurang lebih 1626 jiwa. Desa Sialang memiliki tiga dusun yaitu, dusun Lakuang, dusun Katapiang, dan dusun Taratak.

5.1.1 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Minangkabau di desa Sialang memiliki sistem kekerabatan yang merupakan pola hubungan pertalian darah menurut garis keturunan ibu matrilineal. Dengan sistem kekerabatan matrilineal masyarakat desa Sialang hidup berpedoman pada norma-norma adat dan agama Islam. Okatan perkawinan yang terjadi menggunakan pola menetap di rumah orang tua istri mertua. Kekerabatan yang merupakan satu keturunan disebut saudara saparuik satu nenek, ikatan darah satu ibu disebut saudara sakanduang menempati sebuah rumah masa dahulu dikenali sebagai Rumah Gadang. Yang tinggal dan termasuk anggota di Rumah Gadang terdiri dari ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan dari ibu, serta anak dan cucu dari anak perempuan si ibu. Ayah atau suami ibu tidak termasuk anggota Rumah Gadang, tetapi ayah adalah anggota Rumah Gadang dari ibu yang melahirkannya. Jadi setiap orang tetap menjadi warga kaum di satu Rumah Gadang, meskipun dia telah menikah dan mempunyai anak atau keturunan. Dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut akan tetap menjadi anggota kaum dari istri. Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Mata Pencaharian

Masyarakat di desa Sialang pada umumnya ialah bercocok tanam seperti areal persawah, ladang, dan peternakan. Mereka mengerjakan sawah dan kebun dengan berbagai sistem seperti: mangarajoan sorang, basaduoi, baupahan, atau julo-julo. Sistem mangarajoan sorang adalah pengerjaan sawah atau kebun yang langsung dikerjakan oleh orang yang punya lahan pertanian tanpa bantuan orang lain. Sistem basaduoi adalah mengerjakan sawah atau kebun dengan cara menyuruh orang lain untuk mengerjakannya atau mengolahnya. Kemudian hasil panen dari sawah atau kebun tersebut akan dibagi dua antara yang punya lahan pertanian dan yang mengerjakan. Sistem baupahan adalah sistem dengan jalan mengerjakan sawah maupun ladang dengan cara menyuruh orang lain, kemudian orang yang mengerjakan tersebut diberi upah sesuai kesepakatan dan hasil panennya untuk yang punya lahan pertanian. Selanjutnya sistem julo-julo adalah salah satu bentuk kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang yang punya lahan pertanian. Anggota kelompok tersebut secara bergantian akan membantu mengerjakan sawah atau kebun dari setiap anggotanya tanpa dibayar atau berbagi hasil panen. Sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok mereka akan membuat jadwal pembagian kerja dari lahan yang satu kelahan berikutnya, dan ini merupakan suatu kerja gotong-royong yang juga dapat mempererat tali siraturahmi sesama anggota kelompok. Jenis tanaman yang ditanam di kebun sangat beragam seperti: tomat, cabe, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kopi, cengkeh, kayu manis, dan coklat. Kemudian untuk peternakan mereka biasanya memelihara ayam, bebek, itik, kambing, kerbau dan lembu. Tetapi sebahagian kecil lagi masyarakat desa Sialang bekerja sebagai tukang kayu, tukang bangunan, dan pegawai negeri sipil. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Agama dan Kepercayaan