Demikian juga analisisnya tidak h a n y a m e l i h a t d a n
mempertimbangkan orang yang sedang kena danatau ditimpa kasus,
tetapi juga prospek hukum ke depan dan sisi pelajaran bagi orang lain. Perlu
ada ketegasan agar orang menghargai dan pada akhirnya mematuhi hukum.
Te n t u t i d a k m u d a h u n t u k mengakomodir dua kepentingan yang
boleh jadi bertentangan, tetapi bukan sesuatu yang mustahil dilakukan
bersama secara serius, substansial dan berkelanjutan. Misalnya di samping
berusaha menyelesaikan masalah yang sudah terjadi, ada juga usaha
memberikan pelajaran bagi yang bersangkutan dan pada gilirannya
orang lain agar tidak melanggar. Misalnya ada sanksi.
Dengan demikian pendekatan Interpretasi Interdisipliner yang
digunakan Mahkamah Agung masih berada pada tingkatan penyelesaian
masalah yang dihadapi, belum digunakan untuk menggiring
masyarakat mematuhi peraturan p e r u n d a n g - u n d a n g a n b i d a n g
perkawinan, yang dengan cara itu membuat UUP semakin kuat dan
dipatuhi. Pantas juga dirasakan sebagai
langkah mundur ketika dalam putusan MA menyebut bahwa hukum Islam
dalam bentuk fikih klasik, juga mendapat pengakuan sebagai dasar
pengabasahan perkawinan di Indonesia. Sebab dengan pengakuan
ini menjadi banyak aturan dalam perundang-undangan perkawinan
yang menjadi hambar; perkawinan sah tanpa pencatatan, poligami boleh
tanpa ijin pengadilan, talak absah diucapkan suami di manapun.
Penyebutan ini dirasa langkah mundur sebab mestinya kita bersama-sama
berusaha membangun paradigma dan kepercayaan bahwa fikih Islam
Indonesia di bidang perkawinan adalah perundang-undangan di
bidang perkawinan. Sebab rumusan itulah yang lebih cocok dengan
konteks masyarakat Indonesia dengan dua alasan. Pertama, hasil ijtihad
kolektif berupa Undang-Undang Perkawinan Indonesia lebih cocok
dengan konteks Indonesia sekarang. Kedua, Undang-Undang Perkawinan
sebagai hasil pemikiran ijtihad kolektif dari berbagai ahli di bidang
hukum Islam, mempunyai kekuatan yang lebih kuat dan konprehensif dari
18
pada fikih yang bersifat individu.
D. Kesimpulan
Ada dua catatan sebagai kesimpulan dari bahasan tulisan ini.
Pertama, penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menolak
p e r m o h o n a n p e m o h o n , d a n penetapan Mahkamah Agung yang
menerima permohonan pemohon, sama-sama mempunyai misi dan
substansi yang syarat dengan tujuan memberikan yang terbaik untuk
penegakan hukum. Kedua, secara k a s a t m a t a p e n e t a p a n ya n g
dikeluarkan Pengadilan Agama Jakarta Selatan menggunakan
pendekatan dan analisis Interpretasi Monodisipliner, sementara penetapan
Mahkamah Agung menggunakan Interpretasi Interdisipliner. Dari aspek
ini maka pendekatan yang digunakan Mahkamah Agung dirasakan lebih
konprehensif. Namun interpretasi interdisiplinari yang digunakan masih
pada aspek penyelesaian masalah, b e l um b e rus a h a m e m ba n g un
kekuatan peraturan perundang- undangan bidang perkawinan di masa
depan. Karena itu, di samping berusaha memberikan perhatian pada
aspek masa depan perundang- undangan, juga sudah waktunya
memberikan perhatian menggunakan pendekatan dan analisis interpretasi
multidisipliner.
Daftar Pustaka
Abû Zahrah, Ilm Us}ûl al-Fiqh. Kairo: Dâr al-Fikr al-Arabî, t.t..
Al-Dawâlibî, Al-Madkhal Ilâ Ilm al- Us}ûl al-Fiqh. Beirût: Dâr al-
Kitâb al-Jadîd, 1965. A.G.M. Van Melsen, Ilmu Pengatahuan
dan Tanggung Jawab Kita, terj. K. Bertens. Jakarta: Gramedia,
1985. Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan
Hukum. Yogyakarta: UII Press, 2006.
Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum. Yogyakarta: UII Press, 2005.
Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma, 2010. Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi
Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2010.
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010. Sidharta, Moralitas Profesi Hukum:
Suatu Tawaran Kerangka Berpikir. Bandung: Refika
Aditama, 2006. Sudikno Mertokusumo, Penemuan
Hukum sebuah Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 1996.
Syamsul Anwar, “Metodologi Hukum Islam”, Kumpulan Makalah dan
Diktat Kuliah Ushul Fikih. Tim Penyusun, Buku II edisi revisi 2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Tu ga s d a n Ad m i n i s t ra s i
Peradilan Agama. Jakarta: M a h k a m a h A g u n g R . I . ,
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2011.
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Yudha Bahkti Ardhiwisastra, Penafsiran dan Konstruksi
Hukum. Bandung: Alumni, 2000.
UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga KDRT UU No. 35 tahun 2014 tentang
Peruabahan Perlindungan Anak.
18 Sekedar penjelasan singkat dan pandangan penulis tentang produk pemikiran Hukum Islam; fikih, fatwa,
yurisprudensi dan kodifikasi dapat dilihat Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam Yogyakarta: ACAdeMIA +
TAZZAFA, 2010, hlm. 49 dst.
71
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
D
alam kurun waktu lima tahun sejak 2011 hingga
2 0 1 6 , k e e m p a t lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung mengalami kekurangan hakim dalam jumlah yang
cukup signifikan. Salah satu eksesnya, pola mutasi dan promosi hakim di
empat lingkungan peradilan, juga mengalami kendala. Hal ini karena,
selama kurun waktu tersebut, belum ada titik temu terkait proses seleksi
hakim yang dilakukan oleh Mahkamah Agung bersama dengan Komisi
Yudisial. Kewenangan Komisi Yudisial
untuk ikut bersama Mahkamah Agung dalam proses seleksi hakim tingkat
pertama terdapat dalam Pasal 14A ayat 2 dan 3 Undang-Undang
Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Pasal 13A ayat 2
dan 3 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan
Pasal 14A ayat 2 dan 3 Undang- Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
U n d a n g - U n d a n g Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam pasal-pasal tersebut, terdapat kata
“bersama” dan frasa “dan Komisi Yudisial”
yang diajukan Judicial Review oleh Pengurus
Pusat Ikatan Hakim Indonesia IKAHI sebagai Kuasa
Hukum dari Mahkamah Agung RI, karena bertentangan dengan Pasal 24
ayat 1, Pasal 24B ayat 1, dan Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar
1945. Selain itu, pasal-pasal yang diajukan Judicial Rerview tersebut,
juga bertentangan dengan dua asas Lex certa dan Lex superior derogate
l e g i i n fe r i o r i . A s a s p e r t a m a menyatakan suatu materi dalam
peraturan perundang-undangan tidak dapat diperluas atau ditafsirkan lain
selain yang tertulis. Dan asas kedua menyatakan suatu undang-undang
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang
yang lebih tinggi. Keadaan tersebut berakhir
setelah Mahkamah Konstitusi pada 28 Oktober 2015 membacakan putusan
Nomor 43PUU-XII2015 bahwa kewenangan Komisi Yudisial untuk
ikut bersama Mahkamah Agung dalam seleksi hakim tingkat pertama,
dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat. Dengan demikian, Mahkamah Agung menjadi
otoritas tunggal pelaksana seleksi hakim tingkat pertama. Adapun
ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur oleh Mahkamah
Agung.
Ekses defisit hakim
Mutasi bagi hakim di lingkungan peradilan agama baik di pengadilan
tingkat pertama maupun di tingkat banding, dilakukan apabila hakim
yang bersangkutan telah menjalankan tugas sekurang-kurangnya 3 sampai 4
t a h u n , k e c u a l i y a n g a k a n dipromosikan sebagai pimpinan.
S e m e n t a ra b a g i h a k i m ya n g ditugaskan di daerah terpencil atau di
daerah rawan konflik, dapat dilakukan m u t a s i a p a b i l a h a k i m y a n g
bersangkutan telah menjalankan tugas sekurang-kurangnya 2 tahun.
REKRUTMEN HAKIM YANG TERTUNDA
Selain itu, pasal-pasal yang diajukan Judicial
Rerview tersebut, juga bertentangan dengan
dua asas Lex certa dan Lex superior derogate
legi inferiori.
72
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Ketentuan mengenai masa kerja hakim pengadilan agama sebagaimana
di atas, terdapat dalam Lampiran Surat Keputusan Mahamah Agung RI Nomor
192KMASKXI2014 tanggal 25 November 2014 tentang Pembaruan
Pola Promosi dan Mutasi Hakim di Lingkungan Peradilan Agama SK KMA
192KMASKXI2014. SK KMA 192KMASKXI2014
merupakan aturan mutakhir terkait pola mutasi dan promosi hakim di
lingkungan peradilan agama. Sebelumnya, pelaksanaan pola
promosi dan mutasi berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang sudah mengalami dua kali
perubahan melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan yang
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 selanjutnya
disebut UU 502009, dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan
P e r a d i l a n A g a m a N o m o r 2246DJAOT.01.3SKXI2013
tentang Pedoman Pola Karir Tenaga T e k n i s P e r a d i l a n A g a m a .
Penerapan pola mutasi dan promosi di atas belum masih
menghadapi beberapa kendala antara lain seperti hakim dengan masa kerja
lebih dari empat tahun belum dimutasi ke pengadilan agama
tertentu. Hakim dengan pangkat dan golongan tertentu yang seharusnya
berpindah tugas ke pengadilan agama dengan kelas lebih tinggi, juga
mengalami kendala. Hakim yang baru penempatan pertama, atau pangkat
dan golongannya masih muda di suatu pengadilan agama tertentu, “terpaksa”
harus bertahan lebih lama dari ketentuan ideal 3-4 tahun. Beberapa
kendala tersebut muncul akibat tidak adanya generasi hakim di bawahnya.
Kendala-kendala tersebut di atas semakin bertambah genting dengan
semakin bertambahnya jumlah hakim yang memasuki masa purnabakti.
Sehingga, selama kurun waktu lima tahun tersebut, jumlah hakim tidak
lagi memadai dengan kebutuhan ril. Jika keadaan seperti ini belum dapat
d i s e l e s a i k a n , m a k a p o t e n s i permasalahan yang akan muncul akan
semakin krusial terkait dengan beban kerja dan jumlah hakim yang tidak
sepadan. Ekses lain akibat tidak adanya penerimaan hakim adalah
adanya moratorium promosi dan mutasi baik bagi hakim di pengadilan
agama kelas II, kelas I, maupun bagi hakim tingkat banding.
Potret ideal
Pada Maret 2015, Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan
Agama Direktorat Jenderal Badan Peradlian Agama DitbinGanis Ditjen
Badilag, melalui berita di laman resmi badilag.net, menyampaikan data
bahwa hakim di lingkungan peradilan agama seluruhnya berjumlah 3078
hakim dan tersebar di 359 pengadilan agamamahkamah syariyah. Jumlah
tersebut jauh dari jumlah ideal yaitu 5539 hakim. Dengan demikian,
dibutuhkan tambahan 2461 hakim. Adapun jumlah 359 pengadilan
tingkat pertama di lingkungan peradilan agama tersebut terdiri dari
56 PA Kelas IA, 100 PA Kelas IB dan 203 PA Kelas II. PA adalah versi singkat dari
pengadilan agamamahkamah syariyah. Dengan demikian, jumlah
yang standar ialah 1400 hakim untuk 56 PA Kelas IA, 1500 hakim untuk 100
PA Kelas IB dan 2639 untuk 203 PA Kelas II.
Faktanya, saat ini hanya ada 845 hakim di 56 PA Kelas IA, yang berarti
kurang 555 hakim. Di 100 PA Kelas IB, hanya ada 873 hakim, sehingga kurang
627 hakim. Di PA Kelas II, cuma terdapat 1414 hakim, sehingga kurang
1225 hakim. Dengan adanya kendala dalam
seleksi hakim tingkat pertama, ditambah dengan semakin banyaknya
jumlah hakim yang memasuki masa purnabakti, maka kekurangan jumlah
hakim di lingkungan peradilan agama semakin tahun semakin bertambah
banyak. Untuk itu, pasca putusan MK Nomor 43PUU-XII2015 perlu
segera dibentuk peraturan khusus terkait seleksi hakim tingkat pertama,
agar persoalan defisit hakim bisa diminimalisir.[]
|Rahmat Arijaya, Edi Hudiata
73
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Selasa, 16 Desember 2014 menjadi hari bersejarah bagi PA
Purbalingga. Ya, karena pada tanggal tersebut, pengadilan yang terletak di
daerah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman ini meluncurkan
program andalan yang kemudian hari menjadi trademark yang dikenal luas.
Program itu adalah Pendaftaran Perkara Satu Pintu atau yang juga
dikenal dengan one stop service. S e j u m l a h p e j a b a t t i n g g i
Mahkamah Agung dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bappenas yang tergabung dalam tim monitoring pelayanan publik, hadir
pada acara itu. “Merinding saya melihat pelayanan publik di PA
Purbalingga ini,” kata Arif Christiono Subroto, Direktur Hukum dan HAM
Bappenas, setelah hampir tiga jam melakukan observasi langsung.
Terkesan dengan optimalnya pelayanan publik di PA Purbalingga,
Bappenas kemudian mendorong p e m b e r i a n a n g g a r a n u n t u k
penyediaan gedung pelayanan yang lebih luas dan nyaman. Gedung
pelayanan publik itu kini sudah dapat dimanfaatkan masyarakat pencari
keadilan setelah tanggal 12 Maret 2016 lalu diresmikan penggunaannya
oleh Dirjen Badilag dan Wakil Bupati Purbalingga.
Jika di banyak pengadilan, para pencari keadilan harus bolak balik
antara kantor pengadilan, tempat fotokopi, bank, dan kantor pos untuk
melengkapi syarat-syarat pendaftaran perkara, maka aktivitas yang
menguras tenaga, waktu dan juga biaya itu tidak berlaku di PA
Purbalingga. Para pengguna pengadilan di
sana dimanjakan dengan pelayanan pendaftaran satu pintu yang terpadu
dan terintegrasi. Tidak hanya dilakukan secara efektif dan efisien,
beberapa pelayanan juga diberikan secara gratis.
Mencontoh Pelayanan Publik Di Pengadilan Agama Purbalingga
Tidak hanya menjadi pengadilan pertama
di Jawa Tengah yang meraih sertifikat
ISO 9001: 2008, PA Purbalingga juga
berhasil menjadi salah satu ikon pelayanan publik di
lingkungan peradilan agama.
74
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Alur pelayanan satu pintu
Tata ruang pelayanan publik di PA Purbalingga dibuat berjejer rapi
dimulai secara berturut-turut dari Meja Informasi, loket Pos Indonesia,
Posbakum, Meja I, Bank, Kasir, Meja II, Meja III dan terakhir Meja Pengaduan.
Para pihak dapat meminta informasi syarat pendaftaran perkara
di Meja Informasi. Jika persyaratan sudah dibawa tetapi belum difotokopi,
PA Purbalingga menyediakan fasilitas fotokopi gratis. Kemudian, jika
persyaratan itu belum di-leges sebagai alat bukti, pencari keadilan dapat
menuju ke loket Pos Indonesia yang selalu siaga menyediakan meterai.
Langkah selanjutnya, jika para pihak memerlukan bantuan dalam membuat
surat gugatanpermohonan, mereka menuju loket Posbakum yang akan
m e m b a n t u p e m b u a t a n gugatanpermohonan tersebut secara
cuma-cuma. Selanjutnya para pihak diarahkan
untuk mendaftarkan perkaranya ke Meja I. Setelah panjar biaya
ditentukan, para pihak selanjutnya bergeser ke loket bank yang berada
persis di samping Meja I untuk membayar panjar biaya. Petugas bank
menyerahkan bukti asli pembayaran kepada pendaftar dan memberikan
berkas pendaftaran kepada kasir. Selesai dari kasir, berkas pendaftaran
kemudian diserahkan ke Meja II. Petugas Meja II selanjutnya
m e n y e r a h k a n s a l i n a n s u r a t g u g a t a n p e r m o h o n a n , b u k t i
pembayaran dari bank dan barcode perkara kepada pihak pendaftar.
Sampai di sini, pelayanan pendaftaran perkara sudah selesai. Melalui barcode
yang diberikan saat mendaftar, para pihak dapat mengakses informasi
perkembangan perkaranya, mulai dari jadwal sidang, tanggal putus, akta
cerai hingga informasi biaya perkara. Selain melalui barcode, para pihak
dapat mengakses informasi-informasi tersebut melalui SMS.
Keberadaan PT. Pos Indonesia dan Bank di PA Purbalingga
merupakan hasil pendekatan apik yang dilakukan pimpinan pengadilan
kepada kedua instansi tersebut. Ini dilakukan semata-mata demi
kepuasan pengguna pengadilan. “Kita melakukan kerja sama
dengan PT. Pos Indonesia dan Bank Syariah Mandiri untuk memudahkan
para pencari keadilan dalam mendaftarkan perkaranya. Kerja
sama itu kita lakukan dalam bentuk MoU. Begitu juga dengan Posbakum,”
kata H. Hasanuddin, Ketua PA Purbalingga.
Bagusnya pelayanan publik di PA Purbalingga tidak hanya klaim
sepihak dari internal pengadilan. Beberapa pengunjung dan pengguna
p e n g a d i l a n y a n g d i m i n t a i tanggapannya oleh tim redaksi
Majalah Peradilan Agama juga mengkonfirmasi hal itu.
Bagusnya pelayanan publik di PA Purbalingga tidak hanya klaim sepihak
dari internal pengadilan. Beberapa pengunjung dan pengguna pengadilan
yang dimintai tanggapannya oleh tim redaksi Majalah Peradilan Agama juga
mengkonfirmasi hal itu. “ B a g u s p e l a y a n a n n y a d i
pengadilan ini. Gak bisa main-main di sini, semuanya diatur dengan sistem
yang transparan,” kata Irawan, advokat yang sedang menunggu
giliran sidang. Ani Rufaeti, penggugat yang
datang sendiri tanpa didampingi advokat juga memberikan pendapat
yang sama. “Pelayanannya cepat, orang-orangnya ramah, bagus. Saya
merasa terbantu,” katanya.
75
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Tidak hanya pelayanan satu pintu
Tim redaksi Majalah Peradilan Agama yang melakukan kunjungan langsung
ke PA Purbalingga pada medio April 2016 melihat bahwa pelayanan PA
Purbalingga tidak hanya sekadar memberikan pelayanan satu pintu.
Ada sejumlah pelayanan dan fasilitas lainnya yang disuguhkan PA yang
y u r i s d i k s i n y a m e n c a k u p 1 8 kecamatan ini.
M i s a l nya a d a Ru a n g I b u Menyusui yang ditujukan untuk
melindungi privasi para ibu menyusui. Selain itu ada juga ruang mainan anak
yang ditempatkan di bagian pojok ruang tunggu pelayanan publik yang
luas dan nyaman. “Sebagai aktivis anak dan
p e r e m p u a n , s a y a s a n g a t m e n g a p r e s i a s i l a n g k a h PA
Purbalingga dengan adanya fasilitas ruang ibu menyusui dan ruang mainan
anak,” ujar seorang lawyer, Kristi Arso, yang sedang mendampingi klien-nya
ketika dimintai tanggapan. Tidak itu saja, PA Purbalingga
juga menyuguhkan minuman dan permen gratis bagi masyarakat
pencari keadilan. Persis di samping freezer minuman gratis, disediakan
kantin kejujuran yang meskipun masih sederhana sudah lumayan cukup
mengganjal perut yang lapar. Ada juga charging station yang dapat digunakan
pengunjung untuk men-charge handphone atau gajet lainnya.
Jika para pihak bosan menunggu antrian sidang, pihak PA Purbalingga
juga sudah mengantisipasinya dengan menyediakan bahan bacaan baik
berupa majalah dan buku-buku referensi yang ditempatkan rapi di tiga
titik berbeda di ruang tunggu. Bagi penyandang difabel,
disediakan juga kursi roda yang siap dibantu pengoperasiannya oleh
petugas khusus yang disiapkan pengadilan. Fasilitas kebersihan
seperti toilet dan kamar mandi untuk publik juga dirawat begitu bersih.
Di ruang tunggu dan pelayanan publik PA Purbalingga juga banyak
dijumpai brosur, pamflet dan papan informasi tentang segala hal yang
mungkin diperlukan masyarakat yang membutuhkan informasi. TV media
juga terpampang di depan ruang sidang. Dari TV ini masyarakat dapat
mengetahui info antrian persidangan mereka.
Satu lagi yang menarik dari PA P u r b a l i n g g a , y a i t u t e n t a n g
pemeliharaan arsip perkara. Setiap satu berkas perkara dibungkus plastik
76
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
untuk menjaga keamanan arsip. “Harga plastik ini tidak mahal kok.
Dengan hanya Rp19.000 kita dapat 100 buah plastik. Bagus untuk
menjaga arsip berkas perkara,” kata H. Mahmud HD, Wakil Ketua PA
Purbalingga, menambahkan.
Seven-day publish
Pengadilan Agama Kelas IB ini digawangi oleh 35 pegawai termasuk
enam orang hakim. Adapun perkara yang diterima dalam lima tahun
terakhir sejak 2011 rata-rata 2.370
p e r k a r a s e t i a p tahunnya. Dengan
jumlah hakim yang saat ini hanya enam
orang termasuk ketua dan wakil
k e t u a t e n t u m e r u p a k a n
pekerjaan berat menyelesaikan ribuan perkara itu.
“SDM hakim di PA Purbalingga ini kurang. Tahun 2015 kita menerima
perkara sebanyak 2.596 tapi sekarang hakimnya hanya 6 orang. Akhirnya
ketua dan wakil ketua banyak sidang. Selain itu banyak juga pegawai yang
rangkap jabatan karena kekurangan SDM ini,” kata Hasanuddin.
Menurut Hasanuddin, pada tahun 2015 PA Purbalingga aktif
mengimplementasikan program one- day publish Mahkamah Agung, yakni
program publikasi atau unggah upload putusan di Direktori Putusan
pada hari putusan dibacakan. PA Purbalingga juga mencetak rekor
dengan jumlah publikasi putusan paling banyak di antara PA-PA di Jawa
Tengah. “Tapi sekarang dengan jumlah
perkara yang terus meningkat dan jumlah hakim yang makin berkurang,
one-day publish itu kita ubah menjadi seven-day publish. Putusan sudah
harus dipublikasikan maksimal 7 hari setelah dibacakan, tidak lagi satu hari,”
tuturnya. “Meskipun begitu, kita semua di
PA Purbalingga ini sudah bersama- sama komitmen untuk selalu berusaha
optimal untuk memberikan pelayanan hukum dan pelayanan publik yang
excellent. Apalagi PA Purbalingga ini sudah menerapkan pelayanan
berstandar ISO 9001: 2008,” kata Mahmud HD menambahkan.
Jadi rujukan penelitian perkara ekonomi syariah
D a r i d a t a perkara selama
l i m a t a h u n terakhir yang
diperoleh tim re d a k s i , a d a
enam kategori besar perkara
yang diterima dan diputus PA
P u r b a l i n g g a yaitu cerai gugat, cerai talak,
dispensasi kawin, izin poligami, isbat nikah dan perkara ekonomi syariah.
Perkara ekonomi syariah yang diselesaikan di pengadilan yang secara
struktural tercatat berdiri sejak tahun 1947 ini memang tergolong banyak
dibandingkan pengadilan agama lainnya di Indonesia. Banyak pihak
internal dan eksternal pengadilan yang melakukan studi banding
perkara ekonomi syariah ke PA Purbalingga.
Bahkan, putusan-putusan perkara ekonomi syariah di PA ini banyak yang
menjadi rujukan dalam penelitian disertasi, tesis dan skripsi mahasiswa.
“Alhamdulillah jika berbicara mengenai perkara ekonomi syariah,
kita selalu menjadi salah satu rujukan. Belum lama ini juga bersama dengan
Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Asosiasi Bank Syariah Indonesia
A s b i s i n d o k i t a s u k s e s m e nye l e n g ga ra ka n wo rks h o p
ekonomi syariah,” ujar Hasanuddin. Bersama 10 pengadilan agama lainnya
di Indonesia, PA Purbalingga memperoleh sertifikat ISO 9001:
2008 dari TUV NORD yang diserahterimakan oleh Sekretaris
Mahkamah Agung pada 29 Januari 2016.
Pelayanan terpadu isbat nikah
Pelayanan publik yang dilakukan PA Purbalingga tidak hanya dilakukan di
dalam gedung pengadilan. Sesuai dengan anjuran Mahkamah Agung,
bekerja sama dengan Kementerian Agama dan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten, pada tahun 2015 PA Purbalingga sudah mulai
melakukan pelayanan terpadu isbat nikah. Tercatat 147 perkara yang
dikabulkan dalam sidang isbat nikah tersebut.
Sebagaimana diketahui, pelayanan terpadu isbat nikah adalah sebuah
p e l a y a n a n s a t u a t a p y a n g diperuntukan bagi masyarakat kurang
mampu untuk memperoleh identitas hukum pengesahan nikah, buku nikah
dan akta kelahiran di satu tempat pada hari yang sama.
“Tahun 2016 ini rencana pelayanan terpadu isbat nikah akan diadakan
pada bulan Mei 2016. Mudah- mudahan berjalan lancar,” kata
Panitera PA Purbalingga, Jamali.
|Achmad Cholil, Aziz Falahuddin, Hirpan Hilmi|
77
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Sederet prestasi telah dicapai oleh PA Purbalingga terutama dalam hal pelayanan publik. Lantas, apa saja kunci sukses pengadilan ini dalam usaha menghadirkan
pelayanan yang berbasis kepuasan publik itu? Berikut ringkasan wawancara tim redaksi dengan unsur pimpinan PA Purbalingga.
H. Hasanuddin, S.H., M.H.
Ketua PA Purbalingga Kekompakan
d a n s i s t e m m a n a j e m e n
terbuka adalah s a l a h s a t u
kuncinya menurut K e t u a
P A Purbalingga. Ia
mencontohkan, semua anggaran kantor diarahkan untuk peningkatan
pelayanan, dan semua pegawai pengadilan mengetahui hal itu karena
semuanya dibuka secara transparan dan akuntabel.
Kekompakan antar pimpinan dan pegawai juga betul-betul dipelihara.
“Kita selalu menjaga kekompakan, saling terbuka, jalin komunikasi dan
s a l i n g b e r b a g i t u ga s ,” t u t u r Hasanuddin yang menjadi Ketua Pa
Purbalingga sejak September 2012 ini. Selain itu, sebagai orang nomor
satu di pengadilan itu, ia selalu berusaha agar dapat mengelola SDM
yang ada dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-
masing pegawai. Pembinaan mental dan spiritual juga tidak kalah
pentingnya. “Intinya, kita semua berusaha
menjaga komitmen untuk bekerja ikhlas, bekerja keras, bekerja cerdas
dan bekerja tuntas,” pungkas alumni f a k u l t a s h u k u m U n i v e r s i t a s
Diponegoro Undip ini.
Drs. H. Mahmud HD, M.H.
Wakil Ketua PA Purbalingga “ K a w a n -
k a w a n d i P A Purbalingga ini
k o m p a k . A d a semacam motivasi
yang tertanam di masing-masing
kita bahwa jika kita melakukan kebaikan, maka
kebaikan itu akan kembali kepada kita,” kata Mahmud HD.
Menurutnya, contoh tauladan yang baik dari pimpinan, motivasi dan
transparansi adalah hal-hal yang menjadikan PA Purbalingga kompak
maju bersama. Tidak itu saja, pembinaan yang
terus menerus dan kontrol rutin juga dilakukan oleh jajaran pimpinan.
“Kami secara rutin mengekspose kinerja pegawai. Penyelesaian perkara
juga dikontrol secara reguler. Pembinaan dan kontrol tidak akan
berpengaruh jika pimpinan tidak memberikan contoh yang baik, seperti
dalam hal kehadiran, penyelesaian pekerjaan dan lain sebagainya,” ujar
Hasanuddin yang sudah hampir 3 tahun hilir mudik antara rumah dan
tempat tugas, Jakarta – Purbalingga setiap akhir pekan.
Drs. H. Jamali
Panitera PA Purbalingga
J a m a l i mengaku suasana
kerja yang nyaman di PA Purbalingga menjadi salah satu
kuncinya. Selain itu, semua pegawai bekerja dengan berpegangan pada
Standar Operasional Prosedur SOP sebagai pusat kendali, katanya.
“Suasana kerja yang diciptakan Pak Ketua PA membuat kita nyaman kerja.
Gaya kepemimpinan beliau itu menurut saya bagus sekali. Gaya
o p l o s a n , k o m b i n a s i g a y a k e p e m i m p i n a n m o d e r n d a n
tradisional,” ungkap Panitera PA Purbalingga, sambil tersenyum.
Siti Amanah, S.H., M.H.
Panitera PA Purwokerto, mantan Wapan PA Purbalingga
Sejak awal tahun 2014, Siti Amanah
menjabat sebagai Wakil Panitera PA
P u r b a l i n g g a sampai akhirnya ia
m e n d a p a t promosi sebagai
Panitera PA Purwokerto sejak 24 Maret 2016. Siti Amanah banyak
terlibat dalam proses kelahiran pelayanan one-stop service ketika ia
masih menjabat Wakil Panitera PA Purbalingga.
“Suasana dan budaya kerja di PA Purbalingga memang bagus. Jadi
konsep apa pun bisa jalan dengan baik. Selain itu, ada rapat rutin berjenjang
setiap minggu membahas kondisi terkini terkait kinerja bersama,”
katanya ketika mendampingi tim redaksi di PA Purbalingga.
|Achmad Cholil|
Kunci Sukses PA Purbalingga
78
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016