Kesimpulan Edisi 9 Majalah PA Edisi 9

Demikian juga analisisnya tidak h a n y a m e l i h a t d a n mempertimbangkan orang yang sedang kena danatau ditimpa kasus, tetapi juga prospek hukum ke depan dan sisi pelajaran bagi orang lain. Perlu ada ketegasan agar orang menghargai dan pada akhirnya mematuhi hukum. Te n t u t i d a k m u d a h u n t u k mengakomodir dua kepentingan yang boleh jadi bertentangan, tetapi bukan sesuatu yang mustahil dilakukan bersama secara serius, substansial dan berkelanjutan. Misalnya di samping berusaha menyelesaikan masalah yang sudah terjadi, ada juga usaha memberikan pelajaran bagi yang bersangkutan dan pada gilirannya orang lain agar tidak melanggar. Misalnya ada sanksi. Dengan demikian pendekatan Interpretasi Interdisipliner yang digunakan Mahkamah Agung masih berada pada tingkatan penyelesaian masalah yang dihadapi, belum digunakan untuk menggiring masyarakat mematuhi peraturan p e r u n d a n g - u n d a n g a n b i d a n g perkawinan, yang dengan cara itu membuat UUP semakin kuat dan dipatuhi. Pantas juga dirasakan sebagai langkah mundur ketika dalam putusan MA menyebut bahwa hukum Islam dalam bentuk fikih klasik, juga mendapat pengakuan sebagai dasar pengabasahan perkawinan di Indonesia. Sebab dengan pengakuan ini menjadi banyak aturan dalam perundang-undangan perkawinan yang menjadi hambar; perkawinan sah tanpa pencatatan, poligami boleh tanpa ijin pengadilan, talak absah diucapkan suami di manapun. Penyebutan ini dirasa langkah mundur sebab mestinya kita bersama-sama berusaha membangun paradigma dan kepercayaan bahwa fikih Islam Indonesia di bidang perkawinan adalah perundang-undangan di bidang perkawinan. Sebab rumusan itulah yang lebih cocok dengan konteks masyarakat Indonesia dengan dua alasan. Pertama, hasil ijtihad kolektif berupa Undang-Undang Perkawinan Indonesia lebih cocok dengan konteks Indonesia sekarang. Kedua, Undang-Undang Perkawinan sebagai hasil pemikiran ijtihad kolektif dari berbagai ahli di bidang hukum Islam, mempunyai kekuatan yang lebih kuat dan konprehensif dari 18 pada fikih yang bersifat individu.

D. Kesimpulan

Ada dua catatan sebagai kesimpulan dari bahasan tulisan ini. Pertama, penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menolak p e r m o h o n a n p e m o h o n , d a n penetapan Mahkamah Agung yang menerima permohonan pemohon, sama-sama mempunyai misi dan substansi yang syarat dengan tujuan memberikan yang terbaik untuk penegakan hukum. Kedua, secara k a s a t m a t a p e n e t a p a n ya n g dikeluarkan Pengadilan Agama Jakarta Selatan menggunakan pendekatan dan analisis Interpretasi Monodisipliner, sementara penetapan Mahkamah Agung menggunakan Interpretasi Interdisipliner. Dari aspek ini maka pendekatan yang digunakan Mahkamah Agung dirasakan lebih konprehensif. Namun interpretasi interdisiplinari yang digunakan masih pada aspek penyelesaian masalah, b e l um b e rus a h a m e m ba n g un kekuatan peraturan perundang- undangan bidang perkawinan di masa depan. Karena itu, di samping berusaha memberikan perhatian pada aspek masa depan perundang- undangan, juga sudah waktunya memberikan perhatian menggunakan pendekatan dan analisis interpretasi multidisipliner. Daftar Pustaka Abû Zahrah, Ilm Us}ûl al-Fiqh. Kairo: Dâr al-Fikr al-Arabî, t.t.. Al-Dawâlibî, Al-Madkhal Ilâ Ilm al- Us}ûl al-Fiqh. Beirût: Dâr al- Kitâb al-Jadîd, 1965. A.G.M. Van Melsen, Ilmu Pengatahuan dan Tanggung Jawab Kita, terj. K. Bertens. Jakarta: Gramedia, 1985. Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum. Yogyakarta: UII Press, 2006. Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum. Yogyakarta: UII Press, 2005. Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma, 2010. Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2010. Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Sidharta, Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berpikir. Bandung: Refika Aditama, 2006. Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum sebuah Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 1996. Syamsul Anwar, “Metodologi Hukum Islam”, Kumpulan Makalah dan Diktat Kuliah Ushul Fikih. Tim Penyusun, Buku II edisi revisi 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Tu ga s d a n Ad m i n i s t ra s i Peradilan Agama. Jakarta: M a h k a m a h A g u n g R . I . , Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2011. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Yudha Bahkti Ardhiwisastra, Penafsiran dan Konstruksi Hukum. Bandung: Alumni, 2000. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT UU No. 35 tahun 2014 tentang Peruabahan Perlindungan Anak. 18 Sekedar penjelasan singkat dan pandangan penulis tentang produk pemikiran Hukum Islam; fikih, fatwa, yurisprudensi dan kodifikasi dapat dilihat Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2010, hlm. 49 dst. 71 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 D alam kurun waktu lima tahun sejak 2011 hingga 2 0 1 6 , k e e m p a t lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung mengalami kekurangan hakim dalam jumlah yang cukup signifikan. Salah satu eksesnya, pola mutasi dan promosi hakim di empat lingkungan peradilan, juga mengalami kendala. Hal ini karena, selama kurun waktu tersebut, belum ada titik temu terkait proses seleksi hakim yang dilakukan oleh Mahkamah Agung bersama dengan Komisi Yudisial. Kewenangan Komisi Yudisial untuk ikut bersama Mahkamah Agung dalam proses seleksi hakim tingkat pertama terdapat dalam Pasal 14A ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Pasal 13A ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Pasal 14A ayat 2 dan 3 Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas U n d a n g - U n d a n g Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam pasal-pasal tersebut, terdapat kata “bersama” dan frasa “dan Komisi Yudisial” yang diajukan Judicial Review oleh Pengurus Pusat Ikatan Hakim Indonesia IKAHI sebagai Kuasa Hukum dari Mahkamah Agung RI, karena bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1, Pasal 24B ayat 1, dan Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, pasal-pasal yang diajukan Judicial Rerview tersebut, juga bertentangan dengan dua asas Lex certa dan Lex superior derogate l e g i i n fe r i o r i . A s a s p e r t a m a menyatakan suatu materi dalam peraturan perundang-undangan tidak dapat diperluas atau ditafsirkan lain selain yang tertulis. Dan asas kedua menyatakan suatu undang-undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi. Keadaan tersebut berakhir setelah Mahkamah Konstitusi pada 28 Oktober 2015 membacakan putusan Nomor 43PUU-XII2015 bahwa kewenangan Komisi Yudisial untuk ikut bersama Mahkamah Agung dalam seleksi hakim tingkat pertama, dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Dengan demikian, Mahkamah Agung menjadi otoritas tunggal pelaksana seleksi hakim tingkat pertama. Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur oleh Mahkamah Agung. Ekses defisit hakim Mutasi bagi hakim di lingkungan peradilan agama baik di pengadilan tingkat pertama maupun di tingkat banding, dilakukan apabila hakim yang bersangkutan telah menjalankan tugas sekurang-kurangnya 3 sampai 4 t a h u n , k e c u a l i y a n g a k a n dipromosikan sebagai pimpinan. S e m e n t a ra b a g i h a k i m ya n g ditugaskan di daerah terpencil atau di daerah rawan konflik, dapat dilakukan m u t a s i a p a b i l a h a k i m y a n g bersangkutan telah menjalankan tugas sekurang-kurangnya 2 tahun. REKRUTMEN HAKIM YANG TERTUNDA Selain itu, pasal-pasal yang diajukan Judicial Rerview tersebut, juga bertentangan dengan dua asas Lex certa dan Lex superior derogate legi inferiori. 72 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Ketentuan mengenai masa kerja hakim pengadilan agama sebagaimana di atas, terdapat dalam Lampiran Surat Keputusan Mahamah Agung RI Nomor 192KMASKXI2014 tanggal 25 November 2014 tentang Pembaruan Pola Promosi dan Mutasi Hakim di Lingkungan Peradilan Agama SK KMA 192KMASKXI2014. SK KMA 192KMASKXI2014 merupakan aturan mutakhir terkait pola mutasi dan promosi hakim di lingkungan peradilan agama. Sebelumnya, pelaksanaan pola promosi dan mutasi berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang sudah mengalami dua kali perubahan melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 selanjutnya disebut UU 502009, dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan P e r a d i l a n A g a m a N o m o r 2246DJAOT.01.3SKXI2013 tentang Pedoman Pola Karir Tenaga T e k n i s P e r a d i l a n A g a m a . Penerapan pola mutasi dan promosi di atas belum masih menghadapi beberapa kendala antara lain seperti hakim dengan masa kerja lebih dari empat tahun belum dimutasi ke pengadilan agama tertentu. Hakim dengan pangkat dan golongan tertentu yang seharusnya berpindah tugas ke pengadilan agama dengan kelas lebih tinggi, juga mengalami kendala. Hakim yang baru penempatan pertama, atau pangkat dan golongannya masih muda di suatu pengadilan agama tertentu, “terpaksa” harus bertahan lebih lama dari ketentuan ideal 3-4 tahun. Beberapa kendala tersebut muncul akibat tidak adanya generasi hakim di bawahnya. Kendala-kendala tersebut di atas semakin bertambah genting dengan semakin bertambahnya jumlah hakim yang memasuki masa purnabakti. Sehingga, selama kurun waktu lima tahun tersebut, jumlah hakim tidak lagi memadai dengan kebutuhan ril. Jika keadaan seperti ini belum dapat d i s e l e s a i k a n , m a k a p o t e n s i permasalahan yang akan muncul akan semakin krusial terkait dengan beban kerja dan jumlah hakim yang tidak sepadan. Ekses lain akibat tidak adanya penerimaan hakim adalah adanya moratorium promosi dan mutasi baik bagi hakim di pengadilan agama kelas II, kelas I, maupun bagi hakim tingkat banding. Potret ideal Pada Maret 2015, Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan Agama Direktorat Jenderal Badan Peradlian Agama DitbinGanis Ditjen Badilag, melalui berita di laman resmi badilag.net, menyampaikan data bahwa hakim di lingkungan peradilan agama seluruhnya berjumlah 3078 hakim dan tersebar di 359 pengadilan agamamahkamah syariyah. Jumlah tersebut jauh dari jumlah ideal yaitu 5539 hakim. Dengan demikian, dibutuhkan tambahan 2461 hakim. Adapun jumlah 359 pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan agama tersebut terdiri dari 56 PA Kelas IA, 100 PA Kelas IB dan 203 PA Kelas II. PA adalah versi singkat dari pengadilan agamamahkamah syariyah. Dengan demikian, jumlah yang standar ialah 1400 hakim untuk 56 PA Kelas IA, 1500 hakim untuk 100 PA Kelas IB dan 2639 untuk 203 PA Kelas II. Faktanya, saat ini hanya ada 845 hakim di 56 PA Kelas IA, yang berarti kurang 555 hakim. Di 100 PA Kelas IB, hanya ada 873 hakim, sehingga kurang 627 hakim. Di PA Kelas II, cuma terdapat 1414 hakim, sehingga kurang 1225 hakim. Dengan adanya kendala dalam seleksi hakim tingkat pertama, ditambah dengan semakin banyaknya jumlah hakim yang memasuki masa purnabakti, maka kekurangan jumlah hakim di lingkungan peradilan agama semakin tahun semakin bertambah banyak. Untuk itu, pasca putusan MK Nomor 43PUU-XII2015 perlu segera dibentuk peraturan khusus terkait seleksi hakim tingkat pertama, agar persoalan defisit hakim bisa diminimalisir.[] |Rahmat Arijaya, Edi Hudiata 73 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Selasa, 16 Desember 2014 menjadi hari bersejarah bagi PA Purbalingga. Ya, karena pada tanggal tersebut, pengadilan yang terletak di daerah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman ini meluncurkan program andalan yang kemudian hari menjadi trademark yang dikenal luas. Program itu adalah Pendaftaran Perkara Satu Pintu atau yang juga dikenal dengan one stop service. S e j u m l a h p e j a b a t t i n g g i Mahkamah Agung dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas yang tergabung dalam tim monitoring pelayanan publik, hadir pada acara itu. “Merinding saya melihat pelayanan publik di PA Purbalingga ini,” kata Arif Christiono Subroto, Direktur Hukum dan HAM Bappenas, setelah hampir tiga jam melakukan observasi langsung. Terkesan dengan optimalnya pelayanan publik di PA Purbalingga, Bappenas kemudian mendorong p e m b e r i a n a n g g a r a n u n t u k penyediaan gedung pelayanan yang lebih luas dan nyaman. Gedung pelayanan publik itu kini sudah dapat dimanfaatkan masyarakat pencari keadilan setelah tanggal 12 Maret 2016 lalu diresmikan penggunaannya oleh Dirjen Badilag dan Wakil Bupati Purbalingga. Jika di banyak pengadilan, para pencari keadilan harus bolak balik antara kantor pengadilan, tempat fotokopi, bank, dan kantor pos untuk melengkapi syarat-syarat pendaftaran perkara, maka aktivitas yang menguras tenaga, waktu dan juga biaya itu tidak berlaku di PA Purbalingga. Para pengguna pengadilan di sana dimanjakan dengan pelayanan pendaftaran satu pintu yang terpadu dan terintegrasi. Tidak hanya dilakukan secara efektif dan efisien, beberapa pelayanan juga diberikan secara gratis. Mencontoh Pelayanan Publik Di Pengadilan Agama Purbalingga Tidak hanya menjadi pengadilan pertama di Jawa Tengah yang meraih sertifikat ISO 9001: 2008, PA Purbalingga juga berhasil menjadi salah satu ikon pelayanan publik di lingkungan peradilan agama. 74 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Alur pelayanan satu pintu Tata ruang pelayanan publik di PA Purbalingga dibuat berjejer rapi dimulai secara berturut-turut dari Meja Informasi, loket Pos Indonesia, Posbakum, Meja I, Bank, Kasir, Meja II, Meja III dan terakhir Meja Pengaduan. Para pihak dapat meminta informasi syarat pendaftaran perkara di Meja Informasi. Jika persyaratan sudah dibawa tetapi belum difotokopi, PA Purbalingga menyediakan fasilitas fotokopi gratis. Kemudian, jika persyaratan itu belum di-leges sebagai alat bukti, pencari keadilan dapat menuju ke loket Pos Indonesia yang selalu siaga menyediakan meterai. Langkah selanjutnya, jika para pihak memerlukan bantuan dalam membuat surat gugatanpermohonan, mereka menuju loket Posbakum yang akan m e m b a n t u p e m b u a t a n gugatanpermohonan tersebut secara cuma-cuma. Selanjutnya para pihak diarahkan untuk mendaftarkan perkaranya ke Meja I. Setelah panjar biaya ditentukan, para pihak selanjutnya bergeser ke loket bank yang berada persis di samping Meja I untuk membayar panjar biaya. Petugas bank menyerahkan bukti asli pembayaran kepada pendaftar dan memberikan berkas pendaftaran kepada kasir. Selesai dari kasir, berkas pendaftaran kemudian diserahkan ke Meja II. Petugas Meja II selanjutnya m e n y e r a h k a n s a l i n a n s u r a t g u g a t a n p e r m o h o n a n , b u k t i pembayaran dari bank dan barcode perkara kepada pihak pendaftar. Sampai di sini, pelayanan pendaftaran perkara sudah selesai. Melalui barcode yang diberikan saat mendaftar, para pihak dapat mengakses informasi perkembangan perkaranya, mulai dari jadwal sidang, tanggal putus, akta cerai hingga informasi biaya perkara. Selain melalui barcode, para pihak dapat mengakses informasi-informasi tersebut melalui SMS. Keberadaan PT. Pos Indonesia dan Bank di PA Purbalingga merupakan hasil pendekatan apik yang dilakukan pimpinan pengadilan kepada kedua instansi tersebut. Ini dilakukan semata-mata demi kepuasan pengguna pengadilan. “Kita melakukan kerja sama dengan PT. Pos Indonesia dan Bank Syariah Mandiri untuk memudahkan para pencari keadilan dalam mendaftarkan perkaranya. Kerja sama itu kita lakukan dalam bentuk MoU. Begitu juga dengan Posbakum,” kata H. Hasanuddin, Ketua PA Purbalingga. Bagusnya pelayanan publik di PA Purbalingga tidak hanya klaim sepihak dari internal pengadilan. Beberapa pengunjung dan pengguna p e n g a d i l a n y a n g d i m i n t a i tanggapannya oleh tim redaksi Majalah Peradilan Agama juga mengkonfirmasi hal itu. Bagusnya pelayanan publik di PA Purbalingga tidak hanya klaim sepihak dari internal pengadilan. Beberapa pengunjung dan pengguna pengadilan yang dimintai tanggapannya oleh tim redaksi Majalah Peradilan Agama juga mengkonfirmasi hal itu. “ B a g u s p e l a y a n a n n y a d i pengadilan ini. Gak bisa main-main di sini, semuanya diatur dengan sistem yang transparan,” kata Irawan, advokat yang sedang menunggu giliran sidang. Ani Rufaeti, penggugat yang datang sendiri tanpa didampingi advokat juga memberikan pendapat yang sama. “Pelayanannya cepat, orang-orangnya ramah, bagus. Saya merasa terbantu,” katanya. 75 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Tidak hanya pelayanan satu pintu Tim redaksi Majalah Peradilan Agama yang melakukan kunjungan langsung ke PA Purbalingga pada medio April 2016 melihat bahwa pelayanan PA Purbalingga tidak hanya sekadar memberikan pelayanan satu pintu. Ada sejumlah pelayanan dan fasilitas lainnya yang disuguhkan PA yang y u r i s d i k s i n y a m e n c a k u p 1 8 kecamatan ini. M i s a l nya a d a Ru a n g I b u Menyusui yang ditujukan untuk melindungi privasi para ibu menyusui. Selain itu ada juga ruang mainan anak yang ditempatkan di bagian pojok ruang tunggu pelayanan publik yang luas dan nyaman. “Sebagai aktivis anak dan p e r e m p u a n , s a y a s a n g a t m e n g a p r e s i a s i l a n g k a h PA Purbalingga dengan adanya fasilitas ruang ibu menyusui dan ruang mainan anak,” ujar seorang lawyer, Kristi Arso, yang sedang mendampingi klien-nya ketika dimintai tanggapan. Tidak itu saja, PA Purbalingga juga menyuguhkan minuman dan permen gratis bagi masyarakat pencari keadilan. Persis di samping freezer minuman gratis, disediakan kantin kejujuran yang meskipun masih sederhana sudah lumayan cukup mengganjal perut yang lapar. Ada juga charging station yang dapat digunakan pengunjung untuk men-charge handphone atau gajet lainnya. Jika para pihak bosan menunggu antrian sidang, pihak PA Purbalingga juga sudah mengantisipasinya dengan menyediakan bahan bacaan baik berupa majalah dan buku-buku referensi yang ditempatkan rapi di tiga titik berbeda di ruang tunggu. Bagi penyandang difabel, disediakan juga kursi roda yang siap dibantu pengoperasiannya oleh petugas khusus yang disiapkan pengadilan. Fasilitas kebersihan seperti toilet dan kamar mandi untuk publik juga dirawat begitu bersih. Di ruang tunggu dan pelayanan publik PA Purbalingga juga banyak dijumpai brosur, pamflet dan papan informasi tentang segala hal yang mungkin diperlukan masyarakat yang membutuhkan informasi. TV media juga terpampang di depan ruang sidang. Dari TV ini masyarakat dapat mengetahui info antrian persidangan mereka. Satu lagi yang menarik dari PA P u r b a l i n g g a , y a i t u t e n t a n g pemeliharaan arsip perkara. Setiap satu berkas perkara dibungkus plastik 76 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 untuk menjaga keamanan arsip. “Harga plastik ini tidak mahal kok. Dengan hanya Rp19.000 kita dapat 100 buah plastik. Bagus untuk menjaga arsip berkas perkara,” kata H. Mahmud HD, Wakil Ketua PA Purbalingga, menambahkan. Seven-day publish Pengadilan Agama Kelas IB ini digawangi oleh 35 pegawai termasuk enam orang hakim. Adapun perkara yang diterima dalam lima tahun terakhir sejak 2011 rata-rata 2.370 p e r k a r a s e t i a p tahunnya. Dengan jumlah hakim yang saat ini hanya enam orang termasuk ketua dan wakil k e t u a t e n t u m e r u p a k a n pekerjaan berat menyelesaikan ribuan perkara itu. “SDM hakim di PA Purbalingga ini kurang. Tahun 2015 kita menerima perkara sebanyak 2.596 tapi sekarang hakimnya hanya 6 orang. Akhirnya ketua dan wakil ketua banyak sidang. Selain itu banyak juga pegawai yang rangkap jabatan karena kekurangan SDM ini,” kata Hasanuddin. Menurut Hasanuddin, pada tahun 2015 PA Purbalingga aktif mengimplementasikan program one- day publish Mahkamah Agung, yakni program publikasi atau unggah upload putusan di Direktori Putusan pada hari putusan dibacakan. PA Purbalingga juga mencetak rekor dengan jumlah publikasi putusan paling banyak di antara PA-PA di Jawa Tengah. “Tapi sekarang dengan jumlah perkara yang terus meningkat dan jumlah hakim yang makin berkurang, one-day publish itu kita ubah menjadi seven-day publish. Putusan sudah harus dipublikasikan maksimal 7 hari setelah dibacakan, tidak lagi satu hari,” tuturnya. “Meskipun begitu, kita semua di PA Purbalingga ini sudah bersama- sama komitmen untuk selalu berusaha optimal untuk memberikan pelayanan hukum dan pelayanan publik yang excellent. Apalagi PA Purbalingga ini sudah menerapkan pelayanan berstandar ISO 9001: 2008,” kata Mahmud HD menambahkan. Jadi rujukan penelitian perkara ekonomi syariah D a r i d a t a perkara selama l i m a t a h u n terakhir yang diperoleh tim re d a k s i , a d a enam kategori besar perkara yang diterima dan diputus PA P u r b a l i n g g a yaitu cerai gugat, cerai talak, dispensasi kawin, izin poligami, isbat nikah dan perkara ekonomi syariah. Perkara ekonomi syariah yang diselesaikan di pengadilan yang secara struktural tercatat berdiri sejak tahun 1947 ini memang tergolong banyak dibandingkan pengadilan agama lainnya di Indonesia. Banyak pihak internal dan eksternal pengadilan yang melakukan studi banding perkara ekonomi syariah ke PA Purbalingga. Bahkan, putusan-putusan perkara ekonomi syariah di PA ini banyak yang menjadi rujukan dalam penelitian disertasi, tesis dan skripsi mahasiswa. “Alhamdulillah jika berbicara mengenai perkara ekonomi syariah, kita selalu menjadi salah satu rujukan. Belum lama ini juga bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan OJK dan Asosiasi Bank Syariah Indonesia A s b i s i n d o k i t a s u k s e s m e nye l e n g ga ra ka n wo rks h o p ekonomi syariah,” ujar Hasanuddin. Bersama 10 pengadilan agama lainnya di Indonesia, PA Purbalingga memperoleh sertifikat ISO 9001: 2008 dari TUV NORD yang diserahterimakan oleh Sekretaris Mahkamah Agung pada 29 Januari 2016. Pelayanan terpadu isbat nikah Pelayanan publik yang dilakukan PA Purbalingga tidak hanya dilakukan di dalam gedung pengadilan. Sesuai dengan anjuran Mahkamah Agung, bekerja sama dengan Kementerian Agama dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten, pada tahun 2015 PA Purbalingga sudah mulai melakukan pelayanan terpadu isbat nikah. Tercatat 147 perkara yang dikabulkan dalam sidang isbat nikah tersebut. Sebagaimana diketahui, pelayanan terpadu isbat nikah adalah sebuah p e l a y a n a n s a t u a t a p y a n g diperuntukan bagi masyarakat kurang mampu untuk memperoleh identitas hukum pengesahan nikah, buku nikah dan akta kelahiran di satu tempat pada hari yang sama. “Tahun 2016 ini rencana pelayanan terpadu isbat nikah akan diadakan pada bulan Mei 2016. Mudah- mudahan berjalan lancar,” kata Panitera PA Purbalingga, Jamali. |Achmad Cholil, Aziz Falahuddin, Hirpan Hilmi| 77 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Sederet prestasi telah dicapai oleh PA Purbalingga terutama dalam hal pelayanan publik. Lantas, apa saja kunci sukses pengadilan ini dalam usaha menghadirkan pelayanan yang berbasis kepuasan publik itu? Berikut ringkasan wawancara tim redaksi dengan unsur pimpinan PA Purbalingga. H. Hasanuddin, S.H., M.H. Ketua PA Purbalingga Kekompakan d a n s i s t e m m a n a j e m e n terbuka adalah s a l a h s a t u kuncinya menurut K e t u a P A Purbalingga. Ia mencontohkan, semua anggaran kantor diarahkan untuk peningkatan pelayanan, dan semua pegawai pengadilan mengetahui hal itu karena semuanya dibuka secara transparan dan akuntabel. Kekompakan antar pimpinan dan pegawai juga betul-betul dipelihara. “Kita selalu menjaga kekompakan, saling terbuka, jalin komunikasi dan s a l i n g b e r b a g i t u ga s ,” t u t u r Hasanuddin yang menjadi Ketua Pa Purbalingga sejak September 2012 ini. Selain itu, sebagai orang nomor satu di pengadilan itu, ia selalu berusaha agar dapat mengelola SDM yang ada dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing- masing pegawai. Pembinaan mental dan spiritual juga tidak kalah pentingnya. “Intinya, kita semua berusaha menjaga komitmen untuk bekerja ikhlas, bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas,” pungkas alumni f a k u l t a s h u k u m U n i v e r s i t a s Diponegoro Undip ini. Drs. H. Mahmud HD, M.H. Wakil Ketua PA Purbalingga “ K a w a n - k a w a n d i P A Purbalingga ini k o m p a k . A d a semacam motivasi yang tertanam di masing-masing kita bahwa jika kita melakukan kebaikan, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita,” kata Mahmud HD. Menurutnya, contoh tauladan yang baik dari pimpinan, motivasi dan transparansi adalah hal-hal yang menjadikan PA Purbalingga kompak maju bersama. Tidak itu saja, pembinaan yang terus menerus dan kontrol rutin juga dilakukan oleh jajaran pimpinan. “Kami secara rutin mengekspose kinerja pegawai. Penyelesaian perkara juga dikontrol secara reguler. Pembinaan dan kontrol tidak akan berpengaruh jika pimpinan tidak memberikan contoh yang baik, seperti dalam hal kehadiran, penyelesaian pekerjaan dan lain sebagainya,” ujar Hasanuddin yang sudah hampir 3 tahun hilir mudik antara rumah dan tempat tugas, Jakarta – Purbalingga setiap akhir pekan. Drs. H. Jamali Panitera PA Purbalingga J a m a l i mengaku suasana kerja yang nyaman di PA Purbalingga menjadi salah satu kuncinya. Selain itu, semua pegawai bekerja dengan berpegangan pada Standar Operasional Prosedur SOP sebagai pusat kendali, katanya. “Suasana kerja yang diciptakan Pak Ketua PA membuat kita nyaman kerja. Gaya kepemimpinan beliau itu menurut saya bagus sekali. Gaya o p l o s a n , k o m b i n a s i g a y a k e p e m i m p i n a n m o d e r n d a n tradisional,” ungkap Panitera PA Purbalingga, sambil tersenyum. Siti Amanah, S.H., M.H. Panitera PA Purwokerto, mantan Wapan PA Purbalingga Sejak awal tahun 2014, Siti Amanah menjabat sebagai Wakil Panitera PA P u r b a l i n g g a sampai akhirnya ia m e n d a p a t promosi sebagai Panitera PA Purwokerto sejak 24 Maret 2016. Siti Amanah banyak terlibat dalam proses kelahiran pelayanan one-stop service ketika ia masih menjabat Wakil Panitera PA Purbalingga. “Suasana dan budaya kerja di PA Purbalingga memang bagus. Jadi konsep apa pun bisa jalan dengan baik. Selain itu, ada rapat rutin berjenjang setiap minggu membahas kondisi terkini terkait kinerja bersama,” katanya ketika mendampingi tim redaksi di PA Purbalingga. |Achmad Cholil| Kunci Sukses PA Purbalingga 78 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016