B. Duduk Perkara
Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili
perkara tertentu pada tingkat pertama d a l a m s i d a n g m a j e l i s t e l a h
menjatuhkan Penetapan perkara Asal Usul Anak yang diajukan oleh :
1. David Allen Clive Delbridge, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan
Swasta, Warga Negara Australia, pemegang Passport Australia No.E
4027459, sebagai Pemohon I. 2. ANASTASIA, lahir di Jakarta, pada
tanggal 27 April 1977, swasta, Warga Negara Indonesia, Agama
Islam, pemegang Kartu Tanda Penduduk No. 317401670477005,
Pemohon II. Dalam hal ini Pemohon I dan II
d iwa k i l i ku a s a nya I R AWA N SOETANTO, SH dan MAORIZAL, SH.,
advokat pada kantor Hukum IRAWAN SOETANTO REKAN, berkantor di
Gedung Graha Irama Lt.15, Suite B, Jl, H.R Rasuna Said, Blok X-1, Kav.1 2,
Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa tertanggal 17 Desember 2014 ,
selanjutnya disebut Para Pemohon . Para Pemohon mengajukan
permohonan yang pada pokoknya alasan Pemohon sebagai berikut:
I. M o h o n a ga r D avo n D av i d Delbridge, lahir di Jakarta pada
tanggal 8 Juni 2010, ditetapkan sebagai anak sah yang lahir dari
perkawinan Pemohon I dan Pemohon
II. M o h o n a g a r P e n g a d i l a n memerintahkan kepada Kantor
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi
Jakarta Selatan untuk menerbitkan atau memperbarui akta kelahiran
Davon David Delbridge. Penetapan dari Pengadilan Agama
adalah: 1. Menolak permohonan Para
Pemohon seluruhnya; 2. Membebankan kepada Para
Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 216.000,00
dua ratus enam belas ribu rupiah.
didasarkan pada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 1 tahun 1974
tentang Perkawinan yang mengatur bahwa ”bila asal-usul anak tidak dapat
dibuktikan dengan akta otentik maka mengenai hal itu akan ditetapkan
dengan putusan pengadilan yang berwenang”, juncto pasal 103 ayat 2
Kompilasi Hukum Islam, dalam Buku I tentang Perkawianan, menyatakan
bahwa “bila akta kelahiran dan alat bukti lainnya tersebut dalam ayat 1
tidak ada, maka Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan
tentang asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti
berdasarkan pada bukti-buki yang sah”; sedangkan dalam ayat 3nya
disebutkan: “bahwa atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut
ayat 2, instansi Pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum
P e n g a d i l a n A g a m a t e r s e b u t mengeluarkan akta kelahiran bagi
anak yang bersangkutan”. Sementara Mahkamah Agung R.I.
d e n g a n p u t u s a n N o m o r 5 9 7 KAg2015, tanggal 30 September
2015, mengadili: Mengabulkan permohonan kasasi
dari Para Pemohon Kasasi: 1. DAVID ALLEN CLIVE DELBRIDGE, dan 2.
ANASTASIA tersebut; Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Jakarta
S e l a t a n N o m o r
0346Pdt.G2014PA.JS., tanggal 09 April 2015 M. bertepatan dengan
tanggal 19 Jumadil Akhir 1436 H.;
MENGADILI SENDIRI:
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon;
2. Menetapkan anak yang bernama
DEVON DAVID DELBRIDGE, lahir
di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2010 adalah anak yang sah dari hasil
perkawinan Pemohon I DAVID ALLEN CLIVE DELBRIDGE dan
Pemohon II ANASTASIA;
3. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Jakarta Selatan untuk menerbitkan
danatau memperbarui Akta Kelahiran anak yang bernama
DEVON DAVID DELBRIDGE;
4. Membebankan kepada Para Pemohon untuk membayar biaya
perkara sejumlah Rp216.000,00 dua ratus enam belas ribu
rupiah; Adapun alas an-alasan kasisi
mengabulkan permohonan pemohon adalah sbb.:
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon
KasasiPara Pemohon dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah: 1. Bahwa Para Pemohon Kasasi
keberatan terhadap Penetapan a quo karena judex facti salah
dalam pertimbangan hukumnya yang pada bagiannya merugikan
kepentingan masa depan dan hak-hak anak Para Pemohon
Kasasi; 2. Bahwa judex facti dalam
pertimbangan hukumnya terpaku dan mendasarkan dari sisi hukum
perdata formal semata-mata tanpa mempertimbangkan dari
sisi hukum yang lebih luas dan m e n d a s a r y a n g d a p a t
memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum
terhadap hak asasi anak Para Pemohon Kasasi, sebagaimana
yang dimaksud dalam: I Pasal 28 B ayat 2 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari .….”; ii Pasal 28 D ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum“;
iii Pasal 28 G ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 yang
menyatakan: “Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi;
67
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
Karenanya judex facti telah salah dalam penerapan hukum yang
berakibat terabaikannya semua hak dasar anak dari Para Pemohon
Kasasi untuk mendapatkan perlindungan diri pribadi dan
martabat yang hakiki untuk melangsungkan hidup, tumbuh
d a n b e r k e m b a n g d e n g a n mendapatkan pengakuan, jaminan,
perlindungan serta kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum, memperoleh kesempatan yang
sama dalam mencapai persamaan dan keadilan.
3. B a h w a j u d e x f a c t i t i d a k m e m p e r t i m b a n g k a n p u l a
kepentingan dan hak asasi manusia anak Para Pemohon Kasasi yang
wajib dijamin, dilindungi serta dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, negara, maupun pemerintah seumumnya maupun
secara khusus untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak; 4. Bahwa judex facti telah salah dalam
mempertimbangkan hukum atas Surat Catatan Nikah Islami P-8.
J u d e x f a c t i h a n y a mempertimbangkan kekuatan
pembuktian atas bukti surat di atas, tanpa dan secara salah tidak
mempertimbangkan secara material fakta hukum dari bukti P-
8; 5. Bahwa sesuai dengan fakta hukum
dalam bukti P-8 yang diperkuat oleh bukti keterangan saksi-saksi
dalam persidangan, senyata- nyatanya secara hukum Para
Pemohon Kasasi telah menikah secara syariat Islam, yang berarti
pernikahan Para Pemohon Kasasi telah sesuai dengan ketentuan
syarat dan rukun perkawinan menurut hukum munakahat Islam,
s e k a l i p u n p e r s y a r a t a n administratif sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan juncto Pasal 5 ayat 1 dan 2 Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia, baru dipenuhi kemudian dengan
dilakukannya pernikahan ulang Para Pemohon Kasasi secara resmi
dan tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pancoran,
Jakarta Selatan, pada tanggal 4 Mei 2014, sesuai dengan bukti P-2;
6. B a h w a d e n g a n d e m i k i a n pernikahan Para Pemohon Kasasi
yang dilakukan menurut hukum munakat Islam pada dasarnya
tidak menyalahi atau bertentangan dengan, dan karenanya sesuai
dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan. Hal ini ditegaskan pula dalam Kompilasi
Hukum Islam, dimana dalam Pasal 4 secara tegas dinyatakan bahwa
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam
sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan”; 7. Bahwa berdasarkan fakta-fakta
hukum di atas, tidak terbantahkan lagi bawha Devon David Delbridge,
adalah anak sah dari pernikahan yang sah dari Para Pemohon Kasasi
semula Para Pemohon, karenanya judex facti pertimbangan dan
penerapan hukum judex facti yang menyatakan bahwa: Devon David
Delbridge lahir dari pekawinan y a n g t i d a k s a h b e l u m
dicatatkantidak berkekuatan hukum adalah keliru dan salah;
8. Bahwa pertimbangan atau dalil Para Pemohon Kasasi sebagaimana
tersebut di atas adalah sesuai dengan dalil fiqhiyah yang
tercantum dalam kitab Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu jilid V
halaman 690 sebagai berikut: “Pernikahan, baik yang sah
maupun yang fasid adalah m e r u p a k a n s e b a b u n t u k
menetapkan nasab di dalam suatu kasus. Maka apabila telah nyata
te r j a d i s u a t u p e r n i k a h a n , walaupun pernikahan itu fasid
rusak atau pernikahan yang dilakukan secara adat, yang terjadi
dengan cara-cara akad tertentu tradisional tanpa didaftarkan di
dalam akta pernikahan secara resmi, dapat ditetapkan bahwa
nasab anak yang dilahirkan oleh perempuan tersebut sebagai anak
d a r i s u a m i i s t r i y a n g bersangkutan”;
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah
Agung mempertimbangkan sebagai berikut:
mengenai alasan ke-1 sampai dengan alasan ke-8:
Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, karena judex facti telah
salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut:
• Bahwa berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan dan Pasal 99 huruf a Kompilasi Hukum
Islam anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat
perkawinan yang sah. Tentang perkawinan yang sah, Pasal 2 ayat
1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskannya
s e b a g a i p e r k a w i n a n ya n g dilakukan menurut hukum agama
dan penjelasan ini dipertegas oleh Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam
y a n g m e n y a t a k a n b a h w a “perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat 1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”. Hal ini menjelaskan bahwa
pencatatan perkawinan sebagai syarat sah perkawinan bagi orang
Islam belum menjadi hukum poisitif di Indonesia;
68
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 9 | Juni 2016
• Bahwa Pemohon Kasasi I dan P e m o h o n K a s a s i I I t e l a h
m e l a ks a n a ka n p e rkaw i n a n berdasarkan hukum Islam pada
tahun 2009 tetapi tidak di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau
dengan kata lain tidak tercatat, dan memperoleh anak yang diberi
nama Devon David Delbridge pada tanggal 8 Juni 2010, maka bila
berpegang teguh kepada bunyi Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam, dan Pasal
42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 99 huruf a
Kompilasi Hukum Islam, anak bernama Devon David Delbridge
adalah anak sah dari Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II;
• Bahwa menyangkut hak anak dan perlindungan atas anak Pengadilan
Agama seharusnya mendasari pertimbangannya dengan asas
“kepentingan yang terbaik bagi anak” yaitu mempertimbangkan
hak tumbuh kembang anak baik d a r i a s p e k p s i k o l o g i s
perkembangan anak maupun dari aspek peraturan perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 1 dan ayat 2
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dan Pasal 2 dan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Perlindungan Anak; • Bahwa dalam Hukum Islam sendiri
penetapan asal usul anak atau penetapan nasab juga dilakukan
d e n g a n m e m p e r h a t i k a n kepentingan anak, yaitu cukup
dengan adanya pernikahan tanpa memandang sah atau tidaknya
perkawinan tersebut Ibnu Qudamah, Al-Mughni, VIII:96 atau
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islam wa Adillatuh, VII:690. Cara lain
ialah berbentuk pengakuan iqrar, dan pada kondisi adanya pihak lain
baru diperlukan pembuktian bayyinah;
Bahwa oleh karena itu Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan
harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara
ini dengan pertimbangan berikut ini: Menimbang, bahwa dalam hal
kepentingan anak dan lagi pula perkawinan Pemohon I dan Pemohon
II meskipun pada awalnya pernikahan Pemohon I dan Pemohon II dilakukan
secara tidak tercatat kemudian dilakukan tajdid nikah nikah resmi
dan memperoleh Akta Nikah, maka menurut Majelis Hakim Agung
permohonan tentang Penetapan Asal Usul Anak Para Pemohon dapat
dipertimbangkan; Dengan demikian, meskipun
dua keputusan ini bertentangan; dimana satu menolak permohonan,
sementara satunya menerima permohonan, namun dua putusan ini
secara prinsip menggunakan dasar hukum yang sama. Apa yang
menyebabkan munculnya perbedaan putusan pada bagian berikut
dijelaskan.
C. Analisis Kasus