Duduk Perkara Edisi 9 Majalah PA Edisi 9

B. Duduk Perkara

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama d a l a m s i d a n g m a j e l i s t e l a h menjatuhkan Penetapan perkara Asal Usul Anak yang diajukan oleh : 1. David Allen Clive Delbridge, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan Swasta, Warga Negara Australia, pemegang Passport Australia No.E 4027459, sebagai Pemohon I. 2. ANASTASIA, lahir di Jakarta, pada tanggal 27 April 1977, swasta, Warga Negara Indonesia, Agama Islam, pemegang Kartu Tanda Penduduk No. 317401670477005, Pemohon II. Dalam hal ini Pemohon I dan II d iwa k i l i ku a s a nya I R AWA N SOETANTO, SH dan MAORIZAL, SH., advokat pada kantor Hukum IRAWAN SOETANTO REKAN, berkantor di Gedung Graha Irama Lt.15, Suite B, Jl, H.R Rasuna Said, Blok X-1, Kav.1 2, Jakarta 12950, berdasarkan surat kuasa tertanggal 17 Desember 2014 , selanjutnya disebut Para Pemohon . Para Pemohon mengajukan permohonan yang pada pokoknya alasan Pemohon sebagai berikut: I. M o h o n a ga r D avo n D av i d Delbridge, lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2010, ditetapkan sebagai anak sah yang lahir dari perkawinan Pemohon I dan Pemohon II. M o h o n a g a r P e n g a d i l a n memerintahkan kepada Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk menerbitkan atau memperbarui akta kelahiran Davon David Delbridge. Penetapan dari Pengadilan Agama adalah: 1. Menolak permohonan Para Pemohon seluruhnya; 2. Membebankan kepada Para Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 216.000,00 dua ratus enam belas ribu rupiah. didasarkan pada ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur bahwa ”bila asal-usul anak tidak dapat dibuktikan dengan akta otentik maka mengenai hal itu akan ditetapkan dengan putusan pengadilan yang berwenang”, juncto pasal 103 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam, dalam Buku I tentang Perkawianan, menyatakan bahwa “bila akta kelahiran dan alat bukti lainnya tersebut dalam ayat 1 tidak ada, maka Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan pada bukti-buki yang sah”; sedangkan dalam ayat 3nya disebutkan: “bahwa atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut ayat 2, instansi Pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum P e n g a d i l a n A g a m a t e r s e b u t mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan”. Sementara Mahkamah Agung R.I. d e n g a n p u t u s a n N o m o r 5 9 7 KAg2015, tanggal 30 September 2015, mengadili: Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. DAVID ALLEN CLIVE DELBRIDGE, dan 2. ANASTASIA tersebut; Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Jakarta S e l a t a n N o m o r 0346Pdt.G2014PA.JS., tanggal 09 April 2015 M. bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Akhir 1436 H.; MENGADILI SENDIRI: 1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon; 2. Menetapkan anak yang bernama DEVON DAVID DELBRIDGE, lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2010 adalah anak yang sah dari hasil perkawinan Pemohon I DAVID ALLEN CLIVE DELBRIDGE dan Pemohon II ANASTASIA; 3. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Jakarta Selatan untuk menerbitkan danatau memperbarui Akta Kelahiran anak yang bernama DEVON DAVID DELBRIDGE; 4. Membebankan kepada Para Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp216.000,00 dua ratus enam belas ribu rupiah; Adapun alas an-alasan kasisi mengabulkan permohonan pemohon adalah sbb.: Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon KasasiPara Pemohon dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah: 1. Bahwa Para Pemohon Kasasi keberatan terhadap Penetapan a quo karena judex facti salah dalam pertimbangan hukumnya yang pada bagiannya merugikan kepentingan masa depan dan hak-hak anak Para Pemohon Kasasi; 2. Bahwa judex facti dalam pertimbangan hukumnya terpaku dan mendasarkan dari sisi hukum perdata formal semata-mata tanpa mempertimbangkan dari sisi hukum yang lebih luas dan m e n d a s a r y a n g d a p a t memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum terhadap hak asasi anak Para Pemohon Kasasi, sebagaimana yang dimaksud dalam: I Pasal 28 B ayat 2 Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari .….”; ii Pasal 28 D ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum“; iii Pasal 28 G ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan: “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi; 67 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 Karenanya judex facti telah salah dalam penerapan hukum yang berakibat terabaikannya semua hak dasar anak dari Para Pemohon Kasasi untuk mendapatkan perlindungan diri pribadi dan martabat yang hakiki untuk melangsungkan hidup, tumbuh d a n b e r k e m b a n g d e n g a n mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan serta kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, memperoleh kesempatan yang sama dalam mencapai persamaan dan keadilan. 3. B a h w a j u d e x f a c t i t i d a k m e m p e r t i m b a n g k a n p u l a kepentingan dan hak asasi manusia anak Para Pemohon Kasasi yang wajib dijamin, dilindungi serta dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, negara, maupun pemerintah seumumnya maupun secara khusus untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 4. Bahwa judex facti telah salah dalam mempertimbangkan hukum atas Surat Catatan Nikah Islami P-8. J u d e x f a c t i h a n y a mempertimbangkan kekuatan pembuktian atas bukti surat di atas, tanpa dan secara salah tidak mempertimbangkan secara material fakta hukum dari bukti P- 8; 5. Bahwa sesuai dengan fakta hukum dalam bukti P-8 yang diperkuat oleh bukti keterangan saksi-saksi dalam persidangan, senyata- nyatanya secara hukum Para Pemohon Kasasi telah menikah secara syariat Islam, yang berarti pernikahan Para Pemohon Kasasi telah sesuai dengan ketentuan syarat dan rukun perkawinan menurut hukum munakahat Islam, s e k a l i p u n p e r s y a r a t a n administratif sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juncto Pasal 5 ayat 1 dan 2 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, baru dipenuhi kemudian dengan dilakukannya pernikahan ulang Para Pemohon Kasasi secara resmi dan tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, pada tanggal 4 Mei 2014, sesuai dengan bukti P-2; 6. B a h w a d e n g a n d e m i k i a n pernikahan Para Pemohon Kasasi yang dilakukan menurut hukum munakat Islam pada dasarnya tidak menyalahi atau bertentangan dengan, dan karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Hal ini ditegaskan pula dalam Kompilasi Hukum Islam, dimana dalam Pasal 4 secara tegas dinyatakan bahwa “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan”; 7. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di atas, tidak terbantahkan lagi bawha Devon David Delbridge, adalah anak sah dari pernikahan yang sah dari Para Pemohon Kasasi semula Para Pemohon, karenanya judex facti pertimbangan dan penerapan hukum judex facti yang menyatakan bahwa: Devon David Delbridge lahir dari pekawinan y a n g t i d a k s a h b e l u m dicatatkantidak berkekuatan hukum adalah keliru dan salah; 8. Bahwa pertimbangan atau dalil Para Pemohon Kasasi sebagaimana tersebut di atas adalah sesuai dengan dalil fiqhiyah yang tercantum dalam kitab Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu jilid V halaman 690 sebagai berikut: “Pernikahan, baik yang sah maupun yang fasid adalah m e r u p a k a n s e b a b u n t u k menetapkan nasab di dalam suatu kasus. Maka apabila telah nyata te r j a d i s u a t u p e r n i k a h a n , walaupun pernikahan itu fasid rusak atau pernikahan yang dilakukan secara adat, yang terjadi dengan cara-cara akad tertentu tradisional tanpa didaftarkan di dalam akta pernikahan secara resmi, dapat ditetapkan bahwa nasab anak yang dilahirkan oleh perempuan tersebut sebagai anak d a r i s u a m i i s t r i y a n g bersangkutan”; PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung mempertimbangkan sebagai berikut: mengenai alasan ke-1 sampai dengan alasan ke-8: Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, karena judex facti telah salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut: • Bahwa berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 99 huruf a Kompilasi Hukum Islam anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah. Tentang perkawinan yang sah, Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskannya s e b a g a i p e r k a w i n a n ya n g dilakukan menurut hukum agama dan penjelasan ini dipertegas oleh Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam y a n g m e n y a t a k a n b a h w a “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”. Hal ini menjelaskan bahwa pencatatan perkawinan sebagai syarat sah perkawinan bagi orang Islam belum menjadi hukum poisitif di Indonesia; 68 MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 9 | Juni 2016 • Bahwa Pemohon Kasasi I dan P e m o h o n K a s a s i I I t e l a h m e l a ks a n a ka n p e rkaw i n a n berdasarkan hukum Islam pada tahun 2009 tetapi tidak di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau dengan kata lain tidak tercatat, dan memperoleh anak yang diberi nama Devon David Delbridge pada tanggal 8 Juni 2010, maka bila berpegang teguh kepada bunyi Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam, dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 99 huruf a Kompilasi Hukum Islam, anak bernama Devon David Delbridge adalah anak sah dari Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II; • Bahwa menyangkut hak anak dan perlindungan atas anak Pengadilan Agama seharusnya mendasari pertimbangannya dengan asas “kepentingan yang terbaik bagi anak” yaitu mempertimbangkan hak tumbuh kembang anak baik d a r i a s p e k p s i k o l o g i s perkembangan anak maupun dari aspek peraturan perundang- undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 2 dan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak; • Bahwa dalam Hukum Islam sendiri penetapan asal usul anak atau penetapan nasab juga dilakukan d e n g a n m e m p e r h a t i k a n kepentingan anak, yaitu cukup dengan adanya pernikahan tanpa memandang sah atau tidaknya perkawinan tersebut Ibnu Qudamah, Al-Mughni, VIII:96 atau Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islam wa Adillatuh, VII:690. Cara lain ialah berbentuk pengakuan iqrar, dan pada kondisi adanya pihak lain baru diperlukan pembuktian bayyinah; Bahwa oleh karena itu Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini dengan pertimbangan berikut ini: Menimbang, bahwa dalam hal kepentingan anak dan lagi pula perkawinan Pemohon I dan Pemohon II meskipun pada awalnya pernikahan Pemohon I dan Pemohon II dilakukan secara tidak tercatat kemudian dilakukan tajdid nikah nikah resmi dan memperoleh Akta Nikah, maka menurut Majelis Hakim Agung permohonan tentang Penetapan Asal Usul Anak Para Pemohon dapat dipertimbangkan; Dengan demikian, meskipun dua keputusan ini bertentangan; dimana satu menolak permohonan, sementara satunya menerima permohonan, namun dua putusan ini secara prinsip menggunakan dasar hukum yang sama. Apa yang menyebabkan munculnya perbedaan putusan pada bagian berikut dijelaskan.

C. Analisis Kasus