Lina Halimah
, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2. Responden 2
Responden 2 juga menggunakan nama samaran yang diambil dari inisial namanya, selanjutnya di panggil ibu Efa Novita. Ibu Efa berusia 34 tahun dan
berdomisili di Bandung, serta telah dikaruniai empat orang anak. Jenis kelamin dan usia anak cukup beragam, anak pertama Fia berusia 10,9 tahun, berjenis
kelamin perempuan, bersekolah kelas lima di sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIT; anak kedua Giza laki-laki berusia 8,6 tahun, kelas 3 Sekolah
Dasar yang juga bersekolah di SDIT namun berbeda sekolah dari sang kakak. Sementara anak ke tiga Zaki berusia 5,5 tahun bersekolah di Taman Kanak-
kanak Islam pada kelompok B; dan yang terakhir batita laki-laki Fatah yang masih berusia 10 bulan.
Keberagaman jenis kelamin anak dan usia antar anak ini memberikan kelebihan tersendiri bagi peneliti, yakni gambaran proses pola asuh secara umum
dan pendidikan seksual yang diberikan ibu menjadi sangat beragam. Peneliti memperoleh gambaran bagaimana ibu memberikan pendidikan seksual pada bayi,
pada anak usia Taman Kanak-kanak, pada anak usia Sekolah Dasar serta pada anak yang mulai memasuki masa pubertas.
Ibu Efa merupakan seorang ibu rumah tangga, kondisi suami yang karena pekerjaannya mengharuskan lebih banyak berada di luar kota dan tidak setiap hari
pulang ke rumah, membuat ibu lebih banyak mendampingi, memberikan waktu serta perhatiannya bagi ke empat anaknya. Pada akhirnya proses mendidik anak
dalam kesehariannya lebih banyak peran ibu dibandingkan ayah. Kehadiran ayah umumnya pada akhir pekan dan hari libur, sehingga akhir pekan dapat dikatakan
sebagai hari bersama ayah. Latar belakang pendidikan ibu Efa cukup dekat dengan dunia
pendidikan.Pernah mengambil pendidikan di jurusan Psikologi Pendidikan pada sebuah universitas di Bandung. Namun senada dengan kondisi responden 1,
karena faktor berkeluarga dan memiliki beberapa anak dalam waktu yang berdekatan membuat ibu kesulitan untuk kembali melanjutkan studi. Pada
akhirnya ibu belum sempat menuntaskan studinya dan hanya sampai pada
Lina Halimah
, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
semester 7. Meski ditengah kesibukan mengurus ke empat anaknya, ibu secara teratur mengikuti kegiatan parenting maupun mengaji bersama rekan yang lain.
Proses pengambilan data dilakukan selama kurang lebih selama tiga bulan, terhitung dari akhir bulan Juli
– Oktober 2015, sedangkan proses analisis data dilakukan bersamaan dengan dimulainya pengambilan data dari lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen penelitian
sederhana Sugiyono, 2012, hlm 307. Dalam hal ini peneliti menyusun instrumen penelitian sederhana berupa panduan wawancara. Panduan wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian.
Panduan wawancara yang digunakan antara lain sebagai berikut: 1.
Apakah ibu memiliki putra atau putri? Berapa usia mereka? 2.
Apakah ibu menyimak berita seputar kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak akhir-akhir ini? Bagaimana tanggapan ibu?
3. Menurut ibu, perlukah anak diberikan bekal pendidikan seksual?
a. Jika perlu, alasannya?
b. Jika tidak perlu, alasannya?
4. Sudahkah ibu memberikan bekal pendidikan seksual untuk anak?
Bagaimana ibu melakukannya? 5.
Tantangan atau kendala apa saja yang ibu hadapi dalam memberikan pendidikan seksual untuk anak?
6. Seandainya pendidikan seksual ini diberikan oleh pihak sekolah atau
pihak lain yang terkait, menurut ibu pendidikan seksual seperti apa yang harus diberikan pada anak usia dini?
Untuk responden 1 yakni Ibu Anita Fitriana, peneliti telah melakukan wawancara sebanyak tiga kali pertemuan untuk memperoleh data yang dipandang
cukup. Untuk setiap proses wawancara, rata-rata dilakukan selama 30-50 menit untuk setiap kali wawancara. Seluruh proses wawancara dilakukan di kediaman
Ibu Anita Fitriana, hal ini dilakukan dengan pertimbangan memberikan kemudahan bagi responden dalam mengatur peran sebagai narasumber dan
sekaligus memudahkannya mengurus bayi yang baru dilahirkan. Proses
Lina Halimah
, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
wawancara yang dilakukan dirumah responden tersebut juga memberikan kemudahan atau keuntungan bagi peneliti. Peneliti sekaligus melakukan observasi
sehingga memperoleh informasi pendukung tentang bagaimana peran orang tua dalam memberikan pendidikan seksual bagi anaknya.
Jumlah wawancara yang dilakukan dengan responden 2 yakni Ibu Efa Novita berbeda dari responden 1 yaitu hanya sebanyak dua kali pertemuan
wawancara. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan peneliti bahwa melalui dua kali pertemuan wawancara tersebut data yang dihasilkan dipandang sudah
mencukupi. Wawancara pertama dilakukan selama 1 jam 25 menit, berlangsung dikediaman orang tua dari responden 2, sementara wawancara kedua dilakukan
selama 1 jam 35 menit, berlangsung di kediaman Ibu Efa Novita sendiri. Tidak jauh berbeda dari proses yang dilakukan dengan responden 1, melalui proses
pengumpulan data di kediaman Ibu Efa Novita ini, peneliti dapat sekaligus melakukan observasi yang informasinya dapat menunjang kelengkapan data
wawancara.
E. Instrumen Penelitian