Dasar Hukum Hadhanah Tinjauan Tentang Hadhanah Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Hadhanah

27 Sementara menurut istilah ahli fiqih, hadhanah berarti memelihara anak dari segala macam bahaya yang mungkin menimpanya, menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya, menjaga makanan dan keberaniannya, mengusahakan pendidikannya hingga ia sanggup berdiri sendiri dalam menghadapi kehidupannya sebagai seorang muslim. 44 Selanjutnya dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang yang belum mumayyiz atau orang yang dewasa tetapi kehilangan akal kecerdasan berpikirnya.Munculnya persoalan hadhanah tersebut adakalanya disebabkan oleh perceraian atau karena meninggal dunia orang tua, sementara si anak belum dewasa dan tidak mampu lagi mengurus diri mereka, oleh karenanya diperlukan adanya orang-orang yang bertanggung jawab untuk merawat dan mendidik anak tersebut.

2. Dasar Hukum Hadhanah

Ulama fiqih sepakat bahwa pada prinsipnya hukum memelihara dan mendidik adalah kewajiban bagi kedua orang tua 45 , anak yang tidak dipelihara akan terancam keselamatannya, hal merujuk pada ayat Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 yang berarti: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. 46 ” Selain itu, hal ini dapat kita lihat 44 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 2006, hlm. 129. 45 Muhammad Husain Zhabi, Al-Syari’ah al- Islamiyah: Dirasah Muqaranah baina Mazahib Sunnah Ea al-Mazahab al-Ja’fariyah, Mesir: Daral-Kutub al-Hadisa, tth, hlm.170. 46 Mushaf, Al-Qu’ran dan terjemaah Al-Qu’ran Al-Karim, Jakarta: Pustaka Al-Kaustsar, 2009, hlm.560. Universitas Sumatera Utara 28 dari dasar hukum hadhanah dalam Islam dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 233, yang artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan carama’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan walipun berkewajiban demikian.Apabila keduanya ingin menyapih belum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kerjakan”. 47 Selain itu juga terdapat hadist Rasulullah SAW. sebagaimana yang diriwayatkan Ahmad, Abu Daud, Al- Baihaqi dan Al-Hakim dari Abdullah bin’ Amru 48 : “Bahwa seorang wanita berkata:”ya Rasullulah, sesungguhnya anakku ini, perutku menjadi tempatnya dan payudaraku isapannya dan lambungku menjadi pangkuannya. Ayahnya telah mentalakku dan hendak mengambilnya dariku, maka Rasullulah SAW bersabda: engkau lebih berhak mengasuhmemelihara selama engkau belum menikah”. Selanjutnya,di Indonesia ketentuan mengenai hadhanah dapat dilihat pada Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam, yang menyatakan bahwa : 1 Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; 2 Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya; 3 Segala pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. 47 M.Hasballah Thaib dan H.Marahalim Harahap, Loc.Cit. 48 Ash-sha’ani.Op.Cit., hlm.227. Universitas Sumatera Utara 29 Hal tersebut di atas juga dijelaskan dalam Undang-Undang Perkawinan Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan, yang menyatakan bahwa apabila putusnya perkawinan karena perceraian, maka: 1 Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan yang memberi keputusan. 2 Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu;bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. 3 Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya pnghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Kemudian juga dipertegas dalam Pasal 45 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang berbunyi: 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya; 2 Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara orang tua putus. Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua orang tua, pemeliharaan tersebut meliputi: masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok bagi anak. Jadi meskipun diantara suami istri telah putus ikatan perkawinan diantara mereka namun kewajiban pemeliharaan anak tetap menjadi tanggung jawab keduanya sampai anak di bawah umur tersebut telah dewasa atau mandiri. Islam juga telah mengajarkan kewajiban bertanggung jawab itu secara tegas, sebagaimana dijelaskan pada hadist Rasullulah SAW, yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim, yang artinya berbunyi:” Laki-laki wajib memelihara keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban dalam hal itu. Perempuan Universitas Sumatera Utara 30 wajib memelihara segala sesuatu dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban dalam hal itu”. 49

3. Syarat-Syarat Orang Yang Berhak Melaksanakan Tugas Hadhanah