Syarat khusus bagi wanitahadhinah yang melaksanakan tugas hadhanah

35 Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, tunjuki anak itu, condongkan hatinya kepada ayah”. Jadi sebaiknya orang yang melaksanakan tugas hadhanah hendaklah orang seagama dengan si anak beragama Islam, agar anak lebih terpelihara baik secara fisik maupun secara akhlaknya, sehingga tidak menimbulkan mudharat.

b. Syarat khusus bagi wanitahadhinah yang melaksanakan tugas hadhanah

Menurut para ahli fiqih syarat khusus bagi pria yang melaksanakan tugas hadhanah adalah sebagai berikut 59 : 1. Wanita yang melaksanakan hadhanah adalah wanita yang belum kawin lagi setelah putusnya perkawinan dengan suaminya. Artinya jika yang melakukan tugas hadhanah adalah ibu kandung dari anak yang diasuh, disyaratkan tidak menikah dengan lelaki lain. Hal ini sejalan dengan hadist Rasulullah SAW, yaitu: “Engkau ibu lebih berhak mengasuh anakmu, selama engkau belum kawin dengan lelaki lain”. Jadi ibu hanya mempunyai hak hadhanah bagi anaknya selama ia belum kawin dengan laki-laki lain. Hal ini disebabkan dikhawatirkan suami kedua dari si ibu yang tidak merelakan istrinya disibukkan mengurus anaknya dari suami sebelumnya, selain itu biasanya suami kedua cenderung resah dan kurang ikhlas dengan keberadaan anak kecil tersebut bersama ibunya, akibatnya anak akan merasa kurang kasih sayang, tentunya, hal ini akan mempengaruhi psikis anak tersebut. Kecuali jika wanita tersebut menikah lagi dengan kerabat anak yang diasuhnya, maka ia boleh 59 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Op. Cit. hlm.123-124. Universitas Sumatera Utara 36 mengasuhnya. Hal ini dikarenakan bila suamidari ibu si anak adalah muhrim anak maka ia akan menyayanginya seperti anaknya sendiri. Sehingga kebersamaan anak tersebut dengan istrinya tidak membuat resah karena adanya hubungan kekerabatan yang dapat menimbulkan kasih sayang 60 . 2. Wanita yang melaksanakan tugas hadhanah merupa mahram wanita yang haram untuk dinikahi anak, contohnya ibu,nenek, saudara perempuan ibu dan seterusnya. 3. Wanita yang melaksanakan hadhanah adalah wanita yang menyayangi si anak dan memiliki sifat yang baik. Menurut ulama Mazhab Malikiyyah wanita yang mengasuh anak tersebut tidak boleh memiliki sikap yang tidak baik seperti pemarah dan membenci anak tersebut, karena berdampak tidak baik bagi si anak. 4. Apabila anak yang diasuh masih dalam usia menyusui dengan wanita pengasuhnya, tetapi air susunya tidak ada atau wanita yang mengasuh tersebut tidak mau menyusui anaknya, maka ia tidak berhak menjadi pengasuh melaksanakan tugas hadhanah. Hal ini dikemukan oleh ulama Mazhab Syafi’iyyah dan Mazhab Hambali. 61 5. Wanita yang melaksanakan hadhanah adalah wanita yang tidak berhenti melaksanakan tugas hadhanah meskipun tidak diberikan upah hadhanah karena 60 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Al-Wajiz fi Ahkam Al-Usrah Al-Islamiyah Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Terjemahan Harits Fadli dan Ahmad Khotib, Solo: Era Intermedia,2005, hlm. 593. 61 Ibid. Universitas Sumatera Utara 37 secara ekonomi ayah sianak sedang mengalami kesulitan sehingga tidak mampu membayar upah hadhanah. Syarat ini ditetapkan oleh ulama Mazhab Hanafiyyah. 62

c. Syarat khusus bagi laki-laki hadhin yang melaksanakan tugas hadhanah