30
wajib memelihara segala sesuatu dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban dalam hal itu”.
49
3. Syarat-Syarat Orang Yang Berhak Melaksanakan Tugas Hadhanah
Setiap anak yang masih di bawah umur memerlukan orang lain dalam kehidupannya, baik dalam membentuk fisiknya maupun akhlaqnya. Seorang yang
melakukan tugas hadhanah anak mempunyai andil dalam hal tersebut, sehingga memerlukan sikap yang arif, perhatian yang penuh dan kesabaran. Menurut
M.Hasballah Thaib, karaktertik orang tua ideal bagi anak haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kepribadian yang yakni: 1. Bertaqwa kepada Allah, 2.
Mempunyai sifat ikhlas, 3.Berakhlak mulia, 4. Mempunyai sikap dan berkata benar, 5. Mempunyai sifat adil, 6. Bersikap sopan, 7. Bersisikap sabar, 8.Bersifat pemaaf, 9.
Rukun dalam rumah tangga, 10. Memenuhi kebutuhan anak, 11. Membina kreatifitas anak, 12. Berdedikasi mendidik dan bertanggung jawab.
50
Selanjutnya hukum Islam mengemukan ada beberapa persyaratan yang terkait dengan hadhanah atas anak yang harus dimiliki seseorang agar bisa melaksanakan
tugas hadhanah,baik wanita maupun laki-laki. Syarat-syarat itu dibagi ulama fiqih dalam tiga katagori, yakni: a. syarat umum untuk wanita dan pria, b. syarat khusus
untuk wanita, c. syarat khusus untuk pria
51
.
a. Syarat umum untuk pria dan wanita yang melakukan hadhanah
Adapun syarat umum untuk orang yang dianggap berhak melaksanakan tugas hadhanah atas anak, diantaranya:
49
M. Hasballah dan Zamakhsyari, Pendidikan dan Pengasuhan AnakMenurut Al-Qur’an dan Sunnah, medan:Perdana Mulya Sarana, 2012, hlm.57.
50
Ibid., hlm.24-57.
51
Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2008, hlm.121-125.
Universitas Sumatera Utara
31
1. Berakal
Orang gila dan idiot tidak boleh menjadi pelaksana hadhanah karena keduanya juga membutuhkan orang lain untuk mengurus keperluan mereka. Selain itu untuk
mengurus diri sendiri saja mereka tidak mampu, apa lagi untuk mengurus keperluan orang lain.
Ulama Mahzab Malikiyyah mensyaratkan seorang yang dapat melaksanakan tugas hadhanah haruslah orang cerdas.Seorang yang melaksanakan hadhanah tidak
boleh orang yang bodoh idiot dan boros.Tujuannya agar harta milik anak yang dipelihara tidak dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak perlu.
52
Jadi apabila seseorang itu tidak berakal maka ia tidak berhak untuk melakukan tugas hadhanah karena ia sendiri tidak dapat mengurus dirinya sendiri, sehingga
hanya mereka yang memiliki akal yang dapat melaksanakan tugas hadhanah. 2.
Baligh dewasa Hendaklah merekayang melakukan tugas hadhanah adalah mereka yang sudah
balighdewasa, berakal, tidak terganggu ingatannya, karena hadhanah adalah merupakan pekerjaan memerlukan tanggung jawab. Sementara itu ulama Mazhab
Malikiyyahmenambahkan agar yang melakukan tugas hadhanah adalah mereka yang tidak memilikimenderita penyakit menular yang dapat membahayakan mahdhun
anak yang diasuh.
53
52
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Hak-Hak Anak, Wasiat, Wakaf, Warisan Jilid 10, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta:Darulfikir, 2011, hlm.66.
53
Muhammad Ibnu Al-Syarbaini, Al-Iqna’, Mesir: Mathba”ah al-Risalah, tth, Juz II, hlm.150.
Universitas Sumatera Utara
32
3. Memiliki kemampuan dan kemauan dalam melakukan hadhanah dan mendidik
mahdhundan juga tidak terikat dengan suatu perkerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.
Memiliki kemampuan untuk mendidik anak yang dipelihara, dan juga mampu untuk menjaga kesehatan dan kepribadian anak. Jadi orang lemah, baik karena sudah
lanjut usia, sakit, maupun sibuk tidak berhak untuk mengurus anak. Wanita yang berkerja diluar rumah wanita karier yang sibuk dengan
perkerjaannya sehingga tidak memiliki waktu untuk mengurus anak juga tidak termasuk katagori orang yang berhak mengurus hadhanah anak. Akan tetapi jika
kerjanya tidak menghambatnya dalam mengurus anak, ia tetap berhak untuk mengurusnya.
54
Jadi wanita yang berkerja diluar rumah masih memenuhi syarat menjadi pengasuh.
4. Dapat dipercaya memegang amanah dan berakhlak baik
Orang yang dapat dipercaya memegang amanah, artinya seseorang yang melakukan hadhanah hendaklah orang yang dapat dipercaya memegang amanah.,
maka orang yang tidak amanah tidak berhak untuk melakukan hadhanah anak. Adapun yang termasuk dalam katagori tidak amanah adalah orang fasik baik laki-laki
ataupun perempuan yang memiliki sifat, apabila dititipkan sesuatu dia tidak pernah menyembunyikannya, suka menipu, suka berkata tidak santun, pemabuk, pezina
sering melakukan perbuatan yang dilarang perkara yang diharamkan oleh Allah SWT. Namun Ibnu Abidin menjelaskan kefasikan yang menghalangi hak untuk
54
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, hlm.67.
Universitas Sumatera Utara
33
mengurus anak adalah kefasikan seorang ibu yang menyia-nyiakan anak, ia tetap berhak melaksanakan hadhanah anak meskipun sudah terkenal fasik, dengan syarat
selama si anak belum mencapai usia mampu menggerti kefasikan ibunya. Namun jika sudah
mengerti maka
anak tersebut
harus dijauhkan
dari ibunya
untuk menyelamatkan masa depan akhlak si anak. Disamping itu bagi laki-laki yang fasik
dan pemarah maka ia tidak berhak mengurus hadhanah anak.
55
Ulama Mazhab Malikiyyah mensyaratkan tempat dan lingkungan untuk mengurus hadhanah anak
haruslah kondusif.Orang yang rumahnya tempat berkumpulnya orang-orang fasik tidak berhak untuk melakukan hadhanah anak, ataupun lingkungan rumah yang
membahayakan seperti tempat yang sering terjadi tindakkan kejahatan.
56
Jadi orang melaksanakan tugas hadhanah anak hendaklah orang yang berakhlak mulia karena orang yang rusak akhlaknya tidak dapat memberikan contoh yang baik
kepada anak yang diasuh, oleh sebab itu ia tidak layak melakukan tugas hadhanah. 5.
Beragama Islam Mereka yang kafir tidak boleh melaksanakan hadhanah anak kecil yang
beragama Islam, karena hadhanah itu adalah semacam kekuasaan dan wewenang. Sebagaimana Allah SWT melarang orang kafir bukan muslim menguasai orang
Islam, yang ditegaskan dalam firmanNya Surat An-Nisa’ ayat 141, yang artinya berbunyi:
55
Ibid.
56
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
34
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”.
Namun dalam hal ini para fuqaha berbeda pendapat tentang hal tersebut,boleh atau tidaknya anak diasuh oleh non muslim tidak beragama Islam.
57
Menurut Mazhab Syafi’iyyah dan Mazhab Hambali mensyaratkan
bahwa hadhanah atas
seorang yang muslimah atau muslim, maka yang berhak untuk melakukan hadhanah adalah haruslah orang yang seagama dengan anakberagama Islam, karena orang
non muslim tidak punya kewenangan dalam mengasuh dan memimpin orang Islam, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT Surat An-Nisa’ ayat 141 tersebut di diatas.
Disamping itu juga dikhawatirkan jika yang melaksanakan hadhanah itu bukan muslim, maka akan membawa atau mempengaruhi anak yang diasuh madhunmasuk
ke dalam agamanya.Akan tetapi Mazhab Hanafiyyah dan Mazhab Malikiyyah, tidak mensyaratkan yang melaksanakan hadhanah haruslah seorang yang beragamaIslam,
selama anak itu belum mumayyiz dibawah umur tujuh tahun.Menurut merekahak hadhanah seorang ibu terhadap anaknya yang lahir dari perkawinan secara Islam
tidak menjadi gugur disebabkan ibu tidak beragama Islam, kecuali jika anak itu sudah mumayyiz
58
. Hal ini berdasarkan sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW, pernah menyuruh anak memilihuntuk berada di bawah asuhan ayahnya yang
muslim atau pada ibunya yang musyrik, tetapi anak itu memilih ibunya. Lalu
57
Abdurahman al-juzairi, Kitab al-Fiqh ala Mazahib al-Araba’ah, Beirut: Dar al-Fikr, Jilid IV. hlm. 596-598, lihat juga: Andi Syamsu Alam dan M.Fauzan, Op.Cit., hlm. 122.
58
Satria Effendi,
Problematika Hukum
Keluarga Islam
Kontemporer, Jakarta:
Kencana,2004, hlm.174.
Universitas Sumatera Utara
35
Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, tunjuki anak itu, condongkan hatinya kepada ayah”.
Jadi sebaiknya orang yang melaksanakan tugas hadhanah hendaklah orang seagama dengan si anak beragama Islam, agar anak lebih terpelihara baik secara
fisik maupun secara akhlaknya, sehingga tidak menimbulkan mudharat.
b. Syarat khusus bagi wanitahadhinah yang melaksanakan tugas hadhanah