Berakhirnya hadhanah Tinjauan Tentang Hadhanah Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Hadhanah

41 bagi perempuan yang dicerai ba’in meski sebelum selesai iddahnya, namun jika dicerai raj’i maka ia harus menunggu masa iddahnya dulu. Ulama Mazhab Syafi’iyyah berpendapat bahwa wanita yang dicerai masih berhak mengurus hadhanah anaknya secara langgsung sebelum selesai masa iddahnya, dengan syarat mendapat izin dari suami. Namun jika suami tidak memberi izin maka wanita itu tidak berhak atas hadhanah anaknya. 72 Namun hal tersebut berbeda menurut pendapat ulama Mazhab Hambali,bahwa wanita yang dicerai tetap berhak mengurusmelaksanakan tugas hadhanah atas anaknya, meskipun cerai raj’i dan belum selesai masa iddahnya.

5. Berakhirnya hadhanah

Dalam Hukum Islam belum ada ketentuan mengenai batas waktu berakhirnya hadhanah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.Hadhanah berhenti apabila anak sudah tidak lagi memerlukan pelayanan, telah dewasa dan dapat berdiri sendiri, serta mampu untuk mengurus kebutuhan pokoknya sendiri, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian sendiri 73 .Dalam hal ini tidak ada batasan tertentu mengenai waktu berakhirnya, hanya saja ukuran yang dipakai adalah tamyiz dan kemampuan untuk berdiri sendiri.Jika si anak telah dapat memenuhi semua ketentuan tersebut, maka masa hadhanah telah habis. 74 72 Ibid. 73 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat , Bandung: Pustaka Setia, 1999, hlm.183. 74 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8, Terjemahan Moh. Thaib, Bandung :PT. Al-Ma’arif, 1997, hlm. 173. Universitas Sumatera Utara 42 Pemeliharaan atas anak dimulai kelahiran, tetapi dalam hal terjadi perceraian orang tua maka pemeliharaan itu dapat berakhir saat anak tersebut mencapai umur tertentu.Namun terhadap hal tersebut para fuqaha berbeda pendapat mengenai berakhirnya hadhanah. Menurut Mazhab Hanafiyyah, berahirnya hadhanah atas seorang anak laki- laki yaitu ketika mencapai umur tujuh tahun, sedangkan untuk anak perempuan saat mencapai umur sembilan tahun.Namun menurut Mazhab Syafi’iyyah berakhir hadhanah atas anak baik itu anak perempuan ataupun laki-laki saat mereka berumur tujuh tahun,jika anak tersebut telah berusia tujuh tahun atau lebih dan ia telah berakal maka ia dapat memilih dipelihara oleh ayah atau ibunya dengan dua syarat, yakni: a. kedua orang tuanya adalah orang yang memiliki hak asuh pada dirinya; b. anak tersebut memiliki akal yang sehat. 75 Jika anak tersebut adalah anak laki-laki, ia memilih tinggal bersama ibunya, maka ia boleh tinggal bersama ibunya pada malam hari dan bersama ayahnya pada siang hari, agar si ayah bisa mendidiknya. Sedangkan bila ia merupakan anak perempuan dan ia memilih tinggal bersama ibunya, maka ia boleh tinggal bersama ibunya siang dan malam. Namun jika si anak memilih tinggal bersama kedua orang tuanya, maka dilakukan undian, bila si anak diam atau dengan kata lain tidak memilih maka ia ikut bersama ibunya. 76 Selanjutnya Mazhab Hambali sependapat dengan Mazhab Syafi’iyyah tentang berahirnya hadhanah atas anak tidak ditentukan, jika seorang anak mumayyiz, maka ia berhak memilih untuk ikut ibu atau 75 Saleh M. Fauzan, Op.Cit. hlm.755. 76 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Terjemahan Masykur A.B, dkk, Jakarta: Lentera, 2008, hlm. 417. Universitas Sumatera Utara 43 ayahnya, kakeknya, neneknya atau siapapun yang dipilihnya 77 . Namun Mazhab Malikiyyah berbeda pendapat tentang hal tersebut, menurut Mazhab ini berakhirnya hadhanah anak laki-laki yaitu ketika ia baligh, sedangkan terhadap anak perempuan yaitu hingga ia dicampuri suaminya, kecuali jika ada sesuatu yang ditakutkan setelah baligh, “Ibnu Hazm berkata, bahwa seorang ibu berhak melakukan hadhanahterhadap anak laki-laki atau perempuan hingga haid atau bermimpi, disertai dengan mumayyiz dan kesehatan badan.” 78 Mengenai batas waktu pemeliharaan anak menurut Pasal 45 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi: 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik- baiknya. 2 Kewajiban yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Jadi pemeliharaan anak akan terus menjadi tanggung jawab orang tua selama belum berakhirnya masa hadhanah. Hadhanah berakhir apabila anak tersebut telah mandiri atau mampu menghidupi dirinya sendiri.

B. Orang Yang Berhak Mengasuh Anak Pada Saat Tenggang Waktu Penentuan Hak Hadhanah Anak

1. Urutan Orang-Orang Yang Berhak Melaksanakan tugas Hadhanah

Pada dasarnya pelaksana hadhanah dalam keluarga adalah suami isteri atas hadhanah anak-anaknya. Apabila karena adanya sesuatu hal yang menyebabkan 77 Jail Mubarok, Pengadilan Agama di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm.196. 78 Yusuf Qasim, Huquq Al-Usrah, hlm. 398, Lihat juga Abdul Majid Mahmud Matyhlub, Panduan HUkum Keluarga Sakinah, TerjamahanHarits Fadly dan Ahmad Khotib, Solo: Era Intermedia, 2005, hlm. 596. Universitas Sumatera Utara