Perilaku Kesehatan Perilaku Suami Terhadap Pencegahan diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012

c. Adaptasi Adoption

Adalah tindakan atau praktek yang sudah berkembang, artinya apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas.

2.1.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan Health behavior adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Notoatmodjo, 2010. Becker 1979 membuat tiga klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu: 1. Perilaku Sehat Health behavior adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan antara lain: makan dengan menu seimbang, kegiatan fisik secara teratur dan cukup, tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba, istrahat yang cukup, pengendalian atau menejemen stres, perilaku dan gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. 2. Perilaku Sakit Illnes behavior adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Pada saat sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang Universitas Sumatera Utara muncul, antara lain: a. Didiamkan saja no action, artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari, b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri self treatment atau self medication, dimana pengobatan itu sendiri ada dua cara, yakni: cara tradisional kerokan, minum jamu, obat gosok, dan sebagainya, dan cara modren , misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek. c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas kesehatan, yang dibedakan menjadi dua yaitu: fasilitas pelayanan kesehatan tradisional dukun, sinshe, paranormal, dan fasilitas pelayanan modren atau profesional puskesmas, poliklinik, dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit. 3. Perilaku peran orang sakit the sick role behavior Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit antara lain: a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk kesembuhannya. d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e. Melakukan kewajibannya agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya. 2.1.3.Determinan Perilaku Kesehatan Universitas Sumatera Utara Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Green 1980, menjelaskan penelitian menyenai perilaku kesehatan di identifikasi tiga faktor yang mempunyai potensi mempengaruhi kesehatan. Model ini dapat dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari “ Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes of Educational Diagnosis and Evaluation”. 1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors Yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antar lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, keyakinan,tradisi, faktor sosio demografis juga termasuk umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan sebagainya. 2. Faktor-faktor Pendukung Enabling factors Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah sakit, Obat-obatan, alat- alat kontrasepsi dan sebagainya. 3. Faktor-faktor penguat Reinforcing factors Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, yang terwujud dalam sikap dan tindakan petugas kesehatan. Universitas Sumatera Utara 2.1.4.Adopsi perilaku dan indikatornya Adopsi perilaku merupakan proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Perubahan perilaku dalam kehidupan seseorang melalui 3 tahap yaitu: 1. Pengetahuan, sebelum seseorang mengadopsi perilaku, dia harus tahu terlebih dahulu manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan, mencakup pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara hidup sehat, dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungannya. 2. Sikap, merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek yang dalam hal ini adalah masalah kesehatan. Indikator sikap kesehatan meliputi: sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan hidup sehat, dan sikap terhadap lingkungan sehat. 3. Praktek atau Tindakan, setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses berikutnya adalah memperaktekkan hal yang diketahui dan disikapinya Notoatmojo, 2010. 2.2.Konsep Gender Gender adalah perbedaan peran, perilaku, fungsi laki-laki dan perempuan oleh budaya masyarakat melalui interpretasi terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan. Setiap masyarakat mengembangkan identitas gender yang berbeda, tetapi kebanyakan masyarakat membedakan laki-laki dan perempuan dengan maskulin dan feminim. Maskulin identik dengan keperkasaan, bergelut di sektor publik, jantan dan agresif. Sedangkan feminim identik dengan lemah lembut, berkutat di sektor domestik rumah, pesolek, pasif. Disebabkan adanya perbedaan yang tegas terhadap peran laki-laki dan perempuan yang selama ini terjadi di dukung oleh budaya patrilineal yang sangat Universitas Sumatera Utara mendominasi menyebabkan ketimpangan gender terjadi. Peran laki-laki sangat ditentukan oleh suku, tempat, umur, pendidikan serta perkembangan zaman. Selama ini yang terjadi adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki BKKBN, 2007. Konsep gender yang mengacu pada suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural atau bersifat dari waktu ke waktu dari tempat ketempat bisa berlawanan, dalam arti berbeda atau dipertukarkan Fakih, 1996. Menurut Susanti 2000, konstruksi sosial perihal gender dapat dilihat sebagai hal yang wajar, sebab budaya pada setiap komunitas mempunyai ekspresi yang khas. Namun demikian perbedaan gender bisa menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki- laki maupun pada perempuan. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahan masalah adalah kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Pemegang kekuasaan kita masih banyak bersifat Patrilineal. dimana yang dominan pemegang kekuasaan adalah pihak suami. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak- anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya Jhonson lenny, 2010. 2.3.Pengertian Suami Suami adalah pasangan hidup istri ayah dari anak-anak, suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga Chaniago, 2002 Universitas Sumatera Utara

2.4. Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan warga “kulawarga” yang berarti’anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa yang masih memiliki hubungan darah, Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu Keluarga terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Menurut Salvicion dan Celis 1998 didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada preventif pencegahan dan kuratif pengobatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan sehat sampai tingkat optimun. Mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesahjateraan anggota keluarga Jhonson lenny, 2010.

2.4.1. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan