Ritual Shinto kuil shinto

15 bab pertama ulasan kisah-kisah yang bersifat kultus, disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi, tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni doa-doa pujaan yang panjang pada berbagai upacara keagamaan. 4 Manyosiu yaitu himpunan sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara abad ke lima dengan abad ke 8 masehi. agama2minorshiro.blogspot.com

2.2 Ritual Shinto

Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dengan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang sangat mistis. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri yaitu penyucian harae, persembahan, pembacaan doa norito dan pesta makan. Matsuri alam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk kigansai permohonan secara individual kepada jinja atau kuil untuk didoakan. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian harae. Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Ritual Shinto biasanya hanya satu bagian dari jenis festival publik yang besar disebut matsuri, yang merupakan jenis utama dari perayaan Shinto. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam sesuai dengan tujuan penyelenggaraan 16 matsuri. Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan mikoshi, dashi danjiri dan yatai yang semuanya merupakan nama- nama kendaraan yang berisi kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai chigo anak kecil dalam prosesi, miko anak gadis pelaksana ritual, tekomai laki-laki berpakaian wanita, hayashi musik khas matsuri, penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka ragam makanaan dan permainan.

2.3 kuil shinto

Kuil Shinto menganut konsep kebebasan yaitu bebas dari simbol dan doktrin agama. Siapapun bisa bebas untuk berkunjung tanpa ada kewajiban untuk harus berdoa. Berbeda dengan kuil Budha atau Tera yang cenderung megah dengan ornamen dan koleksi barang berharga dan barang seni yang melimpah. Kuil Shinto atau jinja cenderung sebaliknya. Bangunannya cenderung sangat sederhana dan menyatu dengan alam. Dalam altar utama hampir kosong melompong, tidak ada arca, patung atau tidak ada benda apapun yang harus disembah sebagai penyebutan tuhan. Menurut Almanak Agama Shūkyō Nenkan tahun 1992 yang diterbitkan Biro Kebudayaan Jepang, anggota Asosiasi Kuil Shinto terdiri dari 79.173 kuil berbentuk yayasan keagamaan. Asosiasi ini juga dijadikan tempat bernaung 38 organisasi keagamaan, 9 badan keagamaan, 20.336 instruktur keagamaan, dan 82.631.196 penganut Shinto. 17 Berdasarkan alasan pendirian bangunan, kuil Shinto dibagi menjadi tiga jenis: 1 bangunan kuil yang didirikan berdasarkan alasan sejarah seperti di tempat yang berkaitan dengan kelahiran sebuah klan, atau di tempat yang berkaitan dengan tokoh yang disucikan, misalnya Tenmangū di Dazaifu, 2 bangunan kuil yang didirikan di tempat yang telah disucikan, dan 3 bangunan kuil yang didirikan di tempat yang mudah dicapai orang, misalnya Kuil Nikkō Futarasan, berada di puncak gunung hingga perlu dibangun kuil cabang di lokasi yang mudah didatangi. Bangunan kuil dapat dibangun di mana saja, mulai dari di tengah laut, di puncak gunung, hingga di atap gedung bertingkat atau di dalam rumah dalam bentuk kamidana. Daftar bangunan dan benda-benda yang dapat ditemukan di kuil shinto diantara nya : 1 torii pintu gerbang, 2 sando jalan masuk menuju kompleks kuil, 3 Tōrō lentera batu, 4 komainu patung binatang penjaga yang diletakkan di depan kuil, 5 chozuya tempat air mengalir, 6 heiden ruang persembahan, 7 sheisen makanan persembahan, 8 honden bagian dalam dekat dengan altar, 9 kaguraden 10 maidono 11 emadon 12 sesha dan masha bangunan kuil sekunder, 13 shamusho. Pada umumnya, kuil di Jepang dibangun dari kayu oleh miyadaiku tukang kayu spesialis kuil. Bangunan kuil Shinto dibangun dengan arsitektur tradisional Jepang. Walaupun dari luar terlihat seperti bangunan tradisional Jepang, kuil Shinto zaman sekarang dibangun dengan teknologi konstruksi modern berdasarkan standar bangunan antigempa dan antikebakaran, termasuk penggunaan beton bertulang untuk sebagian bangunan kuil. 18

2.4 Torii