Shinto Analisis Makna Simbolik Torii (Pintu Gerbang) pada Kuil Shinto Itsukushima

12 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KUIL SHINTO ITSUKUSHIMA DAN TORII

2.1 Shinto

Agama Shinto adalah agama resmi di negara Jepang yang diproklamirkan sebagai agama negara pada tahun 1869. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah beradab-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan mitologi yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama ilmiah. Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Budha ke Jepang pada abad keenam masehi yang dimaksudkan untuk menyebutkan kepercayaan asli bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama Shinto berada dibawah pengaruh kekuasaan agama Budha. Hingga berdampak munculnya persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang Shinto dengan para pendeta agama Budha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Budha kedalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya. Misalnya, aneka ragam upacara keagamaan bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama Shinto banyak dipengaruhi agama Budha. Patung-patung dewa yang semula tidak dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci 13 agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasaan warna-warni yang mencolok. Shinto adalah kata majemuk daripada “shin” berarti roh dan “to” berarti jalan. Jadi Shinto mempunyai arti jalannya roh, baik roh-roh yang meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “to” berdekatan dengan kata “tao” dalam taoisme yang berarti jalan dewa atau jalannya bumi dan langit. Sedang kata “shin atau shen” identik dengan kata “yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya. Dengan melihat hubungan nama Shinto ini, maka kemungkinan besar shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang menjadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran shintoisme melainkan juga pemerintahnya yang harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.wikipedia Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa animisme dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam, mempercayai bahwa semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara. Semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan penganut Shinto, daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan “kami”. Istilah kami dalam agama Shinto dapat diartikan dengan diatas atau unggul. Sehingga apabila dimaksud untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata kami dapat diaalih bahasakan menjadi dewa atau tuhan. 14 Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas,bahkan senantiasa bertambah. Hal ini diungkap dalam istilah “yao-yarozuno kami” yang berarti delapan miliun dewa. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap terbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8,80,180,50,10,100,500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka dengan bilangannya yang sangat besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat dan keagungan kami. Orang Jepang mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit dewa surgawi dan dewa yang tertinggi adalah dewa matahari Ameterasu Omikami yang dikaitkan dengan pemberi kemakmuran dan kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakan, yakni roh-roh jahat yang disebut dengan aragami yang berarti ruh yang ganas dan jahat. Dalam agama Shinto ada 2 kitab suci yang tertulis tetapi disusun sepuluh abad sepeninggalan Jimmu Tenno 660 SM, kaisar Jepang yang pertama. Dan 2 buah lagi disusun pada masa yang lebih belakangan, keempat kitab itu adalah sebagai berikut: 1 Kojiki yaitu catatan pertama yang mencatat peristiwa- peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 masehi, sesudah kekaisaran Jepang berkedudukan di Nara, yang ibukota Nara itu dibangun pada tahun 710 masehi menurut model ibukota Changan di Tiongkok. 2 Nihonji berisi tentang riwayat Jepang. Disusun pada tahun 720 masehi oleh penulis yang sama dengan di bantu oleh sang pangeran di istana. 3 Yeghisiki berasal dari berbagai lembaga pada masa Yengi, kitab ini disusun pada tahun kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab. 10 15 bab pertama ulasan kisah-kisah yang bersifat kultus, disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi, tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni doa-doa pujaan yang panjang pada berbagai upacara keagamaan. 4 Manyosiu yaitu himpunan sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara abad ke lima dengan abad ke 8 masehi. agama2minorshiro.blogspot.com

2.2 Ritual Shinto