TINDAK LANJUT DALAM RANGKA PENINDAKAN
2. TINDAK LANJUT DALAM RANGKA PENINDAKAN
Bahasan di atas telah menunjukkan adanya prioritas pelaksanaan tugas pengawasan yakni dalam rangka pence- gahan.Namun, prioritas tersebut mesti disinergikan dengan tugas penindakan terhadap pelanggaran.Sinergi itu mesti di- bangun dengan menata ulang prioritas pencegahan pelang- garan.Sebab, tidak mungkin tugas pencegahan serta-merta menghilangkan fungsi penindakan terhadap pelanggaran.
Mengingat hal itu, perlulah penataan terhadap pelaks- anaan tugas penindakan.Tugas ini dijalankan dengan prio- ritas tertentu sehingga dapat berjalan lebih efektif tanpa menyasar seluruh bentuk dan jenis pelanggaran.
a. Fokus Penanganan Pidana Pemilu Sinergi pencegahan dan penindakan akan terbangun
ketika laporan atau temuan pelanggaran mengalami penurunan. Keberhasilan Bawaslu tidak lagi diukur dari besarnya jumlah pelanggaran yang dikumpulkan. Penu- runan jumlah pelanggaran akan mendorong efektifitas
49 Wawancara dengan Daniel Zuchron, Anggota Bawaslu RI, 18 Juni 2012 49 Wawancara dengan Daniel Zuchron, Anggota Bawaslu RI, 18 Juni 2012
Jika kondisi itu terpenuhi, Bawaslu akan lebih fokus pada penanganan pelanggaran. Tentunya, pelanggaran yang akan ditangani diprioritaskan terhadap bentuk dan jenis tertentu. Dalam artian, Bawaslu mesti membuat fokus dan peta pelanggaran. Terhadap pelanggaran-pe- langgaran berat dan dinilai dapat merusak integritas ha- sil dan proses pemilu akan menjadi fokus penanganan.
Kriteria pelanggaran yang akan menjadi objek pen- indakan oleh Bawaslu, yakni:
1. Menghilangkan hak rakyat untuk memilih dan di- pilih. Pengawasan dilakukan untuk memulihkan hak pilih warga (hak memilih dan hak untuk di- pilih);
2. Terganggunya integritas penyelenggaraan pemilu akibat penggunaan dana illegal untuk mempenga- ruhi hak pilih; dan
3. Persyaratan calon untuk memastikan integritas- nya.
Pelanggaran seperti politik uang dan penyalahgunaan wewenang yang dapat memengaruhi hasil pemilu menja- di prioritas penanganan.Dalam penanganan itu, Bawaslu tidak sekadar meneruskan laporan pelanggaran, tetapi mengadvokasi sehingga tertangani oleh aparat penegak hukum.
Adanya prioritas ini akan menguntungkan kerja Ba-
PELIBATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN PEMILU
waslu. Bawaslu bisa bekerja lebih fokus terhadap pelang- garan tertentu dan tidak disibukkan menangani pelang- garan-pelanggaran pidana ringan.
b. Pelanggaran Administrasi Ketentuan Pasal 73 ayat (4) huruf b UU 15/2011 me-
nyebutkan bahwa Bawaslu berwenang menerima laporan dugaan pelanggaran administrasi Pemilu, mengkaji lapo- ran dan temuan, serta merekomendasikan kepada pihak berwenang. Rekomendasi atas dugaan pelanggaran ad- ministrasi pemilu diteruskan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, sebagaimana diatur dalam Pasal 250 ayat (1) huruf b UU 8/2012.
Terhadap rekomendasi Bawaslu, maka KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib menindakla- njutinya.KPU dan jajarannya menyelesaikan pelangga- ran administrasi Pemilu berdasarkan rekomendasi yang disampaikan Bawaslu dan jajarannya.KPU dan jajaran- nya memeriksa dan memutuskan pelanggaran adminis- trasi paling lama tujuh hari sejak diterimanya rekomen- dasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupa- ten/Kota.Jika KPU dan jajarannya tidak menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu, maka Bawaslu dapat memberikan sanksi peringatan lisan atau peringatan tertulis.
Penanganan pelanggaran administrasi tidak semata- mata dilakukan dengan pendekatan represif.Bawaslu harus memberikan pendekatan berbeda terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan penyelenggara.Bawaslu pertama-tama bisa memberikan teguran untuk melaku- Penanganan pelanggaran administrasi tidak semata- mata dilakukan dengan pendekatan represif.Bawaslu harus memberikan pendekatan berbeda terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan penyelenggara.Bawaslu pertama-tama bisa memberikan teguran untuk melaku-
Berdasarkan hal itu, Bawaslu harus memainkan peran untuk memperbaiki keadaan dari pada sekedar menghu- kum pelaku pelanggaran.Mengembalikan kepada kondi- si semula diharapkan mampu mendorong penyelenggara pemilu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Adapun kriteria pelanggaran yang akan menjadi prio- ritas objek pencegahan oleh Bawaslu adalah:
1. Pelanggaran itu tidak termasuk objek penindakan pelanggaran pemilu;
2. Berdasarkan data pengawasan sebelumnya meru- pakan bentuk pelanggaran yang banyak terjadi.
c. Pelanggaran Kode Etik Pasal 250 huruf (a) UU 8/2012 menyebutkan bahwa
laporan pelanggaran pemilu yang merupakan pelangga- ran kode etik penyelenggara pemilu diteruskan oleh Ba- waslu kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada Bawaslu untuk menerima laporan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. Berdasarkan laporan itu, Bawaslu melakukan kajian dan meneruskannya kepada DKPP.
Penanganan terhadap pelanggaran kode etik sama halnya dengan pendekatan yang digunakan dalam me-
PELIBATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN PEMILU
nangani pelanggaran administrasi. Bawaslu lebih meng- gunakan upaya preventif dari sekedar melaporkan un- tuk menghukum yang bersangkutan. Paling penitng mengembalikan kehormatan penyelenggara pemilu dari sekedar memberikan sanksi.