Pencegahan Insiden

5.4.2 Pencegahan Insiden

Dalam program pencegahan insiden ini ditanyakan tentang strategi mencegah insiden berdasarkan penilaian resiko dan sistem monitor bahaya yang teridentifikasi. Dari 9 informan, semua menyatakan ada program pencegahan insiden berdasarkan penilaian resiko dan ada sistem monitor bahaya yang teridentifikasi . Berikut ini pernyataan informan tentang program pencegahan insiden tersebut :

“ Ada program pencegahan insiden, ya pertama kita ada training, terus ada patrol, kemudian kita juga ada nearmiss program ya, dari semua departemen mana yang berbahaya mereka bikin list… untuk merangsang mereka ya pakai reward. Cara monitoringnya…….ya setiap…eeee...waktu dulu kita ada training, kita manfaatkan dobel group satu minggu tiga kali, yang keduanya kita ada nearmiss program, yang ketiganya ada patrol, yang nanti dimasukkan satu minggu satu kali potensi bahaya di satu tempat..gitu pak. Menentukan prioritasnya ……. dari sistem penilaiannya dari HIRA , ada patrol mana yang prioritas itu nanti ada penilaianya “ (Informan 1).

“ Biasanya kita lakukan... setelah ada identifikasi bahaya, tentunya itu akan dievaluasi setiap saat kemudian kalau ...eee... dengan training kita banyak mendapatkan keuntungan karena orang dapat mencegah insiden-insiden... kemudian tentunya dengan program improvement atau preventive action kita bisa melakukan pencegahan selanjutnya mungkin kita juga sudah mulai melaksanakan nearmiss report, artinya melibatkan semua karyawan untuk menemukan kondisi- kondisi berbahaya dan kondisi unsafe action dan unsafe condition ” (Informan 2).

” Untuk pencegahan insiden ...eee... yang pertama itu memastikan bahwa ...eee... kerja itu sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, untuk yang kedua kita meningkatkan kemampuan-kemampuan dari personil, karena bagaimana pun kalau sistem bagus ternyata orangnya kurang kompeten itu gak akan jalan. Jadi yang kita lakukan sekarang adalah ke arah meningkatkan empowering orang- orang, supaya mempunyai pengetahuan dan skill yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan ” (Informan 3).

” Untuk mencegah insiden, jadi yang paling sering yang sedang giat-giatnya itu nearmiss pak. Kita buat program nearmiss setiap operator menemukan ketidak normalan berupa potensi yang terjadi itu membahayakan diri kepada alat, produk itu kita membuat laporan pak. Laporan nanti di collect oleh supervisor departemen, nanti di-collect lagi oleh superpendent, superintendent menyampaikan ke SHE department. Dari SHE departement nanti di-collect semua departement nanti kita meeting pak, mana yang paling berpotensi, katakan tadi pak ya kepada orang, kepada alat kepada, produk, Nah yang mencakup tiga ini itu dijadikan prioritas, yang tidak mencakup ketiga ini mungkin nanti bisa di prioritaskan setelah ini pak, yang mencakup tiga prioritas ini nanti harus segera diselesaikan pada saat itu pak ” (Informan 4).

“ Pencegahan insiden ya...sebenarnya sih LOC banyak yah...pertama misalnya prosedur...ada WI ada SOP. Ketika melaksanakan itu dengan benar yakin itu sebenarnya bisa mencegah. Kemudian juga visual manajemen berupa mungkin ...awas benda bergerak...awas benda panas... ” (Informan 5).

” Pencegahan insiden, kita ada program namanya nearmiss program... jadi, kita berikan form.... kalau sekarang ini salah satu untuk merangsang agar semua pihak itu ikut terlibat, jadi kita berikan form untuk semua karyawan... mereka kita minta untuk mencari nearmiss di tempat kerja masing-masing.... jadi kondisi- kondisi yang kira-kira berpotensi bahaya...dan alhamdulillah itu satu periode itu sampai 600 masukan. Monitoring untuk yang nearmiss masuk itu, kita kelompokan kondisi-kondisinya itu... nanti kita evaluasi bersama hal-hal apa...eeee... bisa kita benahi di situ. ” (Informan 6).

” Di plant ini sekarang semua lagi program hazop, terus melakukan job safety analysis, jadi ada hazop dan job safety analysis. Nah, pemakaian job safety analysis ini hanya dilakukan untuk pekerjaan yang sementara. Mulai dari kontraktor yang mau mengelas maka permit kita lengkapi job safety analysis karena lebih mudah. Tapi namanya hazop itu untuk proses keseluruhan “ (Informan 7).

“ Ada beberapa tahapan. Ada Pencegahan terfokus kepada human/operator dan pencegahan ke sarana kerjanya. Untuk ke operator, kita lakukan training secara periodik, bahaya2 proses. Kemudian training kita sampaikan beberapa tahap, ada training untuk pengoperasian alat, identifikasi bahaya, potensi2 bahaya yg timbul, terkait dengan operasional. Kemudian kalau untuk preventif terhadap peralatan, sebetulnya peralatan tsb sudah didesain sedemikian rupa sehingga potensi bahaya bisa kecil, namun untuk lebih menurunkan potensi bahaya kita pasang safety sign. peringatan-peringatan , simbol-simbol kita setting di tiap plant “ (Informan 8).

“ Oh yang diketahui untuk mencegah insiden jadi kita patrol pak, ya kitapun patrolnya sampai ke atas plant pak contoh misalnya orang tidak memakai safety ya ditegor, misalnya pakai helm yang tidak di kasih tali, kita tegor orang tersebut yang memakai baju tidak safety yang tidak pakai lengan panjang, jadi kita patrol pak jika menemukan orang yang bekerja tidak safety kita tegor “ (Informan 9).

Dari hasil wawancara, penelusuran dokumen dan observasi lapangan yang penulis lakukan ditemukan adanya strategi mencegah insiden berdasarkan penilaian resiko dengan cara membuat dan menerapkan SOP dan WI, memberikan training untuk meningkatkan kompetensi, memasang rambu-rambu dan simbul keselamatan, menerapkan program nearmiss dan memberikan reward, sedangkan sistem monitoringnya dengan mengadakan patrol, inspeksi lapangan, pemantauan faktor kimia, fisika, biologi dan psikologi yang dilakukan oleh semua pihak terkait dan statusnya di update oleh departemen SHE.

Selain progam pencegahan insiden, dari 9 informan semua menyatakan ada manajemen insiden. Berikut ini pernyataan informan tentang manajemen insiden tersebut :

“Ada manajemen insiden, misalnya kejadian kebakaran dimana siapa harus melakukan apa sudah masuk dalam planning, termasuk sistem komunikasinya ke dalam dan ke luar “ (Informan 1).

“ Biasanya kita lakukan... setelah ada identifikasi bahaya, tentunya itu akan dievaluasi setiap saat kemudian kalau ...eee... dengan training kita banyak mendapatkan keuntungan karena orang dapat mencegah insiden-insiden... kemudian tentunya dengan program improvement atau preventive action kita bisa melakukan pencegahan selanjutnya mungkin kita juga sudah mulai melaksanakan nearmiss report, artinya melibatkan semua karyawan untuk menemukan kondisi- kondisi berbahaya dan kondisi unsafe action dan unsafe condition” (Informan 2).

“ Jadi kalau ada kejadian suatu bencana misalnya, kalau ada kejadian... yang pertama itu yang menjadi sumber informasi itu ada di lapangan.. dari lapangan, operator apabila ada kejadian atau masalah langsung dilaporkan ke atasan. Nah, kalau atasannya ini orang shift, kalau terjadi di shift 2, berarti pagi gini, ada comander langsung, kalau kejadiannya malem itu supervisor jadi comandernya langsung. Jadi nanti yang menentukan apakah emergency alarm harus dipijit atau gak, kalau memang bahaya langsung pijit alarm, kalau emergency lalu kontak semua komunikasi yang harus dilakukan dari atasan sampai ke beberapa tim. Nanti kalau memang itu kebakaran, langsung tim damkar datang, nanti tim damkar diikuti dengan tim rescue dan tim spill...tiap group punya tim sendiri- sendiri ” (Informan 3).

“ Yah, untuk kondisi darurat itu kita melakukan pelatihan-pelatihan... eee... seperti yang disampaikan tadi... eee ada beberapa tim, contohnya ada tim damkar, tim spill, tim rescue.. eee... masing itu misalnya yang rescue secara khusus atau P3K-nya secara khusus ada ” (Informan 6).

“ Setelah tim ERT itu dipanggil via paging, nanti berkumpul di suatu tempat mendapatkan informasi selengkap-selengkapnya terus langsung action, nah itu yang penting itu adalah support tim, jadi kalau kejadian di maintenance support tim yang tahu area maintenance apa saja yang terbakar kira-kira sudah tahu. Kalau di produksi misalnya support tim spill dia yang akan menginformasikan . Untuk yang bencana alam itu kita ada lanjutan pak, jadi titik beratnya adalah informasi yang cepat yang diterima oleh operator atau pekerja yang tahu, terus “ Setelah tim ERT itu dipanggil via paging, nanti berkumpul di suatu tempat mendapatkan informasi selengkap-selengkapnya terus langsung action, nah itu yang penting itu adalah support tim, jadi kalau kejadian di maintenance support tim yang tahu area maintenance apa saja yang terbakar kira-kira sudah tahu. Kalau di produksi misalnya support tim spill dia yang akan menginformasikan . Untuk yang bencana alam itu kita ada lanjutan pak, jadi titik beratnya adalah informasi yang cepat yang diterima oleh operator atau pekerja yang tahu, terus

“ Jika ada keadaan darurat kita sudah ada aturannya berupa prosedur dan WI, semua sudah tahu harus melakukan apa saja “ (Informan 4,5,8,9).

Dari hasil wawancara, penelusuran dokumen dan observasi lapangan yang penulis lakukan ditemukan adanya sistem manajemen insiden yang tertulis pada SOP dan WI yang berkaitan dengan manajemen menghadapi insiden.