Para Petugas Publik

2. Para Petugas Publik

Petugas publik adalah seseorang yang menjlaankan tugas-tugas pelayanan umum kepada warga negara. Contoh petugas publik yaitu: pegawai negeri sipil, pegaawaai badan usaha milik negara, anggota tentara nasional Indonesia, atau aanggota kepolisiaan republic Indonesia. Peraturan petugas publik diantaranya Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegaawaian dan PP 53 Taahun 2010 tentang displin pegawai

sipil. 37

a. 38 Para Pejabatan Politik (Political Office Holders) Beberapa jabatan tertentu pada struktur pemerintahan RI merupakan jabatan politik.

Undang-undang. Nomor 8, Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian tidak menggunakan istilah jabatan politik. Ketentuan-ketentuan pokok kepegawaian terdahulu, yakni, Undang-undang Nomor Tahun 1961, tepatnya pada bagian penjelasan dari Pasal 1 ternyata menggunakan istilah jabatan politik itu. Sastra Djatmika (1964) berpendapat bahwa istilah jabatan politik dimaksud “sangat memungkinkan diartikan sama dengan para pejabat atau pegawai Negara:. Sekalipun pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai pegawai negeri. Pada bagian penjelasan Pasal 11 dari Undang-undang, Nomor 8, Tahun 1972 dikemukakakn bahwa yang dimaksud dengan pejabatan Negara ialah:

1. Presiden

2. Anggota Badan Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat

3. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan

4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua muda dan hakim Mahkamah Agung

5. Anggota Dewan Pertimbangan Agung

6. Menteri

37 http://www.bimbingan.org/pengertian-petugas-publik.htm(Diakses Pada Tanggal 14 Desember 2017)

38 http://syaifudin-arif.blogspot.co.id/2011/12/kedudukan-hukum-para-petugas-publik.html(Diakses Pada Tanggal 14 Desember 2017)

7. Kepala perwakilan Republiuk Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh

8. Gubernur kepala daerah

9. Bupati kepala daerah/walikota madya kepala daerah

10. Pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan

b. 39 Para Pegawai Negeri (Civil Servants) Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pejabat yang berwenang ialah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan jabatan negeri adalah jabatan dalama bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga negara dan kepaniteraan pengadilan.

Pegawai Negeri terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Anggota Angkatan Bersenjata RI

Sedangkan Pegawai negeri sipil terdiri dari:

1. Pegawai negeri sipil pusat., pegawai negeri yang gajinya dibebankan pada APBN dan bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga negara, instasi vertikal di daerha-daerah dan kepaniteraan pengadilan

2. Pegawai negeri sipil daerah, adalah pegawai negeri daerah otonom.

3. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah Kedudukan pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi

masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,Negara dan Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kewajiban dan hak pegawai negeri dimuat dalam UU No. 8 Tahun 1974,

39 http://www.sumbbu.com/2016/04/kedudukan-hukum-para-petugas-publik.html(Diakses Pada Tanggal 14 Desember 2017) 39 http://www.sumbbu.com/2016/04/kedudukan-hukum-para-petugas-publik.html(Diakses Pada Tanggal 14 Desember 2017)

c. Para Hakim (Judges)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa hakim adalah pengadilan di lingkungan peradilan yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman. Hakim adalah pejabat publik judiciil dari kekuasaan kehakiman. Hakim adalah pejabat publik judiciil dari kekuasaan kehakiman dan karena itu jabatan hakim bukan jabatan di bidang eksekutif. Pasal 24 dan Pasal 25 Undang- Undang. Pada bagian penjelasan pasal 24 dan pasal 25 undang- undang dasar 1945 ditegaskan bahwa kekuasan kehakiman ialah kekuasan yang merdeka, artinya terlepas daari pengaruh kekuasaan pemerintah.

Undang- undang Nomor 2, Tahun 1986 menetapkan bahwa pembinaan teknis peradilan bagi pengadilan di dalam lingkungan peradilan umum dilakukan oleh Makhamah Agung sedang pembinaan organisasi, administrasi, dan keuangan pengadilan dilakukan oleh Menteri Kehakiman (Pasal 5 ayat 1 dan 2). Pembinaan dimaksud tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara (Pasal 5 ayat 3).

Pasal 14 ayat 1 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 menetapkan bahwa untuk dapat diangkat menjadi hakim Pengadilan Negeri, seorang calon harus memenuhi syarat- syarat, sebagai berikut :

a. Warga Negara Indonesia;

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. Setia kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945;

d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia termasuk organisasi massanya atau bukan seorang yang terlibat langsung ataupun hak langsung dalam “Gerakan Kontra Revolusi G.30S/PKI” atau organisasi terlarang lainnya.

e. Pegawai negeri;

f. Sarjana hukum;

g. Berumur serendah- rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun;

h. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela. Untuk dapat diangkat menjadi ketua dan wakil ketua Pengadilan Negeri diperlukan

pengalaman sekurang- kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai hakim Pengadilan Tinggi maka seorang calon harus memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut :

1. Syarat- syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f dan h;

2. Berumur serendah- rendahnya 40 (empat puluh) tahun;

3. Berpengalaman sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun sebagai ketua atau wakil ketua Pengadilan Negeri atau 15 (lima belas) tahun sebagai hakim Pengadilan Negeri (Pasal 15 ayat 1).

d. Para Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Keluarnya intruksi Presiden Nomor 17 Tahun 1967 dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang bentuk- bentuk usaha negara (yang kemudian menjadi Undang- undang Nomor 9 Tahun 1969) maka Perusahaan Negara (PN) menjadikan tiga macam bentuk negara, yakni :

1. Perusahaan jawatan (disingkat perjan).

2. Perusahaan umum (disingkat perum).

3. Perusahaan perseroan (disingkat persero). Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menetapkan

status pegawai negeri sipil : Pegawai negeri sipil pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan perundang- undangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti perusahaan umum (persero), yayasan dan lain- lain. (bagian penjelasan pasal 2). Rumusan penjelasan Pasal 2 Undang- undang Nomor 8 Tahun 1974 hanya menetapkan status pegawai negeri sipil pusat bagi pegawai perusahaan jawatan (perjan) dan tidak diberlakukan bagi pegawai perusahaan umum (perum). Konotasi rumusan penjelasan undang- undang dimaksud terletak pada keterkaitan tentang pegawai negeri sipil pusat yang diperbantukan dipekerjakan pada perusahaan umum (perum), sedang pegawai negeri pusat yang bersangkutan adalah pegawai dari departemen/ lembaga tertentu. Pada instruksi Presiden, Nomor 17 Tahun 1967 telah digaris bawahi bahwa pegawai perusahaan jawatan (perjan) pada pokoknya adalah pegawai negeri sedangkan pegawai perusahaan umum (perum) adalah pegawai perusahaan negara yang diatur tersendiri di luar ketentuan- ketentuan yang berlaku bagi pegawai negeri atau perusahaan swasta/ usaha (negera) perseroan.