KEGIATAN BELAJAR 3
KEGIATAN BELAJAR 3
A. Judul : Asesmen dan Perencanaan Program BK
B. Indikator
1. Menguraikan pokok-pokok langkah kegiatan dalam perencanaan program bimbingan konseling
2. Menguraikan tanggung jawab persenil sekolah dalam pelaksanaan program BK di sekolah
3. Merancang denah ruang BK yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing
4. Menyusun alokasi anggaran untuk pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah
C. Waktu : 5 x 50 menit
D. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji.
2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok menyusun rancangan program dan pengembangan layanan BK di sekolah, mencakup:
Analisis dan deskripsi kebutuhan Rumusan tujuan Komponen program Rencana operasional Organisasi pelaksana dan tanggung jawab Anggaran
3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan;
4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas;
5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
6. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.
E. Uraian Materi
1. Asesmen Kebutuhan Bimbingan Konseling
Menurut Kubinski (1999), asesmen kebutuhan (need assessment) di sekolah adalah proses sistematik untuk memperoleh gambaran akurat dan menyeluruh mengenai kekuatan dan kelemahan suatu komunitas sekola yang dapat digunakan untuk merespon kebutuhan akademik semua siswa guna meningkatkan prestasi siswa dan memenuhi standar akademik yang dihadapi. Asesmen kebutuhan melibatkan proses mengumpulkan dan menguji informasi tentang isu-isu persekolahan dan selanjutnya menggunakan data itu untuk menentukan prioritas tujuan, menyusun suatu rencana, dan mengalokasikan anggaran dan sumber yang diperlukan. Dalam pengumpulan data perlu melibatkan siswa, orangtua, guru, staf administrasi, dan anggota masyarakat lainnya.
Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orangtua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olahraga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
Asesmen mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Konselor di sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membantu siswa atau konseli agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Membantu perkembangan para siswa atau konseli berarti melakukan sesuatu untuk siswa tersebut. Agar konselor dapat melakukan sesuatu untuk siswa maka seorang konselor perlu mengetahui keadaan siswa yang dibimbing. Untuk itu sangat diperlukan berbagai informasi/data-data yang akurat dan relevan. Dalam hal ini pengukuran dan penilaian psikologis merupakan sarana dan wahana terbaik untuk mendapatkan informasi/data-data yang akurat dan relavan mengenai keadaan siswa atau konseli.
a. Fungsi Asesmen Kebutuhan
Hasil-hasil yang diperoleh dalam asesmen berfungsi sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Berdasarkan atas keputusan yang diambil dalam asesmen psikologis mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi seleksi yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan a. Fungsi seleksi yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan
b. Fungsi klasifikasi yaitu mengelompokan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai maslah yang sejenis sehingga dapat diberikan bantuan yang sesuai masalahnya. Atau pengelompokkan siswa ke dalam program khusus.
c. Fungsi deskripsi yaitu menyuguhkan hasil asesmen psikologis yang telah dilakukan tanpa klasifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profile minat dan bakat seseorang yang telah dites dengan tes minat dan bakat.
d. Mengevaluasi suatu treatment yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan tertentu yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok individu telah mencapai hasil atau belum, atau beberapa hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu terhadap seorang atau kelompok orang. Misalnya, seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan remedial. Setelah pemberian remedial tersebut lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remedial yang diberikan sudah berhasil atau belum.
b. Tujuan Asesmen Kebutuhan
Tujuan asesmen psikologis khususnya dlam layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikemukakan sebagai beriktu:
a. Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri, yaitu agar siswa mengerti apa kelebihan dan apa kekurangannya. Berdasarkan pemahaman diri tersebut siswa diharapkan dapat merencanakan masa depannya secara realistis.
b. Membantu orangtua mengenal anaknya. Sama hal dengan yang disebutkan diatas, yaitu agar orang tua memahami segala kelebihan dan kelemahan putra putrinya. Dan dengan pemahaman tersebut pula orang tua diharapkan dapat membuat perencanaan yang realistis sehubungan dengan masa depan putra-putrinya.
c. Membantu kepala sekolah dalam menetapkan suatu kebijakan. Kepala sekolah perlu mendapatkan pandangan umum tentang keadaan siswa pada masing-masing kelas. Kelas mana yang berprestasi baik, kelas mana yang menunjukkan kinerja akademik rendah, dan sebagainya. Gambaran tentang masing-masing kelas kita disebut peta kelas. Berdasarkan peta kelas tersebut kepala sekolah akan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat yang berhubungan dengan pengembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.
d. Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, seperti bahan-bahan diagnostik (baik diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik kesulitan pribadi lainnya) bahan informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program khusus, pemilihan kelanjutan studi, pemilihan lapangna kerja dan penempatan lainnya).
e. Membantu guru dalam merencanakan dan mengelola program pembelajaran agar lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Guru akan dapat melaksanakan tugas dengan baik apabila ia mengenal siswa-siswanya dengan baik pula. Guru perlu mengetahui mana siswa yang mempunya kemampuan yang tinggi, mana yang memiliki kemampuan yang rendah atau lemah, mana siswa yang selalu antusias dalam mengikuti pelajaran, mana siswa yang loyo, mana siswa yang suka mengganggu teman-temannya dan sebagainya. Berdasarkan peta siswa tersebut guru dapat merencanakan dan mengelola proses pembelajaran dengan tepat.
c. Langkah-langkah dalam Asesmen Kebutuhan
Pelaksanaan asesmen kebutuhan dilakukan dalam tujuah langkah utama, yaitu:
1) Mengklarifikasi maksud asesmen kebutuhan. Ada beberapa pertanyaan yang perlu diklarifikasi sebelum melakukan asesmen kebutuhan, antara lain:
Apa yang anda telah ketahui? Apa yang anda pikirkan tentang yang diketahui itu? Apa yang anda ingin ketahui lagi? Mengapa anda perlu melakukan asesmen kebutuhan? Apa yang anda ingin ukur?
Apa yang anda ingin lakukan dengan informasi yang anda kumpulkan? Bagaimana anda akan melaporkan informasi itu? Apakah informasi itu dimengerti
dan mudah dipahami? Apakah semua kelompok peminat terlibat dala perencanaan dan pelaksanaan
asesmen kebutuhan? Siapa yang bertanggung jawab pada setiap tahap kegiatan?
Jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut akan membantu dalam memutuskan apa yang perlu dilakukan, bagaimana itu dilakukan, dan siapa saja yang perlu terlibat dalam asesmen kebutuhan.
2) Mengidentifikasi populasi Siapa yang akan menjadi sasaran asesmen kebutuhan: siswa, guru, pimpinan, staf administrasi, staf sekolah lainnya, orangtua, warga masyarakat, tenaga bantu, penyedia layanan, atau lainnya?
3) Menentukan bagaimana anda akan melakukan asesmen kebutuhan.
Kembangkan desain dan mekanisme yang akan ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan analisis data. Termasuk menentukan skedul kegiatan serta organisasi pelasana yang terlibat beserta tanggung jawab masing-masing. Diskusikan desain dan prosedur ini dengan semua pihak yang akan terlibat langsung dalam kegiatan lapangan.
4) Menyusun instrumen survey atau mengadopsi instrumen yang telah tersedia. Beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab, antara lain: apakah instrumen yang diperlukan tersedia? Apakah instrumen itu mudah digunakan? Apakah format instrumennya mudah diorganisasi dan dianalisis? Jika tersedia, bagaimana instrumen itu diadakan, disusun sendiri atau mengadopsi dari yang sudah ada? Lembaga apa saja yang dapat diajak bekerjasama dalam mengukuran psikologis siswa di sekolah? Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, konselor dapat menggunakan instrumen berbentuk tes ataupun non-tes. Instrumen tes dapat berbentuk tes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, ataupun tes hasil belajar. Untuk penggunaan teknik tes, khususnya tes psikologi, sekolah/konselor dapat bekerja sama dengan lembaga penyedia layanan pengukuran psikologis yang berwenang untuk melaksanakannya. Yang tergolong jenis instrumen non-tes adalah: observasi, interview (langsung dan tak langsung), angket (langsung dan tak langusng), sosiometri, daftar cek masalah (problem check-list), pengumpulan bahan/portofolio siswa (bahan permainan dan hasil karya), bogragfis (biografi, otobiografi, buku harian, kenang-kenangan masa muda dan case history), dan sebagainya. Konselor diharapkan mampu menyusun sendiri bentuk-bentuk instrumen non-tes sesuai kebutuhan sekolah.
5) Mengumpulkan data
Pengumpulan data diarahkan, antara lain untuk mendapatkan infomasi tentang: kebutuhan sekarang dan masa depan dari sekolah siswa, guru, orangtua, guru,
dan warga masyarakat sebarapa baik proses yang ada sekarang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sasaran-sasaran tersebut pola perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat akar terjadinya problem yang dihadapi siswa/sekolah bentuk program dan keahlian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di
masa depan Guna memudahkan proses analisis data, proses pengumpulan data perlu memperhatikan kegiatan berikut:
Kembangkan sistem pengelolaan dalam mengumpulkan dan mengorganisasi data
Tentukan data dasar (baseline data) Pikirkan bagaimana anda menindaklanjuti mereka yang tidak merespon dan
menjawab/mengisi alat pengumpulan data yang diberikan. Organisasi data dengan membuat kategori-kategoti kunci guna memudahkan untuk menemukan makna dan kesimpulan. Gunakan lembar/format ringkasan data untuk membantu menentukan pola-pola informasi dan untuk mempermudah analisis data
6) Menganalisis data Analisis data diarahkan terutama untuk menjawab menjawab pertanyaan yang diajukan dan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bagi pelaksanaan analisis kebutuhan yang dilakukan. Secara umum, analisis data diarahkan untuk memetakan kedaan (kelemahan dan kekuatan) dalam rangka meningkatkan kualitas program dan layanan, menyediuakan balikan mengenai kinerja dan capaian siswa, serta memperoleh pemahaman mengenai bagaimana kualitas kinerja yang telah dicapai dan seberapa jauh kita telah mencapainya
7) Memanfaatkan hasil Pelajari kembali tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang telah dirumuskan — gunakan setidaknya 3 sumber data untuk menjelaskan (menjustifikasi) pencapaian setiap tujuan atau area target. Berdasarkan hasil analisis data, kembangkan suatu draf rencana tentang apa yang harus dilakukan. Identifikasi dan alokasikan sumber-sumber yang diperlukan bagi pelaksanaan rencana. Terakhir, buat kesimpulan mengenai temuan analisis kebutuhan.
2. Perencanaan Program
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (hasil need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Struktur program pelayanan bimbingan konseling mencakup: (1) empat bidang layanan, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor. Program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro sebagai kegiatan opersional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus.
Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program, Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program,
b. Rasionel Rumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para peserta didik), dan hal-hal lain yang dianggap relevan.
c. Visi dan Misi Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke dalam fokus isi: Membangun iklim Sekolah/Madrasah bagi kesuksesan seluruh peserta didik. Misi: Memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi di bidang akademik, pribadi-sosial, karir berlandasakan pada tata kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
d. Deskripsi Kebutuhan Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) peserta didik dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni Standar Kompetensi Kemandirian yang disepakati bersama.
e. Tujuan Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling. Tujuan hendaknya dirumuskan ke dalam tataran tujuan:
1) Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahamsan peserta didik
terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai
2) Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya, dan
3) Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari.
f. Komponen Program. Komponen program meliputi: (a) Komponen Pelayanan Dasar, (b) Komponen Pelayanan Responsif, (c) Komponen Perencanaan Individual, dan d) Komponen dukungan sistem (manajemen) f. Komponen Program. Komponen program meliputi: (a) Komponen Pelayanan Dasar, (b) Komponen Pelayanan Responsif, (c) Komponen Perencanaan Individual, dan d) Komponen dukungan sistem (manajemen)
Atas dasar komponen program di atas lakukan:
1) Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
2) Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Peren- canaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk konselor dalam pelaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.
Tabel 3.1 Perkiraan Alokasi Waktu Pelayanan
JENJANG PENDIDIKAN KOMPONEN PELAYANAN
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MAN/SMK
1. Pelayanan Dasar
2. Pelayanan Responsif
3. Pelayanan Perencanaan
Individual dan keluarga untuk SMK lebih besar
4. Dukungan Sistem
3) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi renana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan dan Program semester.
4) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.
5) Program bimbingan perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per-kelas per-minggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti e-mail, buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah ( home
visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).
h. Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri) Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program.
i. Pengembangan Satuan Pelayanan (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri) Ini dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik. j. Evaluasi Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan dan konseling.
k. Anggaran Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara cermat, rasional, dan realistik.
Secara operasional, program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing- masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu:
1. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling.
3. Peyusunan Silabus Bimbingan Konseling
Guna manjamin pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara sistematis, terencana, dan terarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, perlu disusun silabus bimbingan konseling. Silabus menjadi pemandu bagi konselor dalam melaksanakan semua layanan dasardalam program bimbingan konseling.
Dalam pelaksanaan program bimbingan konseling berbasis perkembangan, penyusunan silabus mengacu pada butir-butir tugas perkembangan individu menurut kelompok usia peserta didik yang dilayani. Aspek dan rumusan tugas perkembangan dapat mengacu pada salah satu sumber yang tersedia, yang biasanya diuraikan dalam buku psikologi perkembangan. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan Sederajat yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2004), dikemukakan sembilan asepek tugas perkembangan yang menjadi acuan dalam merumuskan tujuan kompetensi pelayanan bimbingan konseling. Tugas perkembangan tersebut, meliputi:
1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita
3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas
5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir
6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi
7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni
9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai
Gunan membantu peserta didik mampu merealisasi dengan optimal tugas-tugas perkembangan tersebut, maka konselor perlu menjabarkan setiap aspek tugas perkembangan tersebut ke dalam suatu silabus. Salah satu format silabus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Silabus Pelayanan BK Berbasis Kompetensi Nama Sekolah
: SMA X
Sub Tugas Perkembangan:
Materi
Bidang Rumusan
Kegiatan Kegiatan
Penilaian Ket. Bimbingan Kompetensi
Pengembangan Kelas
Layanan Pendukung
Kompetensi
Contoh silabus untuk tugas perkembangan 1: Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Materi
Bidang Rumusan
Kegiatan
Kegiatan Penila
Ket. Bimbingan
Pengembanga Kelas
Kompetensi
Layanan
Pendukung ian
n Kompetensi
1. Memiliki Kaidah-kaidah
kemantapan
keimanan dan
keimanan dan
ketaqwaan
ketaqwaan
kepada Tuhan
kepada Tuhan
Yang Maha Esa
Yang Maha Esa Bekerja Laijape sesuai agama
Bimbingan sama
ORIN
n yang dianut
2. Memiliki Cara dan
Guru ng
kemantapan
Agama dalam
keimanan dan
kaidah-kaidah
ketaqwaan
ajaran agama
kepada Tuhan
yang dianut
Yang Maha Esa.
1. Memiliki Pendalaman
sosial dalam
tentang aspek-
kehidupan
aspek sosial
beragama.
Bekerja
Bimbingan Laijape
2. Melaksanakan Praktik bagi
Guru ng
secara mantap
Agama aspek-aspek
sosial dalam
kehidupan
kehidupan
beragama
beragama.
Materi
Bidang Rumusan
Kegiat-an
Kegiatan Penila
Ket. Bimbingan
Pengembanga
Kelas
Kompetensi La-yanan Pendukung ian
n Kompetensi
belajar dalam
bahwa belajar
perintah Tuhan Yang Maha Esa
bahwa belajar
keyakinan
keras akan
mutu kehidupan
belajar yang
Bekerja Laijape sebaik-baiknya
n akan
Laijapa meningkatkan
HPDT
Guru ng mutu
PBLJ
Agama kehidupan beragama
secara efektif,
aspek-aspek
efisien dan
belajar dalam
kegiatan belajar sesuai dengan ajaran agama
bekerja dan
bahwa bekerja
pengembangan
dan
karir dalam
pengemba-
kehidupan
ngan karir
beragama.
merupakan perintah Tuhan
Bekerja Laijape
Bimbingan
Yang Maha Esa
Laijapa kemantapan
HPDT
bahwa bekerja
PBLJ
Guru ng
keyakinan
Agama bahwa bekerja
dan pengemba-
ngan karir akan
dan
dapat mening-
pengemba-
katkan
ngan karir
kehidupan beragama
3. Mampu
Praktik bagi
mewujudkan
terwujudnya
secara efektif,
pengembangan
efisien dan
persiapan karir
produktif
sesuai dengan
tentang
ajaran agama
pengembanga n persiapan karir sesuai dengan ajaran agama
4. Implementasi Kegiatan Bimbingan Konseling
Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk renacan kegiatan bimbingan (Satlan dan Satkung) dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk:
a. Kegiatan tatap muka, yaitu kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan dengan berinteraksi langsung dengan peserta didik, baik secara individual, kelompok, maupun klasikal. Ini dapat dilakuan dalam bentuk layanan konseling, pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di ruang bimbingan konseling ataupun di dalam kelas. Untuk kegiatan tatap muka secara klasikal, volume kegiatan membutuhkan alokasi waktu 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
b. Kegiatan non-tatap muka, adalah kegiatan bimbingan konseling yang tidak berhadapan langsung dengan peserta didik. Bentuk kegiatan yang termasuk dalam kategori ini, antara lain: layanan konsultasi (dengan guru atau orangtua), kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah. Ini dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan
Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).