HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian kali ini sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok tenaga kerja batu – bata yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun dan kelompok yang kedua adalah kelompok petani yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Kedua kelompok tersebut merupakan warga masyarakat di Desa Sitimulyo dan sekitarnya. Jumlah sampel dari masing – masing kelompok adalah 33 orang. Subjek penelitian seluruhnya berjenis kelamin laki – laki karena sebagian besar tenaga kerja industri pembuatan batu – bata berjenis kelamin laki – laki.

Proses pembuatan batu – bata hampir seluruhnya dikerjakan dengan proses tradisional dan berupa industri rumah tangga. Tenaga kerja pembuatan batu – bata adalah biasanya berupa anggota keluarga. Industri ini bersifat turun - temurun. Proses yang digunakan untuk pembuatan batu – bata merupakan ketrampilan yang diturunkan oleh orangtua kepada anak cucunya. Sehingga seringkali dijumpai desa atau kelurahan yang menjadi pusat pembuatan batu – bata. Salah satunya adalah Desa Padangan, Kecamatan Piyungan, Bantul

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan batu – bata adalah tanah liat, tanah, dan air. Bahan bakar digunakan untuk melakukan pembakaran batu – bata yang sudah dicetak dan dikeringkan. Bahan bakar yang sering digunakan adalah sekam dan kayu bakar. Sumber utama dari polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu – bata adalah dari pembakaran sekam dan kayu bakar. Pemilihan sekam dan kayu bakar Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan batu – bata adalah tanah liat, tanah, dan air. Bahan bakar digunakan untuk melakukan pembakaran batu – bata yang sudah dicetak dan dikeringkan. Bahan bakar yang sering digunakan adalah sekam dan kayu bakar. Sumber utama dari polusi yang dihasilkan oleh industri pembuatan batu – bata adalah dari pembakaran sekam dan kayu bakar. Pemilihan sekam dan kayu bakar

Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa tenaga kerja industri pembuatan batu – bata akan memiliki nilai presentase Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang lebih rendah daripada kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan nilai arus puncak ekspirasi pada tenaga kerja industri batu – bata hanya sebesar 75,30% sedangkan nilai rata - rata arus

puncak ekspirasi pada kelompok kontrol 82,01%. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa dari 33 kelompok sampel tenaga kerja pada industri pembuatan batu – bata sebanyak 18 orang memiliki nilai APE di bawah 80% dari nilai APE prediksi dan sebanyak 15 orang memiliki nilai APE lebih dari 80% nilai APE prediksi. Sedangkan hasil penlitian pada 33 kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang memiliki nilai APE kurang dari 10% nilai APE prediksi dan sebanyak 23 orang memiliki nilai APE di atas 80% dari nilai APE prediksi. Hasil analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai p = 0,015 (p < 0,05). Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai APE pada tenaga kerja industri pembuatan batu – bata dengan warga desa yang tidak berprofesi sebagai tenaga kerja industri pembuatan batu - bata.

Sumber polusi utama dalam proses pembuatan batu – bata berasal dari proses pembakaran. Kadar silika yang tinggi pada sekam dapat menyebabkan adanya sesak nafas yang disebabkan oleh obstruksi paru. Sisa dari pembakaran tadi juga menghasilkan abu yang juga mengandung silika dalam jumlah besar. Pada saat proses pembakaran pada suhu rendah terjadi maka partikel – partikel silika akan ikut Sumber polusi utama dalam proses pembuatan batu – bata berasal dari proses pembakaran. Kadar silika yang tinggi pada sekam dapat menyebabkan adanya sesak nafas yang disebabkan oleh obstruksi paru. Sisa dari pembakaran tadi juga menghasilkan abu yang juga mengandung silika dalam jumlah besar. Pada saat proses pembakaran pada suhu rendah terjadi maka partikel – partikel silika akan ikut

Silika memiliki struktur kristal yang secara mikroskopis terlihat tajam – tajam. Bentuk ini menyebabkan silika menjadi partikel yang sangat iritatif. Ukuran partikel ini kurang dari satu mikron dan bila terhirup saluran respirasi akan mengendap di ujung akhir dari saluran respirasi (Sihotang, Dian, 2009).

Adanya deposit silika dalam mukosa paru akan menyebabkan terpicunya mekanisme imunologis. Silika sebagai zat asing dalam paru manusia akan menimbulkan respons inflamasi pada saluran respirasi manusia. Respon inflamasi dapat berupa kontraksi otot polos pada saluran nafas, hipersekresi mukus, dan penebalan dinding saluran respirasi. Respon inflamasi tersebut akan menyebabkan penyempitan saluran napas (obstruksi) sehingga akan terjadi kesulitan dalam proses respirasi normal (Rahmatullah, 2007). Kesulitan dalam proses respirasi tersebut paling tampak pada saat fase ekspirasi. Volume udara yang dihembuskan saat ekspirasi menjadi tidak maksimal. Gangguan pada fase ekspirasi tersebut akan tampak saat dilakukan pengukuran nilai Arus Puncak Ekspirasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2010) yang meneliti tentang adanya perbedaan arus puncak ekspirasi antara polisi satlantas dengan polisi bagian administrasi. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa polisi satlantas memiliki nilai arus puncak ekspirasi yang lebih rendah daripada polisi pada bagian administrasi.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai APE pada tenaga kerja industri pembuatan batu – bata lebih rendah dibandingkan nilai APE pada kelompok kontrol. Rata – rata presentase nilai APE pada tenaga kerja industri pembuatan batu – bata adalah 75,30% sedangkan pada kelompok kontrol adalah 82,01%.

2. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai arus puncak ekspirasi yang signifikan antara tenaga kerja industri pembuatan batu – bata dengan petani di sekitar industri pembuatan batu - bata. Dari hasil uji Mann Whitney didapatkan p = 0.015 (p < 0.05).

B. Saran

Tenaga kerja pada industri batu – bata sebaiknya membiasakan diri menggunakan masker atau alat pelindung diri lainnya untuk mengurangi jumlah paparan polusi.