PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE
3.2 PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HARDWARE
Desain hardware pada Proyek Akhir Rancang Bangun Battery Charger Dengan Metode Incremental Conductance Menggunakan ARM STM32F4 ini terdiri dari perencanaan perangkat keras (hardware) yang meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan kapasitas baterai
2. Perencanaan kebutuhan panel surya
3. Perencanaan dan pembuatan Boost Converter
4. Perencanaan dan pembuatan totempole
5. Perencanaan dan pembuatan sensor tegangan
6. Perencanaan dan pembuatan sensor arus
7. Perencanaan dan pembuatan Konverter dengan Kontrol MPPT
3.2.1 Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Baterai
Untuk menentukan kebutuhan aki yang akan digunakan, maka diperlukan perhitungkan seperti berikut. Energi
= P beban x lama penggunaan = 50 watt x 6 jam = 300 Watthour
300 Wh + (300*10%) = 330 Watthour
10% → asumsi kebutuhan daya untuk peralatan lainnya 330 Wh / 6 jam
= 55 watt
55 watt / 24 volt = 2,3 Ampere Kapasitas aki : 2,3 Ampere x 6 jam
= 13,8 AH ≈ 14 AH
3.2.2 Perencanaan Kebutuhan Panel Surya
Dalam menentukan kebutuhan berapa WP solar panel yang akan digunakan, perlu ditentukan terlebih dahulu kebutuhan battery dan komponen charging lainnya. Dari perhitungan perencanaan kapasitas baterai yang digunakan yakni acumulator 14 AH 24 volt (merangkai seri
2 acumulator). Adapun perhitungan solar panel yang digunakan adalah sebagai berikut. Io Boost = 2,8 A; 20% dari kapasitas aki Vo Boost = 28 Volt Energi saat efisiensi Boost 100% Energi
= Vo x Io x waktu pengisian aki = 28 x 2,8 x 4 = 313,6 Wh
Asumsi efisiensi Boost 80% Efisiensi = Pout/Pin x100% 0,8 = 313,6/Pin Pin
= 392 Wh Kebutuhan solar panel = 392Wh : 4 jam = 98 Jadi solar cell yang digunakan adalah 100 WP
3.2.3 Perencanaan dan Pembuatan Boost Converter
Rangkaian boost converter pada Tugas Akhir ini digunakan untuk menaikkan tegangan output dari solar cell hingga tegangan yang sesuai dengan kebutuhan battery. Dalam rangkaian boost converter ini terdapat beberapa komponen yaitu induktor, kapasitor, dioda, resistor dan MOSFET sebagai switch. Gambar 3.2 berikut merupakan simulasi rangkaian boost converter dengan menggunakan PSIM .
Gambar 3.2 Simulasi Rangkaian Boost Converter pada PSIM
Sedangkan Gambar 3.3 merupakan hasil tegangan dari boost converter yang telah disimulasikan
Gambar 3.3 Hasil Simulasi Tegangan Output pada PSIM
Setelah dilakukan simualsi pada PSIM dan menunjukkan adanya indikasi keberhasilan yang ditunjukkan dengan respon gelombang output tegangan beserta nilainya, maka dalam hal ini direalisasikan dalam sebuah skematik dengan menggunakan software eagle sebagaimana pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Skematik Rangkaian Boost Converter Dalam perencanaan juga terdapat perhitungan untuk menentukan
nilai dari komponen-komponen yang digunakan, perhitungannya sebagai berikut:
Vs min = 10 Volt Vs max = 20 Volt Vo
= 28.8 Volt Io
= 2.8 A (20% dari 14 AH)
F = 40 KHz
1. Nilai Duty Cycle Vs
Vo= 1-D Vo 1-D =Vs
Vs 1-D=
Vo Vs
10 D=1-
=1- =0.652 Vo
2. Nilai Induktor Vo
Io = .=. Ω ∆IL= %- % x IL avg
Vsmin ∆IL= . x (
A Vsmin
L = Vo+Vf-Vs min (
F Vo+Vf ∆IL
L = K.+.-(.+.). =
. μH
3. Maksimum Arus Induktor ∆IL
Vsmin
∆IL
I max =Is+ =(
4. Output Capacitor ∆Vo
r=
Vo →∆Vo=r x Vo= . % x Vo= . % x . = .
Io . Id peak=
D= . Id rms= Id peak x √D= .
=. A Ic rms=√Id rms -Io = √ .
Di dalam rangkaian boost converter sendiri terdapat rangakaian snubber sebagaimana tertera pada Gambar 3.5.
R snubber
MOSFET Dioda
C snubber
Gambar 3.5 Rangkaian Snubber pada Boost Converter
Dan nilai komponen-komponen pada rangkaian snubber ditentutan dengan perhitungan sebagai berikut :
V OFF = V O = 28.8 V
T= F T=
T = 25µs; (digunakan dengan FR307 untuk diode snubber)
I on xt fall Csnubber≈
xV . off x n
Csnubber= x . Csnubber = 6.02 nF ≈ nF
DxT Rsnubber<
x Csnubber
, x μ Rsnubber<
x n Rsnubber < 815 Ω
Rsnubber ≈ 390 Ω
Untuk menentukan ukuran kawat tembaga yang digunakan harus berdasarkan besar arus rms induktor.
∆IL .
I L rms =√IL avg +
√ Jika kawat displit sebanyak 7 kali, maka:
= =. Cross Sectional Area of Wire (qw)
w = J ; J=current density= 4,5A/mm 2
, q w =,
mm
1. Penentuan Nilai Lilitan Induktor
B max = 0,25 Tesla (Ferrit Core PQ 3535)
A c 2 = 1,96 cm L x I max
μx .
n= x =
B max x Ac . x . = . lilitan ≈ lilitan (dilakukan penambahan untuk mencegah
re-winding )
2. Diameter of Wire (dw) dw=√π qw dw=√π .
dw= , ≈ , mm
3. Length of Wire Panjang kawat yang dibutuhkan : N = 19 lilitan Misalkan : p = N x K bobbin x split p = 19 x 5,96 x 7 p = 792.68 cm panjang kawat
= p + 40% x p =792.68 + ( 40% x 792.68)
= 1109.752 cm = 11.097 meter = 12 meter
Sehingga menilik dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa panjang kawat yang digunakan untuk mendesain induktor adalah sekitar
12 meter. Karena AWG pada perencanaan sebesar 1.149 maka menggunakan diameter kawat sebesaar 0.57 milimeter seperti pada Tabel 1 di lampiran. Pada proyek akhir ini, liltan induktor menggunakan Ferrit Core PQ3535 dengan jumlah lilatan sebanyak 19 lilitan.
3.2.4 Perencanaan dan Pembuatan Totempole
Pada proyek akhir ini, Rangkaian totemplole digunakan untuk mengurangi atau meminimalisir power losses pada switching elektronik (electronic switching) saat mendesain suatu rangkaian elektronika daya. Switch losses terjadi karena terdapat perubahan dari kondisi high ke kondisi low secara cepat. Drive citcuit mosfet harus dapat dengan cepat memberikan arus dan membuang arus pada saat berada pada switching frekuensi tinggi. Rangkaian yang sangat cocok digunakan sebagai drive circuit pada MOSFET ada lah yang dinamakan “totempole”. Desain rangkaian totempole pada proyek akhir ini seperti pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Desain Rangkaian Totempole
3.2.5 Perencanaan dan Pembuatan Sensor Tegangan
Sensor tegangan pada sistem ini digunakan untuk mengukur tegangan output yang dihasilkan oleh solar panel dan juga tegangan output yang dihasilkan oleh boost converter. Rangkaian dari sensor tegangan ini merupakan rangkaian pembagi tegangan yang terdiri dari Sensor tegangan pada sistem ini digunakan untuk mengukur tegangan output yang dihasilkan oleh solar panel dan juga tegangan output yang dihasilkan oleh boost converter. Rangkaian dari sensor tegangan ini merupakan rangkaian pembagi tegangan yang terdiri dari
Gambar 3.7 Rangkaian Sensor Tegangan
Perencanaan sensor tegangan untuk sisi input Boost Converter dapat diuraikan sebagai berikut : Vin
= 28,8 Volt Vout
= 3 Volt, dengan R1 ditentukan R1
= 10 KΩ
V in xR =V out x R +R , xR =
K+R , R = K+ R , R-R=K , R=K
K R=
, = , KΩ
3.2.6 Perencanaan dan Pembuatan Sensor Arus
Pada proyek akhir ini menggunakan sensor arus ACS712-5 A. Dimana ACS712-5 A dapat mengukur arus AC maupun DC dan mempunyai rating 5A dengan response tegangan. Sensitivitas dari sensor arus ACS adalah 0,1 V untuk setiap kenaikan arus 1 A. Dalam keadaan tanpa ada arus yang mengalir, sensor arus ACS mengeluarkan tegangan 0 V. Sensor arus ini berfungsi untuk mendeteksi arus Pada proyek akhir ini menggunakan sensor arus ACS712-5 A. Dimana ACS712-5 A dapat mengukur arus AC maupun DC dan mempunyai rating 5A dengan response tegangan. Sensitivitas dari sensor arus ACS adalah 0,1 V untuk setiap kenaikan arus 1 A. Dalam keadaan tanpa ada arus yang mengalir, sensor arus ACS mengeluarkan tegangan 0 V. Sensor arus ini berfungsi untuk mendeteksi arus
Gambar 3.8 Rangkaian Sensor Arus ACS712-5 A
3.2.7 Perencanaan Algoritma Incremental Conductance
Perencanaan algoritma MPPT Incremental Conductance ini dilakukan dengan simulasi melalui software PSIM. Gambar 3.9 merupakan rangkaian simulasi konverter tanpa kontrol MPPT.
Gambar 3.9 Rangkaian Simulasi Konverter Tanpa Kontrol MPPT
Sumber tegangan yang digunakan dalam simulasi yaitu solar panel dengan parameter sesuai dengan PV 100 WP dan duty cycle 40%, Sumber tegangan yang digunakan dalam simulasi yaitu solar panel dengan parameter sesuai dengan PV 100 WP dan duty cycle 40%,
Gambar 3.10 Hasil Simulasi Sistem Tanpa MPPT
Simulasi sistem dengan kontrol MPPT dirancang dengan variabel yang memiliki parameter yang sama dengan simulasi sistem tanpa kontrol MPPT, sehingga dari hasil simulasi ini dapat dibandingkan nilai Pin pada sistem tanpa kontrol dengan sistem dengan kontrol MPPT. Gambar 3.11 menunjukan rangkaian simulasi konverter dengan kontrol MPPT.
Gambar 3.11 Rangkaian Simulasi Konverter dengan Kontrol MPPT
Hasil simulasi kontrol MPPT ditunjukkan pada Gambar 3.12. Berdasarkan hasil simulasi ini dapat dibuktikan bahwa secara teoritis kontrol MPPT metode Incremental Conductance dapat digunakan sebagai tracker daya puncak pada solar cell statis.
Gambar 3.12 Hasil Simulasi Sistem dengan MPPT
3.3 PERENCANAAN DAN PEMBUUATAN SOFTWARE
Perangkat lunak pada proyek akhir ini diantaranya adalah :
1. Perencanaan dan pembuatan software GPIO (General Input Output) pada Minimum Sistem Mikrokontroler
2. Perencanaan dan pembuatan software LCD
3. Perencanaan dan pembuatan software PWM dan ADC
4. Perencanaan dan pembuatan software kontrol MPPT Incremental Conductance
3.3.1 Perencanaan dan pembuatan software GPIO (General Input Output) pada Minimum Sistem Mikrokontroler
Mikrokontroler yang digunakan yaitu ARM STM32F407VG, yang digunakan untuk membangkitkan sinyal PWM untuk switching konverter, membaca tegangan dan arus keluaran pada panel surya dan pada konverter, serta mengolah pembacaan sensor dengan algoritma MPPT Incremental Conductance. Hasil pembacaan dari sensor akan ditampilakan pada LCD 4x20 sebagai monitoring daya. Pemilihan PORT dalam mikrokontroler ARM STM32F407VG harus disesuaikan Mikrokontroler yang digunakan yaitu ARM STM32F407VG, yang digunakan untuk membangkitkan sinyal PWM untuk switching konverter, membaca tegangan dan arus keluaran pada panel surya dan pada konverter, serta mengolah pembacaan sensor dengan algoritma MPPT Incremental Conductance. Hasil pembacaan dari sensor akan ditampilakan pada LCD 4x20 sebagai monitoring daya. Pemilihan PORT dalam mikrokontroler ARM STM32F407VG harus disesuaikan
Tabel 3.1 Tabel I/O Mikrokontroler STM32F407VG PORT
PIN Input/Output Keterangan
PORTC
6 Output Untuk PWM PORTA
Untuk ADC sensor arus 2 PORTA
0 Input
Untuk ADC sensor arus 1 PORTA
1 Input
Untuk ADC sensor tegangan 2 PORTA
2 Input
Untuk ADC sensor tegangan 1 PORTD
3 Input
Output Untuk LCD
3.3.2 Perencanaan dan Pembuatan Software LCD
Perencanaan LCD meliputi penentuan GPIO yang digunakan untuk data LCD dan pembuatan software untuk menampilkan data pembacaan sensor yang dibaca oleh ADC. LCD yang digunakan pada Proyek Akhir ini yaitu LCD 4x20 dengan tipe liquid crystal. Dalam pembuatan program LCD pada software Keil uVision diperlukan penambahan library LCD pada program.
3.3.3 Perencanaan dan Pembuatan Software PWM dan ADC
ADC pada proyek akhir ini digunakan untuk membaca data dari hasil pembacaan sensor arus dan sensor tegangan. Hasil pembacaan ini akan menjadi umpan balik pada sistem, yang digunakan dalam penentuan nilai PWM untuk switching konverter. Hasil pembacaan ADC akan ditampilkan pada LCD dan digunakan sebagai parameter dalam kontrol MPPT.
Pada proyek akhir ini terdapat empat buah sensor, sehingga dibutuhkan empat buah ADC. PORT ADC yang digunakan yaitu PORTA PIN1, PIN2, PIN3dan PIN7. Pada sistem ini digunakan fasilitas DMA, karena ADC yang digunakan berjumlah empat buah. DMA ini digunakan untuk mengatur pembacaan dari keempat sensor yang terhubung dengan ADC. Dengan menggunakan fasilitas DMA dan channel ADC, maka proses pembacaan sensor akan lebih cepat dan Pada proyek akhir ini terdapat empat buah sensor, sehingga dibutuhkan empat buah ADC. PORT ADC yang digunakan yaitu PORTA PIN1, PIN2, PIN3dan PIN7. Pada sistem ini digunakan fasilitas DMA, karena ADC yang digunakan berjumlah empat buah. DMA ini digunakan untuk mengatur pembacaan dari keempat sensor yang terhubung dengan ADC. Dengan menggunakan fasilitas DMA dan channel ADC, maka proses pembacaan sensor akan lebih cepat dan
3.3.4 Perencanaan dan Pembuatan Software Kontrol MPPT Incremental Conductamce
Pada proyek akhir ini digunakan kontrol MPPT dengan algoritma Incremental Conductance. Prinsip dan alur kerja dari algoritma ini secara umum dijelaskan Gambar 3.13 yaitu flowchart dari algoritma Incremental Conductance .
Gambar 3.13 Flowchart Incremental Conductance
Berdasarkan flowchart tersebut terdapat inisialisasi awal nilai V(n) dan I(n), yang merupakan nilai tegangan dan arus pada saat kondisi
MPP yang diperoleh melalui pengujian PV. Agar dapat merealisasikan flowchart tersebut maka digunakan sistem if else pada bahasa C sebagai pengambilan keputusan dalam menentukan kondisi MPP. Berikut ini adalah program sesuai dengan flowchart dari metode Incremental Conductance.
void rule_inco(void) {
sensor(); ADC_SoftwareStartConv(ADC1); if(status==0) {
vganjil=vIn; iganjil=iIn; deltav=vganjil-vgenap; deltai=iganjil-igenap;
if(status==1) {
vgenap=vIn; igenap=iIn; deltav=vgenap-vganjil; deltai=igenap-iganjil;
perubahan=deltai/deltav; Z= iIn/vIn; if(deltav==0) {
if(deltai==0)
pwm=pwm; else if(deltai>0)
pwm=pwm+2; if(pwm>28)
pwm=28;
else if(deltai<0) {
pwm=pwm-1; if(pwm<16)
pwm=16; pwm=16;
if (((perubahan+(Z))<=zs)||((perubahan+(Z))>=zz)) pwm=pwm;
if ((perubahan+(Z))>zs) {
pwm=pwm+2; if(pwm>44)
pwm=44;
if ((perubahan+(Z))<zz) {
pwm=pwm-1; if(pwm<16)
pwm=16;
Halaman ini Sengaja Dikosongkan
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
Pada bab ini, akan membahas hasil dari percobaan yang dilakukan dari perencanaan yang telah dibuat pada setiap masing-masing bagian dari sistem. Selain itu, akan dipaparkan hasil dari percobaan tersebut. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil keluaran dari masing-masing maupun sistem agar diperoleh kinerja yang sesuai perencanaan.
4.1 METODE PENGUJIAN
Dalam proyek akhir ini, metode pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 2, yaitu :
A. Pengujian Parsial Pengujian parsial ini dilakukan masing-masing bagian hardware dan software, untuk mengetahui kerja dari tiap hardware dan software yang telah dibuat. Pada proyek akhir ini yang termasuk dalam pengujian parsial adalah :
1. Pengujian Solar Cell
2. Pengujian Sensor Tegangan
3. Pengujian Sensor Arus
4. Pengujian Rangkaian Boost converter
5. Pengujian Pembangkitan Sinyal PWM (Pulse Widht Modulation)
6. Pengujian Induktor Dengan pengujian perbagian akan mempermudah perbaikan apabila terjadi kesalahan atau permasalahan.
B. Pengujian Integrasi Sistem Pengujian integrasi sistem ini dilakukan setelah masing-masing bagian hardware dan software telah bekerja dengan baik. Pada pengujian ini, hardware dan software akan diuji secara bersamaan. Tujuannya untuk mengetahui kinerja alat dari proyek akhir. Pengujian keseluruhan meliputi pengujian integrasi konverter dengan solar panel untuk pengisian baterai.
4.2 PENGUJIAN PARSIAL
4.2.1 Pengujian Solar Cell
Pengujian solar cell pada proyek akhir ini menggunakan solar cell 100 WP sebanyak 1 buah. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan Pengujian solar cell pada proyek akhir ini menggunakan solar cell 100 WP sebanyak 1 buah. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan
Gambar 4.1 Panel Surya 100 WP
Adapun name plate dari solar cell 100 WP yang digunakan pada tugas akhir ini tertera sebagaimana pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Name Plate Solar Cell 100 WP
Nilai Maksimum Daya (Pmax) 100 WP Toleransi (Tol)
0-+3% Tegangan Pada Pmax (Vmp)
18.15V Arus Pada Pmax (Imp)
5.51A Tegangan Pada Sircuit Terbuka
21.78V Hubungan Arus Pendek (Isc)
6.06A Nominal Suhu saat beroperasi o 47+2 C
Sistem Tegangan Maksimum 1000VDC Nilai Maksimum Sekring Seri
15A
Suhu saat beroperasi o -40 C sampai +86 C Kelas Aplikasi
Kelas A Teknologi Set
Mono-Si Berat (Kg)
8.5 Dimensi
1196*554*35 Kinerja data Teknis Yang tercatat Pada Standart Test Conductions (STC)
Arn=1.5 E=1000 W/m 2 TC=25 o C
Pengujian solar cell dilakukan untuk mengetahui karakteristik solar panel dan dapat dilihat tegangan yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan dengan pembebanan pada solar cell. Dari pengujian ini akan Pengujian solar cell dilakukan untuk mengetahui karakteristik solar panel dan dapat dilihat tegangan yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan dengan pembebanan pada solar cell. Dari pengujian ini akan
Tabel 4.2 Pengujian Solar Cell 100 WP Pukul 09.15 WIB
(Ampere) (Watt)
Open Circuit 20 0 0 40,78
40,232 Short Circuit
Pada Tabel 4.2 tegangan yang dihasilkan pada saat beban 40,78 ohm adalah 18,76 Volt dengan arus 0,46 Ampere. Sehingga daya yang dihasilkan 8,6296 watt. Sedangkan pada beban 18,705 ohm, tegangan yang dihailkan 17,7 Volt dengan arus 0,95 Ampere. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai beban atau resistansi maka tegangan yang dihasilkan solar cell akan semakin turun juga. Namun arus yang dihasilkan akan semakin besar. Nilai rata-rata tegangan yang dihasilkan solar cell pada pukul 09.15 yaitu 18,76-10,7 Volt.
Tabel 4.3 Pengujian Solar Cell 100 WP Pukul 09.45 WIB
R (Ω) Daya
(Ampere) (Watt)
Open Circuit 20.2 0 0 40.04 18.42 0.46 8.4732 18.37 17.46 0.95 16.587
3.87 12.4 3.2 39.68 3.29 11.45 3.47 39.7315 3.14 10.9 3.47 37.823 Short Circuit
Pada Tabel 4.3 tegangan yang dihasilkan pada saat beban 40,04 ohm adalah 18,42 Volt dengan arus 0,46 Ampere. Sehingga daya yang dihasilkan 8,4732 watt. Sedangkan pada beban 18,37ohm, tegangan yang dihailkan 17,46 Volt dengan arus 0,95 Ampere. Sama halnya dengan Tabel 4.2 tegangan akan semakin kecil ketika nilai resistansi nya semakin kecil juga. Namun arus yang dihasilkan akan semakin besar. Nilai rata-rata tegangan yang dihasilkan solar cell pada pukul 09.45 yaitu 18,42-10,9 Volt.
Tabel 4.4 Pengujian Solar Cell 100 WP Pukul 10.15 WIB
R (Ω) Daya
(Ampere) (Watt)
Open Circuit 20.6 0 0 42 18.48 0.44 8.1312 17.01 17.53 1.03 18.0559 9.9 16.55 1.66 27.473 6.69 15.53 2.32 36.0296 4.9 14.5 2.94 42.63 3.9 13.5 3.38 45.63
Short Circuit 0 4.9 0
Pada Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 didapatkan bahwa nilai tegangan pada kondisi cerah rata-rata pada tegangan 18,76 – 10,9 Volt. Arus pada pengujian ini rata-rata mencapai 2,707 Ampere pada pukul
10.15 WIB. Sedangkan arus rata-rata pada pukul 09.15 yaitu sebesar 2,28 Ampere dan pada pukul 09.45 sekitar 2,26 Ampere. Dari data ketiga tabel di atas, pada pukul 10.15 nilai daya yang dihasilkan lebih besar dari pada pukul 09.15 dan 09.45.
Gambar 4.2 merupakan grafik tegangan terhadap arus hasil pengujian solar cell pada pukul 09.15, 09.45 dan 10.15 berdasarkan data-data diatas. Pada grafik dibawah ini, pada pukul 09.15 tegangan yang dihasilkan besar namun arus yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada pukul 10.15 tegangan yang dihasilkan lebih kecil dari pukul 09.15 dan 09.45 dan arus semakin besar dari pukul 09.15 dan 09.45.
Tegangan (V)
Gambar 4.2 Kurva Karakteristik V-I
Sedangkan kurva karakteristik daya terhadap tegangan direpresentasikan ke dalam Gambar 4.3.
W 40 y a ( 30 9:15 D a 20 9:45 10 10:15
Tegangan (V)
Gambar 4.3 Kurva Karakteristik P-V
4.2.2 Pengujian Sensor Tegangan
Pada proyek akhir ini, sensor tegangan yang digunakan adalah rangkaian pembagi tegangan. Proses dari sensor tegangan ini yaitu tegangan output dari rangkaian boost converter sekitar 28.8 Volt dan tegangan output solar cell sekitar 20 Volt diubah menjadi sekitar tegangan ADC 1,5 Volt. Tegangan set yang digunakan pada proyek akhir ini adalah sekitar 28.8 Volt. Gambar 4.4 merupakan hardware dari sensor tegangan.
Gambar 4.4 Hardware Sensor Tegangan
Pada proyek akhir ini, pengujian sensor tegangan dilakukan dengan memberikan input tegangan sensing yang berasal dari power supply. Kemudian dilihat nilai tegangan output sensor tegangan. Tegangan yang terdeteksi oleh sensor tegangan sebesar 1,5 Volt dengan tegangan sensing 32 Volt. Hasil dari pengujian sensor tegangan dapat terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Sensor Tegangan
% error % No
Suplay LCD
Vin error (V)
prak.
Teori
(V)
(V)
Vout
Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai sensor tegangan memiliki nilai error antara perhitungan teori dan praktek sangat kecil. Untuk mendapatkan nilai error dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :
Vout Vout er r or
teor i pr a ktek x 100 % Vout teor i
er r or 1 . 5238 1 . 5 x 100 % 1 . 5238 er r or 1 . 5619 %
Data dari sensor tegangan ini akan diolah oleh mikrokontroller maka data ini dapat diamati nilai linieritas pada nilai output sensor tegangan. Sehingga ADC membaca data sensor tegangan berupa data digital pada sensor tegangan. Gambar 4.5 dibawah ini merupakan grafik tegangan keluaran dari sensor tegangan dengan tegangan masukan.
Vin (Volt)
Gambar 4.5 Grafik Karakteristik Tegangan Keluaran dari Sensor Tegangan
Dari grafik keluaran sensor tegangan pada Gambar 4.5, keluaran dari sensor tegangan memiliki karakteristik yang linier sehingga keluaran sensor bisa dimasukkan ke dalam pin ADC pada mikrokontroller. Dimana ADC memproses suatu masukan yang memiliki karakteristik yang linier.
4.2.3 Pengujian Sensor Arus
Pada proyek akhir ini, sensor arus yang digunakan adalah ACS712-5A. Sensor arus ini digunakan untuk mensensing arus pengisian untuk baterai dan monitoring proses pengisian baterai. Tujuan Pada proyek akhir ini, sensor arus yang digunakan adalah ACS712-5A. Sensor arus ini digunakan untuk mensensing arus pengisian untuk baterai dan monitoring proses pengisian baterai. Tujuan
Gambar 4.6 Hardware Sensor Arus ACS712-5 A
Berdasarkan datasheet pada sensor arus ACS712-5A, Sensor arus ini memiliki sensitivitas pada 100mV/A dan pada kondisi tak berbeban atau arus sama dengan nol, tegangan keluaran yang dihasilkan oleh sensor arus bernilai 2.5V. Sensor ini akan bernilai 2.5 V ketika arus pengisian bernilai minus atau aliran arus terbalik. Nilai maksimal arus pengisian sebesar 5 Ampere. Sensor arus ini akan mengubah arus yang disensor menjadi tegangan input ADC. Tabel 4.6 merupakan hasil pengujian sensor arus.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Sensor Arus ACS712-5A
Dari hasil Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai sensor arus memiliki nilai error antara perhitungan teori dan pembacaan di LCD Dari hasil Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai sensor arus memiliki nilai error antara perhitungan teori dan pembacaan di LCD
teor i % I LCD
I er r or
x 100 %
I teor i
4 4 . 1 100 % er r or
4 % er r or 2 . 5 %
Output sensor arus ini berupa tegangan yang akan masuk ke mikrokontroller, maka perlu mengetahui lineritas dari sensor tersebut untuk digunakan data digital. Gambar 4.7 merupakan grafik karakteristik tegangan keluaran dari sensor arus.
Arus (Ampere)
Gambar 4.7 Grafik Karakteristik Tegangan Keluaran Sensor Arus Terhadap
Arus Sensing
Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 hasil pengujian sensor arus, keluaran sensor memiliki karakteristik yang linier. Tegangan keluaran dari sensor arus ini akan dimasukkan kedalam pin ADC pada mikrokontroller. ADC ini akan memproses suatu masukan yang memiliki karakteristik yang linier.
4.2.4 Pengujian Totempole dan Pembangkitan Pulse Width Modulation (PWM)
Pada proyek akhir ini, Pulse Width Modulation (PWM) yang digunakan untuk menyulut MOSFET pada rangkaian boost converter adalah menggunakan ARMSTM32F4. Pada ARMSTM32F4 ini Pada proyek akhir ini, Pulse Width Modulation (PWM) yang digunakan untuk menyulut MOSFET pada rangkaian boost converter adalah menggunakan ARMSTM32F4. Pada ARMSTM32F4 ini
Gambar 4.8 Rangkaian Totempole dengan ARMSTM32F4 Pada Gambar 4.9 Merupakan hasil gelombang test penyulutan
PWM dari ARMSTM32F4 pada PINC.6. Sesuai dengan pengaturan program yang dibuat dengan frekuensi 40 KHz dan duty cycle 60 %. Dengan perhitungan sebagai berikut :
40 KHz
T divxT / div 5 x 5 s 25 s
Keterangan :
f = Frekuensi (Hz) T
= Periode (s) T/Div
= Besar periode per divisi atau kotak
Gambar 4.9 Gelombang Penyulutan PWM PINC.6 dari ARMSTM32F4 dengan
Duty Cycle 60%, Volt/div 0. 5 Volt, Time/div=5μs, F=40 KHz
4.2.5 Pengujian Induktor
Untuk mendapatkan nilai induktor sesuai dengan perencanaan maka digunakan pengaturan nilai air gaph. Pengujian nilai induktor ini dilakukan dengan menggunakan LCR meter.
LCR meter selain dapat mengukur nilai induktansi dari induktor juga mampu mengukur nilai quality factor dari induktor. Quality factor adalah nilai perbandingan dari raktansi dan induktansi yang dihasilkan oleh induktor, semakin besar nilai dari quality factor maka semakin baik pula kualitas dari induktor. Pada proyek ini, boost converter yang dibuat untuk charging akumulator, sehingga diperlukan nilai dari Quality factor yang cukup tinggi untuk menghindari bunyi pada inductor saat pengisian aki. Hasil pengukuran dari induktor diperlihatkan pada Gambar 4.10
Gambar 4.10 Hasil Pengujian Induktor dengan LCR Meter
4.2.6 Pengujian Rangkaian Boost converter
Pada proyek akhir ini, pengujian rangkaian boost converter digunakan untuk mengetahui respon converter terhadap perubahan duty cycle inputnya dan bagaimana performa dari boost converter yang dilihat dari nilai error dan juga effesiensinya. Hasil pengujian rangakain boost converter dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Rangkaian Boost converter dengan Beban 40 Ohm
Duty Vin
Vout teori
ƞ (%) (V)
Cycle (V)
Dari data pada Tabel 4.7, dapat diketahui efesiensi dari rangkaian yang telah dibuat dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
efesiensi Pout x 100 % VoutxIout x 100 % Pin
VinxIin
Efesiensi pada rangkaian ini menurun ketika duty cycle di naikkan. Hal ini diakibatkan drop tegangan pada rangkaian oleh komponen penyusun dan desain induktor yang kurang maksimal. Namun, secara fungsional converter sudah dapat bekerja dengan baik. Pengujian rangkaian boost converter dilengkapi dengan gambar gelombang penyulutan MOSFET dengan PWM (Pulse Widht Modulation) digital. Gambar 4.11 merupakan gambar gelombang penyulutan rangkaian boost converter dengan duty cycle 60 %.
Gambar 4.11 Gelombang Penyulutan Vpulse Keluaran dari Totempole dengan
Duty cycle 60 %, F=40 KHz, V/div= 0,1 V. T/div=5 μs
Untuk tampilan gelombang tegangan mosfet gate – source ditunjukkan pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Gelombang Penyulutan V GS MOSFET IXFH50N60 dengan Duty
Cycle 60%, F=40 KHz, V/div= 0,1 V. T/div=5 μs
Sedangkan tampilan gelombang tegangan mosfet drain – source ditunjukkan pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Gelombang V DS MOSFET IXFH50N60 dengan Duty Cycle
60 %, F=40KHz, V/div= 0,1
V. T/div=5μs
Pada Gambar 4.12 terlihat gelombang penyulutan dari PWM digital dengan duty cycle 60%. Gelombang V GS ini diambil dari kaki Gate dan Source dari MOSFET dalam keadaan rangkaian boost converter belum disupplai tegangan. Sedangkan pada Gambar 4.13 gelombang V DS dengan duty cycle yang sama yaitu 60%. Gelombang ini Pada Gambar 4.12 terlihat gelombang penyulutan dari PWM digital dengan duty cycle 60%. Gelombang V GS ini diambil dari kaki Gate dan Source dari MOSFET dalam keadaan rangkaian boost converter belum disupplai tegangan. Sedangkan pada Gambar 4.13 gelombang V DS dengan duty cycle yang sama yaitu 60%. Gelombang ini
4.3 PENGUJIAN SELURUH SISTEM
Pengujian seluruh sistem dilakukan untuk mengetahui performa sistem apakah telah bekerja dengan baik dan sesuai rencana awal yaitu sistem sebagai pengisi baterai 24 V dengan kapasitas arus 14 Ah. Namun, pada sistem integrasi, penulis menggunakan baterai 24 Volt dengan kapasitas 17 Ah dikarenakan baterai dengan kapasitas 14 Ah sulit dicari di penjual aki. Gambar 4.14 merupakan gambar sistem yang telah diintegrasi dengan solar cell dan beban baterai 24 Volt.
Accu 24 V
ARM+LCD
Suplay 12 V
Totempole
Boost Converter Sensor Arus & Tegangan
Gambar 4.14 Pengujian Seluruh Sistem Pada Tabel 4.8 merupakan data hasil pengujian seluruh sistem
tanpa MPPT metode Incremental Conductance. Pengujian ini dilakukan pada pukul 11.00 WIB hingga 13.00 WIB. Tegangan charging rata-rata yang terbaca pada alat ukur sekitar 27,13 Volt dan arus charging yang dihasilkan rata-rata 0.59 Ampere.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Integrasi Sistem Tanpa MPPT Beban Baterai
Jam Vin Pin Pout (V)
(watt) (watt) η (%)
Sedangkan pada Tabel 4.9 merupakan data hasil pengujian seluruh sistem dengan MPPT metode Incremental Conductance. Pengujian ini dilakukan pada pukul dan hari yang sama yakni 11.00 WIB hingga 13.00 WIB. Tegangan charging rata-rata yang terbaca pada alat ukur sekitar 26,67 Volt dan arus charging yang dihasilkan rata-rata
1.25 Ampere.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Integrasi Sistem Dengan MPPT Beban Baterai
Pin Pout Jam
(watt) (watt) (%)
Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 dapat terlihat kenaikan daya output dari panel surya (daya input boost converter). Daya yang dihasilkan dalam pengujian ini, baik dengan metode Incremental Conductance maupun tanpa metode Incremental Conductance naik turun. Ini dikarenakan kondisi intensitas cahaya matahari yang berubah-ubah saat pengujian sistem dilakukan. Dengan menggunakan metode Incremental Conductance, daya keluaran solar cell yang dihasilkan lebih besar jika Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 dapat terlihat kenaikan daya output dari panel surya (daya input boost converter). Daya yang dihasilkan dalam pengujian ini, baik dengan metode Incremental Conductance maupun tanpa metode Incremental Conductance naik turun. Ini dikarenakan kondisi intensitas cahaya matahari yang berubah-ubah saat pengujian sistem dilakukan. Dengan menggunakan metode Incremental Conductance, daya keluaran solar cell yang dihasilkan lebih besar jika
metode Incremental Conductance. Tren yang terjadi adalah tegangan output solar cell lebih besar dan arus output solar cell lebih kecil. Sebagaimana dalam flowchart metode Incremental Conductance, bahwa ∆V akan mencari nilai sama dengan nol. Dalam artian nilai ini adalah kondisi dimana tegangan solar cell akan mencapai titik daya maksimum.
pengujian
tanpa
Pada pengujian ini tegangan baterai sebelum dicharging bernilai
24.1 Volt. Setelah diisi melalui beberapa proses, tegangan baterai meningkat mencapai 24.5 Volt. Setelah mengetahui deviasi antara daya input converter, maka dapat diketahui nilai kenaikan daya. Besarnya nilai kenaikan daya ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini :
Berdasarkan persamaan 4.1, kenaikan daya input dapat ditampilkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Nilai Kenaikan Daya Kontrol MPPT Metode Incremental
Conductance
Kenaikan Kondisi Waktu Tanpa MPPT
Pin (watt)
Pin (watt)
Dengan MPPT
Daya (%) Cuaca
23.34 Cerah Berawan 11.05 48.822
22.19 Cerah Berawan
23.50 Cerah Berawan
21.08 Cerah Berawan 11.20 49.131
22.62 Cerah Berawan 11.25 48.552
63.19 23.17 Cerah Berawan
21.45 Cerah Berawan 11.35 48.076
24.45 Cerah Berawan 11.40 48.552
23.34 Cerah Berawan 11.45 48.654
22.63 Cerah Berawan 11.50 49.028
22.76 Cerah Berawan
24.03 Cerah Berawan 12.00 48.552
63.19 23.17 Cerah Berawan 12.05 49.296
21.61 Cerah Berawan
24.03 Cerah Berawan
Lanjutan Tabel 4.10 Nilai Kenaikan Daya Kontrol MPPT Metode Incremental Conductance
22.99 Cerah Berawan 12.20 49.028
63.19 22.41 Cerah Berawan
19.65 Cerah Berawan 12.30 52.164
20.64 Cerah Berawan
18.60 Cerah Berawan
18.03 Cerah Berawan 12.45 53.946
17.62 Cerah Berawan
18.83 Cerah Berawan 12.55 54.805
16.12 Cerah Berawan
18.42 Cerah Berawan
Kenaikan daya input yang telah dilakukan pengujian selama 2 jam ini, menghasilkan kenaikan maksimum sebesar 24.45%, kenaikan minimum sebesar 16.12%, serta kenaikan rata – rata sebesar 21.47%. Kenaikan maksimum terjadi pada saat kondisi cuaca cerah berawan hingga mendung. Sedangkan kenaikan minimum terjadi pada kondisi cuaca cerah. Ini artinya kontrol MPPT yang digunakan dengan menggunakan metode Incremental Conductance, secara performansi bekerja lebih maksimum pada kondisi cuaca cerah berawan sampai dengan mendung. Perbandingan nilai daya input antara sistem dengan kontrol MPPT dan sistem tanpa kontrol MPPT dalam bentuk grafik tertera pada Gambar 4.15.
( 30 Tanpa MPPT
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Daya Input
Jika dibandingkan hasil pengujian menggunakan kontrol MPPT dengan kondisi ideal dari solar cell yang digunakan, maka ada deviasi daya yang didapatkan. Dimana dalam hal ini solar cell yang digunakan adalah 100 WP, sehingga secara idealita daya yang didapatkan adalah 100 Watt. Tabel 4.11 merupakan perbedaan daya keluaran solar cell antara kondisi sesuai spesifikasi teknis dengan daya yang didapatkan dengan menggunakan kontrol MPPT.
Tabel 4.11 Nilai Selisih Daya MPPT Metode Incremental Conductance
dengan Kondisi Ideal Solar Cell
Kondisi Waktu
∆Pin (%) Tanpa MPPT
Pin (watt)
Pmax (watt)
Solar Cell
Cuaca
36.668 Cerah Berawan 11.05 62.745
37.255 Cerah Berawan 11.10 63.332
36.668 Cerah Berawan 11.15 63.332
36.668 Cerah Berawan 11.20 63.492
36.508 Cerah Berawan
36.81 Cerah Berawan 11.30 62.886
37.114 Cerah Berawan 11.35 63.635
36.365 Cerah Berawan 11.40 63.332
36.668 Cerah Berawan 11.45 62.886
37.114 Cerah Berawan 11.50 63.474
36.526 Cerah Berawan 11.55 63.778
36.222 Cerah Berawan
36.81 Cerah Berawan 12.05 62.886
37.114 Cerah Berawan 12.10 63.778
36.222 Cerah Berawan 12.15 63.048
36.952 Cerah Berawan
36.81 Cerah Berawan 12.25 65.116
34.884 Cerah Berawan 12.30 65.7336
34.2664 Cerah Berawan 12.35 65.6768
34.3232 Cerah Berawan 12.40 65.4855
34.5145 Cerah Berawan 12.45 65.4855
34.5145 Cerah Berawan 12.50 65.5872
34.4128 Cerah Berawan 12.55 65.339
34.661 Cerah Berawan 13.00 65.5302
34.4698 Cerah Berawan
Untuk membuktikan kinerja dari kontrol MPPT dengan metode Incremental Conductance , maka konverter diuji dengan pengaturan duty cycle secara manual dalam rangka mencari daya maksimal keluaran panel surya. Tabel 4.12 merupakan pembuktian kontrol Incremental Conductance berdasarkan flowchart.
Tabel 4.12 Pengujian Duty Cycle Manual Berdasarkan Algoritma
Duty Vin Iin Pin
-I/V Gd-Gs Cycle
∆V
∆I
∆I/∆V
= Perubahan Arus.
2. ∆V
= Perubahan Tegangan.
3. ∆I / ∆V = Konduktansi Dinamik (Gd).
4. –I/V = Konduktansi Statis (GS).
Berdasarkan Tabel 4.12 daya keluaran panel surya maksimal terjadi ketika duty cycle 45 % dengan nilai daya input konverter sebesar 4,836 watt. Jika dianalisa berdasarkan flowchart Incremental Conductance , maka kondisi keluaran daya maksimal panel surya adalah ketika Gd – Gs = 0. Maka dalam hal ini dapat dibuat kurva pengaruh perubahan duty cycle terhadap daya, kurva hubungan P-V dan kurva hubungan I-V.
Duty Cycle
Gambar 4.16 Hubungan Duty Cycle dengan Daya Input (watt)
Gambar 4.16 menunjukkan kurva hubungan duty cycle dengan daya input dari panel surya. Dari sini terlihat bahwa tititk daya input maksimum terjadi pada duty cycle 45%. Ketika duty cycle dinaikan, maka nilai daya input akan naik menuju titik maksimum. Setelah mencapai titik maksimum, apabila duty cycle dinaikan maka daya input akan turun.
Gambar 4.17 Kurva Hubungan P-V Gambar 4.17 menunjukkan kurva hubungan antara P-V. Hubungan antara P (daya input) dan V (tegangan input) pada panel surya yaitu ketika tegangan naik maka nilai daya input akan naik menuju titik maksimum. Setelah mencapai titik maksimum, tegangan naik namun nilai daya akan turun.
Gambar 4.18 Kurva Hubungan I-V
Kurva hubungan antara I-V ditunjukkan pada Gambar 4.18. Terlihat bahwa pada saat tegangan input turun maka arus input akan mengalami kenaikan, sehingga titik daya maksimum ditentukan oleh besarnya perubahan nilai dari tegangan input dan arus input pada setiap nilai duty cycle.
Dalam konteks arus pengisian pada baterai sebagaimana tertera pada Gambar 4.19, menunjukkan adanya deviasi antara menggunakan MPPT dan tanpa MPPT.
) (A 0.8 t
o u I 0.6 Tanpa MPPT
Gambar 4.19 Karakteristik Pengisian Baterai
Secara teori untuk mengisi penuh baterai 17 Ah yang digunakan dengan arus pengisian rata – rata sebesar 1.25 A, maka diperlukanlah waktu rata – rata selama 13.6 jam. Sedangkan pengujian yang telah dilakukan hanya selama 2 jam. Artinya pengujian yang dilakukan ini hanya mampu mengisi 14.71% dari kapasitas baterai. Kondisi awal tegangan baterai sebelum dilakukan pengisian sebesar 24.1 Volt. Setelah diisi dengan tegangan rata – rata 26.67 Volt dan arus rata – rata 1.25 A, tegangan baterai meningkat mencapai 24.5 Volt. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sistem dapat bekerja secara fungsional untuk pengisian baterai.
Halaman ini Sengaja Dikosongkan
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari perencanaan, pembuatan, pengujian, analisa metode yang digunakan dan membandingkan dengan teor penunjang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Solar panel 100 WP menghasilkan tegangan sebesar 18,42 Volt sampai 18,76 Volt saat dibebani R≈40 ohm. Pada tanpa beban solar panel dapat menghasilkan tegangan 20 Volt hingga 20,6 Volt.
2. Boost converter yang telah dibuat mampu menaikkan tegangan
dari solar cell yang bernilai 10,1 Volt sampai 26,7 Volt.
3. Efisiensi dari Boost converter yang telah diuji mencapai 94,74% pada saat duty cycle 35% untuk menstabilkan tegangan output 28,8 Volt.
4. Arus pengisian rata- rata baterai dengan kapasitas 24 Volt 17 AH mencapai 1.25 Ampere dan tegangan rata – rata mencapai
26.67 Volt.
5. Panel surya dengan kontrol MPPT metode Incremental Conductance mampu menghasilkan nilai daya yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa kontrol. Nilai kenaikan daya rata-rata yang dihasilkan dari kontrol MPPT ini yaitu sebesar 21,47% untuk dua buah beban Aki 12 volt 17 AH tersusun seri.
5.2 SARAN
Pada pengerjaan proyek akhir ini tidak lepas dari pelbagai macam kelemahan didalamnya, baik itu perencanaan sistem maupun pada peralatannya yang telah dibuat. Untuk memperbaiki kekurangan- kekurangan serta sebagai masukan dalam perbaikan sistem menjadi lebih sempurna sesuai ekspektasi, maka diberikan beberapa masukan dan saran sebagai berikut :
1. Agar sistem dapat berjalan lancar dan sesuai dengan perencanaan maka perlu diperhatikan dalam pemilihan komponen yang akan digunakan pada sistem. Karakteristik komponen perlu diperhatikan dan spesifikasinya, agar tidak ada trouble saat pengujian.
2. Dalam pengujian sistem MPPT, sebaiknya beban yang digunakan memiliki
yang mendekati dengan perencanaan kapasitas panel surya.
daya
3. Perlu adanya pemutusan charger dalam rangka menghindari over charge pada baterai yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
A Safari, S. Mekhilef, Implementation of Incremental Conductance Method with Direct Control. IEEE, 978-1-4577- 0255-6, 2011.
[2]. Harmini, Titik Nurhayati, “Optimasi MPPT (Maximum Power Point Tracker) Pada Sistem Photovoltaic Menggunakan Algoritma Incremental Conductance
”, Teknik Elektro USM, The 1 st Conference On Information Technology, Computer, and Electrical
Engineering (CITACEE), 2013. [3]. Hidayat, Pitvande Yanuar, “Rancang Bangun Suatu Sistem Pemanfaatan Sumber Energi Tenaga Surya Sebagai Pendukung Sumber PLN untuk Rumah Tangga Berbasis Mikrokontroller (Hardware )“. Proyek Akhir PENS-ITS 2011.
[4]. Ir. M. Zaenal Efendi, MT. “Power Electronics 2”, EEPIS, 2014. [5]. Prihadana, Achmad Erfan, ““Rancang Bangun Battery Charger
ON/OFF Regulator Sebagai Sumber Listrik Pompa Air”, Proyek Akhir PENS-ITS, 2014.
[6]. Rochmawati, “Rancang Bangun Suatu Sistem Pemanfaatan Sumber Energi Tenaga Surya Sebagai Pendukung Sumber PLN untuk Rumah Tangga Berbasis Mikrokontroller (Software )”, Proyek Akhir PENS-ITS, 2011.
[7]. Rosella, Ecy Dwiasta, “Solar Cell Sebagai Sumber Energi Penggerak Aerator Pada Tambak Udang (Battery Charger )”, Proyek Akhir PENS-ITS, 2014.
[8]. Tito, Beng, 2012, “Metode MPPT Baru untuk Sel Surya Berdasarkan Pengendali PI”, Skripsi, Universitas Indonesia [9]. Zainuddin, M., Otomatisasi Sistem Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar
Dengan Prinsip Reverse Osmosis Berbasis Mikrokontroler (Sub Judul : “Actuator, Buck Converter, Rectifier And Charger Control ”)”, Proyek Akhir PENS-ITS, 2008.
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
BIODATA PENULIS
Mohammad Imron Dwi Prasetyo, akademisi kelahiran Lamongan 25 Oktober 1993 memulai jenjang pendidikan di TK Putra –Putri Desa Rumpuk tahun 1998 – 2000. Masih di lingkungan yang sama, Penulis yang merupakan putra kedua dari Bapak
Nur Hidayat ini melanjutkan pendidikan di SDN Rumpuk dan menamatkan tahun 2006. Sejak kelas 5 SD, kepiawaian dalam mengerjakan soal matematika tampak sudah terlihat. Hal ini membuat guru –guru penulis mendelegasikan untuk mengikuti lomba cerdas
cermat se-Kecamatan Mantup. Atas dasar itulah penulis melanjutkan pendidikanya ke SMP Negeri 2 Mantup yang menjadi salah satu kiblat SMP percontohan di Lamongan. Tidak berhenti sampai disitu, di tahun 2009 penulis melangkahkan kakinya untuk memenuhi kewajiban sang Ibu dengan melanjutkan pendidikan di tingkat SMA yang dinaungi Pondok Pesantren. Akhirnya penulis memilih SMA Unggulan BPPT Al- Fattah Lamongan, lembaga pendidikan SMA yang mengintegrasikan antara IPTAQ dan IPTEK. Disinilah penulis yang juga sebagai ktivis HMI ini mengekspresikan pemikiranya dengan mengukir sejuta prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Diantaranya adalah Finalis Karya Tulis Ilmiah Remaja UNESA 2009, Finalis Karya Tulis Ilmiah Remaja IMEC IV 2011 ITS, Juara I Dian Pinsat Pramuka Lamongan, dan masih banyak yang lainya. Berkat elaborasi di SMA akhirnya di tahun 2012 penulis memilih untuk mencoba tantangan bersaing dengan mahasiswa –mahasiswa di Indonesia dengan memasuki kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) jurusan D3 Teknik Elektro Industri. Walaupun iklim kehidupan kampus yang tidak sesuai dengan apa yang penulis harapkan, namun tidak menutup gerak penulis yang juga aktivis Rumah Pancasila ini untuk terus berkarir di ranah organisasi ekstra kampus. Selain aktif di ranah organisasi, penulis juga aktif di kegiatan kompetisi yang bersinggungan dengan program studi. Diantaranya adalah 2 kali berpartisipasi dalam pengiriman proposal PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), GS Astra Innovation Awards 2014, Gebyar Mahasiswa Perikanan Indonesia 2015, dan Indonesia Paper Competition 2015. Capaian penulis terbaik yakni menjadi Juara Favorit pada perhelatan GS Astra Innovation Awards
2014 dengan karya “Otomasi Pengaturan KACASUSU (Kelembaban, Aroma, Cahaya, Suhu, dan Suara Untuk Memikat Burung Walet Dengan Pemanfa atan Fuzzy Logic Control)”. Penulis menyelesaikan program studi D3 dalam waktu 3 tahun dan langsung melanjutkan pendidikan Lanjut Jenjang D4 Elektri Industri di institusi yang sama tahun 2015. Selama melanjutkan pendidikan di LJ D4 Elektro Industri, penulis telah diamanhi oleh Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA (Ketua Umum PII Cabang Surabaya dan Dekan FTK ITS) untuk menjadi pengurus di FAM PII (Forum Anggota Muda Persatuan Insinyur Indonesia) Cabang Surabaya periode 2015 – 2017. Tidak cukup sampai disitu, di awal tahun 2016 penulis telah diangkat sebagai pejabat pengadaan Universitas Airlangga dalam meringankan beban (PPK) Pejabat Pembuat Komitmen Jasa Konstruksi dan Konsultansi. Disinilah penulis belajar banyak terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Untuk mengepakkan sayap di bidang ini, penulis merintis CV Surya Milenia Engineering, salah satu perusahaan konsultan jasa konstrusi di Surabaya untuk mengikuti kegiatan lelang/tender baik regional maupun nasional.
Contact Person
Phone/WA : +62857 3125 0849 Email
: [email protected] [email protected] Blog
: episterm.blogspot.com Facebook
: Mohammad Imron Line (Account) : shenopati BBM
: D223431A Instagram
: imronm48 Path
: Mohammad Imron
LAMPIRAN
Tabel 1 Winding Data