KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kesimpulan
Secara umum studi ini menunjukkan bahwa berdasarkan besaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi besaran marketed surplus telah terjadi perubahan orientasi petani dalam mengusahakan padi dari subsisten ke arah komersial. Perubahan tersebut sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat dan ketersediaan infrastruktur. Namun demikian, hasil kajian juga menunjukkan bahwa ciri-ciri subsistensi masih tetap melekat pada komoditas padi.
Secara khusus kesimpulan studi ini adalah sebagai berikut:
1. Marketed surplus di agroekosistem sawah rata-rata lebih besar dibandingkan dengan marketed surplus di agroekosistem non- sawah. Marketed surplus juga lebih besar di Pulau Jawa dibandingkan dengan marketed surplus di Luar Pulau Jawa. Walaupun demikian, perbedaan agroekosistem dan pulau tersebut secara statistik tidak berbeda nyata.
I nformatika Pertanian Volume 19 No. 2, 2010 71
2. Karakterisitik sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap marketed surplus adalah jumlah anggota keluarga dan pendapatan total rumahtangga. Semakin besar jumlah keluarga, marketed surplus semakin kecil, dan sebaliknya semakin besar pendapatan rumahtangga, marketed surplus semakin besar. Peubah lain, yaitu luas lahan dan proporsi penggunaan tenaga kerja luar keluarga secara statistik tidak berpengaruh nyata. Namun ada kecenderungan semakin luas lahan usahatani yang dikuasai petani marketed surplus semakin besar, sebaliknya ada kecenderungan semakin besar proporsi jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga marketed surplus semakin kecil. Fenomena terakhir ini disebabkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga banyak dibayar dengan hasil panen.
3. Sebagian besar petani pada agroekosistem sawah pada MH dan MK di Jawa dan Luar Jawa menjual hasil gabahnya secara sekaligus kemudian diikuti dengan cara bertahap dan tebasan. Alasan melakukan penjualan secara sekaligus karena butuh uang tunai, mengurangi resiko, dan kurang sarana.
4. Pada agroekosistem sawah bentuk gabah yang penjualannya sekaligus sebagian besar berupa GKP dan pada cara penjualan bertahap bentuk gabah yang dijual umumnya dalam bentuk GKS. Pada agroekosistem non-sawah, keterbatasan produksi menyebabkan gabah yang dihasilkan sebagian digunakan untuk konsumsi. Stok atau sisa stok untuk konsumsi dijual dengan cara bertahap bila petani membutuhkan uang tunai atau telah tiba masa panen berikutnya. Karena itu pada lokasi ini banyak petani yang menjual dalam bentuk GKS.
5. Pemilahan menurut wilayah pulau Jawa dan luar pulau Jawa pada model mampu membedakan pengaruh infrastruktur pada MS beras. Hal ini ditunjukkan oleh respons Marketed Surplus beras di pulau Jawa yang secara nyata terhadap harga beras. Hal ini terjadi karena infrastruktur pemasaran padi atau beras di pulau Jawa, khususnya pada agroekosistem sawah, relatif lebih lengkap dan lebih baik dibandingkan dengan di luar pulau Jawa baik pada agroekosistem sawah maupun agroeksosistem non sawah.
6. Pemilahan Marketed Surplus beras menurut agroeksosistem sawah dan non sawah dikombinasikan dengan pemilahan pulau Jawa dan luar pulau Jawa belum mampu menunjukkan secara jelas hubungan komoditas beras dengan jagung atau singkong sebagai komoditas pangan alternatif. Pada penelitian ini elastisitas harga silang antara beras dengan jagung dan singkong tidak menghasilkan kesimpulan
72 Faktor-Faktor yang Menentukan Marketed Surplus Gabah 72 Faktor-Faktor yang Menentukan Marketed Surplus Gabah
Saran Kebijakan
1. Agroekosistem sawah di Jawa yang memiliki infrastruktur irigasi yang lebih baik dibandingkan luar Jawa menyebabkan marketed surplus di Jawa lebih besar dibandingkan marketed surplus luar Jawa. Karena itu pengembangan sentra produksi padi sebaiknya difokuskan pada daerah dengan sistem irigasi yang lebih baik. Di sisi lain, pada agroekosistem non-sawah lebih difokuskan pada tanaman yang sesuai dengan agroekosistemnya. Pertanaman padi di agroekosisten non sawah hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian pengembangan padi menjadi lebih fokus dalam pemanfaatan sumberdaya alam (air), tenaga (penyuluh) dan dana pembangunan. Namun agar sistem distribusi beras/gabah dari agroekosistem sawah dan non sawah tidak terhambat diperlukan infrastrukutur pemasaran yang baik.
2. Adanya kecenderungan hubungan negatif antara penggunaan
tenaga kerja luar keluarga dengan marketed surplus, berarti bahwa marketed surplus dipengaruhi oleh sistem ketenagakerjaan pada usahatani padi. Tenaga kerja pada usahatani padi banyak dibayar dengan hasil panen. Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan likuiditas ekonomi petani dengan menyediakan fasilitas kredit untuk membiayai penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
3. Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukan petani dalam cara dan bentuk menjual maka masih diperlukan peran pemerintah dalam usahatani padi. Program yang masih dibutuhkan adalah fasilitas kredit mikro bunga rendah untuk kebutuhan sarana produksi dan fasilitas pasca panen, seperti lumbung, alat jemur agar petani dapat menyimpan gabah dengan risiko kecil sehingga dapat menjual harga gabahnya dengan harga tinggi.
I nformatika Pertanian Volume 19 No. 2, 2010 73