An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of Bawean Island
ANALISIS DAYA DUKUNG HABITAT DAN MODEL
DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii)
DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN
OLEH :
ACHMAD IQBAL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
A C W D IQBAL. Analisis Daya Dukung Habitat dan Model Dimmika
Populasi Rusa Bawean (Axis ktthlii) di Suaka Margasatwa Pulau Bawean.
Dibimbing Oleh Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Scrniadi, dan Hartisari H.
Hardjomidjojo.
Penelitian dengan judul Analisis Daya Dukung Habitat dan Model
Dinamika Populasi Rusa Bawean (AXIS kuhljj) di Suaka Margasatwa Pulau
Bawean dilakukan pada bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004. Tujuan
penelitian adaIah untuk menganalisis kondisi daya dukung habitat rusa bawean,
interaksi masyarakat dengan kaw-asan Suaka Margasatwa, dan menyusun model
dinarnika populasi rusa bawean.
H a i l penelitian menunjukkan bahwa kualitas komponen daya dukung
habitat berupa kditas air sungai di kawasan Suaka Margasatwa Pulau Bawean,
baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan, mernenuhi syarat
sebagai air minum rusa karena sesuai dengan baku mutu air kelas 3 . Namun
demikian kandmgan unsur-unsur hara tanah di padang rumput Tanah Gresik,
padang rumput Langpelem, dan padang rumput Surnkrlanas berada pada keadaan
sangat rendah sarnpai dengan sedang. Komuni tas tumbuhan yang terdapat di
Desa Komalasa berbeda dengan komunitas tumbuhan yang terdapat di Desa
Pudakit Barat dan Desa Patar SeIamat, clan antara kornunitas tumbuhan di Desa
Pudakit Barat dengan komunitas tumbuhan di Desa Patar Selamat relatif sama.
Produksi rumput di padang rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa Pulau
Bawean pada musim kernarau 32,5 kgha per hari, sedangkan pada musim
penghujan mencapai 84 kgha per hari.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disusun struktur model dinamika
populasi rusa bawean &lam tiga sub model, yaitu sub model populasi ma, sub
model hijauan pakan rusa, dan sub model masyarakat. HasiI simuIasi
rnenunjukkan bahwa populasi puncak rusa bawean &lam kondisi seperti sekarang
(pemburuan 0,5 ekorhutan dan pngambilan rumput sebmyak 27,5 kg/orang per
hari pada luas habitat efektif 1200 ha) akan terjadi pa& tahun 2015, yaitu
mencapi 1.142 ekor. Namun biIa pemburuan mencapai 4 ekorfbulan, maka
popdasi nrsa aka11 terus menurun dan pada tahun 2016, tinggal 165 ekor.
Pendekatan sistern dapat memberikan gambaran dinamika populasi ntsa bawean
jmgka panjang, dan bergurn daIarn pembinaan Suaka Margasatwa Pulau Bawean.
Berdasarkm hasil pengarnatan terhadap komponen habitat rusa, disarankan
adanya pembinaan dan pefigelolaan yang intensif, baik terhadap habitatnya
maupun terhadap masyarakat di sekitx kawasan Suaka Margasatwa. Agar hasil
peneIitian dinamika populasi rusa bawean &pat diaplihikan pedu dilakukm
penelitian terhadap dinamika populasi rusa tersebut yang analisisnya
menggunakan model dengan rnemasukkan peubah komponen-komponen habitat
yang mempengaruhrnya
KO& kunci
: &a
duhng, habitat. model dimmika, suaRn margawtwa, popuIusi
ABSTRACT
ACHMAD IQBAL An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic
Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of l3awean Island (Under
the Supenision of Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Semiadi. and Hartisari H.
hardjornidjojo).
This study conducted from April 2002 to June 2004. The purpose of the study
was to analyze the life-supporting condition of Bawean deer habitat and the interaction
between tbe community and the game sanctuary area and to formdate
a dynamic
model of Bawean deer population.
The result of the study showed that the quality of one component of lifesupporting capacity, i.e. the stream water in the region of Bawean Game Sanctuary
both in dry and rainy seasons, had met the requirement of drinking water for deer
because it was of the third grade of water quality standard. However, the content of
humus in the soil of savannah of Tanah Gresk, Langpelem, and Sumbedanas varied
b m low to medium levels. The plant community in the Village of Kornalasa was
different from those in the Villages of hdalut Barat and Patar Selamat, but the plant
community in the last two villages (Pudakit Barat and Patar Selamat) was relatively
the same. The production of grass on the Tanah Gresik Savannah in the dry season
was 32.5 kg perhectare per day, while in the rainy season it was 84 kglhectare per day.
Based the collected data, a structure of a dynamic model of bawean deer
population can be formulated, consisting of 3 sub-models : a sub-model of deer
population, a sub-model of greenery feed for deer, and a sub-model of community.
The result of simulation showed that the highest population of bawean deer in the
current condition (i.e.with 0.5 deer hunting per month and 27.5 kg of grass cutting per
person per day on the effective habitat of 1200 hectare) would happen in 2015,
reaching 1,142 deer. However, if hunting is at the rate of four deer per month, then the
deer population will canthue to decrease and in 2016, there will be 165 deer left. A
systemic approach can provide a long-term picture of pupuiation change of deer and it
is useful for the development of the game sanctuary on the Bawean Island.
Based on the observation of the components of deer habitat, it is recommended
that intensive improvement and management be carried out both for the habitat and the
community around the game sanctuary a m . In order that the result of the study on the
population change of deer couId be applied, it is necessary to do research on the
population change of deer whose analysis uses the variables of habitat-infl uencing
component.
Key word : lrfe-supporting capaciy, hbitat. 4,namic model, game sanchtary,
poplalion
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul
ANALISIS DAYA DUKUNG HABITAT DAN MODEL DINAMIKA
POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii) DI SUAKA MARGASATWA
PULAU BAWEAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah
dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas clan dapat diperiksa kebenarannya
ANALISIS DAYA DUKUNG HABITAT DAN MODEL
DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii)
DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN
OLEH :
ACHMAD IQBAL
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
: Analisis Daya Dukung Habitat dm Model Dinamika
Populasi Rusa Baweam (Axis hhlii) Di Suaka
Margasatwa Pdau Bawean
: Achmad Iqbal
Nama
NRP
Program Studi
: Ilmu PengeIolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui,
1 . Komisi Pembimbing
~ r o f k , l r . ~ . ~~ a. d
k ilKi d a , MS.
Ketua
Dr. Gono Semiadi, APU
Anggota
ProfI3r.Ir.M.Sri Saeni, MS.
AWgota
Dr.Ir.Hartismi H.Hardiomidioio,MSc.
Ansgota
2. Ketua Program Studi Pengel
Sumberdaya Alam dan t i n
Dr.lr. Surjono H. Sutiahio, MS.
Tanggal Ujian : 26 Oktober 2004
Tanggal Lulus :
-
., ;c4
Penulis di lahi rkan di Desa Sawahrnulya, Kecamatan Sangkapura, Pulau
Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada tanggal 3 1 Maret 1958 sebagai anak
ke dua dari tiga bersaudara dari ayah Djamil Dhofir dan Ibu Hadidjah.
Pendidikan sarjana di tempuh di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, lulus pada tahun 1985.
Pada tahun 1992, penulis
mendapatkan kesempatan mengkuti Program S2 pada Program Studi I lmu
Lingkungan, Universitas Indonesia, jakarta, dan menarnatkannya pada tahun
1995. Kesempatan untuk meIanjutkan ke program S3 pada
Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya AIarn clan Lingkungan, lnstitut Pertanian Bogor di
peroIeh pada tahun 2000. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh d m DUE
LIKE UNSOED.
Penulis menikah pada tanggal I5 Juni 1987 dengan Ir. Endang Sriningsih,
MP, clan dikarunia 3 orang anak, yaitu Galuh Yulieta Nitihapsari (1 61, Ghani
Aul ia Rahman (aim); dan Ghina Maulina (9).
Penulis bekerja di Jumsan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Sdirman, Purwokerto, sejak tahun 1990 sampai dengan
sekmang.
Puji clan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalarn
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004
adalah habitat rusa bawean, dengan juduf Analisis Daya Dukung Habitat dan
Model Dinamika Populasi Rusa Bawean Di Pulau Bawean.
Terirna kasih penulis ucapkan kepada Pr0f.Dr.h. H. Hadi S. Alikodra, MS.
Sebagai ketua komisi pembimbing, ProEDr.lr. M.Sri Saeni, MS., Dr. Gono
Semiadi APU, dm Dr. Ir. Hartisari H.Hardjomidjojo,M.Sc., selaku anggota komisi
pembimbing, yang telah memkri kan bimbingan dengan sabar dan dorongan
mori l sejak dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian
disertasi ini.
Penulis ucapkan tenma kasih kepada Pi rnpinan Universitas Jenderal
Soedinnan clan Dekan Fakultar Peltanian U N S O E ~Punvokerto yang telah
memberikan ijin kepada penuIis untuk melanjutkan studi ke jenjang S-3, Direktur
Program Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan hstitut Pertania Bogor yang telah memberikan ijin penulis untuk
mengkuti program S-3.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Team Managerial DUE LIKE
UNSOED, yang teIah memberikan beasiswa kepada penulis selama penuIis
mengrkuti program 5-3 di htitut Pertanian Bogor, sehingga penulis dapat
mengkuti pendidikan dengan lancar.
Penulis juga ucapkan terirna kasih kepada Koardinator beserta staf KSDA
Pulau Bawean yang telah memberikan ijin dan bantun yang tulus selama penulis
meiakukan penelitian di Kawasan Margasatwa Pulau Bawean.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Kepala PPLH WSOED, Ketua
Program Magister Sains Ilmu Lingkungan (PMSIL) UNSOED beserta staf yang
telah memberikan bantuan materi dan dorongan moril yang tulus sehigga penulis
terdorong untuk segera menyelesaikannya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada orang tua
penulis (Ibu Hadidjah) yang telah membesarkan penulis, memberikan bimbingan,
do'a dm dorongan moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Istri
tercinta Ir. Endang Sriningsih, MP., dan anak-anak tersayang, Galuh Yulieta
Nitihapsari dan Ghina Maulina, dengan sabar dan tabah telah banyak berkorban
baik rnoril maupun rnateriil, memberikan semangat selama penuli s men@kuti
pekul iahan, melaksanakan peneli t ian hingga penyelesaian disertasi ini, penulis
ucapkan terima kasih
'
Penulis rnenyadari bahwa disertasi ini jauh dari sempuma, kriti k dan saran
penulis terima dengan besar hati dan ucapan terima kasih. Semoga disertasi ini
memberikan manfaat kepada yang membacanya dan berperanserta dalam
,
pengembangan iImu pengetahuan.
Achmad Iqbal
.
6.
7.
Tata Ruang Wilayah ..........................................................................
65
KondisiSosiaIEkonomiMasyarakat................................................
66
B. ANALSISIS DATA PRIMER ..........................................................
1.
Komponen Daya Dukung Habitat .....................................................
a. Kualitas Air Minum .....................................................................
1. pH ...................................................................................................
2 . Daya Hantar Listri k (DHL) ............................................................
3 . Kandungan Nitri t dan Ni trat ...........................................................
4 . Fosfor .............................................................................................
5 . Bahan Organik, DO. BOD. dan COD ............................................
6 . Kesadahan ......................................................................................
b . Kesuburan Padang Rumput ............................................................
1. Keasarnan (pH) Tanah....................................................................
2 . Kandungan Karbon ........................................................................
3 . Kandungan Nitrogen ......................................................................
4. Kandungan Fosfor ..........................................................................
5 . Kandungan Kalsium, Magnisium, Kalium. dan Natrium ...............
6 . Kapasits Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB ..............
c. Andisis Vegetasi ............................................................................
1 . Struktur Vegetasi ............................................................................
. .
2 . Kompos~stJenis ..........................................................
3 . Komunitas Tumbuhan...................................... : .............
d. Produktivitas dan Daya Dukung Padang Rumput ..........................
. .
1 . Produktlv~tasRumput.....................................................................
2 . Daya Dukung Padang Rumput .......................................................
2.
Interaksi Masyarakat Dengan Suaka Margasatwa............................
a.
Frekuensi P e n p b i l a n Kay u ...........................................................
Peruntukan kayu ................................................................................
Kontnbusi Pendapatan Dari Kayu ...................................................
b.
c.
C.
RANCANG BANGUN MODEL DWAMIKA
RUSA BAWEAN ............................................................................
Identifikasi Sistem ............................................................................
Struktur Model Dinamih Populasi Rusa ........................................
2.1 Sub Model Populasi Rusa ..............................................................
2.2. Sub Model Hijauan Pakan Rusa .....................................................
2.3. Sub Model Masyarakat ..................................................................
1.
2.
SIMULASI MODEL DINAMIKA POPULASI RUSA ...................
Simulasi Populasi Rusa Selarna 20 tahun pada Kondisi Lapangan ..
Simulasi PopuIasi Rusa Selarna 20 tahun dengan Pelarangan
berburu oleh Masyarakat Sekitar Suaka Margasatwa
Pulau Bawean ...................................................................................
Simulasi Populasi Rusa Selama 20 tahun dengan Pembatasan
Jumlah Hijauan yang Diambil Mayarakat (0; 17,5; 27,5
clan 37,5 kg).....................................................................................
Simulasi Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Pengambi Ian
Hijauan Oleh Masyarakat kkitar Pulau bawean Selama
20 tahun............................................................................................
Simulasi Penggunaan Selwuh Luas Suaka Margasatwa
pada Kondisi Lapangan (perburuan 0,5 ekor/bu!an dan
pengambilan hijauan 27,5 kglorang per hari) ...............................
Simulasi Selama 20 tahun dengan Perburuan 0,5 ekorhulan
clan perbunran 0,5 ekorhulan dan pengambilan hijauan
27,5 kglorang per hari ....................................................................
Simulasi Selama 20 tahun dengan adanya perburuan
1 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengambilan
hijauan 27,5 kg/orang per hari ......................................................
Sirnulasi Selama 26 tahun dengan adanya Perburuan
2 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan
hijauan 27,5 kgorang per hari .....................................................
Simulasi Selama 38 tahun dengan adanya Perburuan
3 ekor~bulanclan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan
hijauan 27,5 kdorang per hri .........................................................
Simulasi Selama I8 tahun dengan adanya Perburuan
4 e korhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengambilan
hijauan 27,5 kgiorang per hari .......................................................
Analisis Sensitivitas .......................................................................
KESlMPULAN DAN SARAN.........................................................
Kesimpulan .......................................................................................
Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
144
LAMPIRAN........ ..:.... .......................................................................153
DAFTAR TABEL
Kornpunen daya dukung habitat. interaksi masyarakat.
dan model dinamika popuiasi rusa yang diamati ............................
51
Jenis dan Metode Analisis Sifat Fisik clan Kimia Air Minum
Rusa ...................................................................................................
52
Jenis dan Metode Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah...............
53
Curah Hujan dan Hari Hujan rata-Rata BuIanan Periode Tahun
2000 .
2003 ......................................................................................
61
Luas Wilayah Menumt Jenis Penggunaan Lahan Di Kecarnatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak................................................
62
JurnIah dan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean .............................
67
Komposisi Penduduk Menurut Umur ............................................
68
Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Di tamatkan .......................................................................................
69
Fasilitas Pendidikan Di Puiau Bawean .......................................
71
Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian (orang) ................
72
Produktivitas Lahan Terhadap Tanaman Semusim Di Kecarnatan
Sangkapura dan Tam bak Pulau Bawean ..........................................
74
H a i l Analisis Sifat Fisik dm kimia Air Minum Rusa Pada
Musim Kemarau .........:..................................................................... 78
H a i l Analisis Sifat Fisik dan kimia h r minum Rusa Pa&
Musim Penghujan .............................................................................
79
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Tanah Gresik Suaka
Margasatwa Pulau Bawean ...............................................................
87
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Langpelem Suaka
Margasatwa Pdau Bawean...............................................................
87
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Sumberlanas Suaka
Margasatwa Pulau Bawean ...............................................................
88
Jumlah Jenis. kerapatan. dan Luas Bidang Dasar Pohon Di
Tiga Lokasi Penelitian ......................................................................
93
Jurnlah Jenis, kcrapatan, dan Luas Bidang Dasar
Anak Pohon Di Tiga Lokasi Penelitian ............................................
Penyebaran Kelas Diameter Batang Pohon Di Tiga Lokasi
Penel itian ...........................................................................................
Penvebaran Kelas
Diameter Batang Anak p h o n Di Tiga
..
Lokasi Penel~t~an
.............................................................................
Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kernpatan Setiap Jenis Pohon Di desa Komalasa ....................
Nilai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Desa Patar Selamat ..............
NiIai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relati f (KR), Dominansi
Ref atif (DR),Nilai Penting (W),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Pu&kit Barat ........................
Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR),Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Komalasa...........
Ni lai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR),Nilai Penting (NP),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jeni s Anak Pohon Di Desa Patar Selamat.....
Nilai Frekuensi Relatif (FR),Kerapatan ReIati f (KR), Dominansi
Relatif (DR),Nilai Penting (NP), Luas Bidang Dabr (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Pudakit Barat .....
H a i l Pemanenan Rumput Pada Musim Kemarau clan Musim
Penghujn Di Padang Rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa
Pulau Bawean ....................................................................................
Hasil Analisis Tumbuhan Bawah Di Padang Rumput Tanah
Gresik S w h Margasatwa Pdau bawean .........................................
Tingkat Konsumsi Hijauan Terhadap 2 Ekor Rusa Per Hari ............
Frekuensi Pengarnbilan Kayu Oleh Masyarakat Di Daerah
..
Penellban I%)
....................................................................................
3 1. Penmtukan Kayu Masing-Masing Desa Di Daerah Penelitian (%) .. 1 13
32. Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat
Di Daerah Penelitian (%) .................................................................. 1 1 5
33. Analisis Sidik Ragam Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penelitian............... ................... 1 17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan Alur Pikir Penelitian ......................................
--
....................
8
Contoh Rusa Betina Bawean Yang Dipelihara Masyarakat
Bawean .............................................................................................
16
Contoh Rusa Jantan Bawean yang Dipelihara Masyarakat
Balvean ..............................................................................................
16
Peta Lokasi Pulau Bawean ..............................................................
49
Tata Laksana PeneItian ...................................
50
;. ..............................
Aktivitas Pembuatan Petak Contoh .................................................
55
Luas W i layah Menurut Penggunaan Lahan ......................................
63
Jurnlah clan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean .............................
67
Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan ........................................................................................70
FasiIitas Pendidikan Di Pulau Bawean .............................................
71
Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian .............................
73
Lanskap Padang Rumput Tanah Gresik ......................................... 105
Produktivitas Rumput Di Padang Rurnput Tanah Gresik
................
107
Pemtukan Kayu Di daerah Penelitian ......... .:.................................. 114
Kontnbusi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Total ............... 115
Diagram Causal Loop Dinamika Populasi Rusa di Suaka
Margasahra Pdau Bawean ..............................................................
119
Model Dinarnika Populasi Rusa .............................................
121
Sub Model Popdasi Rusa
.......................................................... 122
Sub Model Hijauan Pakan Rusa
.....................
....
....................... 124
20. Sub Model Masyarakat ....................................................................
126
Populasi Rusa ( I ) dan Perkembangan Hijauan Pakan Rusa (2)
Di Pulau Bawean pada Kondisi Lapangan ......................................
PopuIasi Rusa dengan Masih Adanya Pernburuan ( 1 ) dan
Populasi Rusa Tanpa Adanya Pembuwn (2) ..................................
Perkembangan Hijauan U usa dengan Masi h Adanya Pemburuan
( I ) clan Tanpa Adanya Pembunran (2) .............................................
Perkembangan Popul asi Rusa yang Dipenganrhi Oleh
Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per
Hari ( I ) f 7,5 kgorang per hari (2) 27,5 kglorang per hari
373 kg/ Orang per hari (4)................................................................
Perkembangan Hijauan Pakan Rusa yang Dipengaruhi Oleh
Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per
Hari ( 1 ) 1 7,5 kg/orang per hari (2) 27,5 kgforang per hari (3) dan
37,5 kg/ Orang per hari ( 4 )................................................................
Populasi Rusa Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Adanya
Pengambilan Hijauan (1) dan Populasi Rusa Sesuai Dengan
Kondisi Sekarang/lapangan (2) ............................................ ...-.......
Perkembangan Hijauan Pakan Rusa Tanpa Adanya Pemburuan
dan Tanpa Adanya Pengambilan Hijauan ( 1) dan Pengambih
Hijauan Sesuai Dengan Kondi si Sekarangllapangan (2) .................
Populasi Rusa ( 1 ) clan Hijauan Pakan Rusa (2) Pada Penggunaan
Luas Total ......................................................................................
Dinamika Populasi Rusa ( 1 ) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada
Perburuan 0,5ekorhulan selarna 20 tahun .....................................
Dinamika Populasi Rusa ( I ) dan Perkernbangan Hijauan (2) Pada
Perburuan 1 ekorhulan selama 20 tahun ........................................
Dinarnika Populasi Rusa (1) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada
Perbunran 2 ekorlbulan selama 26 tahun ........................................
Dinamika PopuIasi Rusa ( 1) dan Perkembangan Mjauan (2) Pada
Perburuan 3 ekor/bulan selarna 40 tahun ........................................
Dinamika Populasi Rusa (1) clan Perkembangan Hijauan (2) Pada
P e r b m 4 ekorhulan selama 18 tahun ........................................
Dinamika Populasi Rusa Berdasarkan Kebutuhan Hijauan
4 kglekor per han (1),5 kg/ekor per hari (Z), dan 6 kglekor per
hari (31, .............................................................................................
DAFTA R TABEL LAMPIRAN
Halaman
I.
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas .............................................
153
2.
Kriteria PeniIaian Kandungan Unsur Hara Tanah (PPT, 1983).........
1 56
3.
Kriteria Penilaian Kandungan Unsur Hara dan Kemasaman
Tanah (Team LPB, 1979)...................................................................
156
Analisis Sbtistik Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penelitian ...............................
157
Uji BBda Nyata Kontnbusi Kay u Dengan Metode Duncan
Multiple Range Test (DMRT) ..........................................................
f 58
Keanekaragarnan Jenis Pohon dan Anak pohon Di Daerah
PeneIitian .........................................................................................
1 59
4.
5.
6.
8.
Jumlah Rumput yang di Panen Warg di Padang Rumput Tanah
Gresik ...............................................................................................
164
9.
Data Hasil Simulasi Populasi Rusa Pa& Pemburuan dan tanpa
Pembunran...................................................................
165
10. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa dengan Pembatasan
..
Pengambilan H~jauan......................................................
1 66
I I . Simulasi Penggunaan Sel uruh Lahan Kondisi Lapangan
dan Sirnulasi Tanpa Diburu dan Tidak Diambil Hijaunya ..........
168
12. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa pada Beberapa Tingkat
Perburuan....................................................................
169
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup
dan berkembang secara alami.
Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan
menentukan kompsisi, penyebaran, clan produktivi tas flora dan fauna. Habitat
yang mempunyai kualitas tinggi atau daya dukung yang tinggi akan menghasiIkan
kehidupan flora d m fauna yang kualitasnya tinggi pula. Demi kian sebaliknya,
habitat yang rendah kualitasnya atau rendah daya dukungnya, juga akan
menghasilkan kondisi atau kualitas flora dan fauna yang rendah termasuk daya
regenerasinya (Ali kodra, 1997a).
Habitat asIi rusa bawean terdapat di Pulau Bawean, terletak sekitar 150
krn sebelah ubra Gresik, di kawasan Laut Jawa. Letak geografis Pulau Bawean
ada pada 5" 40' - 5" 50' LS dan 1 12" 3'
-
1 12" 36' BT. Luas total Pulau Bawean
sebesar 190 km2 dengan daerah yang bergunung (400 - 646 m dpl) berada di
sekitar barat clan tengah Pulau Bawean. Musim kemarau berlangsung dari bulan
Agustus sarnpai dengan November dan dilanjutkan dengan musim penghujan
disertai angin barat yang kencang mulai awal bulan Desember hingga Pebruari.
Rusa bawean (Axis kuhlii) merupakan rusa as1i Indonesia - yang endemik
d~ Pulau Bawean (Massicot, 2002). Sempitnya habitat m a bawean dan letaknya
yang terisolir menjadikan rusa bawean sebagai satu-satunya m a di dunia yang
terisolasi sehinm kurang mendapat perhatian (Huffman, 1 999). Menurut Baillie
dan Groombrib (19961, sampai saat sekarang tidak diketahui dengan pasti,
berapa jumlah rusa bawean, bagaimana penyebarannya, keadaan habitatnya, dan
bahkan dab catatan Intemfional Unionfor Comervation of Nature Resources
(ZUCN), rusa bawean terrnasuk dalam katagori Threatened (TUCN, 2002) dm juga
&lam CITES (Convention on IniernatronaI trade in Endangered Species of WiW
Flora und F a m ) masuk ddarn daftar uppendix 1 (CITES, 2000).
Beberap upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalarn
rangka pelestarian satwa langka, khususnya rusa bawean, di anhranya melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/1211979, tertanggal
5 Desember 1979 dengan menetapkan habitat rusa bawean sebagai Suaka
Margasatwa (3.83 1,6 ha), maupun sebagai Cagar Alam (725 ha). Rusa bawean
juga dimasukkan dalam kategori sahva yang dilindungi melalui Keputusan
Menteri Pertanian No.42 1/KeptsNmlB/ 1970.
Walaupun
habitat
rusa
bawean
dinyatakan
sebagai
kawasan
perlindungan, dan rusa bawean telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi,
namun demikian tidak menjamin kelestarian msa bawean tersebut. Habitat rusa
bawean t e r m dalam beberapa lokasi dan m e n m y a kualitas habitat rusa
karena tumbuhnya anakan jati serta kecepatan penyebaran dm sifat alelopati
gulma Euphutorim odorcrtu menyebabkan berkurangnya pakan atau hijauan bagi
nrsa (Semiadi dkk.,1999). Selain itu habitat rusa juga terganggu karena kegiatan
manusia yang memanfaatkan hutan, seperh pengembilan kayu bakar, pengambilan
kayu sebagai bahan bangum, dan hijauan pakan temak.
Demikian pula kecepatan penurnan populasi rusa bawean
terjadi
karena spesies tersebut hanya terdapat pada daerah atau pulau tertenty karena
perbuman, dan juga h n a perubahan habitat satwa tersebut rnenjadi perkbunan
jati (Blouch dan Abnosodirdjo, 1978). Menurut Primack dkk., (1 998), spesiesspesies makhluk hidup yang hidup d~ pulau kecil rentan kepunahan. Hal tersebut
disebabkan karena sebagan besar berupa satwa endemi k, hanya hidup pada satu
atau beberap pulau dm hanya terdiri atas satu atau beberapa populasi lokal.
Kekayaan sumberdaya hayati dan ekosistemnya saat sekarang dalam
keadaan cenderung makin menurun, sebagai akibat banyaknya upaya eksploitasi,
dan terutarna disebabkan oleh perfakuan umat manusia yang kurang bijaksana,
sehingga dapat mengakibatkan musnahnya berbagai jenis tumbuhan, satwa liar,
serta rusaknya habitat (Ali kodra, 1997a). Menurut Primack dkk, ( I998), ancaman
utama pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegatan manusia
adalah perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat (termasuk
poIusi), penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia,
introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit.
Demikian juga
berkembangnya industri kapitalis dm masyarakat moderen yang materialistik
menyebabkan kenaikan permintaan akan kekayaan alam terutama di negara-
negara maju. Pemakaian yang tidak efisien serta penggunaan kekayaan alam yang
tidak seimbang juga penyebab utama menunrnnya keanekaragaman hayati.
Kekayaan (uang, tanah, pertanian yang subur, sumberdaya kayu, dsb) umumnya
dimiliki oleh sejumlah kecil populasi manusia. Sebagai akibatnya, penduduk di
daerah-daerah terpencil terdesak untuk merusak komunitas biologi d m memburu
spesies langka sampai punah karena mereka miskin dan tidak mempunyai lahan
sendiri untuk ditanami (Wiyono, 1998). Masyarakat perdesaan ymg miskin itulah
yang memikul beban kerusakan lingkungan akibat penggunaan surnberdaya alam
secara berlebihan.
Penyebab utarna kerusakan habitat yang terjadi pada umuplnya
berpangkal dari pengelolaan dan pemanfaatan s m h d a y a alam hayati dengan
menggunakan teknologi yang tidak disertai dengan upaya pencegahan dampak
negatifnya, oleh karena itu diperlukan kegiatan konservasi terhadap habitat
melalui pembinaan habitat dan pernbinaan masyarakat yang tinggal di sekitar
Suaka Margasatwa.
1.2. Perurnusan MorsaItth
Kawasan Suaka Margasatwa di Pulau Bawean rnerupakan kawasan yang
potensial sebagai wilayah konservasi rusa bawean (Axis kuhlii) yang hidup
endemik. Namun demikian, di sekitar kawasan tersebut terdapat beberapa desa
yang penduduknya sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Keberadaan
penduduk dan desa di sekitar kawasan sebenarnya rnerupakan bagian dari
ekosistem alam untuk hidup akrab dengan lingkungannya. Narnun demikian,
keberadaan daerah permukiman di sekitar kawasan dengan penduduk yang terus
bertambah akan menambah pula aktivitas penduduk claim penebangan kayu, baik
untuk keperluan kayu bakar maupun untuk bahan pembuatan rumah, pengambilan
lujauan pakan temak dan perburuan terhadap ktwa liar hususnya rusa bawean.
Berdasarkan permasatahan tersebut, maka &pat disusun penunusan
masalah, yaitu :
1. Bagaimana kondisi daya dukung
habitat msa bawean, baik kualitas air
rninumnya, kesuburan tanahnya, keadaan vegetasinya, produktivitas rumput,
dm daya dukung padang rumputnya
2. Bagaimana interaksi rnasyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa Pulau
Bawean, dan seberapa besar kontribusi penciapatan dm kayu yang diambil
dari Suaka Margasatwa terhadap pdapatm keluarga
3. Bagaimana model dinamika populasi m a bawean di Pdau Bawean
1.3. Tujuan Penelitian
Tuj uan penelitian adalah menganalisis daya dukung habitat dan model
dinamika populasi rusa bawean di Pulau Bawean.
Adapun tujuan operasional dari penelitian adalah :
1. Menganalisis kualitas komponen daya dukung habitat yang rneliputi kuaiitas
air minum rusa, kesuburan tanah, vegetasi , dan produktivitas rumput
2. Menganalisis interaksi masyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan
menganalisis kontribusi pendapatan dari kayu terhadap pendapatan keluarga
3. Menyusun model dinami ka populasi rusa bawean
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar bagi pengarnbil kebijakan daIam mengeloIa kawasan konservasi
Suaka Margasatwa dan melindungi satwa langka endemik.
2. Sebagai dasar pengelolaan
d m pembinaan masyarakat sekitar kawasan agar
i kut berperanserta &lam menjaga kelestarian kaw-
konmrvasi dan
melindungi satwa langka endemi k khususnya rusa bawean.
3. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmu-ilmu 1ingkungan
1.5. Kerangka Pernikiran
Satwa liar khususnya rusa bawean dapat hidup dan berkernbang biak
dengan sempuma di kawasan Suaka Margasatwa yang merupakan habitatqya.
Populasi satwq liar (rusa bawean) akan berub& mengikuti pembahan abu
dlqa~ik
l i @ ~ ~ ~ ySuaka
a . Margasatwa d.
u
daya dukung yang bai4 akan
\
menyebabkan pewbaran dan produktivitas nw m i n g k a t sehingga populasi
rusa meningkat pula. Bila daya dukungnya rendah, produktivitas rusa akan
rendah dan akhimya populasi rusa juga akan rendah atau menurun.
Dalam kehidupan dan akhvitas manusia, hutan merupakan salah satu
sumberdaya yang rnernpunyai peranan yang penting. Manusia memanfaatkan
hutan sebagai sumber pendapatan, penghasii
kayu, penghasil buah, perkebunan,
pengambilan &un dan rumput pakan ternak, dan perbuntan satwa liar.
sampi ng sebagai sumber pendapatan bagi manusia, hutan juga
Di
merupakan habitat
alami tempat hidup dan berkembangnya satwa liar.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia di
bidang pembangunan terutama di bidang pertanian khususnya di daerah
perdesaan, daya dukung lahan sering terlarnpaui (over carpyzng cupucily),
sehingga mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam yang Iain seperti
sumberdaya hutan (Green, 1 992). Eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebihan
j uga akan mengakibatkan menurunnya kual ifas hutan yang berperan sebagai
Suaka Margasatwa.
Menurunnya kualitas hutan sebagai kawasan Suaka
Margasatwa khususnya sebagai habitat rusa diakibatkan oleh aktivitas manusia
seperti penebangan kayu, pengambilan rumput, pengambilan buah, perburuan liar,
dan karena kebisingan yang ditimhl~lkan mesin pernntong k a y a kan herpengaruh
negatif terhadap keberadaan rusa di kawasan Suaka Margasatwa.
Akti vitas penebangan akan menurunkan kerapatan tegakan (jurnlah
pohon), demikian j uga ahifitas pengambilan rumput dapat mempengaruhl
ketersediaan sumkr pakan yang merupakan spesies tumbuhan yang dikonsumsi
rusa. Penunman kerapatan tegakan ljumlah pohon) dan penurunan ketersediaan
palcan akan menyebabkan
rusa bermigrasi atau pindah ke tempat yang belum
terganggu sehingga akan mempen&i
populasi rusa.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disebutkan bahwa perubahan kuditas
lingkungan Suakrt Margasatwa sebagai habitat m a berpengamh terhadap
keberadaan rusa Liawean sebagai satwa langka endemik.
Oleh karena itu,
pengamatan dalam penelitian skan difokuskan terhadap daya dukung habitat m a
(vegetasi, kuaiitas air minum rust, kesuburan tanah, dan prduktivitas rumput
sebagai pakan rusa), interaksi masyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan
model dinamika populasi m a bawean tersebut.
Rusa Bawen
KerusakadFragmentasi
Habitat
Perburuan Liar
+
Populasi Menurun
Ukuran Populasi Menjadi Kecil
J
Ancaman Kepunahan
Pembinaan Habitat
4
Kegiatm Konservasi
b
-
Studi Analisis Daya
Dukung Habitat dan
Model Dinamika Populasi
4
Garnbar 1. Bagan Alur Pikir Penelitian
Pembinaan Populasi
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Pulau Bawean
PuIau Bawean terletak sekitar 150 krn dari Gresi k, ke arah utara dari
Laut Jawa. Secara administratif Pulau Bawean berada ddam wilayah Kabupaten
Tingkat 11 Gresik dan terbagi atas dua kecamatan, yaitu Kecarnatan Sangkapura
y ang terdi ri atas 1 7 desa dm Kecarnatan Tambak yang tediri atas 13 desa.
Menurut Hoogerwerf (1966) Pulau Bawean terbentuk
dari sisa-sisa
gunung berapi tua. Sekitar 85% dari Pulau Bawean terdiri atas laplsan sedimen
batuan tua yang terdiri atas batu kapur, lapisan pasir, tanah liat dan batu. Terdapat
beberapa buah gunung di Pulau Bawean, di antaranya G. Kastoba, G. Besar, G.
Bengkowang, G.Dedawang, G. Gadung, dm G.Tinggi yang merupakan gunung
tertinggi sampai mencapai 665 m.Bentangan pegunungan berada disekibr tengah
pulau dengan ketejalan lereng antara 5 hingga 75%.
Primack, dkk., (1998) membagi pulau-pulau di Indonesia berdasar
sejarah geologinya menjadi Pulau Laut dan Pulau Benua. Pulau Bawean temasuk
ke daIam Pulau Benua yaitu pulau yang pada masa lampau mempunyai hubungan
dengan daratan atau benua lainnya karma turunnya permukaan laut. Menurut
Lekagul dan McNeely (1 9771,selama m a n PIeistosen ( satu juta sampai dengan
10.000 tahun yang lalu), perrnukaan laut dan semua pulau-pulau di Subwilayah
Sunda dihubungkan oleh dataran ke Benua Asia. Lebih lanjut Primack, dkk.,
( 1998) menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai dm wilayah biogmgrafi utarna,
yaitu Oriental dan Australia yang d i p i d d m oleh garis Wallace sebagai g a n s
pemisahan fauna. Garis Wallace memisahkan paparan Sun& yang terdiri atas
pulau; Jawa, Kdimantan, dan Sumatera dengan daerah Wallace dan pulau laimya
10
yang herd dari benua Australia.
Sehnjutnya
Sastrapradja dkk., (1 989)
menjelaskan bahwa kepulauan yang terdapat di sebelah timur Garis Wallace sejak
semula sehlu saling terpisah clan tidak termasuk WiIayah Australia, karena garis
batas barat Wilayah Australia adalah Garis Lydekker yang rnengikuti batas
paparan Sahd, sehingga terdapat herah antara atau transisi yang dibatasi Garis
Wallace di sebelah barat dan Garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua
garis tersebut terdapat garis keseirnbangan fauna sebagai akibat adanya
perembesan dua arah, yaitu Garis Weber.
2.2. Sejarah danTaksonomi Rusa Bawean
Asal usul rusa bawean dan bagaimana caranya mencapai Pulau Bawean
tidak diketahui dengan pasti (Wilson dm Reeder, 1993). Menurut Bemmel ( 1953)
nenek moyang rusa bawean terpisah dari kerabatnya sekitar m a Diuvial, ketika
daratan Selat Sunda terpisah akibat naiknya permukaan lad. Menurut Geist
(19981, nenek moyang rusa hawean berasal dm spesies Axis yang mencapai
bawean pada jaman Pleistosin yaitu ketika Pulau Bawean berhubungan dengan
daratan Jawa. Dugaan lainnya adalah bahwa nenek moyang rusa bawean yang
mencapai Pulau Bawean krasal dan Fil ipina (Bemmel, 1944). Selanjutnya
Sitwell ( 1 970) menyatakan bahwa rusa bawean teridenti fikasi sebagai jenis satwa
baru oleh Salomon Muller tahun 1836 di daerah Tuban, dan kemudian pada tahun
1841, berhasil ditangkap rusa bawean di habitat aslinya di Pulau Bawean
(Bemmel, 1953).
Rusa bawean diidentifikasikan pa& tahun 1 845 oleh Muller & Schlegel
(Bemrnel, 1944) sebagai Cervus ktlhlii. Pentatmamaan rusa barn berkembang
menjadi suatu polernik karena kekhasan dari rusa bawean, yaitu tidak adanya ggi
II
taring, sehingga sebagian taksonom berpendapat bahwa satwa tersebut selayaknya
masuk ke &lam marga (genus)
Axis. Namun
demikian, sebagian bksonom
lainnya menganggap kurang tepat untuk memasukkan satwa rusa bawean ke
daiarn marga Axis oleh karena struktur ranggahnya yang berbeda sekali dengan
kelompok Axis, dan secara fisik, rusa bawean menyerupai Cervus porcinus
(Sdater, 1863 daiam Bemmel, 1944). Hal tersebut didukung oleh beberapa
taksonom lainnya dengan membandngkan keadaan tengkoraknya (cranium).
Selanjutnya Bemrnel (1944) berpendapat
bahwa msa Bawean
seharusnya masuk ke dalam marga Axis dengan anak mar@ (subgenus)
Hyelaphus. Secara m u m rusa bawean menunit Bemmel (1944) Iebih banyak
rnenyerupai rusa hog { h i s porcinw) clan tampaknya erat hubungannya dengan
keluarga Axis culurniurzensis yang ada di Filipina. Penemuan fosil ma C E ~ U S
oppenoorthi dari masa Pleistosin Jawa diduga merupakan cikal bakal dari rusa
bawean (Bemmel, 1 953). Groves dan Crubb (1 987) mempunyai pandangan
sendiri terhadap asal usul rusa bawean. Pertama, kemunghnan Axis kuh/ii berasal
dari keiompok rusa hog yang didatangkan dari herah India rnelalui perdagangan
sekitar 2000 tahun yang lalu dan selanjutnya membentuk jenis tersendiri.
Kemungkinan kedua adalah nenek moyang rusa bawean rnemang merupakar!
bagian dari populasi yang per&
ada di daratan Sunda (Sunda land) sebagai
bagian dari kelompok rusa hog, kernudian rusa tersebut mampu bertahan hidup
dm beradaptasi terhadap pembahan lingkungan. Terlepas dari berbagai
pan-
yang ada, para taksonom sepakat menyatakm bahwa rusa bawean
termasuk dalam kelompk rusa yang paling primitif seperti rusa hog.
Menurut Bernmel (19441, pa&
akhimya rusa bawean didalam
taksonominya lrnasukkan kedalam marga Axis, jenis (spesies) hhlii, dengan
pertirnbangan :
1. Tidak adanya g g i taring, dm ggi tengah incisor agak mernbesar.
2. Ranggah dengan cabang utamanya panjang dan menurun panjangnya
secara proporsional dengan semakin kompaknya ranggah utama. Struktur
ranggahnya sederhana menyempai Axis porcinus.
3. Tengkorak pendek dengan penulangan hidung yang lurus dan vuulted serta
cauLial margin tidak membulat. Lubang bullue besar dan buIging dengan
lubang kelenjar preorbital dangkd.
4. Bulu pendek dan halus.
3. Tinggi gumba sekitar 165 cm.
6. Kelenjar preorbital lebih kecil daripada kelornpok rusa. Kel enjar
metatarsal dan pedal menyerupai kelompok Axis lainnya.
Secara lengkap, sistimatika rusa bwean menurut Bernmel ( 1944)
adalah sebagai berikut :
Ordo (bangsa)
Suh-ordo (anak bangsa)
: Artiodactyla
Rurninansia
hfra ordo
: Pecora
Family (sultu)
: Cervidae
Sub family (anak
. . suku)
: Cerviane
Genus (marga)
: Axis
Spesies Cjenis)
: AXISkuhlij
2J. Morfologi Rum Bswetln
Di lihat dari struktur morfologinya, nrsa bawean terrnasuk kelompok
ma k b & n Irecil, dan rusa d e w tingginya rnencapi 165 cm. Warm bulu
tubuh ummnya &!ah
kecoklatan dengan ada &kit
campwan warna
k e k u n i m Lapism bulu termasuk hdus, berkilau dengan lembut (Sitwell,
1970). Ekomya tidak terlalu panjang, kecoklatan dibagm atas dan putih dibagian
belakang atau hawah (Whitehead, 1993). Pada pejantan tidak dijumpi bu1u malai
( m n e ) dan pada mak rusa bawean ketika lahir terdapt warm tot01 pmh
sepanjang punggungnya p n g akan hilsmg kberapa hari setelah lahir (kmmel
1953). Btouch dan Atmosoedirdjo ( 1987) menmbahkan bafiwa panjang tubuh
rusa dewasa mencapai I40 cm dengan t i n u kaki depan sekitar 3 15 mm. Ranggah
pada yang jantan dewasa hanya mencap& tiga -bang (Bernmel, 1948). Berat lahir
anak rusa bawean &pat mencap antara 1,O kg hingga 1,s kg pstda anak rusa
ktina dm 1,5 kg hingga 2,O kg pada anak rusa jantan (Ma'sum dan Afhndhy
t 9921, dan pada rusa dewasa beratnya &pat menmpi 50
- 60 kg (Kurt,
1990).
WiI penelltian Semiadi dl&.( 1999) menunjukkan bahwa rnorfologi rusa bawean
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anggota kepata
Bentult mata pads rusa bawean adalah bulat dan menyempit ke 4 srrah
d M . Di ujung distal mata terdapat suatu Iekukan rfrrneSral dan kecil (1-2 cm)
k m m a agak keputt han.
b. Moncong
Keadaan moncong nw bawean agak meruncing ke depan, sedilrit
rnenyerupai Imcipnya moncong ti1,w. Hidung bewarm hitam dan seIdu terlihat
tembab, serta bibir agak gelap kehtaman. Warm bulu di sekitar moncong pada
rusa betina adalah coklat muda, sedangkan pada yang jantan berwarna coflat
gelap kehitaman. Warm gelap tersebut sama seperti pada warna bdu di daerah
badannya.
c. Leher
Leher rusa agak panjang sehingp memungkinkan nrsa &pat menoteh ke
belakang hampir sejajar dengan badannya. Warna bulu di sekitar leher cenderung
lebih terang di bandingkan dengan warria bulu di daerah bagan badan.
d. Ranggah
Ranggah prtama (spike) pada m a bawean pndek sekali, yaitu hanya
40-50 mm. Bentuk batang mnggah pertama menunjukkan bentuk yang a@
pipih. Rang@
yang tumbub normal dan pada saat pertumbuhan maksimal
adalah krupa dm c
a
m dengm tiga pucuk ranggah. Cabang pertama beds di
brtgian bawah dekat dengan pedicle. sedangkan cabang laimva b e d di bagan
atas hampir dekat den-
ujung rang&.
e. Telinga
Bentuk telinga terkesan bertPeda antars teIinga rusa jantan dengan telinga
rusa betina Pada teliaga rusa jantan, bentuknya membulat di k r a h pangkd
daun telinga dan rneruncing di bagian ujung daun telinga. Pada telhga rusa
betina, bentuk runcingnya agak k h m g dm mendekati sedikit bdat. Bulu di
15
w
a
n luar dam telinga cukup banyak dan Iebih panjang dibandingkan pda
luar daun telinga adalah
bagian dalam daua telinga. Warna bulu pada
coklat muda, sedangkan pada w a n dalam daun telinga berwama agak
keputi h .
2. Badan
a.
Posisi sarnping
Bentuk badan rusa bawean adahh ramping dengan kecendrungan badan
yang mengarah lebih miring ke depan. Miringnya bentuk tubuh ke arah &pan
dikarenakan b k i depan rusa ceo&rung lebih pendek dm kaki belakang. Badan
tertutup mpat oieh bulu dengan panjang bulu di h r a h tulang punggung adalah
22,5 mm. Warna bulu di daerah badan pada rusa betina adalah wklat muda dan
coklat gelap pada rusa jantan.
b. Ekor
Ekor rusa bawean relatif panjang, yaitu
arrtara
10 I - 1 10 mm dengan
buIu ekor yang lebih panjang diban&ngkm d e n p bulu di daerah badan. Warna
bulu p d a bagian Ittar ekor adalah coklaf clan pada -an
&lam be-
agrtk
kevutihan.
3. Anggota gerak
Rusa hwean mempunyai kaki yang relatif panjang dan proporsiond
dengan panjang tubuhnya.
2.4. Kriteria dan Macam Kawasan yang diliudaagi
Daerah yang dilindungi rnempkan sarana penting untuk rnenyelarnatkan
keanekaragaman hayati. Di s e l h dunia, terdapat 8 163 daerah yang dilndungi
rnencakup 750 jub h e h yang terdiri dari ekosistem iaut dan darat, yang
mmpakan 1,5 perser~dari pennukaan bumi atau 5,l persen dari wilayah tamh
nasional (WRI, WCN, and UNEP, 1992). Keseluruhan areal kawasan yang
&l indungi berkonb-ibusi terhadap pelestanan keanekmgaman hayati. Menurut
John dkk.(1 993) beberapa Itriteria unhk menetapkan ka-
dilindungi, yaitu :
a. Lkuran : Nilai pelestman suatw kawasan adalah fimgsi dari ukurannya. Pada
prinsipnya, k a m tersebut hams cukup ukuran &n
k n h h y a untuk
rnendukung seluruh unit ekologi atau populasi flora dm fauna yang lestari.
Sebagai kaidah urnurn, kepentingan pelestarian suatu kawasan rneningkat
dengan krtmbahnya ukuran.
b. M r i s t i k atau keunikan ekosistem: Kekhasan suatu habitat dan komunitas
yang terdapat &lam unit biogeografi, cukup terwakili.
c. Kekayaan dan keanekmgaman:
Kekayam dan keanekaragaman spesies
urnumnya erat kaitannya dengan k~~
d Alami : Hanya sedikit tempat di bumi
habitat.
prig klum
berubah oleh p n @
manusia. Kawasan dami tersebut sediht sekali jurnlahnya, oleh kare~ltiitu
sangat bemilai.
e. KeIangkm : Mah satu dari tujuan terpenting taman nasiond d m ka-
pelestmian addah u t u k melindmgi spesies dran komunitas langka atau
tefancam
punah.
Kelangkaan s p i e s dapat dikaidran den-
habitat yang m a t khusus atau t e b manusitt secara ti&
(kerusakm habitat).
-k
langsung
18
f. Kerapuban : Witat, s p i a dan komunitas yang rapuh memiliki kepekaan
genetika lain yang mendukung pelestarian.
h Fungsi perlindungan hi&ologi :tanah. air, dm iklim lokaI.
i. Fasilitas untuk rekresi alam, wisata. Misalnya danau, pantai, pemandangan
pgunungan, dan satwa liar yang menarik.
j. Tempat peninggalan budap. MisaInya cadi, kui 1, dm galian p
B e r w kategori
kawrtsan yang diIindungi tersebut
M
a
akan mernudahkan
pengintegrasian pengelolaan s w h ke dalam tata guna tanah d m rencana
pembangunan. SeIanjubrya John dkk. (1993) menyajikan ikhtisar singkat 10
kawasan yang dilindungi serta tujuan pengelolaannya, yaitu :
I. Cagar Alarn
Dimaksudkan untuk melindungi alam d m menjaga proses alami dalam
kondisi yang tidak terganggu dengan maksud untuk mernperoleh wntohcontoh
ekologis yang rnewakili I i n g k m ~alamj. yang dapt dimanfaatkan hj
keperluan studi iImiah, pmnbuan lingkungan, pendidikan, dm ~meliharaan
sumberdaya plasma
DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii)
DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN
OLEH :
ACHMAD IQBAL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
A C W D IQBAL. Analisis Daya Dukung Habitat dan Model Dimmika
Populasi Rusa Bawean (Axis ktthlii) di Suaka Margasatwa Pulau Bawean.
Dibimbing Oleh Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Scrniadi, dan Hartisari H.
Hardjomidjojo.
Penelitian dengan judul Analisis Daya Dukung Habitat dan Model
Dinamika Populasi Rusa Bawean (AXIS kuhljj) di Suaka Margasatwa Pulau
Bawean dilakukan pada bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004. Tujuan
penelitian adaIah untuk menganalisis kondisi daya dukung habitat rusa bawean,
interaksi masyarakat dengan kaw-asan Suaka Margasatwa, dan menyusun model
dinarnika populasi rusa bawean.
H a i l penelitian menunjukkan bahwa kualitas komponen daya dukung
habitat berupa kditas air sungai di kawasan Suaka Margasatwa Pulau Bawean,
baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan, mernenuhi syarat
sebagai air minum rusa karena sesuai dengan baku mutu air kelas 3 . Namun
demikian kandmgan unsur-unsur hara tanah di padang rumput Tanah Gresik,
padang rumput Langpelem, dan padang rumput Surnkrlanas berada pada keadaan
sangat rendah sarnpai dengan sedang. Komuni tas tumbuhan yang terdapat di
Desa Komalasa berbeda dengan komunitas tumbuhan yang terdapat di Desa
Pudakit Barat dan Desa Patar SeIamat, clan antara kornunitas tumbuhan di Desa
Pudakit Barat dengan komunitas tumbuhan di Desa Patar Selamat relatif sama.
Produksi rumput di padang rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa Pulau
Bawean pada musim kernarau 32,5 kgha per hari, sedangkan pada musim
penghujan mencapai 84 kgha per hari.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disusun struktur model dinamika
populasi rusa bawean &lam tiga sub model, yaitu sub model populasi ma, sub
model hijauan pakan rusa, dan sub model masyarakat. HasiI simuIasi
rnenunjukkan bahwa populasi puncak rusa bawean &lam kondisi seperti sekarang
(pemburuan 0,5 ekorhutan dan pngambilan rumput sebmyak 27,5 kg/orang per
hari pada luas habitat efektif 1200 ha) akan terjadi pa& tahun 2015, yaitu
mencapi 1.142 ekor. Namun biIa pemburuan mencapai 4 ekorfbulan, maka
popdasi nrsa aka11 terus menurun dan pada tahun 2016, tinggal 165 ekor.
Pendekatan sistern dapat memberikan gambaran dinamika populasi ntsa bawean
jmgka panjang, dan bergurn daIarn pembinaan Suaka Margasatwa Pulau Bawean.
Berdasarkm hasil pengarnatan terhadap komponen habitat rusa, disarankan
adanya pembinaan dan pefigelolaan yang intensif, baik terhadap habitatnya
maupun terhadap masyarakat di sekitx kawasan Suaka Margasatwa. Agar hasil
peneIitian dinamika populasi rusa bawean &pat diaplihikan pedu dilakukm
penelitian terhadap dinamika populasi rusa tersebut yang analisisnya
menggunakan model dengan rnemasukkan peubah komponen-komponen habitat
yang mempengaruhrnya
KO& kunci
: &a
duhng, habitat. model dimmika, suaRn margawtwa, popuIusi
ABSTRACT
ACHMAD IQBAL An Analysis of IifeSupporting Capacity of Habitat and Dynamic
Model of Bawean Deer (Axis kuhlii) on the Game Sanctuary of l3awean Island (Under
the Supenision of Hadi S. Alikodra, M. Sri Saeni, Gono Semiadi. and Hartisari H.
hardjornidjojo).
This study conducted from April 2002 to June 2004. The purpose of the study
was to analyze the life-supporting condition of Bawean deer habitat and the interaction
between tbe community and the game sanctuary area and to formdate
a dynamic
model of Bawean deer population.
The result of the study showed that the quality of one component of lifesupporting capacity, i.e. the stream water in the region of Bawean Game Sanctuary
both in dry and rainy seasons, had met the requirement of drinking water for deer
because it was of the third grade of water quality standard. However, the content of
humus in the soil of savannah of Tanah Gresk, Langpelem, and Sumbedanas varied
b m low to medium levels. The plant community in the Village of Kornalasa was
different from those in the Villages of hdalut Barat and Patar Selamat, but the plant
community in the last two villages (Pudakit Barat and Patar Selamat) was relatively
the same. The production of grass on the Tanah Gresik Savannah in the dry season
was 32.5 kg perhectare per day, while in the rainy season it was 84 kglhectare per day.
Based the collected data, a structure of a dynamic model of bawean deer
population can be formulated, consisting of 3 sub-models : a sub-model of deer
population, a sub-model of greenery feed for deer, and a sub-model of community.
The result of simulation showed that the highest population of bawean deer in the
current condition (i.e.with 0.5 deer hunting per month and 27.5 kg of grass cutting per
person per day on the effective habitat of 1200 hectare) would happen in 2015,
reaching 1,142 deer. However, if hunting is at the rate of four deer per month, then the
deer population will canthue to decrease and in 2016, there will be 165 deer left. A
systemic approach can provide a long-term picture of pupuiation change of deer and it
is useful for the development of the game sanctuary on the Bawean Island.
Based on the observation of the components of deer habitat, it is recommended
that intensive improvement and management be carried out both for the habitat and the
community around the game sanctuary a m . In order that the result of the study on the
population change of deer couId be applied, it is necessary to do research on the
population change of deer whose analysis uses the variables of habitat-infl uencing
component.
Key word : lrfe-supporting capaciy, hbitat. 4,namic model, game sanchtary,
poplalion
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul
ANALISIS DAYA DUKUNG HABITAT DAN MODEL DINAMIKA
POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii) DI SUAKA MARGASATWA
PULAU BAWEAN
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah
dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas clan dapat diperiksa kebenarannya
ANALISIS DAYA DUKUNG HABITAT DAN MODEL
DINAMIKA POPULASI RUSA BAWEAN (Axis kuhlii)
DI SUAKA MARGASATWA PULAU BAWEAN
OLEH :
ACHMAD IQBAL
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
: Analisis Daya Dukung Habitat dm Model Dinamika
Populasi Rusa Baweam (Axis hhlii) Di Suaka
Margasatwa Pdau Bawean
: Achmad Iqbal
Nama
NRP
Program Studi
: Ilmu PengeIolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui,
1 . Komisi Pembimbing
~ r o f k , l r . ~ . ~~ a. d
k ilKi d a , MS.
Ketua
Dr. Gono Semiadi, APU
Anggota
ProfI3r.Ir.M.Sri Saeni, MS.
AWgota
Dr.Ir.Hartismi H.Hardiomidioio,MSc.
Ansgota
2. Ketua Program Studi Pengel
Sumberdaya Alam dan t i n
Dr.lr. Surjono H. Sutiahio, MS.
Tanggal Ujian : 26 Oktober 2004
Tanggal Lulus :
-
., ;c4
Penulis di lahi rkan di Desa Sawahrnulya, Kecamatan Sangkapura, Pulau
Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada tanggal 3 1 Maret 1958 sebagai anak
ke dua dari tiga bersaudara dari ayah Djamil Dhofir dan Ibu Hadidjah.
Pendidikan sarjana di tempuh di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, lulus pada tahun 1985.
Pada tahun 1992, penulis
mendapatkan kesempatan mengkuti Program S2 pada Program Studi I lmu
Lingkungan, Universitas Indonesia, jakarta, dan menarnatkannya pada tahun
1995. Kesempatan untuk meIanjutkan ke program S3 pada
Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya AIarn clan Lingkungan, lnstitut Pertanian Bogor di
peroIeh pada tahun 2000. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh d m DUE
LIKE UNSOED.
Penulis menikah pada tanggal I5 Juni 1987 dengan Ir. Endang Sriningsih,
MP, clan dikarunia 3 orang anak, yaitu Galuh Yulieta Nitihapsari (1 61, Ghani
Aul ia Rahman (aim); dan Ghina Maulina (9).
Penulis bekerja di Jumsan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Sdirman, Purwokerto, sejak tahun 1990 sampai dengan
sekmang.
Puji clan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalarn
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2002 sampai dengan Juni 2004
adalah habitat rusa bawean, dengan juduf Analisis Daya Dukung Habitat dan
Model Dinamika Populasi Rusa Bawean Di Pulau Bawean.
Terirna kasih penulis ucapkan kepada Pr0f.Dr.h. H. Hadi S. Alikodra, MS.
Sebagai ketua komisi pembimbing, ProEDr.lr. M.Sri Saeni, MS., Dr. Gono
Semiadi APU, dm Dr. Ir. Hartisari H.Hardjomidjojo,M.Sc., selaku anggota komisi
pembimbing, yang telah memkri kan bimbingan dengan sabar dan dorongan
mori l sejak dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian
disertasi ini.
Penulis ucapkan tenma kasih kepada Pi rnpinan Universitas Jenderal
Soedinnan clan Dekan Fakultar Peltanian U N S O E ~Punvokerto yang telah
memberikan ijin kepada penuIis untuk melanjutkan studi ke jenjang S-3, Direktur
Program Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan hstitut Pertania Bogor yang telah memberikan ijin penulis untuk
mengkuti program S-3.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Team Managerial DUE LIKE
UNSOED, yang teIah memberikan beasiswa kepada penulis selama penuIis
mengrkuti program 5-3 di htitut Pertanian Bogor, sehingga penulis dapat
mengkuti pendidikan dengan lancar.
Penulis juga ucapkan terirna kasih kepada Koardinator beserta staf KSDA
Pulau Bawean yang telah memberikan ijin dan bantun yang tulus selama penulis
meiakukan penelitian di Kawasan Margasatwa Pulau Bawean.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Kepala PPLH WSOED, Ketua
Program Magister Sains Ilmu Lingkungan (PMSIL) UNSOED beserta staf yang
telah memberikan bantuan materi dan dorongan moril yang tulus sehigga penulis
terdorong untuk segera menyelesaikannya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada orang tua
penulis (Ibu Hadidjah) yang telah membesarkan penulis, memberikan bimbingan,
do'a dm dorongan moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Istri
tercinta Ir. Endang Sriningsih, MP., dan anak-anak tersayang, Galuh Yulieta
Nitihapsari dan Ghina Maulina, dengan sabar dan tabah telah banyak berkorban
baik rnoril maupun rnateriil, memberikan semangat selama penuli s men@kuti
pekul iahan, melaksanakan peneli t ian hingga penyelesaian disertasi ini, penulis
ucapkan terima kasih
'
Penulis rnenyadari bahwa disertasi ini jauh dari sempuma, kriti k dan saran
penulis terima dengan besar hati dan ucapan terima kasih. Semoga disertasi ini
memberikan manfaat kepada yang membacanya dan berperanserta dalam
,
pengembangan iImu pengetahuan.
Achmad Iqbal
.
6.
7.
Tata Ruang Wilayah ..........................................................................
65
KondisiSosiaIEkonomiMasyarakat................................................
66
B. ANALSISIS DATA PRIMER ..........................................................
1.
Komponen Daya Dukung Habitat .....................................................
a. Kualitas Air Minum .....................................................................
1. pH ...................................................................................................
2 . Daya Hantar Listri k (DHL) ............................................................
3 . Kandungan Nitri t dan Ni trat ...........................................................
4 . Fosfor .............................................................................................
5 . Bahan Organik, DO. BOD. dan COD ............................................
6 . Kesadahan ......................................................................................
b . Kesuburan Padang Rumput ............................................................
1. Keasarnan (pH) Tanah....................................................................
2 . Kandungan Karbon ........................................................................
3 . Kandungan Nitrogen ......................................................................
4. Kandungan Fosfor ..........................................................................
5 . Kandungan Kalsium, Magnisium, Kalium. dan Natrium ...............
6 . Kapasits Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB ..............
c. Andisis Vegetasi ............................................................................
1 . Struktur Vegetasi ............................................................................
. .
2 . Kompos~stJenis ..........................................................
3 . Komunitas Tumbuhan...................................... : .............
d. Produktivitas dan Daya Dukung Padang Rumput ..........................
. .
1 . Produktlv~tasRumput.....................................................................
2 . Daya Dukung Padang Rumput .......................................................
2.
Interaksi Masyarakat Dengan Suaka Margasatwa............................
a.
Frekuensi P e n p b i l a n Kay u ...........................................................
Peruntukan kayu ................................................................................
Kontnbusi Pendapatan Dari Kayu ...................................................
b.
c.
C.
RANCANG BANGUN MODEL DWAMIKA
RUSA BAWEAN ............................................................................
Identifikasi Sistem ............................................................................
Struktur Model Dinamih Populasi Rusa ........................................
2.1 Sub Model Populasi Rusa ..............................................................
2.2. Sub Model Hijauan Pakan Rusa .....................................................
2.3. Sub Model Masyarakat ..................................................................
1.
2.
SIMULASI MODEL DINAMIKA POPULASI RUSA ...................
Simulasi Populasi Rusa Selarna 20 tahun pada Kondisi Lapangan ..
Simulasi PopuIasi Rusa Selarna 20 tahun dengan Pelarangan
berburu oleh Masyarakat Sekitar Suaka Margasatwa
Pulau Bawean ...................................................................................
Simulasi Populasi Rusa Selama 20 tahun dengan Pembatasan
Jumlah Hijauan yang Diambil Mayarakat (0; 17,5; 27,5
clan 37,5 kg).....................................................................................
Simulasi Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Pengambi Ian
Hijauan Oleh Masyarakat kkitar Pulau bawean Selama
20 tahun............................................................................................
Simulasi Penggunaan Selwuh Luas Suaka Margasatwa
pada Kondisi Lapangan (perburuan 0,5 ekor/bu!an dan
pengambilan hijauan 27,5 kglorang per hari) ...............................
Simulasi Selama 20 tahun dengan Perburuan 0,5 ekorhulan
clan perbunran 0,5 ekorhulan dan pengambilan hijauan
27,5 kglorang per hari ....................................................................
Simulasi Selama 20 tahun dengan adanya perburuan
1 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengambilan
hijauan 27,5 kg/orang per hari ......................................................
Sirnulasi Selama 26 tahun dengan adanya Perburuan
2 ekorhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan
hijauan 27,5 kgorang per hari .....................................................
Simulasi Selama 38 tahun dengan adanya Perburuan
3 ekor~bulanclan perburuan 0,5 ekorhulan dan pengambilan
hijauan 27,5 kdorang per hri .........................................................
Simulasi Selama I8 tahun dengan adanya Perburuan
4 e korhulan dan perburuan 0,5 ekorhulan clan pengambilan
hijauan 27,5 kgiorang per hari .......................................................
Analisis Sensitivitas .......................................................................
KESlMPULAN DAN SARAN.........................................................
Kesimpulan .......................................................................................
Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
144
LAMPIRAN........ ..:.... .......................................................................153
DAFTAR TABEL
Kornpunen daya dukung habitat. interaksi masyarakat.
dan model dinamika popuiasi rusa yang diamati ............................
51
Jenis dan Metode Analisis Sifat Fisik clan Kimia Air Minum
Rusa ...................................................................................................
52
Jenis dan Metode Analisis Kandungan Unsur Hara Tanah...............
53
Curah Hujan dan Hari Hujan rata-Rata BuIanan Periode Tahun
2000 .
2003 ......................................................................................
61
Luas Wilayah Menumt Jenis Penggunaan Lahan Di Kecarnatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak................................................
62
JurnIah dan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean .............................
67
Komposisi Penduduk Menurut Umur ............................................
68
Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Di tamatkan .......................................................................................
69
Fasilitas Pendidikan Di Puiau Bawean .......................................
71
Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian (orang) ................
72
Produktivitas Lahan Terhadap Tanaman Semusim Di Kecarnatan
Sangkapura dan Tam bak Pulau Bawean ..........................................
74
H a i l Analisis Sifat Fisik dm kimia Air Minum Rusa Pada
Musim Kemarau .........:..................................................................... 78
H a i l Analisis Sifat Fisik dan kimia h r minum Rusa Pa&
Musim Penghujan .............................................................................
79
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Tanah Gresik Suaka
Margasatwa Pulau Bawean ...............................................................
87
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Langpelem Suaka
Margasatwa Pdau Bawean...............................................................
87
Kandungan Unsur Hara Padang Rumput Sumberlanas Suaka
Margasatwa Pulau Bawean ...............................................................
88
Jumlah Jenis. kerapatan. dan Luas Bidang Dasar Pohon Di
Tiga Lokasi Penelitian ......................................................................
93
Jurnlah Jenis, kcrapatan, dan Luas Bidang Dasar
Anak Pohon Di Tiga Lokasi Penelitian ............................................
Penyebaran Kelas Diameter Batang Pohon Di Tiga Lokasi
Penel itian ...........................................................................................
Penvebaran Kelas
Diameter Batang Anak p h o n Di Tiga
..
Lokasi Penel~t~an
.............................................................................
Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kernpatan Setiap Jenis Pohon Di desa Komalasa ....................
Nilai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP), Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Desa Patar Selamat ..............
NiIai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relati f (KR), Dominansi
Ref atif (DR),Nilai Penting (W),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Pohon Di Pu&kit Barat ........................
Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR),Dominansi
Relatif (DR), Nilai Penting (NP),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Komalasa...........
Ni lai Frekuensi Relati f (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi
Relatif (DR),Nilai Penting (NP),Luas Bidang Datar (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jeni s Anak Pohon Di Desa Patar Selamat.....
Nilai Frekuensi Relatif (FR),Kerapatan ReIati f (KR), Dominansi
Relatif (DR),Nilai Penting (NP), Luas Bidang Dabr (LBD)
Dan Kerapatan Setiap Jenis Anak Pohon Di Desa Pudakit Barat .....
H a i l Pemanenan Rumput Pada Musim Kemarau clan Musim
Penghujn Di Padang Rumput Tanah Gresik Suaka Margasatwa
Pulau Bawean ....................................................................................
Hasil Analisis Tumbuhan Bawah Di Padang Rumput Tanah
Gresik S w h Margasatwa Pdau bawean .........................................
Tingkat Konsumsi Hijauan Terhadap 2 Ekor Rusa Per Hari ............
Frekuensi Pengarnbilan Kayu Oleh Masyarakat Di Daerah
..
Penellban I%)
....................................................................................
3 1. Penmtukan Kayu Masing-Masing Desa Di Daerah Penelitian (%) .. 1 13
32. Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat
Di Daerah Penelitian (%) .................................................................. 1 1 5
33. Analisis Sidik Ragam Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penelitian............... ................... 1 17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan Alur Pikir Penelitian ......................................
--
....................
8
Contoh Rusa Betina Bawean Yang Dipelihara Masyarakat
Bawean .............................................................................................
16
Contoh Rusa Jantan Bawean yang Dipelihara Masyarakat
Balvean ..............................................................................................
16
Peta Lokasi Pulau Bawean ..............................................................
49
Tata Laksana PeneItian ...................................
50
;. ..............................
Aktivitas Pembuatan Petak Contoh .................................................
55
Luas W i layah Menurut Penggunaan Lahan ......................................
63
Jurnlah clan Kepadatan Penduduk Pulau Bawean .............................
67
Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan ........................................................................................70
FasiIitas Pendidikan Di Pulau Bawean .............................................
71
Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian .............................
73
Lanskap Padang Rumput Tanah Gresik ......................................... 105
Produktivitas Rumput Di Padang Rurnput Tanah Gresik
................
107
Pemtukan Kayu Di daerah Penelitian ......... .:.................................. 114
Kontnbusi Pendapatan Kayu Terhadap Pendapatan Total ............... 115
Diagram Causal Loop Dinamika Populasi Rusa di Suaka
Margasahra Pdau Bawean ..............................................................
119
Model Dinarnika Populasi Rusa .............................................
121
Sub Model Popdasi Rusa
.......................................................... 122
Sub Model Hijauan Pakan Rusa
.....................
....
....................... 124
20. Sub Model Masyarakat ....................................................................
126
Populasi Rusa ( I ) dan Perkembangan Hijauan Pakan Rusa (2)
Di Pulau Bawean pada Kondisi Lapangan ......................................
PopuIasi Rusa dengan Masih Adanya Pernburuan ( 1 ) dan
Populasi Rusa Tanpa Adanya Pembuwn (2) ..................................
Perkembangan Hijauan U usa dengan Masi h Adanya Pemburuan
( I ) clan Tanpa Adanya Pembunran (2) .............................................
Perkembangan Popul asi Rusa yang Dipenganrhi Oleh
Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per
Hari ( I ) f 7,5 kgorang per hari (2) 27,5 kglorang per hari
373 kg/ Orang per hari (4)................................................................
Perkembangan Hijauan Pakan Rusa yang Dipengaruhi Oleh
Pengambilan Hijauan Oleh Masyarakat Sebanyak 0 kglorang per
Hari ( 1 ) 1 7,5 kg/orang per hari (2) 27,5 kgforang per hari (3) dan
37,5 kg/ Orang per hari ( 4 )................................................................
Populasi Rusa Tanpa Adanya Pemburuan dan Tanpa Adanya
Pengambilan Hijauan (1) dan Populasi Rusa Sesuai Dengan
Kondisi Sekarang/lapangan (2) ............................................ ...-.......
Perkembangan Hijauan Pakan Rusa Tanpa Adanya Pemburuan
dan Tanpa Adanya Pengambilan Hijauan ( 1) dan Pengambih
Hijauan Sesuai Dengan Kondi si Sekarangllapangan (2) .................
Populasi Rusa ( 1 ) clan Hijauan Pakan Rusa (2) Pada Penggunaan
Luas Total ......................................................................................
Dinamika Populasi Rusa ( 1 ) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada
Perburuan 0,5ekorhulan selarna 20 tahun .....................................
Dinamika Populasi Rusa ( I ) dan Perkernbangan Hijauan (2) Pada
Perburuan 1 ekorhulan selama 20 tahun ........................................
Dinarnika Populasi Rusa (1) dan Perkembangan Hijauan (2) Pada
Perbunran 2 ekorlbulan selama 26 tahun ........................................
Dinamika PopuIasi Rusa ( 1) dan Perkembangan Mjauan (2) Pada
Perburuan 3 ekor/bulan selarna 40 tahun ........................................
Dinamika Populasi Rusa (1) clan Perkembangan Hijauan (2) Pada
P e r b m 4 ekorhulan selama 18 tahun ........................................
Dinamika Populasi Rusa Berdasarkan Kebutuhan Hijauan
4 kglekor per han (1),5 kg/ekor per hari (Z), dan 6 kglekor per
hari (31, .............................................................................................
DAFTA R TABEL LAMPIRAN
Halaman
I.
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas .............................................
153
2.
Kriteria PeniIaian Kandungan Unsur Hara Tanah (PPT, 1983).........
1 56
3.
Kriteria Penilaian Kandungan Unsur Hara dan Kemasaman
Tanah (Team LPB, 1979)...................................................................
156
Analisis Sbtistik Kontribusi Pendapatan Kayu Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penelitian ...............................
157
Uji BBda Nyata Kontnbusi Kay u Dengan Metode Duncan
Multiple Range Test (DMRT) ..........................................................
f 58
Keanekaragarnan Jenis Pohon dan Anak pohon Di Daerah
PeneIitian .........................................................................................
1 59
4.
5.
6.
8.
Jumlah Rumput yang di Panen Warg di Padang Rumput Tanah
Gresik ...............................................................................................
164
9.
Data Hasil Simulasi Populasi Rusa Pa& Pemburuan dan tanpa
Pembunran...................................................................
165
10. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa dengan Pembatasan
..
Pengambilan H~jauan......................................................
1 66
I I . Simulasi Penggunaan Sel uruh Lahan Kondisi Lapangan
dan Sirnulasi Tanpa Diburu dan Tidak Diambil Hijaunya ..........
168
12. Data Hasil Simulasi Populasi Rusa pada Beberapa Tingkat
Perburuan....................................................................
169
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup
dan berkembang secara alami.
Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan
menentukan kompsisi, penyebaran, clan produktivi tas flora dan fauna. Habitat
yang mempunyai kualitas tinggi atau daya dukung yang tinggi akan menghasiIkan
kehidupan flora d m fauna yang kualitasnya tinggi pula. Demi kian sebaliknya,
habitat yang rendah kualitasnya atau rendah daya dukungnya, juga akan
menghasilkan kondisi atau kualitas flora dan fauna yang rendah termasuk daya
regenerasinya (Ali kodra, 1997a).
Habitat asIi rusa bawean terdapat di Pulau Bawean, terletak sekitar 150
krn sebelah ubra Gresik, di kawasan Laut Jawa. Letak geografis Pulau Bawean
ada pada 5" 40' - 5" 50' LS dan 1 12" 3'
-
1 12" 36' BT. Luas total Pulau Bawean
sebesar 190 km2 dengan daerah yang bergunung (400 - 646 m dpl) berada di
sekitar barat clan tengah Pulau Bawean. Musim kemarau berlangsung dari bulan
Agustus sarnpai dengan November dan dilanjutkan dengan musim penghujan
disertai angin barat yang kencang mulai awal bulan Desember hingga Pebruari.
Rusa bawean (Axis kuhlii) merupakan rusa as1i Indonesia - yang endemik
d~ Pulau Bawean (Massicot, 2002). Sempitnya habitat m a bawean dan letaknya
yang terisolir menjadikan rusa bawean sebagai satu-satunya m a di dunia yang
terisolasi sehinm kurang mendapat perhatian (Huffman, 1 999). Menurut Baillie
dan Groombrib (19961, sampai saat sekarang tidak diketahui dengan pasti,
berapa jumlah rusa bawean, bagaimana penyebarannya, keadaan habitatnya, dan
bahkan dab catatan Intemfional Unionfor Comervation of Nature Resources
(ZUCN), rusa bawean terrnasuk dalam katagori Threatened (TUCN, 2002) dm juga
&lam CITES (Convention on IniernatronaI trade in Endangered Species of WiW
Flora und F a m ) masuk ddarn daftar uppendix 1 (CITES, 2000).
Beberap upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalarn
rangka pelestarian satwa langka, khususnya rusa bawean, di anhranya melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/1211979, tertanggal
5 Desember 1979 dengan menetapkan habitat rusa bawean sebagai Suaka
Margasatwa (3.83 1,6 ha), maupun sebagai Cagar Alam (725 ha). Rusa bawean
juga dimasukkan dalam kategori sahva yang dilindungi melalui Keputusan
Menteri Pertanian No.42 1/KeptsNmlB/ 1970.
Walaupun
habitat
rusa
bawean
dinyatakan
sebagai
kawasan
perlindungan, dan rusa bawean telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi,
namun demikian tidak menjamin kelestarian msa bawean tersebut. Habitat rusa
bawean t e r m dalam beberapa lokasi dan m e n m y a kualitas habitat rusa
karena tumbuhnya anakan jati serta kecepatan penyebaran dm sifat alelopati
gulma Euphutorim odorcrtu menyebabkan berkurangnya pakan atau hijauan bagi
nrsa (Semiadi dkk.,1999). Selain itu habitat rusa juga terganggu karena kegiatan
manusia yang memanfaatkan hutan, seperh pengembilan kayu bakar, pengambilan
kayu sebagai bahan bangum, dan hijauan pakan temak.
Demikian pula kecepatan penurnan populasi rusa bawean
terjadi
karena spesies tersebut hanya terdapat pada daerah atau pulau tertenty karena
perbuman, dan juga h n a perubahan habitat satwa tersebut rnenjadi perkbunan
jati (Blouch dan Abnosodirdjo, 1978). Menurut Primack dkk., (1 998), spesiesspesies makhluk hidup yang hidup d~ pulau kecil rentan kepunahan. Hal tersebut
disebabkan karena sebagan besar berupa satwa endemi k, hanya hidup pada satu
atau beberap pulau dm hanya terdiri atas satu atau beberapa populasi lokal.
Kekayaan sumberdaya hayati dan ekosistemnya saat sekarang dalam
keadaan cenderung makin menurun, sebagai akibat banyaknya upaya eksploitasi,
dan terutarna disebabkan oleh perfakuan umat manusia yang kurang bijaksana,
sehingga dapat mengakibatkan musnahnya berbagai jenis tumbuhan, satwa liar,
serta rusaknya habitat (Ali kodra, 1997a). Menurut Primack dkk, ( I998), ancaman
utama pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegatan manusia
adalah perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat (termasuk
poIusi), penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia,
introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit.
Demikian juga
berkembangnya industri kapitalis dm masyarakat moderen yang materialistik
menyebabkan kenaikan permintaan akan kekayaan alam terutama di negara-
negara maju. Pemakaian yang tidak efisien serta penggunaan kekayaan alam yang
tidak seimbang juga penyebab utama menunrnnya keanekaragaman hayati.
Kekayaan (uang, tanah, pertanian yang subur, sumberdaya kayu, dsb) umumnya
dimiliki oleh sejumlah kecil populasi manusia. Sebagai akibatnya, penduduk di
daerah-daerah terpencil terdesak untuk merusak komunitas biologi d m memburu
spesies langka sampai punah karena mereka miskin dan tidak mempunyai lahan
sendiri untuk ditanami (Wiyono, 1998). Masyarakat perdesaan ymg miskin itulah
yang memikul beban kerusakan lingkungan akibat penggunaan surnberdaya alam
secara berlebihan.
Penyebab utarna kerusakan habitat yang terjadi pada umuplnya
berpangkal dari pengelolaan dan pemanfaatan s m h d a y a alam hayati dengan
menggunakan teknologi yang tidak disertai dengan upaya pencegahan dampak
negatifnya, oleh karena itu diperlukan kegiatan konservasi terhadap habitat
melalui pembinaan habitat dan pernbinaan masyarakat yang tinggal di sekitar
Suaka Margasatwa.
1.2. Perurnusan MorsaItth
Kawasan Suaka Margasatwa di Pulau Bawean rnerupakan kawasan yang
potensial sebagai wilayah konservasi rusa bawean (Axis kuhlii) yang hidup
endemik. Namun demikian, di sekitar kawasan tersebut terdapat beberapa desa
yang penduduknya sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Keberadaan
penduduk dan desa di sekitar kawasan sebenarnya rnerupakan bagian dari
ekosistem alam untuk hidup akrab dengan lingkungannya. Narnun demikian,
keberadaan daerah permukiman di sekitar kawasan dengan penduduk yang terus
bertambah akan menambah pula aktivitas penduduk claim penebangan kayu, baik
untuk keperluan kayu bakar maupun untuk bahan pembuatan rumah, pengambilan
lujauan pakan temak dan perburuan terhadap ktwa liar hususnya rusa bawean.
Berdasarkan permasatahan tersebut, maka &pat disusun penunusan
masalah, yaitu :
1. Bagaimana kondisi daya dukung
habitat msa bawean, baik kualitas air
rninumnya, kesuburan tanahnya, keadaan vegetasinya, produktivitas rumput,
dm daya dukung padang rumputnya
2. Bagaimana interaksi rnasyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa Pulau
Bawean, dan seberapa besar kontribusi penciapatan dm kayu yang diambil
dari Suaka Margasatwa terhadap pdapatm keluarga
3. Bagaimana model dinamika populasi m a bawean di Pdau Bawean
1.3. Tujuan Penelitian
Tuj uan penelitian adalah menganalisis daya dukung habitat dan model
dinamika populasi rusa bawean di Pulau Bawean.
Adapun tujuan operasional dari penelitian adalah :
1. Menganalisis kualitas komponen daya dukung habitat yang rneliputi kuaiitas
air minum rusa, kesuburan tanah, vegetasi , dan produktivitas rumput
2. Menganalisis interaksi masyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan
menganalisis kontribusi pendapatan dari kayu terhadap pendapatan keluarga
3. Menyusun model dinami ka populasi rusa bawean
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar bagi pengarnbil kebijakan daIam mengeloIa kawasan konservasi
Suaka Margasatwa dan melindungi satwa langka endemik.
2. Sebagai dasar pengelolaan
d m pembinaan masyarakat sekitar kawasan agar
i kut berperanserta &lam menjaga kelestarian kaw-
konmrvasi dan
melindungi satwa langka endemi k khususnya rusa bawean.
3. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmu-ilmu 1ingkungan
1.5. Kerangka Pernikiran
Satwa liar khususnya rusa bawean dapat hidup dan berkernbang biak
dengan sempuma di kawasan Suaka Margasatwa yang merupakan habitatqya.
Populasi satwq liar (rusa bawean) akan berub& mengikuti pembahan abu
dlqa~ik
l i @ ~ ~ ~ ySuaka
a . Margasatwa d.
u
daya dukung yang bai4 akan
\
menyebabkan pewbaran dan produktivitas nw m i n g k a t sehingga populasi
rusa meningkat pula. Bila daya dukungnya rendah, produktivitas rusa akan
rendah dan akhimya populasi rusa juga akan rendah atau menurun.
Dalam kehidupan dan akhvitas manusia, hutan merupakan salah satu
sumberdaya yang rnernpunyai peranan yang penting. Manusia memanfaatkan
hutan sebagai sumber pendapatan, penghasii
kayu, penghasil buah, perkebunan,
pengambilan &un dan rumput pakan ternak, dan perbuntan satwa liar.
sampi ng sebagai sumber pendapatan bagi manusia, hutan juga
Di
merupakan habitat
alami tempat hidup dan berkembangnya satwa liar.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia di
bidang pembangunan terutama di bidang pertanian khususnya di daerah
perdesaan, daya dukung lahan sering terlarnpaui (over carpyzng cupucily),
sehingga mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam yang Iain seperti
sumberdaya hutan (Green, 1 992). Eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebihan
j uga akan mengakibatkan menurunnya kual ifas hutan yang berperan sebagai
Suaka Margasatwa.
Menurunnya kualitas hutan sebagai kawasan Suaka
Margasatwa khususnya sebagai habitat rusa diakibatkan oleh aktivitas manusia
seperti penebangan kayu, pengambilan rumput, pengambilan buah, perburuan liar,
dan karena kebisingan yang ditimhl~lkan mesin pernntong k a y a kan herpengaruh
negatif terhadap keberadaan rusa di kawasan Suaka Margasatwa.
Akti vitas penebangan akan menurunkan kerapatan tegakan (jurnlah
pohon), demikian j uga ahifitas pengambilan rumput dapat mempengaruhl
ketersediaan sumkr pakan yang merupakan spesies tumbuhan yang dikonsumsi
rusa. Penunman kerapatan tegakan ljumlah pohon) dan penurunan ketersediaan
palcan akan menyebabkan
rusa bermigrasi atau pindah ke tempat yang belum
terganggu sehingga akan mempen&i
populasi rusa.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disebutkan bahwa perubahan kuditas
lingkungan Suakrt Margasatwa sebagai habitat m a berpengamh terhadap
keberadaan rusa Liawean sebagai satwa langka endemik.
Oleh karena itu,
pengamatan dalam penelitian skan difokuskan terhadap daya dukung habitat m a
(vegetasi, kuaiitas air minum rust, kesuburan tanah, dan prduktivitas rumput
sebagai pakan rusa), interaksi masyarakat dengan kawasan Suaka Margasatwa dan
model dinamika populasi m a bawean tersebut.
Rusa Bawen
KerusakadFragmentasi
Habitat
Perburuan Liar
+
Populasi Menurun
Ukuran Populasi Menjadi Kecil
J
Ancaman Kepunahan
Pembinaan Habitat
4
Kegiatm Konservasi
b
-
Studi Analisis Daya
Dukung Habitat dan
Model Dinamika Populasi
4
Garnbar 1. Bagan Alur Pikir Penelitian
Pembinaan Populasi
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Pulau Bawean
PuIau Bawean terletak sekitar 150 krn dari Gresi k, ke arah utara dari
Laut Jawa. Secara administratif Pulau Bawean berada ddam wilayah Kabupaten
Tingkat 11 Gresik dan terbagi atas dua kecamatan, yaitu Kecarnatan Sangkapura
y ang terdi ri atas 1 7 desa dm Kecarnatan Tambak yang tediri atas 13 desa.
Menurut Hoogerwerf (1966) Pulau Bawean terbentuk
dari sisa-sisa
gunung berapi tua. Sekitar 85% dari Pulau Bawean terdiri atas laplsan sedimen
batuan tua yang terdiri atas batu kapur, lapisan pasir, tanah liat dan batu. Terdapat
beberapa buah gunung di Pulau Bawean, di antaranya G. Kastoba, G. Besar, G.
Bengkowang, G.Dedawang, G. Gadung, dm G.Tinggi yang merupakan gunung
tertinggi sampai mencapai 665 m.Bentangan pegunungan berada disekibr tengah
pulau dengan ketejalan lereng antara 5 hingga 75%.
Primack, dkk., (1998) membagi pulau-pulau di Indonesia berdasar
sejarah geologinya menjadi Pulau Laut dan Pulau Benua. Pulau Bawean temasuk
ke daIam Pulau Benua yaitu pulau yang pada masa lampau mempunyai hubungan
dengan daratan atau benua lainnya karma turunnya permukaan laut. Menurut
Lekagul dan McNeely (1 9771,selama m a n PIeistosen ( satu juta sampai dengan
10.000 tahun yang lalu), perrnukaan laut dan semua pulau-pulau di Subwilayah
Sunda dihubungkan oleh dataran ke Benua Asia. Lebih lanjut Primack, dkk.,
( 1998) menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai dm wilayah biogmgrafi utarna,
yaitu Oriental dan Australia yang d i p i d d m oleh garis Wallace sebagai g a n s
pemisahan fauna. Garis Wallace memisahkan paparan Sun& yang terdiri atas
pulau; Jawa, Kdimantan, dan Sumatera dengan daerah Wallace dan pulau laimya
10
yang herd dari benua Australia.
Sehnjutnya
Sastrapradja dkk., (1 989)
menjelaskan bahwa kepulauan yang terdapat di sebelah timur Garis Wallace sejak
semula sehlu saling terpisah clan tidak termasuk WiIayah Australia, karena garis
batas barat Wilayah Australia adalah Garis Lydekker yang rnengikuti batas
paparan Sahd, sehingga terdapat herah antara atau transisi yang dibatasi Garis
Wallace di sebelah barat dan Garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua
garis tersebut terdapat garis keseirnbangan fauna sebagai akibat adanya
perembesan dua arah, yaitu Garis Weber.
2.2. Sejarah danTaksonomi Rusa Bawean
Asal usul rusa bawean dan bagaimana caranya mencapai Pulau Bawean
tidak diketahui dengan pasti (Wilson dm Reeder, 1993). Menurut Bemmel ( 1953)
nenek moyang rusa bawean terpisah dari kerabatnya sekitar m a Diuvial, ketika
daratan Selat Sunda terpisah akibat naiknya permukaan lad. Menurut Geist
(19981, nenek moyang rusa hawean berasal dm spesies Axis yang mencapai
bawean pada jaman Pleistosin yaitu ketika Pulau Bawean berhubungan dengan
daratan Jawa. Dugaan lainnya adalah bahwa nenek moyang rusa bawean yang
mencapai Pulau Bawean krasal dan Fil ipina (Bemmel, 1944). Selanjutnya
Sitwell ( 1 970) menyatakan bahwa rusa bawean teridenti fikasi sebagai jenis satwa
baru oleh Salomon Muller tahun 1836 di daerah Tuban, dan kemudian pada tahun
1841, berhasil ditangkap rusa bawean di habitat aslinya di Pulau Bawean
(Bemmel, 1953).
Rusa bawean diidentifikasikan pa& tahun 1 845 oleh Muller & Schlegel
(Bemrnel, 1944) sebagai Cervus ktlhlii. Pentatmamaan rusa barn berkembang
menjadi suatu polernik karena kekhasan dari rusa bawean, yaitu tidak adanya ggi
II
taring, sehingga sebagian taksonom berpendapat bahwa satwa tersebut selayaknya
masuk ke &lam marga (genus)
Axis. Namun
demikian, sebagian bksonom
lainnya menganggap kurang tepat untuk memasukkan satwa rusa bawean ke
daiarn marga Axis oleh karena struktur ranggahnya yang berbeda sekali dengan
kelompok Axis, dan secara fisik, rusa bawean menyerupai Cervus porcinus
(Sdater, 1863 daiam Bemmel, 1944). Hal tersebut didukung oleh beberapa
taksonom lainnya dengan membandngkan keadaan tengkoraknya (cranium).
Selanjutnya Bemrnel (1944) berpendapat
bahwa msa Bawean
seharusnya masuk ke dalam marga Axis dengan anak mar@ (subgenus)
Hyelaphus. Secara m u m rusa bawean menunit Bemmel (1944) Iebih banyak
rnenyerupai rusa hog { h i s porcinw) clan tampaknya erat hubungannya dengan
keluarga Axis culurniurzensis yang ada di Filipina. Penemuan fosil ma C E ~ U S
oppenoorthi dari masa Pleistosin Jawa diduga merupakan cikal bakal dari rusa
bawean (Bemmel, 1 953). Groves dan Crubb (1 987) mempunyai pandangan
sendiri terhadap asal usul rusa bawean. Pertama, kemunghnan Axis kuh/ii berasal
dari keiompok rusa hog yang didatangkan dari herah India rnelalui perdagangan
sekitar 2000 tahun yang lalu dan selanjutnya membentuk jenis tersendiri.
Kemungkinan kedua adalah nenek moyang rusa bawean rnemang merupakar!
bagian dari populasi yang per&
ada di daratan Sunda (Sunda land) sebagai
bagian dari kelompok rusa hog, kernudian rusa tersebut mampu bertahan hidup
dm beradaptasi terhadap pembahan lingkungan. Terlepas dari berbagai
pan-
yang ada, para taksonom sepakat menyatakm bahwa rusa bawean
termasuk dalam kelompk rusa yang paling primitif seperti rusa hog.
Menurut Bernmel (19441, pa&
akhimya rusa bawean didalam
taksonominya lrnasukkan kedalam marga Axis, jenis (spesies) hhlii, dengan
pertirnbangan :
1. Tidak adanya g g i taring, dm ggi tengah incisor agak mernbesar.
2. Ranggah dengan cabang utamanya panjang dan menurun panjangnya
secara proporsional dengan semakin kompaknya ranggah utama. Struktur
ranggahnya sederhana menyempai Axis porcinus.
3. Tengkorak pendek dengan penulangan hidung yang lurus dan vuulted serta
cauLial margin tidak membulat. Lubang bullue besar dan buIging dengan
lubang kelenjar preorbital dangkd.
4. Bulu pendek dan halus.
3. Tinggi gumba sekitar 165 cm.
6. Kelenjar preorbital lebih kecil daripada kelornpok rusa. Kel enjar
metatarsal dan pedal menyerupai kelompok Axis lainnya.
Secara lengkap, sistimatika rusa bwean menurut Bernmel ( 1944)
adalah sebagai berikut :
Ordo (bangsa)
Suh-ordo (anak bangsa)
: Artiodactyla
Rurninansia
hfra ordo
: Pecora
Family (sultu)
: Cervidae
Sub family (anak
. . suku)
: Cerviane
Genus (marga)
: Axis
Spesies Cjenis)
: AXISkuhlij
2J. Morfologi Rum Bswetln
Di lihat dari struktur morfologinya, nrsa bawean terrnasuk kelompok
ma k b & n Irecil, dan rusa d e w tingginya rnencapi 165 cm. Warm bulu
tubuh ummnya &!ah
kecoklatan dengan ada &kit
campwan warna
k e k u n i m Lapism bulu termasuk hdus, berkilau dengan lembut (Sitwell,
1970). Ekomya tidak terlalu panjang, kecoklatan dibagm atas dan putih dibagian
belakang atau hawah (Whitehead, 1993). Pada pejantan tidak dijumpi bu1u malai
( m n e ) dan pada mak rusa bawean ketika lahir terdapt warm tot01 pmh
sepanjang punggungnya p n g akan hilsmg kberapa hari setelah lahir (kmmel
1953). Btouch dan Atmosoedirdjo ( 1987) menmbahkan bafiwa panjang tubuh
rusa dewasa mencapai I40 cm dengan t i n u kaki depan sekitar 3 15 mm. Ranggah
pada yang jantan dewasa hanya mencap& tiga -bang (Bernmel, 1948). Berat lahir
anak rusa bawean &pat mencap antara 1,O kg hingga 1,s kg pstda anak rusa
ktina dm 1,5 kg hingga 2,O kg pada anak rusa jantan (Ma'sum dan Afhndhy
t 9921, dan pada rusa dewasa beratnya &pat menmpi 50
- 60 kg (Kurt,
1990).
WiI penelltian Semiadi dl&.( 1999) menunjukkan bahwa rnorfologi rusa bawean
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anggota kepata
Bentult mata pads rusa bawean adalah bulat dan menyempit ke 4 srrah
d M . Di ujung distal mata terdapat suatu Iekukan rfrrneSral dan kecil (1-2 cm)
k m m a agak keputt han.
b. Moncong
Keadaan moncong nw bawean agak meruncing ke depan, sedilrit
rnenyerupai Imcipnya moncong ti1,w. Hidung bewarm hitam dan seIdu terlihat
tembab, serta bibir agak gelap kehtaman. Warm bulu di sekitar moncong pada
rusa betina adalah coklat muda, sedangkan pada yang jantan berwarna coflat
gelap kehitaman. Warm gelap tersebut sama seperti pada warna bdu di daerah
badannya.
c. Leher
Leher rusa agak panjang sehingp memungkinkan nrsa &pat menoteh ke
belakang hampir sejajar dengan badannya. Warna bulu di sekitar leher cenderung
lebih terang di bandingkan dengan warria bulu di daerah bagan badan.
d. Ranggah
Ranggah prtama (spike) pada m a bawean pndek sekali, yaitu hanya
40-50 mm. Bentuk batang mnggah pertama menunjukkan bentuk yang a@
pipih. Rang@
yang tumbub normal dan pada saat pertumbuhan maksimal
adalah krupa dm c
a
m dengm tiga pucuk ranggah. Cabang pertama beds di
brtgian bawah dekat dengan pedicle. sedangkan cabang laimva b e d di bagan
atas hampir dekat den-
ujung rang&.
e. Telinga
Bentuk telinga terkesan bertPeda antars teIinga rusa jantan dengan telinga
rusa betina Pada teliaga rusa jantan, bentuknya membulat di k r a h pangkd
daun telinga dan rneruncing di bagian ujung daun telinga. Pada telhga rusa
betina, bentuk runcingnya agak k h m g dm mendekati sedikit bdat. Bulu di
15
w
a
n luar dam telinga cukup banyak dan Iebih panjang dibandingkan pda
luar daun telinga adalah
bagian dalam daua telinga. Warna bulu pada
coklat muda, sedangkan pada w a n dalam daun telinga berwama agak
keputi h .
2. Badan
a.
Posisi sarnping
Bentuk badan rusa bawean adahh ramping dengan kecendrungan badan
yang mengarah lebih miring ke depan. Miringnya bentuk tubuh ke arah &pan
dikarenakan b k i depan rusa ceo&rung lebih pendek dm kaki belakang. Badan
tertutup mpat oieh bulu dengan panjang bulu di h r a h tulang punggung adalah
22,5 mm. Warna bulu di daerah badan pada rusa betina adalah wklat muda dan
coklat gelap pada rusa jantan.
b. Ekor
Ekor rusa bawean relatif panjang, yaitu
arrtara
10 I - 1 10 mm dengan
buIu ekor yang lebih panjang diban&ngkm d e n p bulu di daerah badan. Warna
bulu p d a bagian Ittar ekor adalah coklaf clan pada -an
&lam be-
agrtk
kevutihan.
3. Anggota gerak
Rusa hwean mempunyai kaki yang relatif panjang dan proporsiond
dengan panjang tubuhnya.
2.4. Kriteria dan Macam Kawasan yang diliudaagi
Daerah yang dilindungi rnempkan sarana penting untuk rnenyelarnatkan
keanekaragaman hayati. Di s e l h dunia, terdapat 8 163 daerah yang dilndungi
rnencakup 750 jub h e h yang terdiri dari ekosistem iaut dan darat, yang
mmpakan 1,5 perser~dari pennukaan bumi atau 5,l persen dari wilayah tamh
nasional (WRI, WCN, and UNEP, 1992). Keseluruhan areal kawasan yang
&l indungi berkonb-ibusi terhadap pelestanan keanekmgaman hayati. Menurut
John dkk.(1 993) beberapa Itriteria unhk menetapkan ka-
dilindungi, yaitu :
a. Lkuran : Nilai pelestman suatw kawasan adalah fimgsi dari ukurannya. Pada
prinsipnya, k a m tersebut hams cukup ukuran &n
k n h h y a untuk
rnendukung seluruh unit ekologi atau populasi flora dm fauna yang lestari.
Sebagai kaidah urnurn, kepentingan pelestarian suatu kawasan rneningkat
dengan krtmbahnya ukuran.
b. M r i s t i k atau keunikan ekosistem: Kekhasan suatu habitat dan komunitas
yang terdapat &lam unit biogeografi, cukup terwakili.
c. Kekayaan dan keanekmgaman:
Kekayam dan keanekaragaman spesies
urnumnya erat kaitannya dengan k~~
d Alami : Hanya sedikit tempat di bumi
habitat.
prig klum
berubah oleh p n @
manusia. Kawasan dami tersebut sediht sekali jurnlahnya, oleh kare~ltiitu
sangat bemilai.
e. KeIangkm : Mah satu dari tujuan terpenting taman nasiond d m ka-
pelestmian addah u t u k melindmgi spesies dran komunitas langka atau
tefancam
punah.
Kelangkaan s p i e s dapat dikaidran den-
habitat yang m a t khusus atau t e b manusitt secara ti&
(kerusakm habitat).
-k
langsung
18
f. Kerapuban : Witat, s p i a dan komunitas yang rapuh memiliki kepekaan
genetika lain yang mendukung pelestarian.
h Fungsi perlindungan hi&ologi :tanah. air, dm iklim lokaI.
i. Fasilitas untuk rekresi alam, wisata. Misalnya danau, pantai, pemandangan
pgunungan, dan satwa liar yang menarik.
j. Tempat peninggalan budap. MisaInya cadi, kui 1, dm galian p
B e r w kategori
kawrtsan yang diIindungi tersebut
M
a
akan mernudahkan
pengintegrasian pengelolaan s w h ke dalam tata guna tanah d m rencana
pembangunan. SeIanjubrya John dkk. (1993) menyajikan ikhtisar singkat 10
kawasan yang dilindungi serta tujuan pengelolaannya, yaitu :
I. Cagar Alarn
Dimaksudkan untuk melindungi alam d m menjaga proses alami dalam
kondisi yang tidak terganggu dengan maksud untuk mernperoleh wntohcontoh
ekologis yang rnewakili I i n g k m ~alamj. yang dapt dimanfaatkan hj
keperluan studi iImiah, pmnbuan lingkungan, pendidikan, dm ~meliharaan
sumberdaya plasma