TAMAN BUDAYA YANG DIRENCANAKAN

TAMAN BUDAYA YANG DIRENCANAKAN

Redesain Taman Budaya Kota Padang merupakan suatu upaya selain untuk meningkatkan kualitas pewadahan, konstruksi bangunan, dan arsitektural juga untuk meningkatkan kuantitas pengunjung Taman Budaya Kota Padang. Secara arsitektural, hal ini ditempuh dengan cara mengoptimalkan dan memberdayakan kembali fungsi taman budaya sebagai wadah yang mendukung edukasi dan rekreasi yang saat ini belum terpenuhi secara optimal.

Katidaklayakan Taman Budaya Kota Padang pasca gempa dalam menampung seluruh kebutuhan aktivitas yang semakin kompleks dan angka user yang semakin meningkat, maka dibutuhkan tindakan redesain taman budaya kota Padang agar fungsi dan eksistensi Taman Budaya ini dapat terus berkembang secara optimal.

4.1 Karakter Khusus Taman Budaya Kota Padang

Dalam menentukan arahan desain perancangan, kita perlu menelisik maksud dan tujuan dari bangunan yang direncanakan. Upaya redesain taman

budaya diharapkan mampu mengembangkan peran dari Taman Budaya kota Padang sebagai kawasan budaya, dan meningkatkan perannya sebagai public space , serta meningkatkan peran Pantai Padang yang merupakan bagian dari Taman Budaya sebagai area waterfront yang saling bersinergi satu sama lain, dalam membantu proses redesain.

commit to user commit to user

Redesain Taman Budaya Kota Padang tidak semata-mata untuk mendongkrak eksistensi Sumatera Barat, namun memiliki misi yang dicakup dalam beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial, ekonomi, serta pendidikan dan kebudayaan. Misi redesain berdasarkan aspek fisik ditempuh dengan beberapa upaya, yaitu: 1) perbaikan terhadap eksisting bangunan taman budaya kota Padang; 2) meningkatkan kualitas dan kuantitas fungsi aktivitas yang belum/tidak terwadahi secara optimal; 3) menciptakan public space yang edukatif, rekreatif, nyaman untuk bersosialisasi dan berbudaya; serta 4) meningkatkan mutu dan keragaman visual pada kawasan pesisir pantai Padang.

Berdasarkan aspek sosial, misi redesain taman budaya ditempuh dengan beberapa upaya, yaitu: 1) menambah minat masyarakat kota Padang dan sekitarnya untuk mengunjungi taman budaya; 2) meyakinkan wisatawan bahwa setelah terjadi gempa, kota Padang masih aman untuk dikunjungi; 3) taman budaya tidak hanya sekedar tempat transit menuju Pantai Padang, namun menjadi salah satu tujuan objek yang hendak dikunjungi sebelum berlanjut ke Pantai Padang; serta 4) meningkatkan kualitas hubungan masyarakat sekitar melalui interaksi sosial yang terhubung dengan pihak-pihak luar yang terkait.

commit to user commit to user

Keempat aspek tersebut menjadi landasan pendekatan kreatif yang merupakan proses menuju pada tujuan akhir, dari kerja desain dalam mewujudkan ide bangunan hingga dapat terbangun. Ide bangunan yang berasal dari citra sebuah brand diwujudkan dalam karya arsitektur, melalui pendekatan intangible channels dan pendekatan tangible channels.

Pendekatan intangible channels merupakan pendekatan yang dilakukan pada proses pemikiran dari hal-hal yang tidak dapat langsung terlihat secara kasat mata. Yang termasuk dalam intangible channels meliputi metafor, transformasi, dan puisi kesastraan (literature) (Antoniades, 1992:5). Secara khusus, pendekatan kreatif melalui metafor dilakukan dengan mempelajari kemiripan yang terdapat pada beberapa sifat benda lyang dianalogikan. Pendekatan tersebut dilakukan dengan usaha memindahkan referensi dari satu subjek (konsep atau objek) ke yang lainnya. Alternatif lainnya dapat dilakukan dengan melihat sebuah subjek (konsep atau objek) seperti menyerupai sesuatu yang lain. Usaha-usaha tersebut diwujudkan pada karya arsitektur yang dapat terlihat jelas (tangible metaphor), tidak jelas terlihat (intangible metaphor), ataupun kombinasi keduanya (combined metaphor ) (Antoniades, 1992:30).

commit to user

Pendekatan ini dilakukan melalui beberapa pemikiran dengan mempelajari sesuatu yang dapat dilihat secara kasat mata. Yang termasuk dalam tangible channels, yaitu meliputi sejarah dan preseden, geometri, fokus pada material, dan kerjasama dengan beberapa seni lainnya dan para seniman (Antoniades, 1992:6).

Pendekatan kreatif yang digunakan dalam upaya redesain Taman Budaya Kota Padang yaitu intangible channels. Pendekatan dilakukan dengan mengambil unsur-unsur budaya dan langgam dari Propinsi Sumatera Barat dan mewujudkannya ke dalam suatu ide desain.

Redesain taman budaya kota Padang merupakan upaya untuk menghidupkan kembali taman budaya, dengan memberi nyawa sehingga masyarakat dan para wisatawan, dapat lebih menikmati dan merasakan fungsi dan visualisasi taman budaya yang baru. Dengan memunculkan karakter yang dapat mencerminkan fungsi dan peranan bangunan, yaitu sebagai tempat edukasi budaya dan rekreasi juga representasi dari sifat atau karakter taman budaya, dapat menarik perhatian wisatawan. Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya di atas, maka karakter yang dapat digunakan ialah sebagai berikut.

1) Taman budaya sebagai wadah pengembangan seni dan budaya, dapat diaplikasikan dengan bentuk bangunan yang dinamis dan atraktif yang memberikan kesan menyenangkan dan inspiratif.

2) Hangat dan bersahabat (friendly)

3) Suasana yang bersahabat akan membuat para pengguna dan pengunjung merasa nyaman ingin berlama-lama untuk berwisata di taman budaya ini.

commit to user

Gambar 4.1. Fenomena Sunset pada Pantai Padang

Sumber : Dokumen Pribadi

5) Dengan memanfaatkan pantai sebagai titik klimaks dari kawasan taman budaya, dapat menarik perhatian wisatawan untuk berekreasi di area waterfront walau hanya sekedar duduk sambil menikmati pantai, laut

lepas, bahkan fenomena sunset.

4.2 Status dan Tugas Kelembagaan Taman Budaya Kota Padang

Status kelembagaan Taman Budaya kota Padang, berada di bawah pembinaan dan pengawasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang pelaksanaannya dikelola oleh Pemerintah Kota Padang.

Tugas kelembagaan yang dimiliki oleh Taman Budaya Kota Padang, yakni sebagai berikut.

1) Tugas pelatihan dan pendidikan, yaitu dilakukan secara aktif melalui pelatihan berbagai macam seni yang difasilitasi pada tiap sanggar. Secara pasif tugas ini dilakukan melalu i pameran seni, bahan-bahan bacaan di perpustakaan, serta film-film edukasi yang disediakan pada ruang dokumentasi.

commit to user commit to user

3) Tugas pertunjukan, yaitu mengadakan pertunjukan dan pameran secara rutin dan berkala. Baik pertunjukkan dari dalam seperti sanggar, maupun pertunjukkan yang datang dari luar seperti event-event kota Padang, dan lain-lain.

4) Tugas pameran/pagelaran, yaitu memperkenalkan produksi-produksi pengrajin/seniman lokal kepada masyarakat dalam dan luar kota, bahkan luar negeri atau pun kepada seniman lainnya.

5) Tugas pemeliharaan, yaitu meliputi perawatan dan pencegahan terhadap bahaya fisik, kimiawi atau organisme akibat faktor alam maupun oleh

manusia sendiri.

4.3 Kegiatan yang Diwadahi

Kegiatan yang direncanakan diwadahi di dalam Taman Budaya Kota Padang yang diredesain dapat diungkapkan sebagai berikut.

1) Kegiatan pelatihan dan pendidikan, dilakukan secara rutin berdasarkan jadwal tiap disiplin ilmu yang ditentukan oleh masing-masing

instruktur. Pelatihan diberikan secara aktif, baik dengan memberikan materi maupun praktik di sanggar-sanggar yang disediakan di dalam taman budaya. Secara pasif, wisatawan dapat mengunjungi perpustakaan, ruang pemutaran film, dan gallery untuk mendapatkan pengetahuan mengenai seni dan budaya Sumatera Barat.

commit to user commit to user

3) Kegiatan pameran/pagelaran, merupakan salah satu yang menjadi perhatian taman budaya. Kegiatan pameran dilakukan secara rutin dengan mengadakan pasar seni dan memamerkan hasil produksi pengrajin ataupun seniman pada gallery.

4) Kegiatan informasi dan pengelolaan, merupakan kegiatan yang memberi informasi dan menghubungkan pengunjung dengan taman

budaya, pengunjung dengan pengunjung, serta kegiatan adminstratif yang berkenaan dengan seluruh kegiatan di Taman Budaya.

5) Kegiatan pengelolaan. Keberadaan Taman Budaya yang berada di bawah binaan pemerintah, menuntut taman budaya untuk memiliki kemandirian dalam pengadaan sumber dana tambahan guna menjaga kelangsungan taman budaya sebagai publik space. Aktivitas ekonomi yang bisa dilakukan seperti penyewaan gedung pertunjukkan dan pasar seni diharapkan mampu memenuhi kebutuhan.

6) Kegiatan servis dan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan cara berikut.

a) Sistem dry-cleaning, pembersihan materi dari kotoran

b) Sistem coating, penyemprotan bahan kimia untuk menghindari sel- sel berbahaya yang bersinggungan langsung dengan materi, seperti

commit to user commit to user

c) Sistem fumigasi, perawatan tehadap gangguan serangga.

d) Pengkondisian gallery dan ruang pertunjukan terhadap kelembapan dan temperatur.

Sasaran Taman Budaya Kota Padang dibagi menjadi dua, yaitu pengunjung dan pengelola. Pengunjung meliputi semua lapisan masyarakat lokal, nasional, maupun internasional yang memiliki tujuan dan motivasi seperti pelajar, mahasiswa, peneliti, dan keluarga. Bisa dikatakan pengunjung yang memiliki tujuan tertentu seperti edukasi, rekreasi, dan penelitian baik yang datang sendiri, dalam kelompok kecil, maupun dalam jumlah besar/rombongan. Sedangkan pengelola mencakup seluruh personal yang memiliki tugas dalam mengelola taman budaya.

4.4 Strategi Redesain

Secara umum bentuk-bentuk strategi redesain dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembangunan (pengadaan baru), peningkatan kualitas dan kuantitas,

serta pemeliharaan.

Pembangunan merupakan tindak lanjut dari penelaahan kebutuhan taman budaya dan berbagai hal yang berkaitan di sekitarnya, dengan merencanakan penambahan fasilitas utama dan pendukung. Peningkatan kualitas dan kuantitas merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan suatu fasilitas baru yang representatif bagi kepentingan seluruh aktifitas. Sedangkan pemeliharaan

commit to user commit to user

4.5 Bangunan Yang Direncanak an

4.5.1 Penerapan Arsitektur Waterfront Dalam Redesain Taman Budaya Kota Padang

Upaya redesain taman budaya kota Padang salah satunya diwujudkan melalui pemanfaatan pantai Padang yang berhubungan langsung dengan taman

budaya. Pembangunan kawasan tepian air menjadi alternatif untuk memberi keharmonisan pada kawasan sekitar. Bentuk fisik bangunan waterfront

diwujudkan dalam satu bentuk yang dinamis dan rekreatif namun tetap mengacu pada konsep kecitraan bangunan tradisional Sumatera Barat.

4.5.2. Rencana Fisik Bangunan Pada Kawasan Taman Budaya Kota Padang

Masa-masa bangunan dalam kawasan taman budaya kota Padang terdiri dari beberapa unit, seperti pelatihan, pengelola, teater outdoor dan indoor, serta

gallery yang keseluruhannya memusat pada ruang pertunjukkan indoor.

Bentuk fisik dari tiap masa bangunan cenderung berbeda. Sebagian besar bangunan masih menggunakan bentuk arsitektur tradisional Sumatera Barat dengan atap bagonjong atau yang disebut dengan rumah gadang, yaitu atap yang digunakan pada rumah gadang, bentuknya seperti mata gergaji terbalik dengan garis-garis pembatas melengkung dan menghadap keluar. Bahan untuk atap biasanya dipilih ijuk untuk mendapatkan kemudahan saat membentuk lengkungan. Lambat laun banyak yang mengganti atapnya dengan seng, bahkan

commit to user commit to user

Bagian badan adalah dinding rumah. Pada pertemuan antara atap dan badan rumah, terdapat “pagu” yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang yang jarang dipakai. Bahan plafon biasanya sama dengan bahan lantai, yaitu kayu (papan), dan dindingnya berlapis dua. Lapisan luar terbuat dan anyaman bambu “sasak bugih” dan dinding sebelah dalam menggunakan papan yang banyak dihiasi ukiran atau ornamen-ornamen beraneka warna. Meskipun sebagian bangunan menggunakan arsitektur tradisional namun sebagian bangunan lagi sudah menerapkan arsitektur modern, baik pada bentuk fisik maupun material yang digunakan, seperti bangunan pertunjukkan besar yang lebih menitikberatkan pada material yang bersifat massif seperti beton sebagai dinding, hal ini terkait dengan fungsinya sebagai ruang pertunjukkan yang harus memperhatikan akustik ruangnya.

Sangat disayangkan, gedung pertunjukan yang besar menutupi moment estetika yang diciptakan oleh pantai Padang yang romantis. Para pengunjung tidak bisa menikmati keelokan pantai Padang dari sudut taman budaya, sehingga wisatawan harus memilih salah satu antara taman budaya atau pantai. Pada taman budaya, aktifitas rekreasi dan perekonomian sangat terlihat dengan jelas. Berbagai lapisan masyarakat datang hanya untuk sekedar menikmati moment estetika yang disugukan oleh Samudera Hindia. Para pelancong datang dalam kelompok kecil, besar, maupun bersama keluarga.

commit to user commit to user

Untuk dapat terus menarik wisatawan domestik dan mancanegara datang ke Taman Budaya Kota Padang, serta meyakinkan bahwa Padang masih aman untuk dikunjungi, dibutuhkan beberapa strategi, salah satunya dengan menghasilkan desain Taman Budaya yang tidak sekedar bagus namun mampu menghipnotis wisatawan untuk datang kembali.

Bentuk konteks dari lingkungan taman budaya Sumatera Barat menerapkan bentuk bangunan tradisional yang dikolaborasikan dengan unsur-unsur modern, Unsur-unsur filosofis dan langgam trad isional Sumatra Barat menjadi salah satu pendekatan kreatif dalam desain Taman Budaya Kota Padang. Filosofis arsitektur tradisional Sumatera Barat akan memberi citra kawasan taman budaya yang akan bersinergi dengan kawasan pariwisata sekitar dan pantai Padang khususnya. Citra menunjuk suatu “gambaran” (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang (Mangunwijaya, 2009 : 52). Citra mewakili tingkat kebudayaan manusia. Sehingga dapat dikatakan, citra mencerminkan jati diri dan juga kualitas dari suatu objek (Mangunwijaya, 1995 : VIII).

Aplikasi arsitektur tradisional Sumatera Barat pada tampilan bangunan diwujudkan pada filosofi bangunan, penggunaan atap, ornamen (langgam) pada dinding bangunan, serta melalui perwujudan kearifan lokal setempat.

commit to user commit to user

Pada hampir dua ribu tahun yang lalu, arsitek Roma (Itali) Vitruvius mengemukakan tiga faktor utama dalam arsitektur: venustas, utilitas, dan firmistas . Pada permulaan abad ke-17, penulis Inggris Sir Henry Wotton menterjemahkannya menjadi commodities, firmness, dan delight. Ketiga faktor ini selalu ada dan selalu berhubungan satu dengan lainnya secara timbal balik dalam suatu struktur yang baik.

Karakter dari arsitektur modern menurut Bruno Taut, yakni sebagai berikut.

1) Bangunan mencapai kegunaan yang semaksimal mungkin.

2) Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat tersebut di atas.

3) Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara kegunaan, ketepatan penggunaan material, dan keindahan sistem konstruksi.

4) Estetika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dan belakang, fasade dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam, tidak ada detail yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi keseluruhan.

5) Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan tetapi merupakan alat yang penting dalam eksperimen artistik.

commit to user

Dalam hal ini kaitannya dengan taman budaya kota Padang, yaitu penerapan arsitektur modern diterapkan ke dalam tampilan bangunan yang cenderung lebih simple dan ringan, bukaan-bukaan pada bangunan dengan material kaca transparan yang disesuaikan pada letak-letak tertentu. Olahan bentuk bangunan disesuaikan dengan fungsi taman budaya agar dapat menguatkan citra taman budaya sebagai wadah pengembangan seni budaya Sumatera Barat.

Pemilihan massa bangunan ditentukan dengan menggunakan aspek Form Follow Function , meliputi 3 hal berikut.

1) Dapat mencerminkan fungsi di dalamnya (kejelasan)

2) Pemilihan bentuk massa disesuaikan dengan orientasi pada view pantai Padang dan jalan Diponegoro.

3) Bentukan akan memberikan kesan luas terhadap kawasan

Pengungkapan citra Taman Budaya Kota Padang diwujudkan dengan menerapkan beberapa karakter yang sesuai dengan fungsi dan kegiatan yang diwadahi pada Taman Budaya Kota Padang. Karakter yang digunakan yaitu karakter dinamis, atraktif, dan romantis.

Bentuk aplikasi karakter dinamis dan atraktif diambil dari keluwesan dan kelincahan dari tarian tradisional Sumatera Barat, seperti randai, pencak silat, tari pasambahan, dan lain sebagainya.

Karakter dinamis pada Taman Budaya Kota Padang diwujudkan dalam pencitraan seorang ibu yang sedang menari. Di tiap sudut negeri, derajat seorang

wanita sama. Wanita merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak ternilai

commit to user commit to user

Sedangkan tari adalah perwujudan dari kekuatan-kekuatan aktif, yaitu sebuah citra yang dinamis. Semua yang dilakukan oleh penari sesungguhnya membantu dalam menciptakan apa yang sebenarnya kita lihat. Realita fisik yang tersaji yaitu tempat, gravitasi, tubuh, kekuatan, dan pengendalian otot, serta benda-benda sekunder seperti cahaya dan bunyi. Tarian yang terlihat, dengar serta yang dirasakan adalah kenyataan virtual, kekuatan gerak dalam tari, adanya konflik serta resolusinya, serta kehidupaan ritmiknya. Ini merupakan elemen- elemen perwujudan yang tercipta, dan tidak semata-mata bersifat fisik, namun tercipta secara artistik. Citra dinamis diwujudkan dengan memanfaatkan tenaga, ruang, dan waktu untuk membuat sebuah karya arsitektur yang bernilai sama dengan keindaan gerak suatu tari. Karena itu, sosok seorang ibu yang sedang menari menjadi landasan ide dari Taman Budaya Kota Padang.

Karakter romantis dan hangat pada kawasan taman budaya diaplikasikan dengan mewujudkan landscape dan vegetasi yang harmonis, serta mendukung keindahan Pantai Padang. Fasade bangunan waterfront yang mencitrakan ketradisionalan Sumatera Barat, menjadi salah satu objek yang membuat Pantai Padang semakin dramatis.

commit to user