ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TAMAN BUDAYA KOTA PADANG

ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TAMAN BUDAYA KOTA PADANG

5.1. Makro

5.1.1. Identitfikasi Lokasi Site Indentifikasi lokasi Taman Budaya Kota Padang yang akan diredesain yaitu: 1) terletak pada lahan dengan tata guna sebagai area pariwisata dan pendidikan; 2) lokasi berada di sepanjang garis pantai Padang; 3) tingkat pencapaian ke lokasi tinggi (aksesibilitas baik); serta 4) memiliki sarana dan infrastruktur penunjang kegiatan yang baik.

Pantai Padang yang sering menjadi pusat perhatian dapat diberdayakan sebagai daya tarik untuk redesain Taman Budaya Kota Padang dengan menjadikan area waterfront sebagai potensi penguat gedung pertunjukkan indoor dan gallery.

5.1.1.1. Eksisting Lokasi Site

Gambar 5.1. Peta lokasi kawasan taman budaya kota Padang sumber: http://tourism.padang.go.id dan googlearth (2011)

commit to user commit to user

5.1.2. Analisa Pencapaian Site

5.1.2.1. Penentukan Entrance Dalam menentukan main dan side entrance harus memiliki dasar

pertimbangan untuk mendapatkan perletakan akses yang ideal. Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan main dan side entrance, yakni: 1) kondisi dan potensi jalan di sekitar site perencanaan; 2) nilai aksesibilitas atau kemudahan pencapaian yang tinggi, baik untuk berbagai jenis kendaraan maupun

Selatan : Area pertokoan

Barat : Jl. Samudra dan Pantai Padang

Timur : Jl. Diponegoro

Utara : Jl. Pramuka

Gambar 5.2. batas-batas kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2012

commit to user commit to user

Kondisi eksisting disekitar kawasan Taman Budaya Kota Padang dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, Jalan Samudera, merupakan salah satu jalur

sekunder kota Padang yang memiliki kelebaran jalan 18 meter dengan kepadatan yang relatif rendah, jalan ini berada di bagian barat site atau di sepanjang Pantai

Padang. Jalan ini memiliki dua jalur dan dua arah serta dilalui oleh angkot dan kendaraan pribadi. Pada sisi timur dari jalanan ini dipenuhi dengan berbagai macam restoran dan rumah makan.

Perkantoran dan Museum Adityawarman

Pertokoan

Pantai Padang

Pertokoan

Gambar 5.3. kondisi lingkungan kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2012

commit to user commit to user

Ketiga, Jalan Pramuka, jalan yang berada di bagian utara site ini mengubungkan Jalan Samudera dengan Jalan Diponegoro. Berbeda dengan Jalan Samudera dan Jalan Diponegoro, jalan yang memiliki kelebaran 8 meter ini hanya dilewati oleh kendaraan pribadi. Di sepanjang jalan dua arah ini diisi oleh pertokoan dan rumah makan Padang.

Gambar 5.4. pola pergerakan lalu lintas di sekitar kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2012

commit to user

Gambar 5.5. sistem parkir paralel sumber: Analisa pribadi 2012

Gambar 5.5. sistem parkir menyudut 45 º

5.1.2.2.1. Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan berupa roda dua dan roda empat dibedakan menjadi dua sirkulasi, yakni sebagai berikut.

1) Pengunjung, melalui Main entrance barat dan timur

2) Pengelola dan servis, melalui Side entrance

5.1.2.2.2. Sirkulasi Pejalan Kaki Bagi pejalan kaki disediakan pedestrian pada kawasan yang menghubungkan antara bangunan satu dengan yang lain. Letak bangunan yang lebih tinggi dari jalan membuat pejalan kaki bisa memanfaatkan selasar sebagai akses untuk masuk kedalam bangunan.

5.1.2.2.3. Sistem Perparkiran

Sistem parkir menurut Neufert Architect Data (NAD) terbagi dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut.

1) Sistem parkir paralel

2) Sistem parkir menyudut 45º

Karakter: · Efisien diterapkan di area parkir · Sirkulasi keluar-masuk lancar. · Daya tampung kendaraan cukup banyak.

Karakter: · Efisien diterapkan di badan jalan. · Sirkulasi keluar-masuk sulit. · Daya tampung kendaraan sedikit.

commit to user

Gambar 5.7. simulasi bangunan kawasan taman budaya kota Padang sumber: Dokumen pribadi 2012

Gambar 5.6. sistem parkir menyudut

90 º

sumber: Analisa pribadi 2012

Sterofoam Area

waterfront

Site bangunan asli

5.1.3. Analisa Iklim

5.1.3.1. Pergerakan Angin

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu arah datang sinar matahari dan arah angin dengan tujuan menemukan solusi desain dari permasalahan iklim terhadap site dan mempertimbangkan perletakan bangunan.

Selain itu posisi site yang berada di bibir pantai, memungkinkan angin dari arah laut membawa butiran-butiran air laut yang dapat memberikan dampak korosi pada material besi dan baja.

Pergerakan angin pada site berasal dari angin laut dan angin darat yang disimulasikan dengan

menggunakan malampet dan serpihan sterofoam. Simulasi tersebut diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar berikut merupakan simulasi angin yang datang dari laut menuju darat membawa uap air

Karakter: · Efisien diterapkan di area parkir (basement

dan sebagainya). · Sirkulasi keluar-masuk lancar. · Daya tampung kendaraan banyak.

commit to user

Gambar 5.8. simulasi angin pada bangunan alternatif 1

kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2012

Sterofoam yang dikumpulkan pada daerah “pantai” ditiup kearah “darat” kemudian dapat terlihat pada perubahan keadaan sterofoam. Sterofoam yang berhenti pada bangunan menandakan arus angin tidak merata keseluruh kawasan. Sebaliknya, jika sterofoam menyebar ke seluruh kawasan maka itu menandakan angin merata ke seluruh kawasan.

Angin bergerak dari laut ke darat menuju bangunan waterfront menuju kawasan taman budaya melewati jalan. Namun bangunan yang disusun secara linear membuat angin tidak mampu melewati atau masuk ke dalam tiap bangunan secara merata. Hal ini diakibatkan juga oleh bentuk bangunan yang massif dan rapat. Begitu juga dengan angin yang berhembus dari darat ke laut. Sterofoam yang berhembus berhenti pada satu bangunan yaitu pada bangunan pengelola.

5.1.3.2. Garis Edar Matahari

commit to user

Gambar 5.9. analisa matahari pada kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2011

memungkinkan menerima penyinaran matahari sepanjang hari. Hal ini berpotensi dimanfaatkan sebagai natural lighting. Sedangkan hembusan angin yang berasal dari laut mudah menimbulkan korosi pada material-material dari bahan metal.

Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa alternatif pemecahan dengan pertimbangan sebagai berikut. 1)

Bukaan, yaitu berhubungan dengan perletakan bukaan untuk menangkap sinar matahari ke dalam bangunan ataupun bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami.

2) Barier , yaitu penghalang yang dapat berupa vegetasi ataupun bangunan dan pagar yang didesain sebaik mungkin sebagai penghalang sinar

commit to user

Gambar 5.10. analisa view ke bangunan pada kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2011

di dalamnya. 3)

Material, yaitu berperan sebagai filter sinar dan mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.

5.1.4. Analisa View Lingkungan.

Hal-hal yang menjadi dasar petimbangan dalam melakukan pendekatan site ini yaitu: 1) ekspose site terhadap lingkungan sehingga bangunan dapat terekspose dengan baik; 2) keberadaan jalan sekitar site; 3) keberadaan bangunan dalam lokasi site; serta 4) kondisi view lingkungan sekitar, pengamatan view dilakukan pada ketinggian mata normal manusia.

5.1.4.1.View to site

Potensi view minimum, area

pertokoan kurang mendukung view kearah site.

Potensi view maksimum, karena terlihat dari Jl. Samudra yang dilewati kendaraamn umum dan pribadi

Potensi view maksimum, Jl. Diponegoro

mendukung view kearah site.

Potensi view minimum, karena menghadap ke pertokoan dan jalan.

commit to user

Gambar 5.11. analisa view dari bangunan pada kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2011

Pada kondisi eksisting sebelumnya, view Pantai Padang yang indah hanya dapat dinikmati oleh pengunjung yang berada di sekitaran gedung pertunjukkan.

Hal ini disebabkan oleh ukuran gedung pertunjukan yang besar dan keberadaannya yang berada tepat di sisi barat tapak menutupi momen estetika.

5.1.5. Analisa Noise (kebisingan)

Sebelum menganalisis site yang akan diolah harus memiliki tujuan agar bangunan yang diredesain nantinya memiliki kualitas yang lebih baik. Tujuan dari menganalisis tingkat kebisingan lingkungan, yaitu untuk menentukan zona kegiatan pada site, mengatur tata massa dalam site, dan mengetahui area pada site yang memerlukan barrier sebagai filter terhadap kebisingan. Sedangkan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu arah datang atau sumber bunyi dan tingakt keprivasian aktifitas.

commit to user commit to user

KETERANGAN :

A : Tingkat kebisingan tinggi berasal dari kendaraan yang berada di Jl. Diponegoro

B : Tingkat kebisingan cukup tinggi berasal dari kendaraan yang berada di Jl. Pramuka

C : Tingkat kebisingan tinggi berasal dari kendaaraan yang berada di Jl. Samudra

D : Tingkat kebisingan rendah berasal dari ruko dan pertokoan

E : Tingkat keb isingan tinggi berasal dari kendaaraan yang berada di Jl. Samudra

F : Tingkat kebisingan rendah berasal dari deburan ombak

5.1.6. Analisa Tata Landscape

Hal-hal yang menjadi dasar petimbangan dalam melakukan pendekatan site ini yaitu: 1)fungsi landscape dapat mendukung kegiatan; 2)mendukung karakter bangunan sebagai bangunan public; dan 3)perencanaan penghijauan dan sebagai fungsi resapan air hujan. Jenis landscape terbagi menjadi dua macam,

Gambar 5.12. tingkat kebisingan di kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2011

commit to user

Gambar 5.13. Alternatif Hardscape Landscape Sumber: www.astudioarchitect.com (3 Juni 2009); www.intisemestaraya.blogspot.com (30 Maret 2010)

lanscape pada sebuah tapak dimanfaatkan sebagai pendukung kegiatan seperti jalur pedestrian dan kendaraan, memberikan perkuatan terhadap karakter dan estetika bangunan. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai area tangkapan air hujan. Hardscape lanscape dapat berupa lantai penutup jalan (paving block) dan street furniture (lampu jalan, tempat sampah dan lain-lain)

Terdapat beberapa alternatif hardscape lanscape yang biasa digunakan, seperti perkerasan aspal, perkerasan beton, perkerasan kerikil, tanah padat, paving berumput (grass block), dan taman.

Jenis landscape yang lain yaitu, softscape landscape yang meliputi vegetasi pada taman maupun jalur sirku lasi. Vegetasi memiliki fungsi bermacam- macam yaitu selain memperindah suatu tempat juga dapat dijadikan sebagai buffer suara, udara dan panas matahari. Landscape kawasan di sekitar site cukup tertata rapi dengan dominasi taman pada median jalan.

commit to user

Gambar 5.14. Alternatif Softscape Landscape sumber: www.asainbisnis.com (20 Oktober 2009)

Terdapat beberapa alternatif softscape landscape yang biasa digunakan, yaitu perkerasan aspal, perkerasan beton, perkerasan kerikil, tanah padat, paving,

tanah berumput, dan taman.

1) Penataan softscape landscape disekitar site untuk mengatasi kebisingan dan

sekaligus sebagai estetika yang mendukung konsep bangunan.

2) Pemanfaatan hutan mangrove pada pesisir pantai mampu mencegah terjadinya erosi serta memberikan keeksotisan dan kesejukan pada bangunan.

5.1.7. Analisa tampilan bangunan

Pendekatan tampilan Bangunan pada taman budaya mengambil langgam dan filosofi dari rumah tradisional Minangkabau sebagai pencitraan terhadap

fungsi bangunan, dengan elemen fasade di dominasi oleh penghijauan pada bangunan.

5.1.8. Analisa Material Bangunan

Pemilihan material bangunan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan sejak awal. Tahan lama, mudah dalam perawatan dan

commit to user

dalam memilih material bangunan. Pada bangunan yang bersifat formal seperti bangunan unit pengelola termasuk didalamnya perpustakaan dan dokumentasi menggunakan material yang bersifat masif, seperti bata ekspose, dan Smart H-Brick sebagai penutup dinding, element kaca juga akan memberi sentuhan yang berbeda dari bangunan lainnya. Sedangkan penutup lantai, lebih menitikberatkan pada penggunaan keramik. Bagian tubuh dari bangunan ini akan d ikombinasikan dengan penggunaan titanium sebagai penutup atap, hal ini terkait dengan iklim mikro setempat yang akan menyebabkan korosi pada material besi dan baja.

Berbeda dengan bangunan pengelola, bangunan yang bersifat non formal lebih menitikberatkan pada penggunaan material yang lebih memberikan kesan

ringan dan natural seperti kayu ulin, dinding roaster, dan lantai p lester. Penggunaan bata Smart H-Brick juga akan terlihat pada bangunan-bangunan ini, terkait dengan kelebihan bata ini yaitu tahan terhadap gempa. Dalam hal ini pengolahan dinding sangat berpengaruh pada karakter dan citra yang ditimbulkan.

Sedangkan pada bangunan waterfront, hal yang menjadi perhatian yaitu air laut yang menimbulkan korosi dalam waktu yang cepat. Untuk itu penggunaan material seperti titanium yang bersifat anti korosi dan ringan menjadi pilihan tepat sebagai pelapis dari bangunan ini. Pada gallery, penutup lantai yang terdiri dari perpaduan kaca dan material alami seprti enceng gondok, batu-batuan, anyaman menjadi aksen untuk memunculkan kesan unik dan ramah dari ruang pareran.

Penjelasan mengenai material-material diatas dijabarkan sebagai berikut.

commit to user

Gambar 5.15. Bata ekspos sumber: www.batapresmera.blogspot.com

(9 april 2011)

Gambar 5.16. Smart H-Brick Sumber: Kompas, 22 Februari 2012

dalam pemasangan dan perawatannya lebih ekonomis bata ekspose memiliki estetika yang tidak kalah dibandingkan dengan material-material lainnya serta menghasilkan kesan natural. Selain itu, dalam perkembangannya nanti bata ekspose ini lebih mudah dikenal warga. Bata ini diimplemntasikan pada beberapa bagian dari gedung pengelola dan sanggar. Hal ini terkait dengan karakternya yang terkesan ringan, tidak formal, serta memberi kesan natural.

2) Smart H-Brick Pemanfaatan pecahan genting sebagai material agregat penyusun bata. Bata

dibuat dalam bentuk H agar agar tahan terhadap guncangan saat digunakan sebagai material pembangun dinding, karena bentuk H bisa saling mengunci,

sehingga bentuk dinding tidak tidak beruba saat menahan guncangan gempa dari dua ara, yakni sejajar dan tegal lurus dengan dinding. Untuk membuat bata H dibutuhkan semen, pasir, dan agregat (campuran pecaan genting dan limbat bubut baja) dengan perbandingan 1:2:3, lalu ditambah air. Bata ini akan diimplementasikan pada semua bangunan.

commit to user

Gambar 5.18. Denver art museum, Cina sumber: www.naesarch.blogspot.com (22 Februari 2011)

Gambar 5.17. Lantai keramik

sumber: www.koleksigambarrumah.blogspot.com (7 Mei 2012)

4) Lantai keramik, dalam ragam jenisnya, keramik merupakan material yang

paling banyak macamnya. Menggunakan keramik untuk melapisi lantai rumah adalah pilihan yang tepat karena sifatnya yang mudah dalam perawatn, kuat, dan tahan lama (Seri rumah ide edisi lantai, 2007).

5) Bambu berongga

6) Penggunaan material lokal, seperti kayu ulin, batu kali, dan rumbai dimaksudkan sebagai wujud penghargaan terhadap kearifan lokal dan lebih membudayakan potensi dan sumber daya lokal.

7) Titanium, merupakan logam transisi yang, ringan, kuat, berkilau, dan tahan terhadap korosi (termasuk tahan terhadap air laut dan klorin dengan warna putih metalik keperakan).

commit to user

1) Titanium memiliki kekuatan sama dengan baja namun memiliki bobot 60% dari bobot baja.

2) Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.

3) Tahan terhadap suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan titanium karena aluminium akan kehilangan kekuatannya seacara nyata.

4) Tahan terhadap korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.

5) Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding aluminium.

5.1.9. Analisa pencahayaan

Pada dasarnya, pencahayaan yang digunakan pada suatu bangunan terdiri dari dua jenis, yaitu pencahaayaan alami dan pencahayaan buatan. Dalam menentukan sistem pencahayaan yang digunakan terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yakni: 1) sistem pencahayaan yang hemat energi; 2) pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alami pada siang hari; serta 3) penggunaan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan tanpa pemborosan.

Pada ruang latian, galeri, dan pasar seni, dinding berongga dan dinding botol dapat menjadi salah satu alternatif bukaan sehingga matahari dapat masuk tanpa menimbulkan silau yang berlebihan.

commit to user

Gambar 5.19. Pencahayaan alami yang berasal dari dinding berongga sumber: www.kontraktorbangunan.com (6 Juni 2011); www.probohindarto.blogspot.com (24 Mei 2010)

Gambar 5.20. North Junland House of Music, Denmark sumber: www.arcspace.com (8 September 2003)

Sedangkan lampu listrik hanya digunakan pada malam hari, saat kondisi langit mendung dan pada area-area ruangan yang tingkat keterangannya kurang

(sesuai kebutuhan).

Penghematan energi dilakukan melalui pengoperasian lampu listrik menggunakan alat pengendali otomatis (alat peredup atau saklar photo elektrik)

yang dapat menyalakan atau mematikan dan membuat cahaya menjadi redup (dimmer control).

Pada gedung pertunjukkan, sistem pencahayaan alami memanfaatkan sinar matahari yang masuk melalui skylight dan kaca sebagai .

commit to user

Skema 5.1. pencahayaan bangunan pada kawasan taman budaya kota Padang

sumber: Dokumen pribadi 2012

5.1.10. Analisa penghawaan

Sama halnya dengan pencahayaan, sistem penghawaan terdiri dari dua jenis, yaitu sistem penghawaan alami dan buatan. Pertama, sistem penghawaan alami, angin yang berembus pada site yaitu angin darat dan angin laut, dimana angin laut membawa banyak uap air sehingga seingga site mejadi lebih lembab. Untuk membantu penghawaan di dalam ruangan dibantu dengan dinding berongga dan dinding botol yang mampu berfungsi sebagai bukaan yang cukup banyak, namun mampu mejadi filter dan membuat angin yang masuk menjadi semilir. Kedua, penghawaan buatan, Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan konstan, maka bisa digunakan penghawaan buatan, seperti penggunaan ceiling fun untuk membantu penghawaan alami pada ruang-ruang besar.

Pada bangunan sanggar, system penghawaan alami menggunakan cross ventilation dengan memanfaatkan bukaan-bukaan yang berupa dinding

beronggga, sehingga ruang tidak membutuhkan AC dalam membantu sirkulasi udara.

Lain halnya dengan ruang pengelola, perpustakaan, ruang dokumentasi, pementasan, dan gallery. Penghawaan alami berasal dari bukaan kaca, namun

Sinar matahari

Pencahayaan alami, menggunakan cahaya

mat ahari

Pencahayaan art if isial

Pener angan lampu dengan di mmer cont rol, hanya menyala pada saat t ingkat terang ruangan rendah.

commit to user commit to user

5.2. Mikro

5.2.1. Analisa Zonifikasi Ruang

Analisa zonifikasi ruang didasarkan pada sifat kegiatan yang terjadi pada Taman Budaya Kota Padang. Kegiatan yang terjadi diuraikan sebagai berikut.

a) Kegiatan Publik, yaitu kegiatan yang langsung berhubungan dengan pengunjung, seperti kegiatan belajar dan mengajar di sanggar, kegiatan

promosi dan pemasaran, kegiatan pementasan, kegiatan jasa dan pelayanan.

b) Kegiatan Semi Publik, yaitu kegiatan yang masih berkaitan penting dengan

pengunjung dan mempunyai sifat tak langsung, seperti kegiatan teknik.

c) Kegiatan Privat, yaitu kegiatan intern pada taman budaya yang tidak

melibatkan pengunjung secara langsung, meliputi kegiatan pengelolaan.

d) Kegiatan Servis, yaitu kegiatan yang bersifat operasional bangunan.

5.2.2. Analisa kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang diambil berdasarkan macam kegiatan dan tuntutan wadah kegiatan. Macam kegiatan dan tuntutan wadah kegiatan yang dimaksud,

yaitu 1) kegiatan pelatihan/sanggar, kegiatan ini mencakup didalamnya pelatian tari, music, dan teatre. untuk memenuhi tuntutan kegiatan, ruang yang disediakan

meliputi hall/lobby, studio/r.latihan, ruang ganti, r.instruktur, lavatory, mushalla,

commit to user

(customer care), personalia, administrasi, keuangan, hubungan masyarakat, ruang marketing, ruang kerja p impinan, ruang sekretaris, ruang rapat, pantry, gudang, lavatory, dan mushalla; 3) kegiatan dokumentasi, meliputi hall/lobby, ruang perpustakaan, ruang baca, ruang peminjaman/pengembalian, ruang penyimpana buku, ruang koleksi audio, ruang audio, ruang koleksi video, ruang pemutaran slide, ruang produksi, ruang kantor, gudang, lavatory, dan mushalla; 4) kegiatan pementasan, pementasan dilakukan dengan dua jenis pementasan, yaitu: a) ruang pentas tertutup, diperuntukkan kegiatan serba guna, seperti pementasan drama, musik, tari; tempat sarasehan yang bersifat umum. Untuk gedung pentas tertutup mempunyai kebutuhan ruang, seperti hall/lobby, seat, stage, backstage, reherseal, ruang rias, ruang wardrobe, ruang penyimpanan, master control room (MCR), ruang konrol lighting, ruang control audio video, bengkel dekorasi, gudag, lavatory, dan mushalla; b) ruang pentas terbuka, yaitu fasilitas pementasan kesenian yang bersifat akrobatik dan memerlukan ruang gerak yang bebas. Kebutuhan ruang pentas ini meliputi stage, audience, ruang ganti temporer, ruang persiapan temporer, ruang kontrol lighting dan sound; 5) kegiatan pameran/pasar seni, meliputi hall/lobby, ruang pameran, secretariat, retail, ruang penyimpanan, ruang perawatan, mushalla, dan lavatory; 6) kegiatan servis, meliputi ruang jaga, ruang janitor, ruang ME dan genset, reservoir, ruang control CCTV, ruang generator wind turbin, ruang photovoltaic, mushalla, lavatory, dan gudang; 7) kegiatan penunjang, meliputi ATM center, food court, communal space, dan perparkiran.

commit to user

Tabel 5.1. Kelompok jenis kegiatan dan ruang pada taman budaya kota Padang

Sumber: Analisa pribadi 2012

dijelaskan pada tabel berikut.

Kelompok Kegiatan

Pelaku Kegiatan

Macam Kegiatan

Tuntutan Wadah Kegiatan

Pengelolaan

Pimpinan

Datang Bekerja Menerima tamu Metabolisme Ibadah Pulang

Hall R. kerja pimpinan R. tamu Lavatory Mushalla

Sekretaris

Datang Surat-menyurat Membantu pimpinan Metabolisme Ibadah Pulang

Hall R.Kerja R.Kerja Lavatory Mushalla

Pengurus/bagian seksi

Datang Tangani informasi Tangani

penyajian

kegiatan Tangani kepersonaliaan Tangani humas Tangani pemasaran Tangani perbendaharaan Tangani ADM Terima tamu Mengontrol CCTV Matabolisme Ibadah Pulang

Hall Ruang informasi Ruang penyajian kegiatan

Ruang personalia

Ruang humas

Ruang marketing Ruang keuangan Ruang administrasi R. Tamu Ruang CCTV Lavatory Mushalla

Pelatihan

Instruktur

Datang Duduk/menunggu Ganti Mengajar

Hall Hall/Lobby R.Ganti R.Studio/R.Latihan

commit to user

Birokrasi Metabolisme Menyimpen peralatan Ibadah Pulang

R.Instruktur Lavatory Ruang penyimpanan Mushalla

Pengunjung/anak didik

Datang Duduk/menunggu Ganti Belajar Metabolisme Menyimpen peralatan Ibadah Pulang

Hall Hall/Lobby R.Ganti R.Studio/R.Latihan Lavatory Ruang penyimpanan Mushalla

dokumentasi

Pengelola

Datang Persiapan aktifitas Penyimpanan/penga mbilan dokumen Menyimpan buku

Menyimpan koleksi audio Menyimpan koleksi video Pemutaran film/slide/kaset Tangani peminjaman dan

pengembalian

buku Memotokopi Mengontrol CCTV Metabolisme Penyimpanan alat Ibadah pulang

Hall Ruang kantor Ruang Dokumen

Ruang penyimpanan

buku Ruang koleksi audio

Ruang koleksi video

Studio

Ruang peminjaman dan pengembalian buku

Ruang fotokopi Ruang CCTV Lavatory Gudang Mushalla

pengunjung

Datang Titip barang Mencari buku Membaca buku Dengarkan kaset Menonton film/slide Pinjam

dan

kembalikan buku

Hall Lobby/hall R.Perpustakaan R.baca R.Audio Studio Ruang peminjaman dan pengembalian

commit to user

Metabolisme Ibadah pulang

Lavatory Mushalla

Pementasan (tertutup)

Pengelola

Datang Tangani tiket Melakukan pementasan Bersiap-siap Merias Ganti kostum Menyimpan peralatan Mengontrol lighting Mengontrol

audio

dan video Mengontrol lighting, audio, dan video Persiapan dekorasi Mengontrol CCTV Metabolisme Ibadah pulang

Hall dan loading dock Ticket box Stage

Backstage dan reherseal Ruang make up Ruang wardrobe Ruang penyimpanan Ruang control lighting Ruang control audio dan video Master control room

Bengkel dekorasi Ruang CCTV Lavatory Mushalla

Pengunjung

Datang Membeli tiket Menyaksikan pementasan Metabolisme Ibadah Pulang

Hall Ticket box Seat

Lavatory Mushalla

Pementasan (terbuka)

pengelola

Melakukan pertunjukan Persiapan Pengontrolan ligting dan sound Ganti kostum Merias Pulang

Stage

Backstage Ruang control

Ruang ganti Ruang makeup

Pengunjung

Menyaksikan pertunjukan pulang

Seat audience

Pameran/pa sar seni

Pengelola

Datang Mengatur

jalannya

Hall Secretariat

commit to user commit to user

Ruang perawatan

Ruang CCTV Lavatory Mushalla

Seniman

Datang Memamerkan produk dan

melakukan transaksi jual beli Metabolisme Ibadah Pulang

Hall Gallery dan retail

Lavatory Mushalla

pengunjung

Datang Melihat pameran dan melakukan transaksi jual beli Metabolisme Ibadah Pulang

Hall Gallery dan retail

Lavatory Mushalla

Servis

pengelola

Tangani ME Mengontrol CCTV Tangani photovoltaic Tangani

generator

turbin angin Menjaga keamanan

Ruang ME dan genset Ruang CCTV Ruang photovoltaic Ruang generator

Ruang jaga

Penunjang

pengunjung

Ibadah Metabolisme Makan dan istirahat Istirahat

dan

menikmati keadaan transaksi

instan

perbankan memarkir kendaraan

Mushalla Lavatory Foodcourt Communal space

ATM centre

Area perparkiran

5.2.3. Analisa pola kegiatan

1. Kelompok kegiatan pelatihan

a. Pengelola / staff pengajar

commit to user

Skema 5.2. Kelompok kegiatan Latihan/sanggar bagi pengelola

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.3. Kelompok kegiatan Latihan/sanggar bagi pengunjung

Sumber: Analisa pribadi 2012

b. Pengunjung

2. Kegiatan dokumentasi

1) Audio visual

a. Pengelola

Tidak masuk kedalam bangunan

· Mengantar · Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Belajar, latihan, ikut menyiapkan dan menyimpan peralatan latihan (tari, music, teater)

· Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Mengajar, menyiapkan dan menyimpan peralatan latihan (tari, music,

teater) · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.4. Kelompok kegiatan dokumentasi audio visual bagi pengelola

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.5. Kelompok kegiatan dokumentasi audio visual bagi pengunjung

Sumber: Analisa pribadi 2012

b. Pengunjung

2) Perpustakaan

a. Pengelola

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Bekerja sesuai job description masing-masing seperti menyiapkan, menyajikan, dan menyimpan katalog serta materi dokumentasi.

· Privat care ( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Mengantar · Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Melihat-lihat katalog, mendengar materi audio, dan menonton slide film. · Privat care ( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.6. Kelompok kegiatan perpustakaan bagi pengelola

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.7. Kelompok kegiatan perpustakaan bagi pengunjung

Sumber: Analisa pribadi 2012

b. Pengunjung

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Memeriksa dan mengecek buku · Melakukan transaksi peminjaman dan pengembalian buku · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Melihat-lihat, membaca, mengembalikan dan meminjam buku · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.9. Kelompok kegiatan pementasan bagi pengelola

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.8. Kelompok kegiatan koordinasi/pengelolaan

Sumber: Analisa pribadi 2012

4. Kegiatan pementasan

a. Pengelola

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Bekerja sesuai jobdescription masing-masing, seperti melayani pengunjung secara langsung, mengatur administrasi, keuangan, rapat, dan lainnya.

· Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Bekerja sesuai jobdescription masing-masing, seperti mengatur sound, lighting, dekorasi, peralatan, mengatur jalannya acara, dan lain sebagainya.

· Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.10. Kelompok kegiatan pementasan bagi pengunjung

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.11. Kelompok kegiatan pameran bagi pengelola

Sumber: Analisa pribadi 2012

5. Kegiatan pameran

a. pengelola

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Bekerja sesuai job description masing-masing, seperti menyiapkan,

mengecek produk atau bahan pameran. · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan · Menikmati acara dan pertunjukkan yang berlangsung

· Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.12. Kelompok kegiatan pameran bagi seniman

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.13. Kelompok kegiatan pameran bagi pengunjung

Sumber: Analisa pribadi 2012

c. pengunjung

6. Kegiatan servis dan perawatan

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Menyiapkan dan memamerkan produksi kerajinan, melakukan transaksi. · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Melihat acara pameran, melakukan transaksi jual beli. · Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user

Skema 5.14. Kelompok kegiatan servis dan perawatan

Sumber: Analisa pribadi 2012

5.2.4. Analisan besaran ruang

Pada pendekatan studi kapasitas besaran ruang diambil berdasarkan sumber data/literatur bagi kegiatan yang dianggap umum, asumsi dan perbandingan dengan ruang lain yang tingkat kegunaan dan anggapan/analisanya hampir sama bagi kegiatan yang bersifat khusus/tradisional. Pendekatan ini berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu jensi ruang, sifat ruang, aktifitas yang diwadahi, dan pelaku kegiatan. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang diperhatikan dalam perhitungan besaran ruang, yaitu 1) data obyek; 2) kapasitas disesuaikan dengan kapasitas yang direncanakan dengan prediksi 20 tahun mendatang; 3) standart berdasarkan standart literatur yang berkaitan dengan ruang yang dihitung, bagi ruang yang dianggap umum; 4) luasan ruang merupakan perkalian dari jumlah kapasitas dengan standart yang sesuai; 5) presentase flow gerak berkisar 10 % - 75 % dengan kriteria tertentu, yaitu kebutuhan keleluasaan

Tidak masuk kedalam bangunan

· Menikmati suasana taman budaya · Menonton pertunjukan / acara yang sedang berlangsung ·

Datang

Masuk ke dalam bangunan

· Bekerja sesuai job description masing-masing seperti pengecekan dan pengelolaan materi gallery, pengelolaan ME, perawatan barang pameran dan lain sebagainya.

· Privat care( ke lavatory, ibadah dll.)

Parkir Pergi

commit to user commit to user

Studi kapasitas besaran ruang

1. kegiatan pelatihan

a. R. Latihan tari

1) R. Latihan Tari indoor

Asumsi setiap kali latihan 20 orang penari (seniman) dengan 3 orang pembina/instruktur. · Luas R.Latihan : 23 x 2,7 m²

= 62,1 m²

Flow 60 % = 0,6 x 62,1 m²

· R.Ganti (L/P) : 20 x 1,21 m²

= 24,2 m²

Flow 20 % = 0,2 x 24,2 m²

· Lavatory P : 2 urinoir @ 0,8 m²

= 1,6 m²

1 washtafel @ 1,2 m²

= 1,2 m²

2 WC @2,4 m²

2 washatafel @1,2 m²

= 2,4 m²

· R.Instruktur : 3 x 0,6 m²

= 12,0 m² (TSS)

· Gudang (asumsi)

= 8,0 m²

· Mushalla Menampung 5 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m².

commit to user

Ø Luas R. Sholat (5 x 0,6 m²) + 2,5 = 5,5 m² Flow 20% = 0,2 x 5,5

Ø R. Wudhu (Asumsi)

= 4,0 m²

Total kebutuh an r. latihan tari = 175,84 m²

2) R.Tari out door / terbuka

Waktu latihan adalah bergantian setiap minggu. Untuk masing-masing kesenian @ :

5 penari : 5 x 9 m²

= 45 m²

5 pengiring musik: 5 x 1, m²

= 7 m²

Total luas

= 52 m²

Flow 60% = 60% x 52

= 31,2 m²

Total luas

= 83,2 m²

Dikarenakan penggunaan/penempatan latihan ini pada arena

terbuka/pentas out door, maka perhitungan luasan ini sebagai pertimbangan pada perhitungan arena terbuka termasuk fasilitas ruang lainnya.

b. R. Latihan Teater

Asumsi setiap kali latihan 20 orang sen iman (siswa) dengan 3 orang pelatih. · Luas R. Latihan : 23 x 2,7 m²

= 62,1 m²

Flow 60 % = 0,6 x 62,1 m²

· R. Ganti (L/P) : 20 x 1,21 m²

= 24,2 m²

Flow 20 % = 0,2 x 24,2 m²

commit to user

· Lavatory P : 2 urinoir @ 0,8 m²

= 1,6 m²

1 washtafel @ 1,2 m²

= 1,2 m²

2 WC @2,4 m²

2 washatafel @1,2 m²

= 2,4 m²

· R. Instruktur : 3 x 4,0 m²

=12,0 m² (TSS)

· Gudang (asumsi)

= 8,0 m²

· Mushalla Menampung 5 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (5 x 0,6 m²) + 2,5 = 5,5 m²

Flow 20% = 0,2 x 5,5

Ø R. Wudhu (Asumsi)

= 4,0 m²

Total kebutuh an r. latihan teater = 175,84 m²

c. R. Latihan Musik

Jenis musik : Rabab, Gambus, dll. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 seniman (siswa) dengan latihan secara bergantian.

1 perangkat alat musik

= 42 m²

Flow 30 % = 0,3 x 42 m²

= 12,6 m²

Total luas

= 54,6 m²

· R. Instruktur (3 orang) : 3 x 4,0 m²

= 12 m²

· Gudang alat (asumsi)

= 30 m²

· Lavatory P:

2 urinoir @ 0,8 m²

= 1,6 m²

1 washtafel @ 1,2 m²

= 1,2 m²

2 WC @2,4 m²

= 4,8 m²

commit to user

W : 3 WC @ 2,4 m²

= 7,2 m²

2 washatafel @1,2 m²

= 2,4 m²

· Mushalla Menampung 5 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (5 x 0,6 m²) + 2,5

= 5,5 m²

Flow 20% = 0,2 x 5,5

Ø R. Wudhu (Asumsi)

= 4,0 m²

Total Luas

= 124,4 m²

Besar kebutuhan ruang yang diperlukan tergantung pada jenis kegiatan, jumlah pemakai, sarana penunjang pendidikan, dan waktu penggunaannya. Dari perhitungan yang ditentukan, pemakaian perhari dari jam 08.00-16.00 wib. Lama pendidikan 8 jam per hari, 6 hari seminggu, jumlah pengajaran rata-rata 54 jam/minggu

Ruang-ruang latihan ini dapat dipakai beberapa kali/hari, maka jumlah ruang yang dibutuhkan dijabarkan sebagai berikut.

a) R. latihan Musik Jam belajar 2 jam/latihan, 2 kali seminggu =4 jam. Jumlah siswa tiap kelompok 20 orang (terbanyak). Jumlah waktu seluruh kelompok music selama seminggu : 3 kelompok x 4 jam = 12 jam

12 : 54 = 0,222 = 1 ruang latihan.

b) R. Latihan Tari Jam belajar 2 jam/latihan, 2 kali seminggu =4 jam. Jumlah siswa tiap kelompok 20 orang (terbanyak) Jumlah waktu seluruh kelompok music seminggu : 4 kelompok x 4 jam = 16 jam

16 : 54 = 0,296 = 1 ruang latihan

c) R. Latihan teater

commit to user

Jam belajar 2 jam/latihan, 2 kali seminggu =4 jam. Jumlah siswa tiap kelompok 20 orang (terbanyak) Jumlah waktu seluruh kelompok music seminggu : 5 kelompok x 4 jam = 20 jam

20 : 54 = 0,370 = 1 ruang latihan

2. Kegiatan dokumentasi Hall (asumsi)

= 30 m²

a. R. Perpustakaan · Book Stack

Asumsi 5000 buku dengan 15m²/vol (NAD) = 15 m² x 5 = 75 m² Flow 60 % = 0,6 x 75 m² = 45 m² Total luas = 120 m²

· R. Baca Ruang baca diasumsikan menampung 50 orang dengan standart NAD 2,32 m²/orang : 50 x 2,32 = 116 m² Hasil, Katalog, peminjaman dan penitipan tas diasumsikan seluas 30 m² Flow 30 % = 0,3 x (116 m² + 30 m²) = 43,8 m² Total luas = 189,8 m²

· Lavatory P : 2 urinoir @ 0,8 m²

= 1,6 m²

1 washtafel @ 1,2 m²

= 1,2 m²

2 WC @2,4 m²

2 washatafel @1,2 m²

=2,4 m²

Total Luas

= 17,2 m²

Kebutuhan Luas Perpustakaan = 357 m²

b. R. Koleksi Audio-Visual STSI Surakarta = 12 m² Perpustakaan Nasional Jakarta = 36 m²

commit to user

Maka luas Audio Visual Taman Budaya Kota Padang diambil….. 12 m² · R. Audio (dengan rekaman)

Diasumsikan untuk 10 orang dengan standart TSS 2,1 m/org. Luas R. Audio : 10 x 2,1 = 21 m²

· R. Film/Slide/Video/Pandang Dengar (Studio)

Diperhitungkan dengan jarak pandang film : 16 mm/slide = 6 m Lebar penonton diambil dari deret tribune 6 penonton duduk = 6 x 0,6 = 3,6 m² Luas ruang film/slde = 6 x 3,6 m² = 21,6 m² Sirkulasi 10% = 2,2 m² Total Luas Ruang Slide/Film (Studio) = 23,8 m²

· R. Produksi/Cetak/fotocopy Diasumsikan seluas…….12 m²

· R. Kantor Diasumsikan dengan 3 pengurus, seluas ……12 m²

· R.CCTV Kapasitas 3 orang

Flow 30% = 0,3 x 3,71

· Mushalla Menampung 10 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (10 x 0,6 m²) + 2,5 = 8,5 m²

Flow 20% = 0,2 x 8,5

= 1,7 m²

Ø R. Wudhu (Asumsi)

· Lavatory P:

3 urinoir @ 0,8 m²

= 2,4 m²

2 washtafel @ 1,2 m²

commit to user

W : 3 WC @ 2,4 m²

= 7,2 m²

3 washatafel @ 1,2 m²

= 3,6 m²

Total Luas

= 22,8 m²

Kebutuhan Luas R.koleksi

= 125,8 m²

3. Kegiatan pementasan Pementasan dilakukan dengan dua jenis pementasan yaitu :

a. Ruang Pentas Tertutup · Hall/Lobby

Diasumsikan menampung 25% penonton seluas = 50 m² · Stage Utama

Kapasitas 50 orang 50 x 0,6 = 30 m² Perlengkapan 20 m² Flow 100% = 1 x 50 = 50 m² Total 50 + 50 = 100 m²

· Seat Diasumsikan menampung 500 penonton Luas tempat duduk 500 x 1 x 0,5 = 250 m² Flow 30% = 75 m² Luas Seat Audience = 325 m²

· R. Persiapan (Reherseal) Kapasitas yang ditampung sebanyak 15 orang dengan standart aktifitas 0,9 m²/orang Luas yang dibutuhkan 15 x 0,9 m² = 13,5 m²

· R. Rias Standart : 15 orang, 2,2 m²/orang

R. Rias Pria : 15 x 2,2 m² = 33 m² R. Rias Pria : 15 x 2,2 m² = 33 m² Total Luas

= 55 m²

Flow 20% = 0,2 x 55

= 11 m²

Luas Ruang Rias

= 66 m²

· R. Ganti

commit to user

Standart : 15 orang, 2,2 m²/orang R. ganti Pria : 15 x 2,2 m² = 33 m² R. ganti Pria : 15 x 2,2 m² = 33 m² Total Luas

= 55 m²

Flow 20% = 0,2 x 55

= 11 m²

Luas Ruang ganti

= 66 m²

· Ruang control video & sound R. Lighting (Asumsi)

= 20,0 m²

R. Video (Asumsi)

= 20,0 m²

R. Sound (Asumsi)

= 20,0 m²

Flow 20% = 0,2 x 60

= 12 m²

Luas ruang kontrol

= 72 m²

· Master Control Room Kapasitas 5 orang dengan standart 0,6 m²/orang

5 x 0,6

= 3 m²

Peralatan (asumsi)

= 10 m 2

flow 50% = 0,5 x 13 m 2 = 6,5 m 2

Total Master Control Room = 19,5 m 2 · R.CCTV Kapasitas 3 orang

Flow 30% = 0,3 x 3,71

Total = 3,71 + 1,113 = 4,823 ~ 5 m² · Gudang (Asumsi) = 25 m² · Pantry = 9,0 m² · Lavatory

Pemain P:

2 urinoir @ 0,8 m²

= 1,6 m²

1 washtafel @ 1,2 m²

= 1,2 m²

2 WC @2,4 m²

2 washatafel @1,2 m²

= 2,4 m²

commit to user

Total Luas

= 14,8 m²

Penonton P:

3 urinoir @ 0,8 m²

= 2,4 m²

2 washtafel @ 1,2 m²

= 2,4 m²

3 WC @2,4 m²

3 washatafel @1,2 m²

= 3,6 m²

Total Luas

= 22,8 m²

· Mushalla Menampung 10 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m² Luas R. Sholat (20 x 0,6 m²) + 2,5 = 14,5 m² Flow 20% = 0,2 x 8,5

= 2,9 m²

R. Wudhu (Asumsi)

Kebutuhan Luas Pementasan

= 799 m²

b. Ruang Pentas Terbuka Ruang pentas ini diperuntukkan kegiatan kesenian bersifat akrobatik dan

menggunakan area terbuka, yaitu plaza. Namun kebutuhan ruangnya adalah rung bersifat temporer (knock down). Sedangkan luasannya disesuaikan dengan luasan

R. Pentas Tertutup.

1. Kegiatan pameran/pergelaran Galeri, merupakan tempat untuk memamerkan hasil karya seni para pengrajin dan seniman Sumatra Barat. · R. pamer asumsi 500 m²

· Ruang sekretariat diasumsikan untuk 20 orang. Standart m²/orang 0,6

20 x 0,6 m²

= 12 m²

commit to user

Flow 60% = 60% x 18 m 2 = 10,8 m 2

Total Luas secretariat 28,8 m 2

· Ruang Perawatan, asumsi 9 m2 · Ruang penyimpanan, asumsi 25 m2 · R.CCTV asumsi 5 m2 · Lavatory

P:

3 urinoir @ 0,8 m²

= 2,4 m²

2 washtafel @ 1,2 m²

= 2,4 m²

3 WC @2,4 m²

3 washatafel @1,2 m²

= 3,6 m²

Total Luas

= 22,8 m²

· Mushalla Menampung 10 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (10 x 0,6 m²) + 2,5 = 8,5 m²

Flow 20% = 0,2 x 8,5

= 1,7 m²

Ø R. Wudhu (Asumsi)

Kebutuhan Luas Galleri

= 588,8 m²

2. Kegiatan pengelola · Hall/Lobby (asumsi)

=30 m²

· R. Informasi

Kapasitas 10 orang, 3 buah tempat informasi @ 1,2 m² Luas 10 x 0,6 m²

= 6 m²

Data 3 x 1,2 m²

= 12 m²

Total Luas

= 18 m²

Flow 30% = 0,3 x 18

= 5,4 m²

commit to user

Total Luas

= 23,4 m²

· R. Marketing, 1 orang kepala (12 m²), 1 orang personalia dan 3 orang karyawan @ 2,7 m²/orang (Standart NAD)

Luas 12 m² + (3 x 2,7 m²) = 20,1 m² Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. Penyajian Kegiatan, 1 orang kepala (12 m²), 1 orang personalia dan 3 orang karyawan @ 2,7 m²/orang (Standart NAD) Luas 12 m² + (3 x 2,7 m²) = 20,1 m² Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. Administrasi Luas kasubag

Total luas

= 20,1 m²

Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. keuangan, 1 orang Kasubag, 1 orang bendahara, 1 orang pembukuan : Luas kasubag

Total luas

= 20,1 m²

Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. Personalia Kepala seksi

= 12,0 m²

Staff 3 x 2,7 m² (NAD)

= 8,1 m²

Total Luas

= 20,1 m²

Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. Hubungan masyarakat Kepala seksi

= 12,0 m²

Staff 3 x 2,7 m² (NAD)

= 8,1 m²

commit to user

Total Luas

= 20,1 m²

Flow 30% = 0,3 x 20,1 m² = 6,03 m² Total luas

= 26,4 m²

· R. kerja pimpinan

= 16 m²

· Ruang tamu asumsi

= 9 m2

· R. Sekretaris

= 10 m²

· Lavatory Pria

: 2 wc, 3 urinoir, 2 wactafel

= 9,6 m²

Wanita : 2 wc, 2 wastafel

= 8,4 m²

Total luas

= 19 m²

· R. Rapat diasumsikan dengan kapasitas 10 orang yang terdiri dari pimpinan, sekretaris, Kasubag dan Ka.Sie

Luas 10 x 2,5 m²/orang (PDS)

· Ruang CCTV Kapasitas 3 orang

= 3 x 0,6 = 1,6

Peralatan = 2,11 Flow 30% = 0,3 x 3,71 = 1,113 Total = 3,71 + 1,113

= 4,823 ~ 5 m²

· Mushalla Menampung 5 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (5 x 0,6 m²) + 2,5 = 5,5 m²

Flow 20% = 0,2 x 5,5

= 1,1 m²

Ø R. Wudhu (Asumsi)

Kebutuhan Luas Pengelola

= 285.2m²

6. Kegiatan Penunjang

a. ATM center

commit to user

Diasumsikan 5 unit ATM dengan kapasitas 1 orang/unit. Luas tiap unit 1 x 1,146 m²

= 1,146 m²

Flow 20% = 0,2 x 1,146 m²

= 0,2292 m²

Luas ATM/unit

= 1,3752 m² ~ 1,5 m²

Luas ATM 5 unit 1,5 m² x 5

= 7,5 m²

b. kantin/cafeteria Diasumsikan dengan kapasitas 100 orang dengan 4 kursi/meja = 5,5 m²/meja

Ø Luas R. Makan 25 meja x 5,5 m² = 137,5 m² Ø Dapur kotor dan Pantry (Asumsi) = 36,0 m² Ø Gudang

= 9,0 m²

Ø Lavatory (pria/Wanita)

= 18,0 m²

Total Luas Kantin/Cafetaria

= 200,5 m²

7. Kegiatan Servis dan perawatan

a. Mushalla Menampung 50 orang jemaah dengan standart 0,6 m²/orang dan 1 orang

imam dengan standart 2,5 m². Ø Luas R. Sholat (50 x 0,6 m²) + 2,5 = 32,5 m²

Ø R. Wudhu (Asumsi)

= 8,0 m²

Ø Lavatory P:

5 urinoir @ 0,8 m²

= 4,0 m²

3 washtafel @ 1,2 m²

5 washatafel @1,2 m²

= 6,0 m²

Total Luas

Total Luas

= 58,2 m²

b. Rumah Jaga

= 32 m²

c. R. ME & R. Genset

= 30 m²

commit to user commit to user

e. R. CCTV Kapasitas 3 orang

= 3 x 0,6 = 1,6

Peralatan = 2,11 Flow 30% = 0,3 x 3,71 = 1,113 Total = 3,71 + 1,113

= 4,823 ~ 5 m²

f. R.perawatan dan pemeliharaan

= 18 m²

g. Reservoir

= 30 m²

h. Gudang Umum

= 30 m²

Total luas

= 160 m²

8. Kegiatan parkir kendaraan Diasumsikan setiap harinya dipadati oleh 1000 orang (seniman dan

pengunjung) dengan kemungkinan 10% berkendaraan mobil @ 4 orang, 50% berkendaraan sepeda motor @ 2 orang dan 40 pejalan kaki serta diasumsikan

dengan kapasitas 5 buah bis Tur · Mobil

50 buah x 12 m²

= 600 m²

· Sepeda motor 200 buah x 0,9 m² = 180 m² · Bis Tur 4 buah x 28 m²

= 112 m²

Luas Kendaraan

Total Luas

= 1531 m²

5.2.5. Analisa Pola Hubungan Ruang

Dalam menganalisa pola hubungan ruang harus memiliki tujuan dan dasar pertimbangan yang tepat. Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan yaitu pola kegiatan pada kelompok dan sub kelompok ruang serta tuntunan ruang dan keterkaitan antar ruang kegiatan sehingga didapatkan tata ruang yang optimal.

commit to user

Nilai

Derajat Jauh Dekat

A Harus Dekat Sekali

B Sangat Dekat

C Dekat

D Kurang Dekat

E Tak Perlu Dekat

F Harus Jauh

Tabel 5.3. Notasi Analisa Model Matriks Sumber: Proses perancangan yang sistematis, 1985:48

Nilai

Derajat Jauh Dekat

0 Tidak Ada

1 Fisik

2 Dekat

3 Audio Visual

4 Visual

Tabel 5.4. Notasi Analisa Model Gelembung Sumber: Proses perancangan yang sistematis, 1985:48

model matriks dan model gelembung. Berikut akan dijelaskan cara baca model matriks dan model gelembung serta keterangan berupa notasi.

Tanda

Uraian Hubungan

Kode Pergerakkan

Langsung Tak Langsung

Jenis Hubungan

Fisik

1.1

Audio Visual

1.2

Pendengaran (Auditive)

1.3

Pandangan (Visual)

1.4 Kelas

Hubungan

Manusia dengan Manusia

2.1

Peralatan Dengan Peralatan

2.2

Hewan dengan Tumbuhan

2.3

Manusia dengan Hewan dan Tumbuhan

2.4

Manusia dengan Peralatan

2.5 Frekuensi

Hubungan

Tetap, terus menerus (continous)

3.1

Berulang (Repetitive)

commit to user

Tabel 5.5. keterangan notasi warna kelompok kegiatan

Sumber: analisa pribadi 2012

Frekuensi User

Tinggi, padat

4.1

Menengah, sedang

Tetap (Permanent)

5.1

Sementara (Temporary)

5.2 Nilai Hubungan yang Terjadi Positif

Penting Saling Mengenai

Tak Penting

Negatif

Tak Diinginkan Tak Dapat iterima

5.2.5.1. Pola Hubungan Antar Kelompok Kegiatan dengan Metode Gelembung

Keterangan Warna Kelompok Kegiatan

Pengelolaan

Pelatihan Dokumentasi

Pementasan

Pameran

Servis Penunjang

commit to user

Skema 5.17. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Dokumentasi dengan Kelompok Lain

Sumber: analisa pribadi 2012

Skema 5.15. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Pengelola dengan Kelompok Lain Sumber: analisa pribadi 2012

Skema 5.16. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Pelatihan dengan Kelompok Lain

Sumber: analisa pribadi 2012

commit to user

Skema 5.21. Matriks Pola Hubungan Makro

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.18. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Pementasan dengan Kelompok Lain Sumber: analisa pribadi 2012

Skema 5.19. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Pameran dengan Kelompok Lain Sumber: analisa pribadi 2012

Skema 5.20. Pola Hubungan Kelompok Kegiatan Servis dengan Kelompok Kegiatan Penunjang

Sumber: analisa pribadi 2012

5.2.5.2.Hubungan Ruang dan Pola Hubungan Ruang Makro

Kegiatan koordinasi/pengelolaan Kegiatan dokumentasi

Kegiatan Latihan Kegiatan Pementasan

Kegiatan Pameran Kegiatan Servis dan penunjang

commit to user

Skema 5.22. Matriks Pola kelompok kegiatan koordinasi/pengelolaan

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.23. Matriks Pola kelompok kegiatan dokumetasi

Sumber: Analisa pribadi 2012

1) Kelompok kegiatan koordinasi/pengelolaan

2) Kelompok kegiatan dokumentasi

R. Marketing

R. Penyajian Kegiatan

commit to user

Skema 5.25. Matriks Pola kelompok kegiatan pelatihan

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.24. Matriks Pola kelompok kegiatan Pementasan

Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.26. Matriks Pola kelompok kegiatan pameran

4) Kelompok kegiatan pelatihan

5) Kelompok Kegiatan Pameran

commit to user

Gambar 5.21 Pola konfigurasi linier pada ruang Sumber: Analisa pribadi 2012

Skema 5.27. Matriks Pola kelompok kegiatan servis dan penunjang Sumber: Analisa pribadi 2012

5.2.6. Analisa Sirkulasi Bangunan

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan sirkulasi bangunan seperti pada sirkulasi horizontal diperlukannya zona penerima sebagai point of interest yang kemudian memberikan informasi sirkulasi kegiatan yang hendak dituju serta penentuan sirkulasi vertikal yang dipisahkan antar fungsi

kegiatan yang berbeda sehingga terjadi crowded. Pertama, system sirkulasi horizontal, untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem sirkulasi

yang baik. Sistem sirkulasi dalam bangunan akan menentukan pola-pola ruang yang ada, berikut jenis-jenis pola pada ruang.

1) Pola Linier

commit to user

Gambar 5.22. Pola konfigurasi radial pada

ruang sumber: Analisa Pribadi 2012

Gambar 5.23. Pola konfigurasi terpusat pada ruang sumber: Analisa Pribadi 2012

jalan lurus sebagai penghubung antar ruang, sekaligus sebagai unsur pembentuk ruang.

Konfigurasi ruang ini dapat diimplementasikan pada ruangan kantor pengelola.

2) Pola radial

Berupa ruang-ruang terpola dalam bentuk yang memusat atau menyebar sehingga bentuk radial ini mempunyai jalan yang berkembang dari atau menuju sebuah titik pusat. Konfigurasi ruang ini diimplementasikan pada hall.

3) Pola terpusat

Satu pusat ruang, dimana sejumlah ruang sekunder dikelompokkan. Konfigurasi ruang ini dapat diimplementasikan pada hall, main hall, Information center, plaza, dll.

commit to user

Gambar 5.24. Pola konfigurasi grid pada ruang sumber: Analisa Pribadi 2012

Gambar 5.25. Pola konfigurasi clusterpada ruang sumber: Analisa Pribadi 2012

Ruang-ruang ditempatkan pada bentuk grid tertentu, yang dihubungkan dengan pola jalan linier yang saling bersilangan.

5) Pola Clutser

letaknya secara

bersama/berhubungan. Aplikasinya pada: ruang studio siaran, ruang mixing suara pada ruang pertunjukkan, dll.

Dari pendekatan sirkulasi di atas, maka dapat ditentukan sistem koridor dengan beberapa factor, yaitu: 1) macam kegiatan utama yang diwadahi; 2) kemudahan pencapaian dari ruang-ruang yang diwadahi; 3) efisiensi dan efektifitas 4) karakteristik ruang yang ada. System koridor yang sering digunakan terdiri dari beberapa macam, yakni sebagai berikut.

commit to user

Gambar 5.26. Sistem single load coridor sumber: Analisa Pribadi 2012

Gambar 5.27. Sistem double load coridor sumber: Analisa Pribadi 2012

Gambar 5.28. Contoh ramp sumber: DokumenPribadi 2012

`Koridor yang menghubungkan pada satu sisi dari jajaran ruang-ruang. Sedangkan sisi lainya biasanya berupa jendela untuk melihat situasi disekitarnya.

2) Double Load Coridor

Koridor yang menghubungkan pada kedua sisi ini berjajar ruang-ruang secara linier. Kedua, Sistem sirkulasi vertical, lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa macam, yaitu: 1)Ramp, biasa digunakan sebagai elemen sirku lasi aksesibilitas bagi para difabel (penyandang cacat, ibu hamil, manula). Kemiringan standar ramp yang biasa digunakan adalah

7 o – 10 o ; 2)Tangga, digunakan untuk penunjang sirkulasi vertikal pada ruang servis, serta digunakan pula untuk tangga darurat.

commit to user

Gambar 5.29. Standart ukuran ram

sumber: Kepmen PU no. 486 1998

sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Ram dipergunakan untuk mempertimbangkan aspek kenyamanan bagi lansia.

Ramp dilengkapi dengan Pegangan rambat (handrail) dan lantai dilapisi karet anti selip. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh

melebihi 7°, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (curb ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6°. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang leb ih rendah dapat lebih panjang.

b. Tangga, yaitu fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai. Tangga sebisa mungkin harus memiliki kem iringan kurang dari 60°, serta pegangan rambat (digunakan untuk sirkulasi vertikal yang tidak banyak dilalui lansia. Handrail harus mudah dipegang dengan ketinggian 64 - 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang

commit to user

Gambar 5.30. Standart ukuran tangga sumber: Kepmen PU no. 486 tahun 1998

Gambar 5.32. Ilustrasi Tangga L Gambar 5.31. Ilustrasi Tangga siku sumber: analisa pribadi

sumber: analisa pribadi

ke arah lantai, dinding atau tiang.

Terdapat beberapa alternatif desain tangga yang dapat diaplikasikan pada taman budaya, yaitu: 1) tangga siku, tangga siku memerlukan luasan ruang yang cukup; 2) tangga U, efisien untuk lusan ruang dan tidak menimbulkan kelelahan karena bordes yang lebar. Secara Psikologis menimbulkan kesan aman.

5.2.7. Analisa Pemilihan Struktur Pada Taman Budaya

Dasar pertimbangan dalam pemilihan struktur taman budaya kota padang yaitu: 1) sustanaibiliti dan fleksibilitas ruang- ruang kegiatan seni budaya; 2)

commit to user

Gambar 5.33. pondasi footplat

sumber: analisa pribadi

Gambar 5.34. pondasi Struktur laba-laba sumber: www.aniciv.blogspot.com (24 juni 2012)

3) bentuk dan dimensi bangunan; 4) karakter Taman Budaya kota Padang yang ingin dimunculkan; serta 5) latar belakang kota Padang yang sering dilanda gempa.

Struktur suatu bangunan terdiri dari 3 bagian, yaitu sub struktur, super struktur, dan upper struktur. Pertama, sub struktur, merupakan struktur bagian paling bawah, yaitu yang tertanam dalam tanah. Bangunan Taman Budaya kota Padang yang direncanakan merupakan bangunan bermassa jamak dengan ketinggian yang bervariasi yang memiliki jumlah lantai 1-2 lantai. Berikut alternatif struktur yang dapat digunakan.

1) Footplat Digunakan pada kawasan taman budaya karena mampu mendukung

bangunan berlantai 1-3, cocok untuk jenis tanah yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.

commit to user

Mendukung bangunan waterfront karena dapat digunakan pada jenis tanah berpasir dan didalam lautan dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian.

Kedua, super struktur, merupakan struktur badan atau tengah. Struktur ini dipengaruhi oleh bentuk peruangan di dalam bangunan. Untuk bangunan Taman

Budaya kota Padang yang dirancang, ruang-ruang di dalamnya pada dasarnya adalah ruang yang luas namun disekat karena fungsinya sebagai ruang belajar dan

bersosialisasi. Bangunan pada Taman Budaya kota Padang yang direncakan memiliki

ketinggian 1-3 lantai. Berikut merupakan alternatif sistem super struktur yang memungkinkan digunakan pada bangunan Taman Budaya.

1) Struktur rangka, merupakan perpaduan antara konstruksi kolom sebagai unsur vertikal yang berfungsi menyalurkan gaya beban menuju ke tanah, dan balok sebagai unsur horizontal yang memegang dan membagi gaya ke kolom. Struktur ini mudah diterapkan ke semua jenis bangunan, dapat di kombinasi dengan sistem lain, mudah dalam penampilan berbagai bentuk, dan mudah dalam pelaksanaan. Dari analisis diatas maka Taman Budaya kota Padang dirancang menggunakan sistem struktur rangka.

2) Upper Struktur, terdapat beberapa alternatif struktur, yaitu: 1) struktur rangka baja; 2) bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas;

3) struktur kabel dapat menahan atap dengan bentangan besar; 4) struktur beton bertulang; 5) bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas; 6) space frame Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi

commit to user

Gambar 5.35. Turbin angin yang diaplikasikan sumber: www.apanstel.com (September 2010) dan www.panelsurya.blogspot.com

(16 januari 2010)

variasi bentuk terbatas. Pada pengaplikasiannya bangunan taman budaya menggunakan spaceframe dan rangka baja, hal ini terkaitdengan space frame, truss, dan rangka baja mudah dibentuk dan lebih ringan.

Pada bangunan waterfront, upper struktur yang digunakan yaitu spaceframe dan plat beton digunakan dengan pertimbangan ruangan yang akan direncanakan akan memiliki bentang yang lebar tanpa adanya kolom yang menyangga ditengah.

5.2.8. Utilitas Bangunan dan Energi Alternatif Dalam Aplikasinya

Utilitas bangunan yang direncanakan menggunakan sistem konversi energi. Aplikasi energy alternatif dalam bangunan untuk dapat memenuhi kebutuhan energy atau untuk menghemat energy dalam operasional bangunan yang direncanakan.

Energi alternatif yang digunakan antara lain energi angin, dengan wind turbin energi angin diubah menjadi pembangkit listrik mandiri untuk mencukupi listrik dalam bangunan. Sinar matahari dengan panel photovoltaic diubah menjadi pembangkit listrik, bersama turbin angin menyuplai listrik mandiri dalam

commit to user

PLN namun konsumsi energinya dapat dihemat. System kerja wind turbin cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin diteruskan untuk memutar rotor pada generator di bagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik.

5.2.10.1. Sistem Air Bersih Air bersih yang diambil dari PDAM, sumur dan rainwater cacthing serta deepwell digunakan untuk kegiatan lavatory KM/WC, toilet; kebutuhan air minum dan masak; kegiatan servis, pemeliharaan bangunan; dan untuk menyirami roofgarden.

Sistem Distribusi, distribusi air bersih menggunakan kombinasi dari dua sistem yang populer digunakan, yakni sebagai berikut.

1) Up Feed Distribution, yaitu air dipompakan langsung dari ground reservoir menuju outlet. Digunakan untuk outlet-outlet antara lain : Fire hydrant, kran- kran umum.

2) Down Feed Distribution, yaitu air dari ground reservoir dipompakan menuju tangki atas, dan didistribusikan menuju outlet dengan bantuan gravitasi.

Digunakan untuk outlet-outlet antara lain : Sprinkler head, shower, toilet, dapur, dsb.

Air bersih yang berasal dari sumber ditampung dulu pada ground reservoir yang juga menjadi cadangan air untuk kebakaran, dimana dari sini dipompakan ke

tangki atas atau langsung ke outlet yang sebelumnya melalui sand filter untuk memperbaiki mutu air, dan melalui boiler (water heater) untuk konsumsi air panas. Sementara cadangan air dari Rainwater cacthing langsung ke top reservo ir.

commit to user

Skema 5.28. Skema Air Bersih sumber: analisa pribadi

5.2.10.2. Sistem Sanitasi Sistem sanitasi harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat pengoperasian maupun pembuangan. Sistem Sanitasi di dalam bangunan mencakup pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan.Dalam konsep Desain Berkelanjutan air limbah dapat diolah kembali untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat daripada dibuang. Konsep tersebut sering disebut Water Recycling Green Building ( Tabloid Rumah : Edisi Sustainable Construction : 2008) .

a. Water Recycling Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tersedia setiap saat. Penggunaan air yang paling besar justru berasal dari operasional

bangunan. Saat ini kebanyakan bangunan tid ak memiliki system pengolahan limbah air dengan baik. Padahal sistem ini seharusnya merupakan hal yang sangat penting untuk menghemat konsumsi air dan menguran gi dampak lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Air limbah dari bangunan dapat diatu r u lan g dengan sistem-sistem sebagai berikut.

1) Grey Wat er System , yaitu limbah air yang berasal dari dapur, air cucian, air

PDA

Ground tank

Pomp

Top Reservoir

Distribusi Sumu

Fasilitas

Rainwater Cacthing

commit to user commit to user

2) Black Water System , yaitu air yan g berasal dari air limbah yang berasal dari toilet. Sistem kerja dari Black Water System adalah sebagai berikut: air limbah dialirkan melalui pipa menuju ke bak penampungan dan diolah di dalamnya. Setelah bersih air dapat digunakan untuk menyiram tanaman.

3) Rainwater System , yaitu air hujan yang jatuh dari atap dan site (tidak di rainwater catcher ) akan ditampung di kolam penampungan alami untuk pengairan lain (bukan air bersih) seperti menyiram roof garden dan mencuci kendaraan. Namun tidak semua air hujan tertangkap rainwater cachcer dan kolam penampungan pembuangan air hujan melalui saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan bahan grass block.

b. Air kotor, yaitu air yang berasal dari area servis, seperti MCK.

commit to user

Skema 5.29. Skema Air kotor sumber: analisa pribadi

Skema 5.30. Skema system pengolahan sampah sumber: analisa pribadi

5.2.10.3. Sistem Pembuangan Sampah Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang masih bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini bertujuan untuk menghindari pembuangan sampah yang dapat merusak lingkungan dengan cara memisahkannya dan ditempatkan secara terpisah dari sampah-sampah lain yang memungkinkan bisa d itangani lebih lanjut sebelum dibuang. Dan disetiap sudut dan bangunan taman budaya kota padang disediakan tempat pembuangan samap yang nantinya akan dibuang ke TPA.

5.2.10.4. Sistem Keamanan Taman pada Taman Budaya Kota Padang 5.2.10.4.1. Pemadam Kebakaran

Sampah yang bisa didaur ulang

Sampah yang tidak bisa didaur

TPA

Bak penampung

sampah daur

Bak penampung sampah non daur

ulang

Daur

Air kotor

Bak penampung

Sumur resapan

Limbah dapur dan lavatory

Pengolahan Biogas

Listrik air

commit to user

Gambar 5.36. sprinkler sumber: juwana jimmy, panduan sistem bangunan tinggi hal. 150, 2005

yang menentukan adalah fungsi bangunan, luasan bangunan dan peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat memicu terjadinya kebakaran.

Taman Budaya Kota Padang merupakan bangunan bermassa jamak dengan ketinggian bangunan 1- 3 lantai. Sistem yang biasa digunakan dalam bangunan sebagai berikut. 1)

Sistem Sprinkler Air Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila dipicu oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui lokasi kebakaran.

Menurut buku panduan sistem bangunan tinggi untuk bangunan dengan klasifikasi bertingkat rendah atau ketinggian sampai dengan 8 meter tidak diharuskan penggunaan sprinkel maupun fire alarm.

2) Fire Estinguisher Berupa tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Tempatkan di tempat-tempat strategis yang mudah dan

commit to user

Gambar 5.37. fire estinguiser sumber: dokumen pribadi

tergolong mudah dilakukan oleh semua orang karena ukuran tabung Fire Estinguisher yang beragam.

3) Outdoor Hydrant Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk mendapatkan

kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai. Dari analisa di atas, maka dapat diketahui kebutuhan pengamanan terhadap bahaya kebakaran di Taman Budaya Kota Padang adalah untuk bangunan 1-3 lantai tidak diharuskan menggunakan sistem sprinkle maupun fire alarm. Sehingga pada seluruh bangunan hanya diletakan Fire Estinguisher ditempat tempat yang strategis dan outdoor hydrant.

5.2.10.4.2. CCTV CCTV (closed circuit television ) merupakan kamera yang digunakan untuk

memberi informasi secara visual dengan monitoring dan direkam guna mendapatkan keamanan dengan jelas. CCTV biasa d iletakkan pada sudut-sudut

ruangan penting seperti ruang koleksi, ruang administrasi dan keuangan.

commit to user

5.2.9.1 Sistem Instalasi Listrik

Sumber listrik utama adalah berasal dari PLN yang didukung panel photovoltaic dan genset. Energi listrik alternatif digunakan bersamaan dengan listrik dari PLN. Dalam pelaksanaannya sumber listrik didistribusikan ke zona- zona yang berbeda. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN atau mati listrik , maka akan diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB) dari genset dan energi alternatif. Sumber listrik alternatif dapat menyimpan cadangan listrik dengan baterai dalam sistem instalasinya. Instalasi listrik di dalam bangunan secara umum dibagi 2 jenis, yaitu:

· Instalasi untuk penerang : Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh jaringan peralatan penerangan baik di dalam, di luar

bangunan, maupun di lingkungan taman budaya · Instalasi untuk power : Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-

alat elektronik lainnya seperti lift, pompa dan sebagainya.

commit to user

134