GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1. Gambaran Umum Kota Padang

Kota Padang merupakan ibukota provinsi Sumatra Barat, yang secara geografis terletak pada 0°57

/ 0.95°LS 100.35306°BT, yang

berbatasan dengan Kabupaten Solok sebelah timur; Samudra Hindia dan Selat Mentawai pada sebelah Barat,; Kabupaten Padang Pariaman di sebelah Utara; dan Kabupaten Pesisir Selatan di sebelah Selatan.

Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatera, dengan luas keseluruhan kota Padang adalah 694,96 km² atau setara dengan 1,65% dari luas provinsi Sumatera Barat. Dari luas tersebut, lebih dari 60%, yaitu ± 434,63 km²,

Gambar 3.1. Posisi Wilayah Kota Padang sumber: http://www.padang.go.id (6 juni 2007)

commit to user

Tabel 3.1. Luas wilayah Kota Padang Sumber: Badan Pusat Statistik Padang, 2002

merupakan daerah efektif perkotaan.

Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah (diantaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4.4 Ha di kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha, dan pulau Pisang Gadang di kecamatan Padang Selatan). Daerah perbukitan membentang di bagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran.

Wilayah daratan kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara

0 hingga 853 m di atas permukaan laut, dengan daerah tertinggi adalah kecamatan Lubuk Kilangan. Suhu udaranya cukup tinggi, yaitu antara 23 °C-32 °C pada siang hari dan 22 °C-28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%-81%. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan

16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km.

commit to user

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Propinsi Sumatra Barat 2010 sumber: Badan Pusat Statistik Sumbar diakses 2010

rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan terhadap banjir, pada tahun 1980 2/3 kawasan kota in i pernah terendam banjir karena saluran drainase kota yang bermuara terutama ke Batang Arau tidak mampu lagi menampung limpahan air tersebut.

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling besar di provinsi Sumatera Barat, berdasarkan data kependudukan tahun 2008, diketahui rasio jenis kelamin 99.13, sedangkan jumlah angkatan kerja 344.497 orang dengan jumlah pengangguran 50.343 orang. Pada tahun 2009 kota ini bersama dengan kota Makassar, Denpasar, dan Yogyakarta, ditetapkan oleh Kemendagri sebagai empat kota proyek percontohan penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Indonesia.

commit to user commit to user

Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakh iri pada tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.

Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara, serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu, suku Madura, Ambon dan Bugis juga pernah menjadi penduduk kota Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang Padri.

Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya berbahasa Minang. Pada tahun 1930 paling tidak 51% merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan 15% Kwongfu.

commit to user

Inggris. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari mereka yang bermukim di kota Padang sudah melupakan budayanya.

Orang-orang Eropa dan Indo yang pernah menghuni kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958). Orang Minang di kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau

3.1.1. Potensi Pariwisata Kota Padang

Kota Padang terkenal akan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang, dan saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan.

Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama Museum Adityawarman. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6.000 koleksi, dengan gaya arsitektur bangunannya berbentuk rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang), model Gajah Maharam, serta di halaman depan museum terdapat dua lumbung padi.

Di kawasan pelabuhan Muara banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan sejak zaman Belanda, beberapa bangunan di kawasan tersebut

commit to user

Muhammadan bertarikh 1843, merupakan masjid berwarna hijau muda yang dibangun oleh komunitas keturunan India, Klenteng Kwan Im yang bernama See Hin Kiong tahun 1861, kemudian direnovasi kembali tahun 1905 setelah sebelumnya terbakar. Dari sehiliran Batang Arau, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Siti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Konon, pada bukit ini terdapat kuburan Siti Nurbaya. Kawasan bukit ini juga dahulunya menjadi tempat pemukiman awal masyarakat etnis Nias di kota Padang.

Kemudian di pelabuhan Teluk Bayur terdapat beberapa kawasan wisata seperti pantai Air Manis, tempat batu Malin Kundang berdiri. Selain itu, terus ke selatan dari pusat kota juga terdapat kawasan wisata pantai Caroline, dan pantai Bungus, serta sebuah resort Wisata yang terletak di pulau Sikuai.

Sedangkan ke arah kecamatan Koto Tangah, terdapat kawasan wisata pantai Pasir Jambak, serta kawasan wisata alam Lubuk Minturun, yang populer dalam tradisi balimau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama sehari sebelum masuk bulan Ramadhan.

Kota ini juga terkenal akan masakannya. Selain menjadi selera sebahagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara. Makanan yang populer diantaranya seperti Gulai, Rendang, Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, Nasi Kapau, Sate Padang dan Karupuak Sanjai. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun

commit to user commit to user

3.1.2. Arsitektur Tradisional minangkabau

Pada masyarakat Minang, pola permukiman secara makro atau perkampungan disebut “nagari”. Dan unsur-unsur pembentuknya antara lain

adalah daerah taratak, yaitu daerah ladang dan hutan yang berada disekitar nagari dan menjadi sumber penghasilan seharii-hari. Kemudian daerah mukim, yaitu daerah permukiman yang memiliki pusat orientasi pada pusat nagari.

Pusat nagari biasanya terbentuk dari beberapa fungsi bangunan umum, seperti balai adat, tempat para pemuka adat mengadakan pertemuan guna memecahkan masalah besar, balai nagari, masjid dan pasar. Konsentrasi permukirnan secara naluri membentuk ruang-ruang yang mengapit daerah taratak sebagai daerah tempat mata pencarian sehari-hari. Secara keseluruhan, pola nagari Minang juga tergantung dari situasi tanah, tetapi tetap ada jalan utama dari rumah- rumah tersusun mengikuti jalan-jalan yang terbentuk. Susunan rumah, biasanya rnenghadap jalan, baik sejajar ataupun tegak lurus jalan. Terkadang ada pula yang rnenghadap matahari.

Secara rnikro, pola permukiman masyarakat Minang berdasarkan sistem pernerintaharinya disebut sebagai “Kampuang” atau kampung. Dan kampuang ini terdiri dari beberapa paruik, yang bisa diartikan satu kaum besar tapi masih ada pertalian darah. Kampung ini sering pula disebut sebagai jorong. Secara kelompok, dapat dibagi menjadi dua kelompok hunian. Kelompok hunian kecil,

commit to user commit to user

Kelompok lain adalah kelompok hunian hesar. Kelompok ini dalam sistem kekerabatan disebut paruik, atau artinya perut, yaitu suatu keturunan yang lebih

luas/besar dan pada keturunan langsung.

Biasanya kelompok paruik terdiri dari beberapa rumah adat. Secara tradisional masyarakat Minang tidak mengenal orientasi bangunan secara khusus. Bangunan-bangunan yang ada dibuat menyesuaikan dengan jalan, biasanya sejajar dengan arah jalan. Rumah lapis kedua biasanya membelakangi jalan dan rumah lapis ketiga berhadapan dengan rumah lapis kedua. Begitu seterusnya, tapi tergantung pula oleh kondisi tanah. Memang tanah di daerah Minangkabau terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Minangkabau yang terletak di propinsi Sumatera Barat berada pada tanah dengan ketinggian bervariasi, dari 2 meter sampai 927 meter diatas permukaan air laut. Ketinggian rata-rata sekitar 368 meter dari permukaan air laut.

Dalam hal rumah, masyarakat Minangkabau sangat erat kaitannya dengan adat. Fungsi rumahpun berbeda beda dan tergantung beberapa hal seperti, kedudukan orang yang membangun rumah itu terhadap keluarga atau sukunya,

commit to user commit to user

Tinjauan denah bagi rurnah tradisional Minang dapat dilihat pada rumah adatnya. Biasanya susunan denah dibuat simetris dengan tempat masuk pada bagian tengah arah sumbu memanjang. Jumlah ruangnya, disesuaikan dengan jumlah anak gadis atau wanita yang berdiam dirumah tersebut, namun tetap dibuat jumlah ruang yang ganjil karena memperhatikan kesan simetri tad i. Semua kamar

didalam rumah memang diperuntukkan bagi wanita, dimana mereka dapat menerima suami pada malam hari. Sehingga tidak dikenal adanya kamar untuk laki-laki. Ruang duduk besar terletak dibagian muka untuk menerirna tamu dan tempat upacara adat. Ada semacam pengertian yang tersirat dari adanya ruang duduk besar ini, bahwa orang Minang sebenarnya sangat mengenal faham “demokrasi” yang diistilahkan sebagai “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Ruang ini pun digunakan untuk berbincang-bincang santai, bahkan perabotannyapun hampir tidak ada. Biasanya orang-orang duduk dibawah dengan beralaskan tikar, demikian pula pada waktu makan, duduk dibawah pula. ruang duduk dalam, untuk menunjang kegiatan pada ruang duduk besar.

commit to user commit to user

Sebagaimana bangunan tradisional daerah lain, rumah minang juga mengenal kepala-badan-kaki pada bangunannya. Kepala yang ditunjukkan dengan atap memiliki bentuk khas, seperti mata gergaji terbalik dengan garis-garis pembatas melengkung dan menghadap keluar. Dari arah memendek tampak bentuk atap seperti segitiga sama kaki yang agak melengkung. Bentuk atap demikian disebut sebagai “gonjong” atau tajuk yang konon diambil dari bentuk dasar tanduk kerbau, dan kata Minangkabau (kabau artinya kerbau). Gonjong inilah yang merupakan lambang kebesaran adat. Pada setiap rumah adat, biasanya terdapat empat buah gonjong, tapi banyak pula yang menambahkan gonjong diatas setiap anjuang, sehingga jumlah gonjongnya menjadi enam.

Bahan untuk atap biasanya dipilih ijuk, mungkin untuk mendapatkan kemudahan pada waktu membentuk lengkungan. Lambat laun banyak yang mengganti atapnya dengan seng, bahkan kini dapat pula terlihat bangunan yang menggunakan atap gonjong dengan bahan penutup atap dari genteng.

commit to user commit to user

Bagian paling bawah adalah kaki, yang diwujudkan dengan kolong. Seluruh lantai rumah dinaikkan, sehingga terbentuklah kolong, sebagaimana biasanya bangunan tradisional kita. Ketinggian lantai dari tanah biasanya dicapai dengan tangga, dan kayu atau batu. Dan rumah-rumah tradisional yang masih banyak terdapat di desa-desa di Sumatera Barat ini berdiri cukup tinggi, bahkan ada yang

bagian kolongnya dapat dimasuki orang dewasa tanpa harus membungkuk. Fungsi kolong ini hampir sama dengan kolong-kolong lain yaitu tempat menyimpan barang atau ternak. Biasanya kolong ini ditutup tapi tidak permanen. Kadang- kadang penutupnya diletakkan disebelah luar sehingga tidak tampak lagi bangunan berdiri diatas tiang (sumber : www.zulfikri.wordpress.com

1 oktober 2012).

3.2. Tinjauan Seni kota Padang

Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan (pasambahan), yang dalam upacara pemakaman masih dilaksanakan pada kecamatan Kuranji. Sementara pada kecamatan Pauh dikenal dengan tradisi silat Pauh (Silek Pauah),

commit to user commit to user

Perpaduan budaya berbagai etnis dapat dilihat pada tari Balanse Madam yang berasal dari komunitas Nias di Padang. Tari yang diciptakan pada abad ke-

16 ini dipengaruhi oleh budaya Portugis, Minangkabau dan budaya Nias sendiri. Pada masa kini tari ini juga ditampilkan oleh masyarakat etnis lain, seperti Minangkabau dan Tamil.

Kota ini juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, beberapa karya seni yang berkaitan dengan kota ini antara lain roman/novel, berjudul Siti Nurbaya berkisah tentang wanita yang dipaksa kawin dengan lelaki bukan pilihannya dan diracun sampai meninggal, karya Marah Rusli, yang kemudian pada tahun 1990 TVRI mengangkat cerita ini menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul Sitti Nurbaya yang dibintangi oleh Novia Kolopaking, Gusti Randa, dan HIM Damsyik. Begitu juga dengan roman Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati, mengambil latar kota Padang dan suasana Minangkabau tempo dulu. Roman ini menceritakan pengembaraan seorang tokoh utamanya bernama Midun, yang kemudian juga diangkat oleh TVRI tahun 1991 menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul yang sama, serta dibintangi oleh Sandy Nayoan dan Desy Ratnasari.

Sementara lagu berjudul Teluk Bayur diciptakan oleh Zainal Arifin dan dinyanyikan oleh Ernie Djohan, menjadi lagu cukup populer di masyarakat tahun 60-an.

commit to user

Taman Budaya Padang berlokasi di Jalan Diponegoro. Taman Budaya Kota Padang berada dipinggir pantai Padang atau perairan Samudra Hindia. Taman Budaya ini berada dikawasan pariwisata dan berdekatan dengan Museum Adhityawarman, Taman Melati, Perpustakaan Daerah, dan Arena Rekreasi Tepi laut Hayam Wuruk. Akses menuju Taman Budaya sangat mudah karena dilewati oleh angkot jurusan tabing, siteba, kalawi, taruko, dan tentu saja salah satunya bisa dengan kendaraan pribadi.

Taman Budaya berada di dua jalur sekunder kota, yaitu Jalan Diponegoro dan Jalan Samudera yang menghubungkan taman budaya dengan Samudera Hindia. Samudera Hindia memiliki luas ±73.481.000 km² dengan kedalaman rata- rata 3.850 m. Samudera ini terletak di sebelah Selatan Benua Asia, sebelah Barat Australia, sebelah Timur dan Selatan Afrika, serta berbatasan dengan Kutub Selatan.

Gambar 3.2. Lokasi taman budaya kota Padang sumber: http://tourism.padang.go.id dan google earth (6 juni 2007)

commit to user

Gambar 3.3. Pantai Padang dilihat dari Taman Budaya Padang sumber: http://tourism.padang.go.id (20 agustus 2011)

besar wilayahnya berada di belahan bumi selatan, dan satu-satunya menjadi samudera yang seluruh wilayahnya berada di belahan bumi timur; wilayah perairan Samudera Hindia berfungsi sebagai penyedia air hujan bagi gejala alam angin muson untuk sebagian wilayah Asia dan Australia; samudra ini memiliki beberapa palung laut, seperti Palung Jawa (7.450 m), Palung Weber (7.440 m), dan Palung Diamantina (7.102 m); dan hal yang menjadi perhatian adalah Samudera Hindia memiliki arus yang relatif tenang dan jarang terjadi badai.

3.4. Gambaran Umum Taman Budaya Kota Padang

Masa-masa bangunan dalam kawasan taman budaya kota padang terdiri dari beberapa unit, seperti pelatihan, pengelola, teater outdoor dan indoor, serta gallery yang keseluruhannya memusat pada ruang pertunjukkan indoor.

commit to user

Gambar 3.6. Amphiteater Taman Budaya Padang Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.5. Ruang Latihan Terbuka Taman Budaya Padang Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.4. Kanopi Taman Budaya Padang

Sumber: dokumen pribadi

Bentuk fisik dari tiap masa bangunan berbeda. Sebagian besar bangunan masih menggunakan bentuk arsitektur tradisional Sumatera Barat, dengan atap

bagonjong 1 atau yang disebut dengan rumah gadang. Seperti bangunan unit

pengelola yang seperti rumah gadang siap menyambut pengunjung dengan kekhasan rumah gadang. Lantai diselesaikan dengan material keram ik. Begitu juga dengan unit sanggar dan gallery. Untuk ruang latihan terbuka sendiri lebih terlihat seperti gazebo beratap bagonjong, dengan finishing keramik pada lantainya.

Namun sebagian lagi sudah menerapkan arsitektur modern baik pada bentuk fisik maupun material yang digunakan, seperti bangunan pertunjukkan besar yang lebih menitikberatkan pada material yang bersifat massif, seperti beton

1 Atap yang digunakan pada rumah gadang, bentuknya runcing pada kedua ujungnya dan melengkung ditengah.

commit to user

Gambar 3.7. Gedung Pertunjukkan Taman Budaya Padang Sumber: dokumen pribadi

yang harus memperhatikan akustik ruang. Bangunan ini menggunakan material metal dan bentuk dak beton sebagai atap. Satu kejanggalan terjadi ketika bangunan ini memaksa “kawin” antara arsitektur tradisional dengan arsitektur modern, hasilnya menjadi suatu bangunan yang mengusung suatu bentuk budaya dadakan.

Perancangan tradisional yang terungkap, memang sepatutnya disenyawakan dengan teknologi canggih, bahan bangunan baru, dan pengaruh luar positif lainnya. Senyawa yang tuntas dan total, bukan sekedar penggabungan atau penjajaran antara yang lama dan yang baru, itulah yang wajib diupayakan. Dengan demikian, kemungkinan untuk terperangkap pada apa yang disebut budaya dadakan dapat dihindari (Eko Budihardjo, 1997).

Untuk perkerasan, kawasan taman budaya menggunakan paving blok dan aspal dengan beberapa bagian yang masih belum di-finishing. Sebagian dari perkerasan sudah mengalami kerusakan yang menyebabkan para pengguna sepeda mengalami kecelakaan.

commit to user

Gambar 3.9. Gedung baru Taman Budaya Padang

Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.8. Perkerasan pada Taman

Budaya Padang Sumber: dokumen pribadi

Pada sudut taman budaya terlihat bengunan yang masih dalam masa konstruksi. Dikabarkan bangunan baru ini merupakan usaha pemerintah untuk membangun kembali salah satu bangunan yang hancur, namun berhenti dan tidak ada perkembangan kelanjutan pembangunannya.

3.5. Gambaran Umum Kawasan Pantai Padang

Pantai Padang berada di pinggiran pusat kota ke arah barat, yang menyajikan pemandangan sunset yang dramatis. Rata-rata pengunjung mendatangi Pantai Padang d i bagian selatan, sementara pada bagian utara, seperti di Pantai Cimpago hanya sebagian kecil wisatawan lokal maupun domestik yang datang berkunjung.

commit to user

Gambar 3.10. Keadaan pantai Padang Sumber: dokumen pribadi

Aktifitas perekonomian sangat terlihat jelas di sepanjang kawasan pantai Padang. Beberapa pedagang makanan dan minuman yang berada di tepi pantai

cukup banyak terlihat, meskipun begitu moment estetika yang d iciptakan oleh Samudera Hindia masih tetap menjadi santapan bagi para wisatawan.

Aktiftas rekreasi pun juga sangat terlihat jelas di sepanjang kawasan pantai Padang. Berbagai lapisan masyarakat datang hanya untuk sekedar menikmati moment estetika yang disugukan oleh Samudera Hindia. Para pelancong datang dalam kelompok kecil, besar, maupun bersama keluarga. Pengunjung yang memadati Pantai Padang di bagian Selatan pada umumnya ingin menikmati suasana pantai, sembari menyantap makanan khas rujak Pantai Padang dan ikan bakar. (Kompas, Benny N Joewono | Selasa, 30 Agustus 2011)

commit to user