PERUBAHAN ASUMSI DASAR KEBI JAKAN UMUM APBD

9

BAB I I PERUBAHAN KEBI JAKAN UMUM APBD

A. PERUBAHAN ASUMSI DASAR KEBI JAKAN UMUM APBD

Sampai dengan periode triwulan ke-2 tahun 2011 indikator ekonomi makro menunjukkan sinyal yang positif. Tingkat inflasi sampai dengan bulan Mei sebesar 5,98 y to y atau 0,12 m to m atau 0,51 untuk y to d dari target tingkat inflasi tahun 2011 sebesar 5 ± 1 . Sumbangan angka inflasi masih berasal dari tekanan bahan pangan baik pada skala nasional dan internasional terkait kelangkaan dan meningkatnya komoditas pangan. Tekanan dari kenaikan sektor energi melalui kenaikan BBM dan listrik, juga berpotensi memberi untuk tekanan pada tingkat inflasi. Tren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing . Sampai bulan Mei 2011, nilai tukar Rupiah menguat 0,33 ptp ke level Rp 8.536 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren apresiasi mata uang di kawasan Asia sej auh ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor, seperti terlihat pada tetap kuatnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan masih tingginya harga komoditas internasional dan kuatnya permintaan luar negeri. Neraca Pembayaran I ndonesia NPI sampai dengan triw ulan I I - 2011 diprakirakan masih mencatat surplus yang relatif besar . Menguatnya kegiatan ekonomi domestik dan eksternal telah mendorong kenaikan impor terutama migas untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. Di sisi transaksi modal dan finansial, persepsi positif investor terhadap semakin kuatnya fundamental perekonomian I ndonesia mendorong tingginya penanaman modal asing langsung FDI serta aliran investasi portofolio. Tingginya aliran masuk modal asing tersebut mendorong surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari triwulan I -2011 dan dapat mengimbangi penurunan surplus transaksi berjalan. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasi pertumbuhan kredit . I ndustri perbankan menunjukkan perkembangan yang tetap stabil sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal CAR Capital Adequacy Ratio jauh di atas minimum 8 dan terjaganya rasio kredit bermasalah NPL Non Performing Loan gross di bawah 5 . Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3 yoy. I ndikator sektor perbankan nasional yang positif diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi intermediasi. 10 Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan moneter yang berimbas pada arus modal asing BI , intermediasi perbankan dan sektor riil Bank I ndonesia sampai dengan awal Trimester ke-3 bulan Juni 2011 menetapkan Suku Bunga BI sebesar 6,75 dengan asumsi membaiknya indikator ekonomi domestik. Dengan menguatnya indikator ekonomi domestik atas berbagai indikator stabilisasi harga, nilai tukar dan sistem keuangan memberikan sinyal meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Sampai dengan triwulan I I tahun 2011, ekspansi ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan lebih kuat dari prakiraan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan kinerj a ekspor seiring dengan tingginya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga komoditas internasional. Sementara itu, kegiatan investasi dan konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh optimisme yang masih kuat serta kenaikan daya beli masyarakat. Secara sektoral, ekspansi ekonomi masih ditopang oleh pertumbuhan sektor pengangkut an dan komunikasi, sektor industri, dan sektor keuangan. Terus meningkatnya aktivitas ekonomi domestik mengonfirmasi prakiraan pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mengarah ke batas atas kisaran 6,0 -6,5 untuk keseluruhan tahun 2011. Secara Lengkap progress indikator ekonomi makro tahun 2011 sampai dengan triwulan ke-2 tahun 2011, dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : TABEL I I .1 I NDI KATOR EKONOMI MAKRO NASI ONAL TRI WULAN I I TAHUN 2011 NO ANGKA PREDI KSI I NDI KATOR PER TRI WULAN I I 1. I nflasi dari prediksi sebesar 5 ± 1 5,98 2. Nilai Tukar Rp terhadap US dari prediksi sebesar 9.250 Rp 8.536 per dolar AS 3. Neraca pembayaran I ndonesia NPI Surplus : Cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. 4. Sistem keuangan BI rate : 6,75 modal CAR Capital Adequacy Ratio jauh di atas minimum 8 dan terjaganya rasio kredit bermasalah NPL Non Performing Loan gross di bawah 5 . 5.  Pertumbuhan Ekonomi Prediksi 2011 sebesar 6-6,5  PDB : 7.019, 9 triliun rupiah Triwulan I Tahun 2011: Pertumbuhan ekonomi I ndonesia pada Triwulan I -2011 dibandingkanTriwulan I V- 2010, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto PDB meningkat sebesar 1,5 persen q-to-q Pertumbuhan ini didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 11 NO ANGKA PREDI KSI I NDI KATOR PER TRI WULAN I I Perikanan dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 18,1 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan I -2011. Pada Triwulan I -2011 dibandingkan dengan Triwulan I V-2010, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga secara riil meningkat sebesar 0,9 persen , sedangkan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 46,6 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto turun 3,4 persen. Ekspor Barang dan Jasa juga turun sebesar 7,0 persen dan I mpor Barang dan Jasa turun sebesar 3,4 persen. 6. Harga Minyak US barel Prediksi : US 80,0 per barel 7. Lift minyak juta barel hari 0,970 juta barel per hari Sumber : http: www.bi.go.id, http: www.fiskal.depkeu.go.id, dan http: www.bps.go.id Untuk perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I – 2011 meningkat sebesar 6,4 dibandingkan dengan triwulan I V-2010 q to q pertumuhan terjadi pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan –real estate-jasa perusahaan. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 49,9 karena panen raya tanaman pangan yang terjadi pada triwulan-I Tahun 2011. Nilai PDRB Atas Dasar Harga berlaku ADHB triwulan I Tahun 2011 mencapai Rp. 121,267,0 milyar sedangkan Atas Dasar Harga Konstan ADHK mencapai sebesar Rp. 48.884,3 milyar. Dari sisi penggunaan sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 63,7 , pembentukan modal tetap bruto perubahan stok sebesar 22,8 , konsumsi pemerintah 10,6 , ekspor netto 1,6 serta konsumsi lembaga non profit sebesar 1,3 . Prediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berkisar antara 5,75 - 6,25 . Sementara itu laju inflasi Jawa Tengah pada triwulan I I – 2011 tercatat sebesar 5,27 yoy, sedikit lebih rendah jika dibandingkan triwulan I V – 2010 sebesar 6,88 . Laju inflasi Jawa Tengah sampai dengan triwulan-I I lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan I I – 2011 sebesar 5,98 yoy. Prediksi angka inflasi Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berkisar antara 5 - 5,5 . Berikut adalah prediksi indikator ekonomi Provinsi Jateng Tahun 2011 : 12 TABEL I I .2 PREDI KSI I NDI KATOR EKONOMI PROVI NSI JATENG TAHUN 201 1 NO ANGKA PREDI KSI I NDI KATOR PER TRI WULAN I I 1. I nflasi 5-5,5 2. ADHB atas dasar harga berlaku Rp. 439.473.000.000.000 3. ADHK atas dasar harga konstan Rp. 244.409.000.000.000 4. PDRB perkapita ADHB Rp. 13.472.000 5. PDRB perkapita ADHK Rp. 7.491.000 6. Pertumbuhan ekonomi 5,75 - 6,25 Sumber : http: www.bpsjateng.bi.go.id dan http: www.bappedajateng.go.id Untuk Kota Surakarta inflasi sampai dengan Triwulan I I -Tahun 2011 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Provinsi Jateng dan angka inflasi nasional. Pada Mei 2011 Kota Surakarta justru mengalami deflasi sebesar 0,30 m to m atau deflasi 1,42 year to date atau inflasi sebesar 4,06 year on year. Angka inflasi Kota Surakarta masih dalam kisaran angka sasaran inflasi nasional sebesar 5 ± 1 . Terkendalinya angka inflasi di Kota Surakarta karena kontinuitas pasokan pangan yang relatif lancar dan mencukupi kebutuhan. Selain trend penguatan kurs rupiah yang meredam tekanan inflasi yang bersumber dari kenaikan harga komoditas impor. Komoditas utama penyumbang deflasi berasal dari komoditas pangan, sedangkan penyumbang inflasi berasal dari rokok kretek filter, batu bata, sabun mandi, pasta gigi dan bensin pertamax. Prediksi tekanan inflasi masih mungkin berasal dari naiknya harga komoditas pangan dunia, kenaikan harga beras di dalam negeri dan kegagalan panen akibat serangan hama tanaman pangan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun 2011 diprediksi sebesar 6,03 . Kontibusi terbesar masih berasal dari sektor tersier dan sekunder, dimana sektor jasa-jasa diprediksi memberi kontribusi terbesar sebesar 8,63 , sektor keuangan persewaan jasa perusahaan sebesar 7,49 dan sektor sekunder rata-rata sebesar 6,5 . PDRB atas dasar harga berlaku ADHB sebesar Rp. 11.020.163,56 juta rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan ADHK sebesar Rp. 5.411.868,94 juta rupiah. TABEL I I .3 PREDI KSI I NDI KATOR EKONOMI KOTA SURAKARTA TAHUN 201 1 NO ANGKA PREDI KSI I NDI KATOR PER TRI WULAN I I 1. I nflasi 5 ± 1 2. ADHB Rp. 11.020.163.560.000,- 3. ADHK Rp. 5.411.868.940.000 4. PDRB perkapita ADHB Rp. 20.540.921,92 5. PDRB perkapita ADHK Rp. 10.087.398,16 6. Pertumbuhan ekonomi 6,03 Sumber : BI Solo, 2011 dan BPS Kota Surakarta, 2011 13 Secara umum berdasarkan indikator ekonomi makro pada skala nasional, Provinsi Jateng dan Kota Surakarta arah kegiatan ekonomi tahun 2011 diprediksi memberi sinyal yang positif untuk kegiatan ekonomi. Dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi dan berkualitas tersebut, APBD sebagai instrumen utama kebijakan fiskal dirancang untuk menjalankan fungsinya baik sebagai alat stabilisasi ekonomi, alat alokasi sumber daya untuk menggerakkan ekonomi, maupun alat memperbaiki distribusi pendapatan. Kebijakan alokasi anggaran dalam APBD akan diarahkan kepada upaya memacu pertumbuhan ekonomi lokal yang selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan efek spiral bagi peningkatan PAD.

B. PERUBAHAN KEBI JAKAN PENDAPATAN DAERAH