2.7. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru
2.7.1. Usia
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan
75 penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
2
2.7.2. Jenis kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34 pada laki-laki dan 28,9 pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak
2,5, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru dimana Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.
12
2.7.3. Penyakit penyerta
Umumnya penderita TB dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks masa tubuh kurang dari 18,5 pada orang dewasa. Sementara berat
badan yang lebih kecil 85 dari berat badan ideal kemungkinan mendapat TB adalah 14 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal. Ini yang menjadi
pemikiran bahwa malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama peningkatan resiko TB menjadi aktif. Pola makan orang Indonesia yang hampir 70
karbohidrat dan hanya 10 protein yang pada penyakit kronis selalu disertai dengan tidak selera makan, tidak mau makan, tidak bisa makan atau tidak mampu membeli
Universitas Sumatera Utara
makanan yang mempunyai kandungan gizi baik kurang protein, sehingga penderita ini mempunyai status gizi yang buruk.
48
Selain faktor gizi, penyakit seperti Diabetes Mellitus DM dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor risiko yang tidak berketergantungan untuk berkembangnya
infeksi saluran napas bagian bawah. Prevalensi TB paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan aktivitas kuman tuberkulosis meningkat 3 kali pada DM berat
dibanding DM ringan.
4,15
Penderita Tuberkulosis menular dengan sputum BTA positif yang juga mengidap HIV merupakan penularan kuman tuberkulosis tertinggi. Tuberkulosis
diketahui merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien dengan reaksi seropositif. Apabila seseorang dengan seropositif tertular kuman ini
maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung menderita Tuberkulosis. Hal ini berbeda sekali dengan orang normal atau mereka
dengan seronegatif, karena kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi imunitas yang ada dalam tubuhnya. Disamping itu penyakit tuberkulosis pada mereka dengan
seropositif cepat berkembang kearah perburukan.
4,15
2.7.4. Kepadatan hunian dan kondisi rumah