4.Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran ang lebih bagus dari pada logam murninya
5.Kepadatannya melebihi logam lain Timbal  adalah  sejenis  logam  yang  lunak  dan  berwarna  coklat  kehitaman,
serta  mudah  dimurnikan  dari  pertambangan.  Dalam  pertambangan,  logam  ini membentuk  sulfida  logam  PbS  yang  sering  disebut  gelena.  Bahaya  yang
ditimbulkan  oleh  penggunaan  timah  hitam  ini  adalah  sering  menyebabkan keracunan.  Pencemaran  logam  berat  dapat  terjadi  pada  daerah  lingkungan  yang
bermacam-macam dan ini dapat dibagi tiga golongan,  yaitu  udara, tanah dan air. Pencemaran  udara  oleh  logam  berat  sangat  erat  hubunganya  dengan  sifat-sifat
logam itu sendiri, sedangkan pencemaran tanah atau air erat hubungannya dengan penggunaan logam  itu  sendiri.  Pencemaran tanah  dan  air  biasanya  terjadi  karena
pembuangan  limbah  dari  industri  penggunaan  logam  yang  bersangkutan  secara tidak  terkontrol  pabrik  akibaterai  atau  penggunaan  bahan  yang  mengandung
logam itu sendiri pestisida,insektisida
2.6 Keracunan Timbal Pb
Keracunan  logam  paling  sering  disebabkan  pengaruh  pencemaran lingkungan oleh logam berat, seperti penggunaan logam sebagai pembasmi hama
pestisida,  pemupukan  maupun  karena  pembuangan  limbah  pabrik  yang menggunakan logam.
Universitas Sumatera Utara
Keracunan  timbal  dalam  bentuk  larutan  diabsorpsi  sekitar  1-10  melalui dinding  saluran  pencernaan.  Sistem  darah  porta  hepatis  dalam  hati  membawa
timbal tersebut dan dideposisi dan sebagian lagi dibawa darah dan didistribusikan kedalam  jaringan.  Timbal  kemudian  diekskresikan  melalui  urine    dan  feses.
Kebanyakan ekskresi terjadi melalui cairan empedu kedalam intestinum dan ginjal melalui dinding intestinum dan ginjal melalui air susu, keringat, dan rambut.
Timbal  mungkin  berpengaruh  negatif  pada  semua  organ  yaitu  dengan mengganggu enzim oksidase sebagai akibatnya menghambat sistem metabolisme
sel, salah satu diantaranya adalah menghambat sistem Hb dalam sumsum tulang. Timbal  menghambat  enzim  sulfidril  untuk  mengikat  delta-aminolevulinik  asid
ALA  menjadi  porpobilinogen,  serta  protoforfirin-9  menjadi  Hb.  Hal  ini menyebabkan anemia dan adanya besofilik stipling dari eritrosit yang merupakan
ciri  khas  dari  keracunan  Pb.  Baofilik  stipling  terjadi  karena  retensi  dari  DNA ribosoma  dalam  sitoplasma  eritrosit  sehingga  mengganggu  sintesis  protein.
Darmong,1995
2.7 Spektrofotometer Serapan Atom SSA 2.7.1 Prinsip dasar analisa SSA
Peristiwa  serapan  atom  ini  pertama  kali  diamati  oleh  fraunhofer,  ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan atom
pertama  kali digunakan pada  tahun  1995  oleh walsh.  Spektroskopi serapan  atom digunakan  untuk  analisis  kuantitatif  unsur-unsur  logam.  Spektroskopi  serapan
atom  didasarkan  pada  penyerapan  energi  sinar  oleh  atom-atom  netral  ,  dan  sinar
Universitas Sumatera Utara
yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spekroskopi  serapan  atom    sama  dengan  spektrofotometri  sinar  tampak  dan
ultraviolet . Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya.
Metode  spektrofotometer  serapan  atom  SSA  mendasarkan  pada  prinsip absorbsi  cahaya  oleh  atom.  Atom-atom  akan  menyerap  cahaya  pada  panjang
gelombang  tertentu,  tergantung  pada  sifat  unsurnya.  Sebagai  contoh,  natrium menyerap  pada  589  nm,  uranium  pada  358,5  nm,  sementara  kalium  menyerap
pada  panjang  gelombang  766,5  nm.  Cahaya  pada  panjang  gelombang  ini mempunyai  cukup  energi  untuk  mengubah  tingkat  elektronik  suatu  atom  yang
mana  transisi  elektronik  suatu  atom  bersifat  spesifik.  Dengan  menyerap  suatu energi  maka  atom  akan  memperoleh  energi  sehingga  suatu  atom  pada  keadaan
dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat  eksitasi. Misalkan, suatu unsur  Na mempunyai konfigurasi elektron 1s
2
,2s
2
, 2p
6
,dan 3s
1
. Tingkat dasar untuk elektron valensi 3s
1
ini dapat mengalami eksitasi ketingkat 3p dengan energi 2,2 e.V  atau ketingkat  4p  dengan  energi  3,6  e.V  yang  masing
–masing  bersesuaian  dengan panjang gelombang 589,3 nm dan 330,2 nm.
2.7.2.  Sketsa intrumentasi SSA a
c d
b e
A=0,213
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : a = sumber sinar
b = tempat sampel c = monokromator
d = detektor e = rekorder
A. Sumber Sinar
Sumber  sinar  yang  dipakai  adalah  lampu  katoda  berongga.  Lampu  ini terdiri  atas  tabung  kaca  tertutup  yang  mengandung  suatu  katoda  dan  anoda  .
Katoda sendiri berbentuk silinder berongga  yang terbuat dari  logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia neon dan argon
dengan  tekanan  rendah  10-15  torr.  Neon  biasanya  lebih  disukai  karena memberikan intensitas pancaran lampu  yang lebih rendah. Bila antara anoda dan
katoda  diberi  suatu  tegangan  yang  tinggi  600  volt,  maka  katoda  akan memancarkan  berkas-berkas  elektron  yang  bergerak  menuju    anoda  yang  mana
kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia  yang
diisikan tadi. B.
Tempat Sampel Dalam  analisis  dengan spektrofotometer  serapan  atom,  sampel  yang  akan
dianalisis  harus  diuraikan  menjadi  atom-atom  netral  yang  masih  dalam  keadaan
Universitas Sumatera Utara
asas.  Alat  yang  digunakan  untuk  mengubah  suatu  sampel  menjadi  uap  atom  - atom yaitu : dengan nyala flame dan dengan tanpa nyala flameless.
1. Nyala flame
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi  bentuk  uap  atomnya,  dan  juga  berfungsi  untuk  atomisasi.  Pada  cara
spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat  dasar  ketingkat  yang  lebih  tinggi.  Suhu  yang  dicapai  nyala  tergantung
pada  gas –  gas  yang  digunakan,  misalkan  untuk  gas  batubara-udara  ,  suhunya
kira-kira  sebesar  1800 C  ,  gas  alam-udara  suhunya  1700
C,  asetilen-udara suhunya 2200
C, dan gas asetilen-dinitrogen oksida N
2
O sesar 3000 C.
Sumber  nyala  yang  paling  banyak  digunakan  adalah  campuran  asetilen sebagai  bahan  pembakar  dan  udara  sebagai  pengoksidasi.  Propana-udara  dipilih
untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah akan mengurangi banyaknya ionisasi.  Nyala hidrogen-udara lebih  jernih  dari pada  nyala asetilen
– udara  dalam  daerah  UV  dibawah  220  nm,  dan  juga  karena  sifatnya  yang
mereduksi maka nyala ini sesuai untuk penetapan arsenik dan selenium. 2.
Tanpa Nyala flameless Teknik  atomisasi  dengan  nyala  dinilai  kurang  peka  karena  atom  gagal
mencapai  nyala,  tetesan  sampel  yang  masuk  kedalam  nyala  terlalu  besar,  dan proses  atomisasi  kurang  sempurna,  oleh  karena  itu  muncullah  suatu  teknik
atomisasi  yang  baru  yakni  atomisasi  tanpa  nyala.  Pengatoman  dapat  dilakukan dalam  tungku  dari  grafit  seperti  tungku  yang  dikembangkan  oleh  masmann.
Sistem  pemanasan  dengan  tanpa  nyala  ini  dapat  melalui  3  tahap  yaitu  ; pengeringan  drying  yang  membutuhkan  suhu  yang  relatif  rendah,  pengabuan
Universitas Sumatera Utara
ashing yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matriks  kimia  dengan  mekanisme  volatilasi  atau  pirolisis,  dan  pengatoman
atomising. C.
Monokomator Monokomator  digunakan  untuk  memisahkan  dan  memilih  panjang
gelombang  yang  digunakan  dalam  analisis.  Disamping  sistem  optik,  dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi
resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper D.
Detektor Detetor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman.  Biasanya  digunakan  tabung  penggandaan  foton.  Ada2  cara  yang dapat  digunakan  dalam  sistem  deteksi  yaitu  :  a  yang  memberikan  respon
terhadap  radiasi  kontinyu,  dan  b  yang  hanya  memberikan  respon  terhadap radiasi resonansi.
Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu  disalurkan  pada  sistem  galvanometer  dan  setiap  perubahan  yang
disebabkan  oleh radiasi resonan akan  menyebabkan perubahan  output.  Pada cara kedua , output berasal dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu yang dipisahkan.
Dalam  hal  ini  sistem  penguat  harus  cukup  selektif  untuk  dapat  membedakan radiasi.  Cara  tebaik  adalah  dengan  menggunakan  detektor  yang  hanya  peka
terhadap radiasi resonan yang termodulasi. 5. Rekorder
Rekorder merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem  pencatat  hasil.  Pencatatan  hasil  dilakukan  dengan  suatu  alat  yang  telah
Universitas Sumatera Utara
terkalibrasi  untuk  pembacaan  dapat  berupa  angka  atau  berupa  kurva  dari  suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi. Sudjadi,2007
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat   Labu ukur 100 ml terkalibrasi                                                  Pyrex
  Pipet tetes -
  Pipet volume                                                                             Pyrex   Bola karet
-   Neraca analitik
-   Gelas ukur                                                                                 Pyrex
  Tabung reaksi plastik                                                                Pyrex   Botol aquadest
-   Tabung bigest
-   Kertas saring whatman No.42
-   Corong
-   Gelas Piala
Pyrex   Buret
-   Penangas Air
-
3.2 Bahan- bahan
 Tanah yang diambil dari tanah karo
Universitas Sumatera Utara
 HNO3 p 65  HClO4p 60
 Standar  0 Larutan Induk Pb 1000 ppm  Larutan Seri Standar 0.1 ppm
 Larutan Seri Standar  0.5 ppm  Larutan Seri Standar  1 ppm
 Larutan Seri Standar   1.5 ppm  Larutan Seri Standar   2 ppm
3.3    Pembuatan Larutan Standar Pb
a. Pembuatan larutan standar Pb 100 ppm Dipipet  10  ml  larutan  induk  Pb  1000  ppm  ke  dalam  labu  ukur  100  ml  di
encerkan dengan aquadest hingga garis batas, kemudian di homogenkan. b. Pembuatan larutan seri standar Pb 0,1 ; 0,5 ; 1 ; 1,5 ; dan 2 ppm
Dipipet  masing-masing  0,01  ml ; 0,05  ml  ; 0,1  ml ; 0,15  ml  ; 0,2  ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquabides yang
telah diasamkan hingga garis tanda, dikocok. c.  Dimasukkan larutan standar ke masing-masing tabung bigest
d. Dimasukkan  tabung  bigest  yang  berisi  larutan  standar  dan  berisikan
sampel kedalam autosampler SSA e.
Diinjeksi kedalam spektrofotometer serapan atom
Universitas Sumatera Utara
3.4   Prosedur Percobaan 3.4.1.  Pembuatan Kurva Standar