Penetapan Kadar Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Ikan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

(1)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb)

DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN KALENG

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

WINA SYLVERA SAMOSIR NIM 091524019

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb)

DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN KALENG

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WINA SYLVERA SAMOSIR NIM 091524019

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb)

DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN KALENG

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

WINA SYLVERA SAMOSIR NIM 091524019

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Oktober 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Syahrial Yoenoes, SU. Apt Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.

NIP. 195112061983031001 NIP: 195006221980021001.

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt NIP:

Pembimbing II,

Drs. Fathur Rahman Harun, MSi, Apt. Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt

NIP.195201041980031002 NIP. 194909061980032001

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Penetapan Kadar Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)

Pada Ikan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih tidak terhingga kepada Alm Ayahanda Rustam Theodorus Samosir dan Ibunda Friska Maria Line Sitanggang tercinta serta kepada Alm Paman Frans Bistok Sitanggang yang memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus tidak pernah berhenti. Terima kasih juga kepada adinda Alex Nicolas Samosir dan Julius Caesar Samosir yang memberikan doa dan dorongan demi suksesnya penulis.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, SU, Apt dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, MSi, Apt yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan beserta Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan

2. Bapak Drs. Salim Usman, M.Si., Apt selaku Penasehat Akademik yang telah

memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

3. Bapak Dr.M.Pandapotan Nst, MPS., Apt; Ibu Dra. Suwarti Aris,M.Si.,Apt;

dan Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik

penulis selama di perguruan tinggi dan membantu kemudahan administrasi.

5. Teman-teman penulis, Samuel Sianturi, Willy Delviana, Rosdiana Lubis,

Muzzamil Iki, Diana Febrita, Rovi Marvel, Benedictus Sinaga, Vikha Filova, dan Vera Novita

6. Teman-teman Fakultas Farmasi ekstensi stambuk 2009.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2011 Penulis,


(6)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN KALENG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Ikan olahan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh masyarakat karena mudah diperoleh dan praktis dalam penggunaannya. Ikan olahan yang beredar di pasaran dikemas dalam kaleng dan diproduksi dengan berbagai merk dagang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam timbal dan kadmium dalam ikan kaleng.

Analisis kuantitatif timbal dan kadmium dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom yaitu logam Pb pada panjang gelombang 283,3 nm dan logam Cd pada panjang gelombang 228 nm. Keuntungan dari metode ini adalah dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam yang lain. Selain itu pelaksanaannya sederhana, interferensinya sedikit, dan cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm).

Hasil penetapan kadar menunjukkan kadar timbal rata-rata dalam sampel kode SB, SF, dan SV berturut-turut adalah 0,1042 ± 0,0104 µg/g; 0,1783 ± 0,0122 µg/g dan 0,2605 ± 0,0304 µg/g. Batas deteksi adalah 0,0182 µg/ml dan batas kuantitasi adalah 0,0606 µg/ml. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan persen perolehan kembali adalah 95,27% dengan RSD 6,45%. Sedangkan hasil penetapan kadar menunjukkan kadar kadmium rata-rata dalam sampel kode SB, SF, dan SV berturut-turut adalah 0,0506 ± 0,0004 µg/g; 0,1437 ± 0,0031 µg/g dan 0,1004 ± 0,0014 µg/g. Batas deteksi adalah 0,0139 µg/ml dan batas kuantitasi

adalah 0,0464 µg/ml. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan

persen perolehan kembali adalah 91,90% dengan RSD 3,69%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kaleng yang beredar di pasaran telah tercemar logam timbal dan kadmium, dimana batas kadar maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional (2009) dalam SNI 01-7387-2009, yaitu 0,3 mg/kg untuk logam timbal dan 0,1 mg/kg untuk logam kadmium.

.


(7)

DETERMINATION OF Pb and Cd IN CANNED FISH WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Fish produce is one kind of food which is commonly to be liked by most of people because so easy to find and easy to use. Fish produce which avaiable in market is packaged in cans and are produced in kinds of brand. The aims of this research is to know how much content of plumbum and kadmium in canned fish.

Quantitative analysis of plumbum and kadmium was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometry and was performed at the wavelength of 283,3 nm for plumbum and 228 nm for kadmium. The advantages of this method, that we can make sure how much one kind of metal content without disturbing by other metal. Other side, is easy n simple to do, less interfrensi and good choise for little amount of metal analysis because have high response ( limit detection less of 1 ppm).

The results showed that the average of plumbum content in SB, SF, and SV was 0.1042 ± 0.0104 µg/g; 0.1783 ± 0.0122 µg/g dan 0.2605 ± 0.0304 µg/g with limit of detection was 0,0182 µg/ml and limit of quantitative was 0.0606 µg/ml. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 95.27% and RSD 6.45%. However the results showed that the average of kadmium content in SB, SF, and SV was 0.0506 ± 0.0004 µg/g; 0.1437 ± 0.0031 µg/g dan 0.1004 ± 0.0014 µg/g with limit of detection was 0.0139 µg/ml and limit of quantitative was 0.0464µg/ml. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 91.90% and RSD 3.69%.

The results of research showed that canned fish already contaminated with plumbum and cadmium, but sample did not passed the maximum limit that allowed by Badan Standarisasi Nasional (1995) in SNI 01-3708-1995 that is 0.3 mg/kg for plumbum and 0.1mg/kg for cadmium.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Makanan Kaleng ... 4

2.2 Logam ... 6

2.3 Timbal ... 6

2.3.1 Toksisitas Timbal ... 7

2.4 Kadmium ... 8

2.4.1 Toksisitas Kadmium ... 8


(9)

2.6 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi... 13

2.7 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom ... 13

2.8 Validasi Metode Analisis ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan-bahan ... 17

3.3 Alat-alat ... 17

3.4 Rancangan Penelitian ... 17

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 17

3.4.2 Proses Dekstruksi Basah ... 18

3.4.3.Pemeriksaaan Kuantitatif... ... 18

3.4.3.1Pembuatan Larutan Standar Timbal ... ….. 18

3.4.3.2Pembuatan Larutan Standar Kadmium ... 18

3.4.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal ... 19

3.4.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium ... 19

3.4.4 Penentuan Kadar Timbal dan Kadmium ... 19

3.4.5 Validasi Mertode Analisis ... ... 20

3.4.5.1 Penentuan LOD dan LOQ ... 20

3.4.5.2 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ... 20

3.4.5.3 Uji Presisi ... 21

3.4.6 Analisis Data secara Statistik... ... . 22

3.4.7 Menentukan Rentang Kadar Timbal dan Kadmium ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23


(10)

4.1.1 Kurva Kalibrasi Timbal dan Kadmium ... 23

4.1.2 Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel ... 24

4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 27

4.3 Uji Validasi ... 27

4.4 Uji Presisi ..………... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan

pengoksidasi ... 13

Tabel 2. Data kadar Pb (µg/g) pada sampel ... 25

Tabel 3.Data kadar Cd (µg/g) pada sampel ... 26

Tabel 4. Uji Perolehan Kembali Logam Pb dan Cd ... 28


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 13 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal ... 23 Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kadmium ... ... 24


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb),

Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

dari Data Kalibrasi Timbal . ... 33

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kadmium ... 35

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Timbal ... 37

Lampiran 4. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kadmium .... 38

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Timbal dalam Sampel ... 39

Lampiran 6. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Timbal ... 40

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Kadmium dalam Sampel ... 41

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Kadmium ... 42

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Timbal dalam Sampel ... ... 43

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Kadmium dalam Sampel ... ... 45

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Sampel SB... 47

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Sampel SF... 50

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Sampel SV... 53


(14)

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Sampel SF ...60

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Sampel SV ... 63

Lampiran 17. Perhitungan Kadar Timbal dalam Sampel untuk Recovery ...67

Lampiran 18. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Pb ...69

Lampiran 19. Data % Recovery Timbal ... 70

Lampiran 20. Perhitungan Kadar Kadmium dalam Sampel untuk Recovery ... 71

Lampiran 21. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Kadmium ... 73

Lampiran 22. Data % Recovery Kadmium ... 74

Lampiran 23. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... ... 75

Lampiran 24. Gambar Sampel ... 76


(15)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN KALENG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Ikan olahan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh masyarakat karena mudah diperoleh dan praktis dalam penggunaannya. Ikan olahan yang beredar di pasaran dikemas dalam kaleng dan diproduksi dengan berbagai merk dagang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam timbal dan kadmium dalam ikan kaleng.

Analisis kuantitatif timbal dan kadmium dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom yaitu logam Pb pada panjang gelombang 283,3 nm dan logam Cd pada panjang gelombang 228 nm. Keuntungan dari metode ini adalah dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam yang lain. Selain itu pelaksanaannya sederhana, interferensinya sedikit, dan cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm).

Hasil penetapan kadar menunjukkan kadar timbal rata-rata dalam sampel kode SB, SF, dan SV berturut-turut adalah 0,1042 ± 0,0104 µg/g; 0,1783 ± 0,0122 µg/g dan 0,2605 ± 0,0304 µg/g. Batas deteksi adalah 0,0182 µg/ml dan batas kuantitasi adalah 0,0606 µg/ml. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan persen perolehan kembali adalah 95,27% dengan RSD 6,45%. Sedangkan hasil penetapan kadar menunjukkan kadar kadmium rata-rata dalam sampel kode SB, SF, dan SV berturut-turut adalah 0,0506 ± 0,0004 µg/g; 0,1437 ± 0,0031 µg/g dan 0,1004 ± 0,0014 µg/g. Batas deteksi adalah 0,0139 µg/ml dan batas kuantitasi

adalah 0,0464 µg/ml. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi dengan

persen perolehan kembali adalah 91,90% dengan RSD 3,69%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kaleng yang beredar di pasaran telah tercemar logam timbal dan kadmium, dimana batas kadar maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional (2009) dalam SNI 01-7387-2009, yaitu 0,3 mg/kg untuk logam timbal dan 0,1 mg/kg untuk logam kadmium.

.


(16)

DETERMINATION OF Pb and Cd IN CANNED FISH WITH ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Fish produce is one kind of food which is commonly to be liked by most of people because so easy to find and easy to use. Fish produce which avaiable in market is packaged in cans and are produced in kinds of brand. The aims of this research is to know how much content of plumbum and kadmium in canned fish.

Quantitative analysis of plumbum and kadmium was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometry and was performed at the wavelength of 283,3 nm for plumbum and 228 nm for kadmium. The advantages of this method, that we can make sure how much one kind of metal content without disturbing by other metal. Other side, is easy n simple to do, less interfrensi and good choise for little amount of metal analysis because have high response ( limit detection less of 1 ppm).

The results showed that the average of plumbum content in SB, SF, and SV was 0.1042 ± 0.0104 µg/g; 0.1783 ± 0.0122 µg/g dan 0.2605 ± 0.0304 µg/g with limit of detection was 0,0182 µg/ml and limit of quantitative was 0.0606 µg/ml. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 95.27% and RSD 6.45%. However the results showed that the average of kadmium content in SB, SF, and SV was 0.0506 ± 0.0004 µg/g; 0.1437 ± 0.0031 µg/g dan 0.1004 ± 0.0014 µg/g with limit of detection was 0.0139 µg/ml and limit of quantitative was 0.0464µg/ml. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 91.90% and RSD 3.69%.

The results of research showed that canned fish already contaminated with plumbum and cadmium, but sample did not passed the maximum limit that allowed by Badan Standarisasi Nasional (1995) in SNI 01-3708-1995 that is 0.3 mg/kg for plumbum and 0.1mg/kg for cadmium.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Bahan makanan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kehidupan manusia. Semakin berkembangnya industri pangan menyebabkan banyak produksi makanan yang serba praktis, ekonomis, menarik serta tahan lama misalnya makanan yang dikemas dalam kaleng, hal ini menyebabkan banyak konsumen tertarik untuk mengkonsumsinya sehingga produksi makanan kaleng semakin meningkat. Bahan pangan yang dikemas dalam kalengan misalnya buah kaleng, ikan kaleng, cornet kaleng dan sosis kaleng.

Pencemaran logam berat dapat terjadi di udara, tanah atau daratan dan air atau lautan. Pencemaran udara biasanya terjadi pada proses industri yang menggunakan suhu tinggi, sedangkan pencemaran air dan tanah terjadi karena pembuangan limbah dari industri penggunaan logam tersebut yang tidak terkontrol, serta penggunaan bahan yang mengandung logam tersebut seperti pestisida dan insektisida. Logam berat yang terdapat dalam bahan pangan yang dikemas dalam kaleng adalah timbal dan kadmium. Timbal dalam kehidupan sehari-hari sering disebut dengan timah hitam atau plumbum. Timbal ini banyak digunakan di pabrik untuk bahan produksi baterai pada kendaraan bermotor, pembuatan kabel dan solder. Kadmium merupakan logam berwarna putih keperakan menyerupai aluminium. Logam kadmium digunakan untuk melapisi logam seperti seng, kualitasnya lebih baik dan harganya mahal (Darmono, 1995).

Logam berat dalam bahan pangan, tidak hanya terdapat secara alami, namun merupakan hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Hasil penelitian The


(18)

National Food Processors Association mengungkapkan terdapatnya partikel timbal dan kadmium merupakan salah satu sumber kontaminan di dalam produk makanan atau minuman yang dikalengkan. Keberadaan partikel timbal dan kadmium ini berasal dari kaleng yang dipatri pada proses penyambungan antara kedua bagian sisi dari tin plate untuk membentuk badan kaleng dan penutupnya (Anonimb, 2010).

Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat yang berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Keracunan yang disebabkan oleh logam ini dalam tubuh dapat mempengaruhi organ-organ tubuh antara lain kerusakan jaringan, system saraf, ginjal, hati, dan jantung, serta mempunyai sifat karsinogenik, sedangkan logam kadmium ini menjadi populer setelah timbulnya pencemaran air sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan terjadinya keracunan pada manusia (Darmono, 1995). Oleh karena itu pemerintah telah mengatur batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan melalui SNI 01-7387-2009 yaitu timbal sebesar 0,3 mg/kg dan kadmium sebesar 0,1 mg/kg (BSN, 2009)

Metode yang dapat digunakan dalam penetapan kadar timbal dan kadmium adalah gravimetri, kompleksometri, dan spektrofotometri serapan atom. Menurut Khopkar (1990), metode spektrofotometri serapan atom dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam yang lain. Selain itu pelaksanaannya sederhana, interferensinya sedikit, dan cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm) (Rohman, 2007).


(19)

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengetahui kadar timbal dan kadmium dalam ikan kaleng secara spektrofotometri serapan atom.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diungkap dari penelitian ini adalah:

1. Apakah produk makanan ikan kaleng mengandung cemaran logam timbal

(Pb) dan kadmium (Cd).

2. Apakah kadar logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam produk

makanan ikan kaleng melewati ambang batas yang ditetapkan oleh SNI.

1.3Hipotesis

1. Produk makanan ikan kaleng (sarden) mengandung cemaran logam timbal

(Pb) dan kadmium (Cd)

2. Kadar logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam produk ikan kalengan

(sarden) yang beredar di pasaran tidak melewati ambang batas.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Identifikasi kandungan timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada produk

makanan ikan kaleng.

2. Penetapan kadar timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada produk makanan

ikan kaleng.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai informasi dan seberapa aman bahan makanan ikan kaleng (sarden) dapat dikonsumsi.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Kaleng

Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang sudah dikenal sejak perang dunia kedua. Pada abad ke 19, kaleng digunakan untuk mengemas bahan makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun 1908, Nicholas Appert seseorang yang berkebangsaan Perancis memperkenalkan cara menyimpan makanan dalam botol kaca, lalu botol kaca tersebut disumbat longgar dengan gabus, kemudian direbus kembali sampai mendidih. Sesudah udara dalam botol tersebut keluar lalu disumbat lagi dengan kayu gabus sampai rapat dan kencang. Inilah bentuk paling tua dari kemasan kaleng yang kita kenal. Kelebihan dari kemasan kaleng ini adalah dapat dilakukan proses sterilisasi dengan suhu tinggi selama 20-40 menit sehingga makanan didalam nya menjadi steril, tidak mudah rusak dan awet (Anonima, 2008).

Mengemas makanan dalam kaleng merupakan salah satu teknologi pengawetan makanan dengan cara sterilisasi dengan suhu tinggi. Saat ini makanan dalam kemasan kaleng semakin populer akibat mobilitas masyarakat yang sangat tinggi, sehingga mengkonsumsi produk makanan kaleng dapat menghemat waktu. Kerusakan utama yang terjadi pada bahan makanan yang dikemas dalam kaleng adalah kerusakan yang diakibatkan oleh mikroba yang menyebabkan makanan menjadi berbau busuk, asam dan bahkan beracun. (Shaffiyah, 2008)

Menurut Winarno (1995), kerusakan makanan kaleng dibagi menjadi 4 bagian yaitu:


(21)

1. Flat Sour

Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan berbau asam. 2. Flipper

Apabila dilihat sekilas, bentuk kaleng terlihat normal tanpa kerusakan. Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lainnya akan terlihat cembung.

3. Springer

Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedangkan ujung yang lain tampak cembung permanen.

4. Swell (cembung)

Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat adanya bakteri

pembentuk gas. Swell (cembung) dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu

soft swell dan hard swell. Soft swlel yaitu kedua ujung kaleng yang sudah cembung tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke

dalam. Sedangkan hard swell yaitu kedua ujung permukaan kaleng sudah

cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa lagi ditekan ke dalam (Shaffiyah, 2008).

2.2 Logam

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Logam itu sendiri dalam kerak bumi dibagi menjadi logam makro dan logam mikro, di mana logam makro ditemukan lebih dari 1.000 mg/kg dan logam mikro jumlahnya kurang dari 500 mg/kg (Darmono, 1995).


(22)

Logam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu logam esensial dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang diperlukan untuk membantu reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup seperti membantu kerja enzim atau pembentukan sel darah merah. Sebaliknya logam nonesensial adalah logam yang keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak organ-organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Contoh logam esensial yaitu Na, K, Fe, Mg, Ca, sedangkan contoh logam nonesensial yaitu Hg, Pb, Cd, dan As (Darmono, 1995).

2.3 Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat. Logam ini mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik didih timbal adalah 1740oC dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008).

2.3.1 Toksisitas Timbal

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui selaput atau lapisan kulit (Palar, 2004).

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan karena Timbal (Pb) adalah


(23)

logam toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Darmono, 1995).

Gejala yang khas dari keracunan Pb antara lain:

1. Anemia: Pb dapat menghambat pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia. Selain itu, lebih dari 95% Pb yang terbawa dalam aliran darah dapat berikatan dengan eritrosit yang menyebabkan mudah pecahnya eritrosit tersebut (Darmono, 1995).

2. Aminociduria: terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke system urinaria (ginjal) yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal (Darmono, 1995).

3. Gastroenteritis: keadaan ini disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak kontraksi saluran lumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi (Darmono, 1995).

2.4 Kadmium

Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam persenyawaan dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfida). Cd memiliki nomor atom 40,

berat atom 112,4, titik didih 767oC dan memiliki massa jenis 8,65 g/cm3


(24)

2.4.1 Toksisitas Kadmium

Adapun efek yang dapat timbul akibat keracunan logam Cd adalah: 1. Efek terhadap tulang

Serangan yang paling hebat akibat dari keracunan yang disebabkan oleh logam Cd adalah kerapuhan tulang. Penyakit ini dinamakan “itai-itai” (itai-itai disease) yang berarti “aduh-aduh”. Penyakit ini mendatangkan rasa sakit pada persendian tulang belakang dan tulang kaki (Palar, 2004). 2. Efek terhadap ginjal

Logam Cd dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada system yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat atau jumlah kandungan protein yang terdapat di dalam urine. Penyakit ini disebut proteinuria. Proteinuria ditemukan pada orang-orang yang telah terpapar Cd dalam selang waktu yang lama, yaitu dalam jangka waktu 20-30 tahun (Palar, 2004).

3. Efek Cd terhadap paru-paru

Keracunan yang disebabkan oleh terhirupnya debu yang mengandung Cd dapat mengakibatkan kerusakan terhadap paru-paru. Keracunan ini terutama terjadi pada pekerja di pabrik-pabrik yang menggunakan kadmium. Terhirupnya Cd dalam jangka waktu yang lama

dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan paru-paru (pulmonary

emphysema). Peristiwa pembengkakan paru-paru ini disebabkan oleh penghambatan kerja enzim alfa-antipirin oleh logam Cd (Palar, 2004).


(25)

4. Efek terhadap sistem reproduksi

Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu Cd dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh logam Cd dapat mengakibatkan impotensi (Palar, 2004).

2.5 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Rohman, 2007)

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).

Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan spektrofotometri atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai


(26)

contoh plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kadmium pada 228,8 nm, magnesiunm pada 285,2 nm, natrium pada 589 nm, sementara kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi (Rohman, 2007).

Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh atom-atom yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaaan azas ke salah satu tingkat energy yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih


(27)

dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).

2. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spectrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).


(28)

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detector sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencata hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

2.6 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2. Menurut Harris


(29)

Tabel 1. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi

Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)

Asetilen Udara 2400-2700

Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100

Asetilen Oksigen 3300-3400

Hidrogen Udara 2300-2400

Hidrogen Oksigen 2800-3000

Sianogen Oksigen 4800

2.7Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan dapat terjadi pada saat dilakukan analisis dengan alat spektrofotometer serapan atom, gangguan itu antara lain adalah:

a. Gangguan oleh penyerapan non-atomik

Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomik dapat disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel pengganggu yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).

b. Gangguan spectrum

Gangguan spectrum dalam spektrofotometer serapan atom timbul akibat terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsur yang dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsur lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator (Rohman, 2007).

c. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di


(30)

Pembentukan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:

• Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya

senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.

• Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu

tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spectrum atom-atom dalam keadaan netral (Rohman, 2007).

2.8 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan


(31)

• Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

• Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai

recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan metode standar adisi.

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita, 2004).


(32)

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU dan pengukuran kadar dilakukan di POM Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dilakukan dari bulan Maret-April 2011.

3.2Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck antara lain larutan standar Pb 1000 mcg/ml , larutan standar Cd 1000 mcg/ml, asam nitrat 65% b/v dan aquabidest.

3.3Alat-Alat

Spektrofotometri Serapan Atom (AA-6300), lampu katoda timbal dan

kadmium 10 mA (GBC D2), neraca listrik (AND GF-200), hot plate (Lab.

Compagnion), kertas saring whatman no. 42, alat-alat gelas (pyrex) dan blender.

3.4Rancangan Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel diambil secara sampling purposif yang dikenal juga sebagai

sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen (Sudjana, 2001).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan dan saus nya. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa tempat yaitu di supermarket Carefour, supermarket Medan Plaza dan supermarket Medan Mall.


(34)

3.4.2 Proses Destruksi Basah

Sampel dihaluskan untuk setiap perlakuan, ditimbang masing-masing sebanyak 25 g dalam erlenmeyer. Sampel yang telah diketahui beratnya selanjutnya lalu ditambahkan HNO3 65% b/v sebanyak 25 ml dan diamkan selama

24 jam. Setelah 24 jam, panaskan diatas hot plate pada suhu ±110 oC hingga terbentuk larutan sampel berwarna kuning jernih. Hasil dekstruksi yang diperoleh dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan akuabides, dan dihomogenkan. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No 42, dan dibuang ±10 % filtrat pertama dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol (Haswell,1991). Kemudian dilakukan uji kuantitatif.

3.4.3 Pemeriksaan Kuantitatif

3.4.3.1Pembuatan Larutan Standar Timbal

Larutan standart Timbal (Pb) 1000 µg/ml dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

5N, ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 100 µg/ml). Larutan standart Timbal (Pb) 100 mcg/ml dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 5N,

ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabidest (konsentrasi 10 µg/ml).

3.4.3.2Pembuatan Larutan Standar Cadmium

Larutan standart Kadmium (Cd) 1000 µg/ml dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

5N,ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 100 µg/ml). Larutan standart Kadmium (Cd) 100 µg/ml dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan


(35)

dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 5N, ditepatkan

sampai garis tanda dengan akuabidest (konsentrasi 10 µg/ml).

3.4.3.3Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal

Larutan baku timbal (10 µg/ml) dipipet masing-masing sebanyak 1,00 ml; 1,50 ml; 4,00 ml; 6,00 ml; 8,00 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5 N dan ditepatkan sampai garis

tanda dengan akuabidest (larutan kerja ini mengandung 0,1 µg/ml; 0,15 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; dan 0,8 µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 283.3 nm.

3.4.3.4Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium

Larutan baku Kadmium (Cd) 10 µg/ml dipipet masing-masing sebanyak 1,00 ml; 2,00 ml; 3,00 ml; 4,00 ml; 5,00 ml lalu dimasukkan kedalam labu

tentukur 100 ml, ditambahkan 10 ml HNO3 5N kemudian ditepatkan sampai garis

tanda dengan akuabidest (larutan kerja ini mengandung 0,1 µg/ml; 0,2 µg/ml; 0,3 µg/ml; 0,4 µg/ml; dan 0,5 µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 228,8 nm.

3.4.4 Penentuan Kadar Timbal dan Kadmium

Penentuan kadar Pb dan Cd dalam larutan sampel dapat ditentukan dengan rumus :

Kadar Logam (µg/g) =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi (µg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor Pengenceran


(36)

3.4.5 Validasi Metode Analisis

3.4.5.1 Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon yang

signifikan. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation (LOQ) merupakan

kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung berdasarkan dengan rumus sebagai berikut :

SY/X =

2 )

( 2

− −

n Yi Y

LOD =

slope X SY x / 3

LOQ =

slope X SY x / 10

Keterangan : LOD = Limit of Detection (µg/ml) LOQ = Limit of Quantitation (µg/ml)

SY/X = Simpangan Baku Residual (Harmita,2004)

3.4.5.2 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (%Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi

karena matriks sampel tidak diketahui sehingga tidak memungkinkan untuk membuat sampel plasebo. Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa,


(37)

persen analit yang ditambahkan tadi dapat diperoleh kembali (Harmita, 2004). Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 10 ml larutan baku Pb dengan konsentrasi 0,4 µg/ml dan 5 ml larutan baku Cd dengan konsentrasi 0,2 µg/ml kedalam sampel. Masing-masing dilakukan sebanyak 6 kali replikasi kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada awal penetapan kadar sampel.

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

(CF-CA) x 100%

% Recovery = C*A

Dimana:

CF = Konsentrasi total sampel setelah penambahan baku (µg/ml)

CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan baku (µg/ml)

C*A = Konsentrasi analit yang ditambahkan (µg/ml)

3.4.5.3 Uji Presisi

Presisi atau keseksamaan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit 6 replikan sampel. Presisi diukur sebagai standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif (RSD). Nilai standar deviasi relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Menurut Rochman (2007), rumus untuk menghitung Standar deviasi relative (RSD) adalah:

RSD = ×100%

X SD


(38)

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviatio

3.4.6 Analisis Data Secara Statistik

Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:

SD =�∑(x-x�)

2

n-1

Distribusi tihitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t = x�-x SD

√n

Dasar penolakan data jika thitung≥ ttabel.

3.4.7 Menentukan Rentang Kadar Timbal dan Kadmium

Rentang kadar sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel, ditentukan rata-ratanya secara statistik dengan taraf

kepercayaan 95% dengan α= 0,05 dengan rumus sebagai berikut: n

s t(12 ,df)

X α


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeriksaan Kuantitatif

4.1.1 Kurva Kalibrasi Timbal dan Cadmium

Kurva kalibrasi logam timbal diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar logam timbal. Logam timbal diukur pada panjang gelombang 283,3 nm. Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi tersebut, maka diperoleh persamaan garis regresi untuk timbal yaitu: Y = 0,01247x + 0,000001 dengan koefisien korelasi (r = 0,9999) Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar timbal serta contoh perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada

Lampiran 1 hal. 33.

Gambar 2. Kurva kalibrasi Pb

Kurva kalibrasi logam kadmium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar logam kadmium. Logam kadmium diukur pada panjang gelombang 228,8 nm. Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi tersebut,

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

A

bso

rba

nsi

Konsentrasi (µg/ml) Kurva Kalibrasi Pb


(40)

maka diperoleh persamaan garis regresi untuk timbal yaitu: Y = 0,0491x + 0,0002143 dengan koefisien korelasi (r = 0,9997) Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar kadmium serta contoh perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 2 hal. 35.

Gambar 3. Kurva kalibrasi Cd

Harga koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 dari masing – masing kurva kalibrasi Pb dan Cd menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi.

4.1.2 Kadar Timbal dan Cadmium Dalam Sampel

Penetapan kadar Pb dan Cd dilakukan secara spektrofotometri serapan atom, dimana sampel terlebih dahulu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Untuk Pb dan Cd 25 g sampel dilarutkan dalam HNO3 65% (b/v) dalam labu tentukur 25 ml.

Dan diukur pada spektrofotometer serapan atom masing – masing pada panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum. Kadar Pb dan Cd diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya (dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3).

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03

0 0,2 0,4 0,6

A

bso

rba

nsi

Konsentrasi (µg/ml) Kurva Kalibrasi Cd


(41)

Tabel 2. Data kadar Pb (µg/g) pada sampel

No Sampel Berat

Sampel (g)

Kadar (µg/g)

Rentang Kadar (µg/g)

25,005 0,1041

25,002 0,1202

1 Sampel Botan (SB) 25,003 0,0961 0,1042 ± 0,01041

25,007 0,0881

25,005 0,1122

25,003 0,1042

25,002 0,1763

25,003 0,1924

2 Sampel Finna (SF) 25,007 0,1843 0,1783 ± 0,01219

25,002 0,1603

25,005 0,1843

25,002 0,1683

25,005 0,2565

25,003 0,2886

3 Sampel Vinisi (SV) 25,002 0,2485 0,2605 ± 0,03039

25,003 0,3126

25,008 0,2484

25,005 0,2966

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan Hasil diatas menunjukkan bahwa sampel ikan kaleng mengandung logam toksik Pb.


(42)

Tabel 3. Data kadar Cd (µg/g) pada sampel

No Sampel Berat Sampel

(g)

Kadar (µg/g)

Rentang Kadar (µg/g)

25,005 0,0485

25,002 0,0546

1 Sampel Botan (SB) 25,003 0,0506 0.0506 ± 0,00046

25,007 0,0465

25,005 0,0567

25,003 0,0485

25,002 0,1442

25,003 0,1401

2 Sampel Finna (SF) 25,007 0,1503 0.1437 ± 0,00309

25,002 0,1421

25,005 0,1462

25,002 0,1421

25,005 0,1014

25,003 0,0994

3 Sampel Vinisi (SV) 25,002 0,0974 0,1004 ± 0,00138

25,003 0,0994

25,008 0,1096

25,005 0,1014

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan

Hasil diatas menunjukkan bahwa sampel ikan kaleng mengandung logam toksik Cd.


(43)

4.2Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Untuk melihat kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama, maka dilakukan perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi (Ermer, J dan Miller ,2005).

Hasil pengukuran batas deteksi dan batas kuantitasi pada logam Pb dan Cd dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.

Hasil pengujian sampel untuk pemeriksaan Pb diperoleh konsentrasi rata-rata SB, SF, dan SV adalah 0,1042 µg/ml; 0,1777 µg/ml; 0,2752 µg /ml (lampiran 13), dimana LOD 0,0182 µg/ml dan LOQ 0,0606 µg/ml (lampiran 7). Pemeriksaan Cd diperoleh konsentrasi rata-rata SB, SF dan SV adalah 0,0509 µg /ml; 0,1442 µg/ml; 0,1014 µg/ml (lampiran 14), dimana LOD 0,0139 µg /ml dan LOQ 0,0464 µg/ml (lampiran 8). Hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Sehingga penetapan kadar Pb dan Cd memenuhi persyaratan (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4).

4.3 Uji Validasi

Validasi metode menurut USP 30 tahun 2007 dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang digunakan akurat, spesifik, reproduksibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Adapun uji validasi yang digunakan yaitu

persen perolehan kembali (% recovery) dengan membuat konsentrasi analit

dengan penambahan baku 10 ml (0,4 µg/ml) untuk Pb dan dengan penambahan baku 5 ml (0,2 µg/ml) untuk Cd.


(44)

Tabel 4. Tabel Uji Perolehan Kembali Logam Pb dan Cd

No Logam yang dianalisis

Kadar standar yang ditambahkan

Kadar Total (µg/g)

Kadar awal (µg/g)

% Recovery

0,1599 0,4088 0,2565 95,24%

0,1599 0,4409 0,2886 95,24%

0,1599 0,4009 0,2485 95,31%

1 Pb 0,1599 0,4650 0,3126 95,30%

0,1599 0,4008 0,2484 95,31%

0,1599 0,4489 0,2966 95,25%

KT= 0,4276 KA= 0,2752 95,27%

0,0399 0,1382 0,1014 92,23%

0,0399 0,1361 0,0994 91,97%

0,0399 0,1341 0,0974 91,97%

2 Cd 0,0399 0,1361 0,0994 91,97%

0,0399 0,1463 0,1095 92,23%

0,0399 0,1382 0,1014 92,20%

KT= 0,1382 KA= 0,1014 91,90%

Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk Pb 95,27%, dan Cd 91,90%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah antara 80-120% (Ermer, J dan Miller ,2005 ).

4.4 Uji Presisi

Uji presisi atau uji keseksamaan dilakukan terhadap sampel SB,SF dan SV dengan perulangan sebanyak 6 kali. Diperoleh nilai simpangan Baku dan % Relatif Standar Deviasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini


(45)

Tabel 5. Hasil Uji Presisi

No. Logam Kadar rata-rata

(µg/g) SD RSD

1. Pb

0,4276 0,0276 6,4546 %

2. Cd

0.1382 0,0051 3,6903 %

Menurut Harmita (2004) kriteria seksama diberikan jika memberikan nilai standar deviasi relatif untuk analit dengan kadar satu per seribu RSD nya adalah tidak lebih dari 5% dan untuk analit dengan kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah tidak lebih dari 16%.Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan mempunyai akurasi yang baik.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sampel ikan kaleng mengandung logam berat timbal (Pb) dan kadmium(Cd).

2. Hasil penetapan kadar dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kadar timbal pada sampel SB adalah 0,1042 µg/g, sampel SF adalah 0,1777 µg/g, dan sampel SV adalah 0,2752 µg/g Kadar timbal dalam sampel tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,3 mg/kg. Kadar kadmium pada sampel SB adalah 0,0509 µg/g, sampel SF adalah 0,1442 µg/g, dan sampel SV adalah 0,1014 µg/g. Kadar Cd pada sampel SB tidak melebihi ambang batas sedangkan dalam sampel SF dan SV kadar melebihi ambang batas maksimum kadmium yaitu sebesar 0,1 mg/kg.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian ini dengan variasi sampel makanan kaleng jenis lain yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, (2008). Lebih Dekat Dengan Makanan Kaleng,

http://groups.yahoo.com/group/Halal-Baik-Enak/message/5059

Anonimb, (2010). Pencemaran Timbal Dalam Makanan,

Badan Standarisasi Nasional. (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam

Pangan. SNI 01-7387-2009. Hal. 4,7.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Cetakan pertama.

Jakarta: UI-Press. Hal. 10-12, 21-23, 26-27.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 47, 62, 82, 129-130.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 1061, 1067

Ermer, J dan Miller, JHM. (2005). Method Validation in Pharmaceutical

Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH, Page 89, 171. Fries, J. (1977). Organic Reagent for Trade Analysis. Jerman darmstat. E. Merck.

p: 79-83, 243, 245-249.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 1 (3):

117-135.

Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Buku 5. United Kingdom: Elsevier.

Khopkar, S. M. (1990)., Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Hal. 274-275.

Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta. Hal. 24, 76-84.

Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analisis., Pustaka Pelajar Universitas Islam Indonesia. Hal. 298

Shaffiyah, (2008). Seputar Makanan Kaleng, http://shaffiyah.wordpress.com Sudjana. (2001). Metode Statistika. Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito. Hal.168-169


(48)

Vogel. (1979). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.

LongmanGroup Limited. London. Terjemahan oleh Setiono L.1990.

Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V. PT. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 530, 535, 540, 765-766.

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. Hal. 451-452

Widowati, W. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal.63, 109, 119.

Winarno, F. G. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(49)

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Pb

1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Pb

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,100 0,0012

3 0,150 0,0019

4 0,400 0,0050

5 0,600 0,0076

6 0,800 0,0099

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0,000 0,0000 0,0000 0,00000000 0,000000

2 0,100 0,0012 0,0100 0,00000144 0,001200

3 0,150 0,0019 0,0225 0,00000361 0,000285

4 0,400 0,0050 0,1600 0,0000250 0,002000

5 0,600 0,0076 0,3600 0,00005776 0,004560

6 0,800 0,0099 0,6400 0,00001858 0,007920

∑X = 2,05 ∑Y = 0,0256 ∑X2 = 1,1925 ∑Y2= 0,00018582 XY = 0,014885

X = 0,3416 Y= 0,00426

a =

( )( )

( )

n x x n y x -xy 2 2

− a = 6 2,05 1925 , 1 6 ) 0256 , 0 )( 05 , 2 ( 0,014885 2 − −

a = 0,01247 b = y - ax

= 0,0426 – (0,01247)(0,3416) = 0,000001


(50)

Persamaan Regresinya adalah y = 0,01247x + 0,000001 r =

( )( )

(

) ( )

(

) ( )

        −         −

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

(

) (

)



(

) (

)

     − = 6 0256 , 0 00018582 , 0 6 05 , 2 1925 , 1 6 ) 0256 , 0 )( 05 , 2 ( 014885 , 10 r 2 2 r = 006139273 , 0 006139 , 0


(51)

Lampiran 2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium(Cd), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Cd

1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Cd

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,100 0,0054

3 0,200 0,0099

4 0,300 0,0152

5 0,400 0,0198

6 0,500 0,0247

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0,000 0,0000 0,0000 0,00000000 0,00000

2 0,100 0,0054 0,0100 0,00002916 0,00054

3 0,200 0,0099 0,0400 0,00009801 0,00198

4 0,300 0,0152 0,0900 0,00023104 0,00456

5 0,400 0,0198 0,1600 0,00039204 0,00792

6 0,500 0,0247 0,2500 0,00061009 0,01235

∑X = 1,5 ∑Y = 0,0750 ∑X2 = 0,5500 ∑Y2=0,00136034 XY = 0,02735

X = 0,25 Y= 0,0125

a =

( )( )

( )

n x x n y x -xy 2 2

− a = 6 (1,5) 55 , 0 6 ) 7859 , 0 )( 5 , 1 ( 0,02735 2 − −

a = 0,0491 b = y - ax

= 0,0125 – (0,0491)(0,25) = 0,0002143


(52)

Persamaan Regresinya adalah y = 0,0491x + 0,0002143 r =

( )( )

(

) ( )

(

) ( )

        −         −

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

(

) ( )



(

) (

)

     − = 6 0750 , 0 00136034 , 0 , 0 6 5 , 1 55 , 0 6 ) 0750 , 0 )( 5 , 1 ( 02735 , 0 r 2 2 r = 00860215 , 0 0086 , 0


(53)

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Pb Persamaan garis regresi : Y = 0,01247x - 0,000001

No

Konsentrasi (X)

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi (Y – Yi)2 . 10 -8

1 0,000 0,0000 0,000001 -0,000001 0,010

2 0,100 0,0012 0,001248 -0,000048 23,040

3 0,150 0,0019 0,001872 0,0000285 8,1225

4 0,400 0,0050 0,004989 0,000011 1,2100

5 0,600 0,0076 0,007483 0,000117 136,89

6 0,800 0,0099 0,009977 -0,000077 59,290

n = 6 ∑(Y – Yi)2 = 228,56 x 10-8

SY/X =

(

)

2 -n

Yi 2

Y

=

4 56 0,00000228

= 7,559 x 10-5

LOD =

Slope SY/X x 3

LOD =

0,01247 0,00007559 x

3

= 0,0181 µg/ml

LOQ =

Slope SY/X x 10

LOQ =

0,01247 0,00007559 x

10


(54)

Lampiran 4. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Cd Persamaan garis regresi : Y = 0,0491x + 0,0002143

No

Konsentra si (X)

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi (Y – Yi)2 . 10 -8

1 0,000 0,0000 0,000000 -0,000214 4,50

2 0,100 0,0054 0,005124 0,000276 7,60

3 0,200 0,0099 0,001003 -0,000134 1,70

4 0,300 0,0152 0,014944 0,000256 6,50

5 0,400 0,0198 0,019854 -0,000054 0,20

6 0,500 0,0247 0,024764 -0,000064 0,40

n = 6 ∑(Y – Yi)2 = 20,9x 10-8

SY/X =

(

)

2 -n

Yi

Y 2

=

4 9 0,00000020

= 2,28 x 10-4

LOD =

Slope SY/X x 3

LOD =

0,0491 0,000228 x

3

= 0,0139 µg/ml

LOQ =

Slope SY/X x 10

LOQ =

0,0491 0,000228 x

10


(55)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Pb dalam Sampel Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Pb dalam sampel yang beratnya 25,005 g dan absorbansi 0,0013.

X = Konsentrasi sampel Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah y = 0,01247x + 0,000001

x =

01247 , 0

000001 ,

0 0013 ,

0 −

x = 0,1042 µg/ml

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 0,1042 µg/ml

Kadar (µg/g) =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (µg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (g)

Kadar =

g ml mlx 005 , 25

25 / µg 1042 , 0

= 0,1041 µg/g


(56)

Lampiran 6. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Pb dengan 6 kali Replikasi

No Sampel Berat

Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (µg/g)

Kadar (mg/kg)

1 Sampel Botan

(SB)

25,005 0,0013 0,1042 0,1041 0,1041

25,002 0,0015 0,1202 0,1202 0,1202

25,003 0,0012 0,0962 0,0961 0,0961

25,007 0,0011 0,0881 0,0881 0,0881

25,005 0,0014 0,1122 0,1122 0,1122

20,003 0,0013 0,1042 0,1042 0,1042

2 Sampel Finna

(SF)

25,002 0,0022 0,1763 0,1763 0,1763

25,002 0,0024 0,1924 0,1924 0,1924

25,007 0,0023 0,1844 0,1843 0,1843

25,002 0,0020 0,1603 0,1603 0,1603

25,005 0,0023 0,1844 0,1843 0,1843

20,002 0,0021 0,1683 0,1683 0,1683

3 Sampel Vinisi

(SV)

25,005 0,0032 0,2565 0,2565 0,2565

25,003 0,0036 0,2886 0,2886 0,2886

25,002 0,0031 0,2485 0,2485 0,2485

25,003 0,0039 0,3127 0,3126 0,3126

25,008 0,0031 0,2485 0,2484 0,2484


(57)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Cd dalam Sampel Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Cd dalam sampel yang beratnya 25,005 g dan absorbansi 0,0026

X = Konsentrasi sampel Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah y = 0,0491x + 0,0002143

x =

0491 , 0

0002143 ,

0 0026 ,

0 −

x = 0,0485 µg/ml

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 0,0485 µg/ml

Kadar (µg/g) =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (µg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (g)

Kadar =

g ml mlx 005 , 25

25 / µg 0485 , 0

= 0,0485 µg/g


(58)

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Cd dengan 6 kali Replikasi

No Sampel Berat

Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (µg/g)

Kadar (mg/kg)

1 Sampel Botan

(SB)

25,005 0,0026 0,0486 0,0486 0,0486

25,002 0,0029 0,0547 0,0547 0,0547

25,003 0,0027 0,0506 0,0506 0,0506

25,007 0,0025 0,0465 0,0465 0,0465

25,005 0,0030 0,0567 0,0567 0,0567

25,003 0,0026 0,0486 0,0486 0,0486

2 Sampel Finna

(SF)

25,002 0,0073 0,1442 0,1442 0,1442

25,002 0,0071 0,1401 0,1401 0,1401

25,007 0,0076 0,1503 0,1503 0,1503

25,002 0,0072 0,1422 0,1421 0,1421

25,005 0,0074 0,1462 0,1462 0,1462

25,002 0,0072 0,1422 0,1421 0,1421

3 Sampel Vinisi

(SV)

25,005 0,0052 0,1015 0,1014 0,1014

25,003 0,0051 0,0994 0,0994 0,0994

25,002 0,0050 0,0974 0,0974 0,0974

25,003 0,0051 0,0994 0,0994 0,0994

25,008 0,0056 0,1096 0,1096 0,1096


(59)

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Timbal (Pb).

1. Sampel SB A. Konsentrasi

y = 0,01247x + 0,000001

y = absorbansi, x = konsentrasi

1) 0,0013= 0,01247x + 0,000001

x = 0,1042 µg/ml

2) 0,0015= 0,01247x + 0,000001

x = 0,1202 µg/ml

3) 0,0012= 0,01247x + 0,000001

x = 0,0962 µg/ml

4) 0,0011 = 0,01247x + 0,000001

x = 0,0881 µg/ml

5) 0,0014= 0,01247x + 0,000001

x = 0,1122 µg/ml

6) 0,0013= 0,01247x + 0,000001

x = 0,1042 µg/ml

B. Kadar

Kadar (µg/g) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (µg/ml) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran


(60)

1) Kadar 1 = g 25,005 ml 25 x mcg/ml 0,1042

= 0,1041 µg/g

2) Kadar 2 =

g 25,002 ml 25 x mcg/ml 0,1202

= 0,1202 µg/g

3) Kadar 3 =

g 25,003 ml 25 x mcg/ml 0,0962

= 0,0961 µg/g

4) Kadar 4 =

g 25,007 ml 25 x mcg/ml 0,0881

= 0,0881 µg/g

5) Kadar 5 =

g 25,005 ml 25 x mcg/ml 0,1122

= 0,1122 µg/g

6) Kadar 6 =

g 25,003 ml 25 x mcg/ml 0,1042


(61)

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Kadmium (Cd)

1. Sampel SB A. Konsentrasi

y = 0,0491x + 0,0002143

y = absorbansi, x = konsentrasi

1) 0,0026= 0,0491x + 0,0002143

x = 0,0486 µg/ml

2) 0,0029= 0,0491x + 0,0002143

x = 0,0547 µg/ml

3) 0,0027= 0,04916x + 0,0002143

x = 0,0506 µg/ml

4) 0,0025 = 0,0491x + 0,0002143

x = 0,0465 µg/ml

5) 0,0030= 0,0491x + 0,0002143

x = 0,0567 µg/ml

6) 0,0026= 0,0491x + 0,0002143

x = 0,0486 µg/ml

B. Kadar

Kadar (µg/g) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (µg/ml) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran


(62)

1) Kadar 1 =

g 25,005

ml 25 x µg/ml 0,0486

= 0,0486 µg/g

2) Kadar 2 =

g 25,002

25ml x l 0,0547µg/m

= 0,0547µg/g

3) Kadar 3 =

g 25,003

ml 25 x µg/ml 0,0506

= 0,0506 µg/g

4) Kadar 4 =

g 25,007

ml 25 x µg/ml 0,0465

= 0,0465 µg/g

5) Kadar 5 =

g 25,005

ml 25 x µg/ml 0,0567

= 0,0567 µg/g

6) Kadar 6 =

g 25,003

ml 25 x µg/ml 0,0486


(63)

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Pb pada sampel SB

No. X

(Kadar (µg/g) )

X - X (X – X)2 .10-4

1 0,1041 -0,000004 0,0000002

2 0,1202 0,016046 2,5000000

3 0,0961 -0,008014 0,6422180

4 0,0881 -0,016046 2,5748150

5 0,1122 0,008014 0,6422010

6 0,1042 0,000004 0,0000002

∑X = 0,6249 X = 0,1042

∑(X – X)2 = 6,433914x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

=

0,01134

5 0006433914 ,

0 =

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

6 / 01134 , 0 000004 , 0 − = -0,0008

t hitung data 2 =

6 / 01134 , 0 016046 , 0

= 3,4649 (data ditolak)

t hitung data 3 =

6 / 01134 , 0 008014 , 0 − = -1,7305

t hitung data 4 =

6 / 01134 , 0 016406 , 0 −


(64)

t hitung data 5 = 6 / 01134 , 0 008014 , 0 = 1,7305

t hitung data 6 =

6 / 01134 , 0 000004 , 0 = 0,0010

karena t hitung 1 ≤ - t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-2 dan ke-4.

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,1041 -0,000004 0,0000002

2 0,0961 -0,008014 0,6422180

3 0,1122 0,008014 0,6422010

4 0,1042 0,000004 0,0000002

∑X = 0,4166 X = 0,1042

∑(X – X)2 = 1,2844x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 3 00012844 , 0 = 0.006543

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 4, dk = 3, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 3,1824

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

4 / 006543 , 0 000004 , 0 − = -0,0012


(65)

t hitung data 2 =

4 / 006543 ,

0

008014 ,

0

= -2.4495

t hitung data 3 =

4 / 006543 ,

0

008014 ,

0

= 2,4494

t hitung data 4 =

4 / 006543 ,

0

000004 ,

0

= 0,0013

karena - t tabel≤ t hitung≤ t tabel maka semua data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / ) = 0,1042± 3,1824 x 0.006543/ 4 = 0.1042 ± 0,01041 µg/g


(66)

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Pb pada sampel SF

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,1763 -0,001325 0,01756

2 0,1924 0,014704 2,16213

3 0,1843 0,006656 0,44308

4 0,1603 -0,017363 3,01458

5 0,1843 0,006671 0,44504

6 0,1683 -0,009344 0,87309

∑X = 1,06593 X = 0,1777

∑(X – X)2 = 6,95549x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

=

0,01179

5 000695549 ,

0 =

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

6 / 01179 , 0 001325 , 0 − = -0,2752

t hitung data 2 =

6 / 01179 , 0 014704 , 0

= 3,0538 (data ditolak)

t hitung data 3 =

6 / 01179 , 0 006656 , 0 = 1,3824

t hitung data 4 =

6 / 01179 , 0 017363 , 0 −


(67)

t hitung data 5 = 6 / 01179 , 0 006671 , 0 = 1,3855

t hitung data 6 =

6 / 01179 , 0 009344 , 0 = -1,9406

karena t hitung 1 ≤ - t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-2 dan ke-4.

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,1763 -0,001990 0,0396

2 0,1843 0,005992 0,3590

3 0,1843 0,006007 0,3607

4 0,1683 -0,010009 1,0017

∑X = 0,7133 X = 0,1783

∑(X – X)2 = 1,7611x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 3 00017611 , 0 = 0.00766

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 4, dk = 3, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 3,1824

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

001990 ,

0


(68)

t hitung data 2 =

4 / 00766 , 0

005992 ,

0

= 1,5641

t hitung data 3 =

4 / 00766 , 0

006007 ,

0

= 1,5679

t hitung data 4 =

4 / 00766 , 0

010009 ,

0

= -2,6126

karena - t tabel≤ t hitung≤ t tabel maka semua data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / ) = 0,1783± 3,1824 x 0.00766/ 4 = 0.1783 ± 0,01219 µg/g


(69)

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Pb pada sampel SV

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,2565 -0,018716 3,50

2 0,2886 0,013378 1,79

3 0,2485 -0,026074 7,13

4 0,3126 0,037433 14,01

5 0,2484 -0,026763 7,16

6 0,2966 0,021372 4,57

∑X = 1,65120 X = 0,2752

∑(X – X)2 = 38,17x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

=

0,027629

5 003817 ,

0 =

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

6 / 027629 , 0 018716 , 0 − = -1,6594

t hitung data 2 =

6 / 027629 , 0 013378 , 0 = 1,1861

t hitung data 3 =

6 / 027629 , 0 026074 , 0 − = -2,3676

t hitung data 4 =

6 / 027629 , 0 037433 , 0


(70)

t hitung data 5 = 6 / 027629 , 0 026763 , 0 − = -2,3728

t hitung data 6 =

6 / 027629 , 0 021372 , 0 = 1,8949

karena t hitung 1 ≤ - t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-4

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,2565 -0,011229 1,26

2 0,2886 0,020864 4,35

3 0,2485 -0,019217 3,69

4 0,2484 -0,019217 3,72

5 0,2966 0,028859 8,33

∑X = 1,33857 X = 0,2677

∑(X – X)2 = 21,35x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 4 002135 , 0 = 0.0231

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,7765

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

5 / 0231 , 0 011229 , 0 − = -1,0868


(71)

t hitung data 2 = 5 / 0231 , 0 020864 , 0 = 2,0193

t hitung data 3 =

5 / 0231 , 0 019217 , 0 − = -1,8599

t hitung data 4 =

5 / 0231 , 0 019217 , 0 − = -1,8599

t hitung data 5 =

5 / 0231 , 0 028859 , 0

= 2,7930 (data ditolak)

karena t hitung 1 ≤ - t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-5

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,2565 -0,004015 0,16

2 0,2886 0,028079 7,88

3 0,2485 -0,012002 1,44

4 0,2484 -0,012062 1,45

∑X = 1,0420 X = 0,2605

∑(X – X)2 = 10,94x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 3 001094 , 0 = 0.019096

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 4, dk = 3, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 3,1824


(72)

t hitung =

n SD

X Xi

/

t hitung data 1 =

4 / 019096 ,

0

004015 ,

0

= -0,4204

t hitung data 2 =

4 / 019096 ,

0

028079 ,

0

= 2,9407

t hitung data 3 =

4 / 019096 ,

0

012002 ,

0

= -1,2570

t hitung data 4 =

4 / 019096 ,

0

012062 ,

0

= -1,2632

karena - t tabel≤ t hitung≤ t tabel maka semua data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / ) = 0,2605± 3,1824 x 0.019096/ 4 = 0.2605 ± 0,03039 µg/g


(73)

Lampiran 14. Perhitungan Statistik Kadar Cd pada sampel SB

No. X

(Kadar (µg/g) )

X – X (X – X)2 .10-4

1 0,0485 -0,002375 0,056

2 0,0546 0,003735 0,139

3 0,0506 -0,000337 0,001

4 0,0465 0,004414 0,195

5 0,0567 0,005763 0,332

6 0,0485 -0,002372 0,056

∑X = 0,30549 X = 0,0509

∑(X – X)2 = 0,780x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

=

0,003949

5 0000780 ,

0 =

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

6 / 003949 , 0 002375 , 0 − = -1,4730

t hitung data 2 =

6 / 003949 , 0 003735 , 0 = 2,3159

t hitung data 3 =

6 / 003949 , 0 000337 , 0 − = -0,2089

t hitung data 4 =

6 / 003949 , 0 004414 , 0


(74)

t hitung data 5 = 6 / 003949 , 0 005763 , 0

= 3,5734 (data ditolak)

t hitung data 6 =

6 / 003949 , 0 002372 , 0 − = -1,4706

karena t hitung 1 ≤ - t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-4 dan ke-5.

No. X

(Kadar (µg/g) )

X - X (X – X)2 .10-4

1 0,0485 -0,002038 0,04

2 0,0546 0,004072 0,17

3 0,0506 0,000000 0,00

4 0,0485 -0,002034 0,04

∑X = 0,2031 X = 0,0506

∑(X – X)2 = 0,25x10-4

SD =

(

)

1 -n X -Xi 2

= 3 000025 , 0 = 0.002886

Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 4, dk = 3, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 3,1824

Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel

t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung data 1 =

4 / 002886 , 0 002038 , 0 − = -1,4125


(1)

Kadar (µg/g) = W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (µg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (g)

A. Konsentrasi

Persamaan garis regresi y = 0,0491x + 0,0002143

y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0,0070 = 0,0491x + 0,0002143

x = 0,1382 µg/ml

2) 0,0069 = 0,0491x + 0,0002143 x = 0,1362 µg/ml

3) 0,0068 = 0,0491x + 0,0002143 x = 0,1341 µg/ml

4) 0,0069 = 0,0491x + 0,0002143 x = 0,1362 µg/ml

5) 0,0074 = 0,0491x + 0,0002143 x = 0,1463 µg/ml

6) 0,0070 = 0,0491x + 0,0002143 x = 0,1382 µg/ml

Maka :

1) Kadar 1 =

g 25,005

ml 25 x µg/ml 0,1382


(2)

3) Kadar 3 = g 25,002 ml 25 x l 0,1341µg/m

= 0,1341 µg/g

4) Kadar 4 =

g 25,003 ml 25 x l 0,1362µg/m

= 0,1361 µg/g

5) Kadar 5 =

g 25,008 25ml x l 0,1463µg/m

= 0,1483 µg/g

6) Kadar 6 =

g 25,005 ml 25 x µg/ml 0,1382

= 0,1382 µg/g

0,1382 + 0,1361 + 0,1341 + 0,1361 + 0,1483 + 0,1382 Kadar rata-rata =

6 = 0,1382 µg/g

Lampiran 21. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Cd


(3)

C*A

Kadar larutan baku yang ditambahkan

= Volume larutan baku yang ditambahkan x Konsentrasi larutan baku volume larutan

= 5 ml x 0,2 µg/ml 25 ml

= 0,04 µg/ml

Kadar logam standar yang ditambahkan

= Kadar baku yang ditambahkan x Volume larutan Berat sampel

0,04 µg/ml x 25 ml =

25,004g

= 0,04 µg/g

% Recovery = 0,1382 – 0,1014

0,04

x 100%

= 91,90 %

Lampiran 22. Data % Recovery Kadmium


(4)

91,90 %

2 25,003 0,0069 0,1362 0,1361 0,0994

3 25,002 0,0068 0,1341 0,1341 0,0974

4 25,003 0,0069 0,1362 0,1361 0,0994

5 25,008 0,0074 0,1463 0,1463 0,1095

6 25,005 0,0070 0,1382 0,1382 0,1014

X = 25,004 ∑ = 0,8291 ∑ = 0,6085

KT= 0,1382

KA= 0,1014

Logam yang dianalisis

Kadar Total (µg/g)

1

Cd

0,1382 0,0000 0,0000

2 0,1361 -0,0021 4,4100

3 0,1341 -0,0041 16,810

4 0,1361 -0,0021 4,4100

5 0,1463 0,0102 104,04

6 0,1382 0 0,0000

Total 0,8291 129,66

Rata-rata 0,1382

SD =

(

)

1 -n

Yi 2

Y

=

5 0,00012966

= 0,0051

RSD = SD x 100% X

= 0,0051 x 100 % = 3,6903 % 0,1382

Lampiran 23. TabelNilai Kritik Distribusi t

Α 0,1 0,05 0,025 0,01 0,005 0,0005

Df


(5)

1 3.077684 6.313752 12.7062 31.82052 63.65674 636.619 2 1.885618 2.919986 4.30265 6.96456 9.92484 31.5991 3 1.637744 2.353363 3.18245 4.54070 5.84091 12.924 4 1.533206 2.131847 2.77645 3.74695 4.60409 8.6103 5 1.475884 2.015048 2.57058 3.36493 4.03214 6.8688

6 1.439756 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.9588 7 1.414924 1.894579 2.36462 2.99795 3.49948 5.4079 8 1.396815 1.859548 2.306 2.89646 3.35539 5.0413 9 1.383029 1.833113 2.26216 2.82144 3.24984 4.7809 10 1.372184 1.812461 2.22814 2.76377 3.16927 4.5869

11 1.36343 1.795885 2.20099 2.71808 3.10581 4.4370 12 1.356217 1.782288 2.17881 2.681 3.05454 4.3178 13 1.350171 1.770933 2.16037 2.65031 3.01228 4.2208 14 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 4.1405 15 1.340606 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 4.0728

16 1.336757 1.745884 2.11991 2.58349 2.92078 4.0150 17 1.333379 1.739607 2.10982 2.56693 2.89823 3.9651 18 1.330391 1.734064 2.10092 2.55238 2.87844 3.9216 19 1.327728 1.729133 2.09302 2.53948 2.86093 3.8834 20 1.325341 1.724718 2.08596 2.52798 2.84534 3.8495

21 1.323188 1.720743 2.07961 2.51765 2.83136 3.8193 22 1.321237 1.717144 2.07387 2.50832 2.81876 3.7921 23 1.31946 1.713872 2.06866 2.49987 2.80734 3.7676 24 1.317836 1.710882 2.0639 2.49216 2.79694 3.7454 25 1.316345 1.708141 2.05954 2.48511 2.78744 3.7251

26 1.314972 1.705618 2.05553 2.47863 2.77871 3.7066 27 1.313703 1.703288 2.05183 2.47266 2.77068 3.6896 28 1.312527 1.701131 2.04841 2.46714 2.76326 3.6739 29 1.311434 1.699127 2.04523 2.46202 2.75639 3.6594 30 1.310415 1.697261 2.04227 2.45726 2.75000 3.6460


(6)