Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI DI

KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

WISNU TRI ARI

050304035

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI DI

KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh Wisnu Tri Ari

050304035

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi di Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara Nama : Wisnu Tri Ari

NIM : 050304035 Deprtemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(M. Mozart B. Darus, Msc) (Ir. Thomson Sebayang, MT )

Mengetahui,

Ketua Departemen Agibisnis


(4)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ` vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang .. ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 21

Hipotesis Penelitian ... 24

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ... 25

Metode Pengambilan Sampel ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 26

Metode Analisis Data ... 27

Defenisi ... 30

Batasan Operasional ... 31

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Efisiensi Kinerja ... 39

Biaya Produksi ... 41

Analisis Perbedaan Biaya Produksi ... 42

Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan ... 43

Analisis Kelayakan Usaha ... 44

Masalah Dan Upaya ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(5)

ABSTRAK

WISNU TRI ARI : Analisis Fimamsial Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh M.MOZART B DARUS,Msc dan IR.THOMSON SEBAYANG,MT

Analisis finansial usaha penggilingan padi belum banyak diteliti, terutama di daerah ini. Untuk itu dilakukan penelitian pada usaha penggilingan padi kapasitas 1800 kg/jam (10”) dan 1000 kg/jam (6”) di bulan januari-juni 2009 dengan menganalisis efisiensi produksi, tingkat biaya, tingkat pendapatan, serta melakukan analisa kelayakan pada usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas di daerah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi produksi pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih dari kapasitas 1000 kg/jam (6”). Tingkat biaya pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih tinggi dari kapasitas 1000kg/jam (6”). Tingkat pendapatan pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih tinggi dari kapasitas 1000 kg/jam (6”). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 kg/jam dan 1000 kg/jam layak secara finansial untuk dikembangkan di daerah penelitian.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 14 Januari 1987 dari ayah Siswanto dan ibu Masjita Zuraidah. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga baersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian. Selain itu penulis juga bekerja di Racapital Insurance.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Lau Njuhar 1, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunioaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini, juga kepada kakanda Wiwin Emanora dan Wahyu Dwi Hardhanto serta adinda Wenny Kurnia Sari yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak M.Mozart B.Darus,MSc dan Ir.Thomson Sebayang,MT selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir. Khusus kepada pemilik usaha penggilingan padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(8)

DAFTAR TABEL

Hal

Data Penggilingan Padi Di Kabupaten Deli Serdang ... 25

Sampel Usaha Penggilingan Padi ... 26

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 .. 33

Sarana Dan Prasarana Kecamatan Sunggal Tahun 2007 ... 34

Karakteristik Sampel Pengusaha Kapasitas 1000Kg/jam .... 35

Karakteristik Sampel Pengusaha Kapasitas 1800Kg/jam .... 36

Lokasi Sampel Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1800Kg/jam 37

Lokasi Sampel Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000Kg/jam 37 Efisiensi Kinerja Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1800Kg/jam 39 Efisiensi Kinerja Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000Kg/jam 40


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar Mesin Pemecah Kulit Tipe Rubber Roll ... 18 Aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll 18 Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller ... 20 Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat

dan hasil proses pemisahannya ... 21 Gambar Skema Pemikiran ... 29


(10)

ABSTRAK

WISNU TRI ARI : Analisis Fimamsial Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh M.MOZART B DARUS,Msc dan IR.THOMSON SEBAYANG,MT

Analisis finansial usaha penggilingan padi belum banyak diteliti, terutama di daerah ini. Untuk itu dilakukan penelitian pada usaha penggilingan padi kapasitas 1800 kg/jam (10”) dan 1000 kg/jam (6”) di bulan januari-juni 2009 dengan menganalisis efisiensi produksi, tingkat biaya, tingkat pendapatan, serta melakukan analisa kelayakan pada usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas di daerah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi produksi pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih dari kapasitas 1000 kg/jam (6”). Tingkat biaya pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih tinggi dari kapasitas 1000kg/jam (6”). Tingkat pendapatan pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih tinggi dari kapasitas 1000 kg/jam (6”). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 kg/jam dan 1000 kg/jam layak secara finansial untuk dikembangkan di daerah penelitian.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya. Perjalanan bangsa Indonesia dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada akhirnya dapat berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan tersebut tentu perlu dipertahankan hingga saat ini ( Pitoyo,2003).

Kebutuhan beras semakin meningkat karena jumlah penduduk bertambah dan terjadi pergeseran menu dari non beras menjadi beras. Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk mencari terobosan baru guna meningkatkan produksi pangan yang bersifat massal dan integral ( Pitoyo,2003).

Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahun 1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi dan areal panen (Widodo dkk,2005).

Sejak tahun 1994 Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan peningkatan impor. Ini sebenarnya merupakan peluang bagi petani dan usaha penggilingan padi dalam peningkatan produktivitas dan kualitas beras. Pangsa pasar tersedia hanya keberpihakan pemerintah terhadap petani khususnya padi sangat diharapkan dalam peningkatan pendapatan dan nilai tukarnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani. Insentif dalam keberpihakan pemerintah pada petani diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi sehingga akhirnya petani bergairah lagi menanam padi


(12)

( Widodo dkk,2005 ).

Indikator keberhasilan sektor pertanian padi masih dipandang sebagai keberhasilan jumlah produksi, sehingga prioritas kebijakan pemerintah sampai saat ini masih berpatokan pada angka-angka pencapaian target-target produksi. Sehingga kesuksesan di sektor pertanian dinilai dengan tingkat produktivitas. Tentunya perhatian terhadap sektor hulu ini merupakan hal yang penting, akan tetapi sejatinya terdapat peluang penekanan kehilangan hasil pada proses pasca panen yang dapat dilakukan melalui penerapan teknologi. Biro pusat statistik menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78%, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun. Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir.

Beras disamping berfungsi sebagai makanan pokok juga merupakan komoditas sosial politik yang strategis, sehingga masalah perberasan menjadi suatu agenda yang sangat penting ketika dihadapkan pada suatu masalah ketersediaan, efisiensi dan daya saing. Rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985, 63,2% pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62%, bahwa kenyataan dilapang dibawah 60%. Di sisi lain, usaha penggilingan padi sebagai mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan piranti suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat indonesia, dituntut


(13)

untuk memberikan kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu usaha penggilingan padi perlu dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya, mengingat perannya sebagai pusat pertemuan antara produksi, pengolahan dan pemasaran.

Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai posisi yang stratesis untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi beras. Apabila setiap penurunan rendemen 1% kehilangan kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50 juta ton dan harga beras 235 USD/ton).

Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Prospek pengembangan usaha penggilingan padi mempunyai harapan yang cukup cerah untuk masa-masa yang akan datang karena kebutuhan akan beras masih cukup tinggi. Jika diasumsikan penduduk Indonesia pada tahun 2008

sekitar 230 juta jiwa dengan kebutuhan beras per kapita sebanyak ± 85/kg/tahun/orang, maka kebutuhan beras per tahunnya sekitar 19,55 juta ton.


(14)

diimbangi dengan upaya program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebesar 2 juta ton pertahun melalui peningkatan luas lahan, produktivitas, perbaikan penanganan pasca panen khususnya usaha penggilingan padi dan pemasaran beras baik di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor).

Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya. Pada masa-masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak di antara pemilik penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisi kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang cukup untuk itu ( Anonimous,2008 ).

Karena usaha jasa penggilingan padi tidak terlalu rumit untuk dijalankan, maka risiko yang ada juga relatif kecil dan mudah ditanggulangi. Risiko terbesar adalah sedikitnya pengguna atau rendahnya produktivitas padi per hektar sehingga kapasitas giling terpasang tidak terpenuhi karena volume gabah yang digiling setiap harinya kecil dan jumlah hari operasional penggilingan padi juga kecil. Risiko lainnya adalah kerusakan mesin-mesin penggilingan padi sehingga menyebabkan penurunan kapasitas giling dan mutu hasil gilingan. Selain itu kenaikan biaya operasional juga dapat mempengaruhi kelangsungan usaha jasa


(15)

penggilingan padi. Variabel biaya terbesar dalam operasional usaha jasa penggilingan padi adalah biaya BBM dan penggantian rubber roll

( Anonimous,2008 ).

Identifikasi masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efisiensi produksi usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas produksi di daerah penelitian ?

2. Berapa besar biaya produksi pada usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas produksi di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat pendapatan usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas produksi di daerah penelitian?

4. Bagaimana tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di daerah penelitian? 5. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi pengusaha pemilik penggilingan

padi?


(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas produksi di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui biaya produksi pada usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas produksi di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha penggilingan padi pada berbagai kapasitas di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi pengusah penggilingan padi.

6. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pengusaha pemilik penggilingan padi.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam mengembangkan usaha penggilingan padi.

2. Bahan masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan usaha penggilingan padi.

3. Bahan studi, referensi, dan perbandingan antara teori yang didapat mahasiswa dibangku kuliah dengan praktek/penelitian di lapangan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun penanganan pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus dapat menjamin kelangsungannya, agar usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara optimal ( Anonimous,2008).

Usaha jasa penggilingan padi memiliki berbagai variasi dalam pola usaha maupun peralatan yang digunakan. Secara umum sesuai dengan kondisi di lapangan, penggilingan padi yang menggunakan mesin Rice Milling Unit (RMU) biasanya memiliki kapasitas kecil dan merupakan usaha jasa murni yang hanya menerima gabah dari petani tanpa ada kerjasama dengan tengkulak atau pedagang beras. Sedangkan penggilingan padi besar biasanya menggunakan fasilitas Rice

Milling Plant (RMP) yang memiliki kapasitas giling besar dan menjalin

kerjasama dengan tengkulak atau pedagang beras dalam menjalankan usahanya. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penggilingan padi kecil menggunakan RMP berkapasitas kecil dengan jumlah mesin terbatas pada satu atau dua set. Demikian juga dengan penggilingan padi besar dapat menggunakan


(18)

beberapa buah mesin RMU dengan catatan kapasitas giling mesin keseluruhan cukup besar. Hal ini dapat terjadi karena perkembangan teknologi penggilingan padi telah memungkinkan membuat RMU dengan kapasitas yang relatif besar dan bentuk tetap kompak ( Anonimous,2008).

Skala usaha industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya kapasitas giling terpasang yang dimiliki suatu penggilingan padi. Suatu penggilingan padi digolongkan sebagai penggilingan padi berskala kecil bila

kapasitas penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam (Departemen Pertanian, 2001). Menurut data tahun 1990-1997, yang dirilis oleh

Departemen Pertanian RI (1998), lebih dari 50% penggilingan padi yang ada di Indonesia tergolong dalam penggilingan padi dengan skala kecil dan lebih dari 36% adalah rice milling unit, yang dari segi kapasitas juga termasuk penggilingan padi kecil. Dari sekitar 82 ribu unit industri jasa penggilingan padi berskala kecil ini, setiap tahunnya dihasilkan lebih dari 24 juta ton beras atau sekitar 95% dari kapasitas giling seluruh penggilingan padi di Indonesia ( Anonimous,2008).

Penggilingan Padi Menengah (PPM) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi 0,75-3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin

penggilingan padi terdiri dari cleaner, husker, separator dan polisher (C-H-S-P-P). Penggilingan padi menengah dapat melakukan 2 kali proses

penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 2 fase. Penggilingan padi besar (PPB) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi > 3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari dryer, cleaner,


(19)

melakukan 3 kali atau lebih proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 1 fase ( Anonimous,2007).

Hasil penelitian Agus,H (2003) menyebutkan bahwa mesin penggilingan padi kecil dengan kapasitas produksin mesin sekitar 0,28 ton beras per jam, hanya mampu mengolah bahan baku gabah (GKG) sekitar 272 ton per tahun, sedangkan mesin penggilingan sedang dan besar mampu menggiling bahan baku sekitar 2.500–5.000 ton GKG per tahun. Jenis penggilingan padi kecil juga menghasilkan tingkat rendemen kecil yakni hanya sekitar 56% dengan beras patahan yang banyak, sedangkan mesin penggilingan sedang dan besar tingkat rendemennya berkisar 58–64% dengan beras patahan yang lebih sedikit. Uraian ini mengisyaratkan bahwa, dengan semakin meningkatnya permintaan beras yang berkualitas karena peningkatan pendapatan masyarakat dan persaingan usaha, maka untuk menjawab tantangan tersebut, maka ke depan ketersediaan penggilingan padi minimal yang berkapasitas sedang harus diupayakan

( Anonimous,2008).

Mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/sekam, (huller atau husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung). Bila ditinjau dari kapasitasnya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan

rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada

ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah


(20)

sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan ( Anonimous,2008).

Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

• Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker)

Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator) Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)

Mesin pengayak bertingkat (sifter)

• Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)

Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap digiling. Bila diukur dengan alat pengukur air, maka angka kekeringannya mencapai 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, dkk, 2000).

Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase


(21)

gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secara umum disebut pengayak

(Anonimous, 2008).

Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar.1, sedangkan Gambar.2. memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit. (Anonimous, 2008).


(22)

Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah t ipe r ubber r ol l

Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil


(23)

dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi

jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong

memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah. Gambar.3. memperlihatkan mesin penyosoh beras (Anonimous, 2008).


(24)

Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit t ipe f riksi j et peller

Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portabel. Gambar.4 memperlihatkan cara kerja mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya (Anonimous, 2008).


(25)

Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat dan hasil proses pemisahannya.

Landasan Teori

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan menfaat bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan satu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan ( Ibrahim,1997).

Analisis kriteria investasi adalah mengadakan perhitungan mengenai

feasible atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria

investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam

bentuk jenis kegiatan produksi, sekurang-kurangnya dilihat dari segi

Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio


(26)

(Net B/C). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkiraan investasi,

modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaaan, serta perkiraan pendapatan ( Ibrahim,1997).

Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable Cost). Biaya tetap (fixed cost) terdiri dari gaji karyawan tetap, bunga bank, pengembalian pokok pinjaman, penyusutan, asuransi, dan biaya tetap lainnya yang harus dapat ditetukan besarnya setiap tahun selama umur ekonomis dari usaha yang dijalankan.. Biaya tidak tetap (variable cost) biaya yang diperlukan untuk membiayai proses produsi, dimana besar dan kecilnya tergantung dari jumlah produksi ( Ibrahim,1997).

Teori Biaya (Ongkos) Produksi

Biaya/Ongkos Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk produksi. Biaya Produksi Jangka Pendek jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.

Beberapa Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek • Biaya Total (TC)

Keseluruahan biaya produksi yang dikeluarkan TC = TFC + TVC

• Biaya Tetap Total (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya


(27)

• Biaya Variabel Total (TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya

• Biaya Tetap rata-rata AFC = TFC/Q

• Biaya Variabel rata-rata AVC = TVC/Q

• Biaya Total rata-rata AC = TC /Q

(Murtiasih.S, 2000).

Kapasitas lapang teoritis sebuah alat adalah laju mesin dalam menampilkan

fungsi seperti yang dimaksud mesin yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teoritisnya.

Kapasitas lapang efektif adalah rata-rata kecepatan penggarapan yang

aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam atau Kg per jam pada suatu mesin.

Efisiensi kinerja produksi ialah suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin, merupakan perhitungan kapasitas lapangan efektif dibagi dengan kapasitas teoritik dan dikalikan 100%. Dinyatakan dalam rumus :


(28)

Ef=Ce/Ct x 100%

Keterangan :

Ef = Efisiensi kinerja produksi Ce = Kapasitas Efektif

Ct = Kapasitas Teoritis (Smith dan Wilkes, 1990)

Kelayakan Finansial

Kriteria investasi yang digunakan adalah : • Net Present Value ( NPV )

Internal Rate of Return ( IRR )

Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C )

Payback Period

Net present Value adalah kriteria yang digunakan intuk mengukur suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya adalah :

= +

− = n

t

t

i Ct Bt NPV

0 (1 )

) (

Keterangan :

Bt = Penerimaan Total Ct= Biaya Total i = Interest Rate

NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan. NPV < 0, usaha tidak layak untuk dijalankan. ( Gray, dkk, 1995 ).


(29)

The internal rate of return (IRR) merupakan parameter yang dipakai

apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. Perkiraan IRR yang dekat didapat dengan memecahkan persamaan berikut :

IRR = (2 1)

2 1

1 i i

NPV NPV NPV i − − +

( Gray, dkk, 1995 ).

Lalu Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah Present Value yang negatif (sebagai penyebut), secara umum rumusnya adalah:

(

)

( )

(

)

= = < − +− > − + − = n t t n t t Ct Bt Untuk i Ct Bt Ct Bt Untuk i Ct Bt C B Net 0 0 0 ) 1 ( 0 1 /

( Gray, dkk, 1995 ).

Payback Period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan

terjadinya arus penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period juga untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi. Rumusnya adalah sebagai berikut :


(30)

Pd = TR - TC

TR = Y . Py

Investasi

PP = X 12 Bulan Kas Bersih

PP = Payback Period I = Jumlah Investasi KB

Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y

= Jumlah Kas Bersih/tahun (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebgai berikut :

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) (Soekartawi, 1993).


(31)

Kerangka Pemikiran

Usaha penggilingan padi memiliki prospek yang berkembang di masa yang akan datang. Karena penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha yang umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada.

Usaha penggilingan padi menghasilkan produk, yaitu beras, dedak dan menir. Beras merupakan produk utama dalam proses penggilingan gabah, sedangkan dedak dan menir merupakan produk sampingan dalam proses penggilingan padi.

Dalam usaha penggilingan padi, setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses penggilingan padi baik biaya tetap maupun variable perlu diperhitungkan. Hal ini agar mengetahui berapa tarif yang akan ditetapkan dalam setiap proses penggilingan padi serta harga jual produk. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan variable atau disebut biaya produksi. Dalam hal ini yang termasuk biaya produksi adalah biaya pembelian gabah, BBM (solar), tenaga kerja, oli, biaya penyusutan, biaya perlengkapan, peralatan.


(32)

Dalam penilaian kelayakan usaha maka ada beberapa komponen yang harus dilihat yaitu biaya produksi, pendapatan serta analisis finansial (NPV,IRR,NET B/C, PP). Dengan menganalisa beberapa komponen ini, maka dapat diketahui bahwa secara finansial apakah usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.

Keefisienan dalam produksi harus dinilai untuk mengetahui usaha penggilingan padi sudah optimal atau belum. Kapasitas Lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritik dari mesin penggilingan padi telah sesuai atau belum. Karena ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan dari usaha penggilingan padi.


(33)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan:

Pengaruh Hubungan

Gambar Skema kerangka Pemikiran Pendapatan Usaha

Penggilingan Padi Penerimaan

Proses

Produksi/Penggilingan

Input Produksi Usaha Penggilingan Padi

Kelayakan Usaha

Biaya Produksi (biaya tetap dan

variable) Output

Produksi (Beras)

Analisis Finansial

Masalah yang dihadapi


(34)

Hipotesis penelitian

1. Efisiensi produksi usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi (efisien)dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian.

2. Biaya produksi pada usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian.

3. Tingkat pendapatan usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian.

4. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.


(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di usaha penggilingan padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah responden ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah yang cukup banyak terdapat usaha penggilingan padi untuk wilayah Deli Serdang, serta daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Data Penggilingan Padi Di Kabupaten Deli Serdang

Lokasi Kapasitas Jumlah

Kecamatan Sunggal

1000 Kg/jam

(6") 10 1800 Kg/jam

(10") 5

Kecamatan Pancur Batu

1000 Kg/jam

(6") 4 1800 Kg/jam

(10") -

Kecamatan Kutalimbaru

1000 Kg/jam

(6") 3 1800 Kg/jam

(10") -

Kecamatan Pantai Labu

1000 Kg/jam

(6") 2 1800 Kg/jam

(10") 3

Kecamatan Beringin

500 Kg/jam (4") 1 1000 Kg/jam

(6") 4

1800 Kg/jam

(10") 5

Kecamatan Batang Kuis

500 Kg/jam (4") - 1000 Kg/jam

(6") 4


(36)

Metode Pengambilan Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan pertimbangan tingkat homogenitas, biaya, waktu, dan akses. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan kapasitas mesin penggiling padi yaitu kapasitas 1800 kg/jam dan 1000 kg/jam. Penetapan jumlah sampel berdasarkan asumsi bahwa kondisi usaha relatif homogen karena tipe usaha relatif sama yaitu usaha penggilingan padi, dengan catatan bahwa untuk sampel pengusaha pemilik penggilingan padi dari 15 populasi diambil 6 sampel .

Tabel 2. Sampel Usaha Penggilingan Padi kapasitas 1800Kg/jam (10”) dan 1000 Kg/jam (6”)

Usaha Penggilingan Padi di Kecamatan Sunggal, Deli

Serdang Populasi Sampel Kapasitas 1800 Kg/jam (10”) 5 2

Kapasitas 1000 Kg/jam (6”) 10 4

Total 15 6

Metode Pengumpulan Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dari wawancara langsung dengan responden dan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder di peroleh dari lembaga dan instansi terkait di daerah penelitian.


(37)

Ef = Ce/Ct x

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi secara sederhana, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.

Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) dianalisis dengan melihat

Efisiensi kinerja

 Jika Ef ≥ 80%,artinya penggunaan mesin telah bekerja secara efisien. yang merupakan suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin,dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Ef = Efisiensi kinerja mesin Ce = Kapasitas Efektif Ct = Kapasitas Teoritis Kriteria uji :

 Jika Ef < 80%, artinya penggunaan mesin belum bekerja secara efisien.

Identifikasi masalah 2 (Hipotesis 2) dianalisis dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung total biaya dari kegiatan usaha penggilingan padi, dapat dihitung dengan rumus :

Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan

Keterangan :

TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = TotalVariable Cost (Rp)


(38)

TR = Y . Py

Identifikasi masalah 3 (Hipotesis 3) diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usaha penggilingan padi, dapat dihitung dengan rumus:

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Identifikasi masalah 4 (Hipotesis 4 ) kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net

Present Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return

(IRR), dan Payback Period (PP), Dapat dirumuskan sebagai berikut:

= +

= n t

t

i Ct Bt NPV

0 (1 )

) (

Keterangan :

Bt = Penerimaan Total Ct = Biaya Total i = Interest Rate


(39)

Dengan kriteria

 Bila NPV ≥ 0 usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

 Bila NPV < 0 usaha tersebut tidak layak dilaksanakan/dikembangkan

= = < − +− > − +− = n t t n t t Ct Bt untuk i Bt Ct Ct Bt untuk i Ct Bt C NetB 0 0 0 ) 1 ( ) ( 0 ) 1 ( ) ( /

Dengan kriteria

 Bila Net B/C ≥ 1, usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

 Bila Net B/C < 1,usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/ dikembangkan

IRR = (2 1)

2 1

1 i i

NPV NPV NPV i − − + Dengan kriteria

 Bila IRR > tingkat suku bunga deposito berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

 Bila IRR < tingkat suku bunga deposito berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

Investasi

PP = X 12 Bulan Kas Bersih

PP = Payback Period I = Jumlah Investasi


(40)

Identifikasi masalah 5 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi usaha penggilingan padi, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) dan lembaga terkait (PERPADI).

Identifikasi masalah 6 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi masalah pada usaha penggilingan padi, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) dan lembaga terkait (PERPADI).

Defenisi dan batasan operasional

Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Defenisi

1. Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha penggilingan yang mengolah gabah menjadi beras sebagai hasil utama, serta menir dan dedak.

2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.

3. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan beras (Rp/Kg) yang diterima pengusaha.

4. Penerimaan usaha adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual.

5. Pendapatan bersih usaha adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan.


(41)

6. Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proporsional dengan membandingkan penerimaan dengan keseluruhan biaya.

7. Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah punya dampak atau efek di dalam perekonomian dalam lingkup lebih luas. 8. Produksi adalah jumlah beras yang dihasilkan dalam sekali proses produksi. 9. Efisiensi kinerja adalah suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin,

merupakan perhitungan kapasitas lapangan efektif dibagi dengan kapasitas teoritik dan dikalikan 100 persen.

Batasan Operasional

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun 2009.

2. Tempat penelitian adalah Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3. Sampel adalah usaha penggilingan padi dengan kapasitas 1000Kg/jam (6”) dan 1800Kg/jam(10”).


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL USAHA PENGGILINGAN PADI

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Sunggal sebelum perluasan Kotamadya Medan tahun 1972 terdiri dari desa seluas 171 km2 setelah sebagian daerah Kecamatan Sunggal berubah menjadai 19 desa seluas 105,44 km2. Dan selanjutnya tahun 1986 daerah kecamatan Sunggal sebagian menjadi perluasan Kotamadya Binjai sehingga pada saat ini Kecamatan Sunggal terdiri dari desa seluas 89,79 km2. Kecamatan Sunggal mulai dari tahun 1945 sampai sekarang telah dippimpin 24 camat yang mana terakhirnya adalah Drs. H. M. A. Yusuf Siregar.

a. Luas dan Letak Geografis

Luas daerah Kecamatan Sunggal menciut pada tahun 1986 menjadi 92,52 km2 dengan 17 desa dan 159 dusun disebabkan perluasan Kota Binjai. Desa yang menjadi wilayah Kota Binjai adalah Desa Tunggurono dan Sumber Mulyorejo.

Luas daerah Kecamatan Sunggal pada tahun 2007 adalah 92,52 km2 yang

terdiri dari 17 desa dan 159 dusun dengan Ibu Kota Kecamatan adalah Sei Semayang.. Secara administratif Kecamtan Sunggal mempunyai batas-batas

wilayah sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli

o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang


(43)

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Binjai dan Kecamtan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Kecamatan Sunggal merupakan dataran rendah (daerahnya landai) dengan ketinggian 20 s/d 40 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara pada umumnya panas dan sedang yang dipengaruhi iklim musim kemarau dan penghujan. Di Kecamatan Sunggal terdapat 2 sungai yang berasal dari lereng Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Malaka yaitu Sungai Tuntungan dan Sungai Belawan.

(Kecamatan Sunggal Dalam Angka, BPS 2008) b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamtan Sunggal menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2007

No Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-4 16.156

2 5-9 20.848

3 10-14 24.703

4 15-19 23.883

5 20-24 20.646

6 25-29 19.094

7 30-34 18.151

8 35-39 17.225

9 40-44 15.216

10 45-49 14.898

11 50-54 13.202

12 55-59 12.320

13 60 + 10.593

Jumlah 226.935

Sumber : Kecamatan Sunggal Dalam Angka BPS 2008

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamtan Sunggal adalah 226.935 jiwa, dimana umur 0-4 berjumlah 16.156 jiwa, 5-9


(44)

berjumlah 20.848 jiwa, 10-14 berjumlah 24.703 jiwa, 15-19 berjumlah 23.883 jiwa, 20-24 berjumlah 20.646 jiwa dan umur 25-29 berjumlah 19.094 jiwa, 30-34 berjumlah 18.151 jiwa, 35-39 berjumlah 17.225 jiwa, 40-44 berjumlah 15.216 jiwa, 45-49 berjumlah 14.898 jiwa, 50-54 berjumlah 13.202 jiwa, 55-59 berjumlah 12.320 jiwa, 60+ berjumlah 10.593 jiwa, sehingga jumlah (jiwa) penduduk Kecamatan Sungga; sebesar 226.935 jiwa terdiri dari 113.673 jiwa laki-laki dan 113.262 jiwa perempuan.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Sunggal Tahun 2007

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah Mesjid Musholla Wihara 84 151 3 2 Sarana Kesehatan

Rumah Sakit Poliklinik Puskesmas Puskesmas pembantu Balai pengobatan 7 23 3 8 29 3 Pendidikan

TK SD Negeri SD Inpres SD Swasta SLTP Negeri SLTP Swasta SMU Swasta Perguruan Tinggi Sekolah Agama 23 25 17 29 3 16 8 2 38


(45)

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Sunggal sudah baik. Karena sarana ibadah, kesehatan dan pendidikan sudah tersedia. Dan sarana jalan aspal mendukung transportasi yang lancar untuk usaha penggilingan padi.

Karakteristik Pengusaha Sampel Kapasitas 1000 Kg/jam (6”)

Yang termasuk karakteristik pengusaha yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi : Luas tempat usaha, umur dan lama berusaha. Karakteristik pengusaha sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Karakteristik Pengusaha Sampel Kapasitas 1000 Kg/jam (6”)

Sampel Luas Tempat Usaha Umur

Lama Berusaha

1 4000 45 12

2 1300 40 15

3 1400 34 6

4 500 30 10

Rata-Rata 1800 37.25 10.75

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata luas tempat usaha yang digunakan pengusaha untuk usaha penggilingan padi adalah 1800 m2. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha penggilingan padi.

Rata-rata umur pengusaha penggilingan padi adalah 45 tahun. Ini berarti rata-rata pemilik usaha penggilingan padi pada kapasitas 1000 Kg/jam masih berada dalam usia produktif sehingga masih memiliki tingkat tenaga kerja yang baik untuk jangka waktu yang cukup lama.


(46)

Rata-rata lama berusaha untuk pengusaha adalah 10,75 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata usaha penggilingan padi sudah berjalan cukup lama dan bisa berkembang serta bertahan menghadapi kondisi sulit serta persaingan yang kuat.

Karakteristik Pengusaha Sampel Kapasitas 1800 Kg/jam (10”)

Yang termasuk karakteristik pengusaha yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi : Luas tempat usaha, umur dan lama berusaha. Karakteristik pengusaha sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Sampel Kapasitas 1800 Kg/jam (10”)

Sampel Luas Tempat Usaha Umur

Lama Berusaha

1 11000 52 9

2 900 40 6

Rata-Rata 5950 46 7,5

Sumber : Analisis Data Primer.

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata luas tempat usaha yang digunakan pengusaha untuk usaha penggilingan padi adalah 5950 m2. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha penggilingan padi yang dimilikinya.

Rata-rata umur pengusaha penggilingan padi adalah 46 tahun. Ini berarti rata-rata pemilik usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 Kg/jam masih berada dalam usia produktif sehingga masih memiliki tingkat tenaga kerja yang baik untuk jangka waktu yang cukup lama.

Rata-rata lama berusaha untuk pengusaha adalah 7,5 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata usaha penggilingan padi berjalan belum terlalu lama.


(47)

Karakteristik Sampel Usaha Penggilingan Padi A. Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1800 Kg/jam

Sampel penelitian usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam ada 2 usaha seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Lokasi Sampel Usaha Penggilingan Padi Kapasitas1800 Kg/jam

No. Sampel Alamat

1 2

Desa Sei Mencirim Desa Suka Maju Sumber : Analisis Data Primer

Lokasi sampel usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam berada di dibeberapa desa di Kecamatan Sunggal yaitu desa Sei Mencirim dan Suka Maju.. Walaupun pada sampel memiliki kapasitas yang sama, namun produksi yang dihasilkan berbeda-beda. Tingkat produksi pada usaha penggilingan padi ini dipengaruhi oleh tingkat modal yang dimiliki pengusaha serta efisiensi produksi yang dimiliki. Modal sangat penting dimiliki pengusaha, karena besar kecilnya modal nantinya akan berpengaruh pada jumlah gabah yang dibeli dari petani yang kemudian diolah menjadi beras.

B. Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000 Kg/jam

Sampel penelitian Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000 Kg/jam ada 4 usaha seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Lokasi Sampel Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000 Kg/jam

No. Sampel Alamat

1 2 3 4

Desa Sei Mencirim Desa Sei Mencirim Desa Sunggal kanan Desa Sei Mencirim Sumber : Analisis Data Primer


(48)

Lokasi sampel Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000 Kg/jam berada di di beberapa desa di Kecamatan Sunggal. Pada setiap sampel memiliki kapasitas teoritis yang sama, namun produksi yang dihasilkan usaha penggilingan padi berbeda-beda. Perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan oleh masing-masing penggilingan bergantung seberapa efisien masing-masing usaha dalam berproduksi, memperoleh input (gabah) dan menghadapi persaingan dalam usaha.


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efisiensi Kinerja

Dalam usaha penggilingan padi efisiensi kinerja berbeda-beda pada setiap usaha, walaupun memiliki kapasitas mesin yang sama. Efisiensi kinerja mesin merupakan perbandingan antara kapasitas efektif (kapasitas terpakai) dengan kapasitas teoritis ( kapasitas terpasang). Efisiensi Kinerja pada masing-masing kapasitas dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 9.Efisiansi KinerjaUsaha Penggilingan Padi Kapasitas 1800Kg/jam (10")

SAMPEL KAPASITAS EFEKTIF (Kg/jam)

KAPASITAS TEORITIS

EFISIENSI KINERJA

(Kg/jam) (%)

1

1,300

1,800 0.72

2

556

1,800 0.31

RATA-RATA

928

1,800 0.52

Dari tabel dapat dilihat pada sampel 1 dengan kapasitas 1800 kg/jam memiliki efisiensi kinerja sebesar 72% dan sampel 2 adalah sebesar 31%. Sedangkan rata-rata efisiensi kinerja pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) adalah sebesar 52%. Hal ini menggambarkan bahwa sampel 1 pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) lebih efisien dalam berproduksi daripada sampel 2. Namun dari kedua sampel belum ada yang bekerja secara efisien karena efisiensi kinerja kedua sampel masih dibawah 80 %.


(50)

Tabel 10. Efisiensi Kinerja Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 1000 Kg/Jam (6")

SAMPEL KAPASITAS EFEKTIF (Kg/jam)

KAPASITAS TEORITIS EFISIENSI KINERJA

(Kg/jam) (%)

1 580 1,000 0.58

2 300 1,000 0.30

3 500 1,000 0.50

4 600 1,000 0.60

RATA-RATA 495 1,000 0.50

Dari tabel 10 dapat dilihat pada sampel 1 dengan kapasitas 1000 kg/jam memiliki efisiensi kinerja sebesar 58%, sampel 2 sebesar 30%, sampel 3 sebesar 50% dan sampel 4 sebesar 60%. Sedangkan rata-rata efisiensi kinerja pada kapasitas 1000 Kg/jam (6”) adalah sebesar 50%. Dari keempat sampel efisiensi kinerja paling tinggi adalah 60 %, namun dari semuanya belum ada yang bekerja secara efisien karena efisiensi kinerja keempat sampel masih dibawah 80 %.

Secara deskriptif dari tabel 9 dan 10 bahwa rata-rata efisiensi kinerja kapasitas 1800 kg/jam (10”) sebesar 52%, hal ini berarti lebih tinggi (efisien) dibandingkan kapasitas 1000 Kg/jam (6”) yaitu dengan efisiensi sebesar 50 %. Hal ini berarti hipotesis diterima yang menyatakan bahwa efisiensi produksi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar daripada Kapasitas 1000Kg/jam (6”). Kapasitas efektif kedua kapasitas masih belum sesuai dengan kapasitas teoritis atau efiensi kinerja kedua kapasitas belum efisien. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kepemilikan modal yang terbatas dari pengusaha pemilik penggilingan padi sehingga kemampuan yang terbatas dalam membeli gabah. Bahan baku yang terbatas ini juga yang menyebabkan kapasitas teoritis(kapasitas terpasang), tidak sesuai dengan kapasitas efektif (kapasitas


(51)

terpakai). Masih banyaknya penggilingan padi yang bekerja dibawah kapasitas terpasang juga disebabkan oleh belum dilakukan pendekatan secara terpadu dan penggunaan tekhnologi yang sederhana dan alat-alat yang cukup tua.

Biaya Produksi

Komponen Biaya pada Usaha Penggilingan Padi

Pada penggilingan padi yang termasuk kedalam komponen biaya adalah biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap dan biaya variabel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel pada Industri Pengolahan Tahu

No. Komponen Biaya Tetap Komponen Biaya Variabel

1. 2.

3. 4.

Upah Tenaga Kerja Tetap Biaya Penyusutan Peralatan

- Mesin penggiling - Garukan

- Pick up/truk

Pajak Bumi Bangunan (PBB)

Angsuran Pinjaman

Roll Oli Goni

Benang Jahit

Bahan Baku (Gabah) Solar

Sumber : Data Primer

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa yang termasuk komponen biaya tetap pada usaha penggilingan padi adalah upah tenaga kerja tetap, biaya penyusutan Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan pinjaman. Pada biaya penyusutan terdapat rincian peralatan yang dipergunakan pada usaha penggilingan padi. Untuk biaya variabel, terdiri dari biaya bahan baku serta pengeluaran lain-lain seperti roll, bakar solar, oli, goni dan benag jahit.


(52)

Tabel 12.Analisis Perbedaan Biaya Produksi Rata-Rata Dan Pendapatan Rata-Rata Pertahun Usaha Penggilingan Padi Pada Kapasitas 1800 Kg/Jam(10”) dan 1000 Kg/jam (6”)

Keterangan

Kapasitas 1000Kg/jam (6")

Kapasitas 1800Kg/jam (10")

Biaya Tetap (Rp)

Tenaga Kerja 42,450,000 76,800,000

Penyusutan Peralatan

Mesin 288,194 848,611 Garukan 8,667 11,333 Pick Up/truk 1,509,722 2,166,667 Pajak 267,416 676,667 Angsuran Pinjaman 8,375,000 76,000,000

Biaya Variabel (Rp)

Roll 2,582,500 2,786,667 Oli 1,990,250 2,280,000 Goni 5,042,250 30,900,000 Benang Jahit 107,475 82,000 Bahan Baku (Gabah) 566,573,250 3,036,880,000 BBM (Solar) 15,011,125 37,989,333

Jumlah Rata-Rata 644,053,017 3,266,926,278

Pendapatan (Rp) 270,445,688 1,336,192,667 Sumber : Lampiran 4,5 dan 11

Analisis Perbedaan Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Antar Kapasitas

Biaya produksi dapat diartikan sebagai kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik industri pengolahan tahu dalam proses produksi. Perbedaan biaya produksi pada kapasitas 1800 kg/jam (10”) dan 1000 kg/jam (6”) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara deskriptif rata-rata biaya produksi usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar dari rata-rata biaya produksi pada kapasitas 1000 Kg/jam (6”). Untuk kapasitas


(53)

Rp 3,266,926,278. Sedangkan rata-rata biaya produksi pertahun pada kapasitas 1000 Kg/jam (6”) untuk semua sampel adalah sebesar Rp 644,053,017. Hal ini berarti hipotesis diterima yang menyatakan bahwa biaya produksi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar daripada Kapasitas 1000 Kg/jam (6”).

Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Antar Kapasitas

Setiap kegiatan yang berorientasi bisnis, bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi pemilik usaha. Selain pengusaha, tenaga kerja juga mendapatkan pendapatan berupa upah yang diterima sebaga tenaga kerja pada kegiatan tersebut. Sedangkan pengusaha memperoleh pendapatan dari keuntungan yang diperolehnya dari kegiatan usaha penggilingan padi. Pada usaha penggilingan padi pendapatan adalah hasil yang diterima dari penjualan beras yang kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam berproduksi.. Adapun biaya tetap dan biaya variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara deskriptif pendapatan rata-rata usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar dari pendapatam rata-rata pada kapasitas 1000 Kg/jam (6”). Untuk kapasitas 1800 Kg/jam (10”) memiliki pendapatan rata-rata sebasar Rp 1,336,192,667. Sedangkan pendapatan rata-rata pertahun pada kapasitas 1000 Kg/jam (6”) adalah sebesar Rp 270,445,688. Hal ini berarti hipotesis diterima yang menyatakan bahwa biaya produksi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar daripada Kapasitas 1000 Kg/jam (6”).


(54)

Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Untuk Kapasitas 1000 Kg/jam (6”) dan Kapasitas 1800 Kg/jam (10”)

Kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net Benefit–Cost

Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).

Tabel 13 berikut menunjukkan nilai NPV, Net B/C dan IRR usaha sarang penggilingan padi secara finansial :

Tabel 13. Nilai Rata-rata NPV, Net B/C Ratio dan IRR Secara Finansial

No Uraian Kapasitas 6” Kapasitas 10”

1 NPV 156.574.820 704.269.162

2 Net B/C 1.17 1.06

3 IRR (%) 17 29

Sumber : Analisis Data Primer diolah 2009 (lampiran )

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa total nilai NPV Kapasitas 1000 Kg/jam (6”) adalah 156.574.820, Net B/C adalah 1.17 dan nilai IRR adalah 17 %, sedangkan untuk Kapasitas 1800 Kg/jam (10”) nilai NPV adalah 704.269.162, Net B/C adalah 1.06 dan nilai IRR adalah 29%. Berdasarkan kriteria kelayakan

(secara finansial) bahwa untuk kapasitas 1000 Kg/jam (6”), NPV 156.574.820 > 0, Net B/C 1.17 > 1 dan IRR 17% > tingkat suku bunga

(deposito) yang berlaku (6%), maka pengembangan usaha penggilingan padi kapasitas 1000Kg/jam (6”) layak dikembangkan di daerah penelitian. Sedangkan untuk kapasitas 1800 Kg/jam (10”) NPV 704.269.162 > 0, Net B/C 1.06 > 1 dan IRR 29% > tingkat suku bunga (deposito) yang berlaku (6%) , maka pengembangan usaha penggilingan padi kapasitas 1800Kg/jam (10”) juga layak dikembangkan di daerah penelitian . Hal ini berarti hipotesis diterima yang menyatakan usaha penggilingan padi pada kapasitas 1800 Kg/jam (10”) dan


(55)

Payback Period (PP)

. Analisis payback period adalah analisis untuk mengetahui berapa lama suatu usaha dapat mengembalikan tingkat investasi baik dalam satuan tahun ataupun bulan. Tingkat Payback Pariod pada usaha penggilingan padi dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 14. Tingkat Payback Period

No Kapasitas Usaha Payback Period

(Tahun)

1 Kapasitas 1000 Kg/jam (6") 2 2 Kapasitas 1800 Kg/jam (10”) 1

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa payback Period pada kapasitas 1000kg/jam adalah 2 tahun sedangkan pada kapasitas 1800 kg/jam adalah 1 tahun. Ini berarti tingkat pengembalian investasi pada kapasitas 1800 kg/jam lebih cepat dibandingkan kapasitas 1000kg/jam. Pada dasarnya, dari tingkat pengembalian investasi pada kedua sampel, bisa dilihat bahwa usaha penggilingan padi sebenarnya memiliki peluang usaha yang menjanjikan dimana dalan penggembalian investasi tidak memerlukan waktu yang lama.


(56)

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Usaha Penggilingan Padi

Dalam menjalankan usaha penggilingan padi, para pengusaha atau pemilik

baik untuk kapasitas 1800 Kg/jam (10”) maupun untuk kapasitas 1000 Kg/jam (6”) selalu ada masalah-masalah yang dihadapi. Masalah-masalah

itu berupa :

1. Kepemilkan modal yang terbatas

2. Adanya mesin penggiling padi keliling ( mobil)

3. Harga BBM (Solar) untuk usaha penggilingan padi sama dengan harga BBM industri ( Non Subsidi)

4. Masih banyak usaha penggilingan padi yang bekerja dibawah kapasitas teoritis (terpasang)

Dari masalah-masalah diatas, dapat ditahui bahwa dalam menjalankan usaha penggilingan padi ini tidaklah mudah dan bahkan banyak usaha-usaha penggilingan padi yang gulung tikar karena tidak mampu bersaing. Modal menjadi komponen yang penting untuk usaha ini. Karena semakin besar modal yang dimiliki maka akan semakin besar pula kekuatan yang dimiliki untuk membeli gabah dari petani sekitar usaha. Karena besarnya gabah yang mampu dibeli akan berpengaruh pada besarnya produksi beras dan penjualan yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatam. Walaupun umumnya usaha penggilingan padi ini sudah memiliki petani yang menjadi mitra yang nantinya akan menjual gabahnya kepada mereka, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak petani-petani lain di daerah tersebut yang bebas menjual gabahnya kepada pengusaha yang memiliki modal.


(57)

Banyak munculnya mobil dengan mesin-mesin penggilingan menjadi pesaing bagi usaha penggilingan padi. Karena mobil-mobil ini bisa mengambil gabah petani yang seharusnya bisa diperoleh oleh pengusaha penggilingan padi. Namun sayangnya usaha penggilingan dengan mobil ini adalah usaha ilegal yang tidak ditindak atau diawasi oleh pihak yang berwenang. Padahal sudah sangat jelas mobil-mobil penggilingan ini dapat mematikan usaha-usaha penggilingan padi permanen. Para pemilik bisa langsung datang ke sentra-sentra produksi padi atau sawah-sawah para petani kemudian lanngsung menggiling padi ditempat. Walaupun skalanya tergolong kecil, namun tetap saja ini menjadi masalah serius bagi pengusaha penggiling padi.

Hal lain yang menjadi permasalahan penting bagi usaha penggilingan padi, terutama bagi pemiliknya adalah harga BBM solar yang mereka gunakan sebagai komponen utama dalam produksi sama dengan harga BBM solar yang dikenakan untuk industri-industri besar. Hal ini berarti BBM yang pemilik usaha gunakan adalah BBM solar non subsidi yang harganya sangat tinggi. Padahal menurut pemilik dan juga sekretaris PERPADI, usaha-usaha ini belum tergolong indutri besar. Biaya BBM yang besar ini akan semakin memberatkan para pengusaha dalam berproduksi dan juga membuat banyak usaha yang tidak bisa bertahan. Pemilik penggilingan mengalami dilema saat menghadapi masalah ini. Jika pemilik usaha membeli dengan menggunakan jerigen atau tong-tong besar, mereka akan ditahan oleh pihak berwenang, sementara pemilik usaha sangat membutuhkan BBM tersebut, akhirnya banyak pengusaha yang mencoba dengan segala cara untuk memperoleh BBM walaupun harus dengan jalan yang lain.


(58)

Pengusaha berpendapat bahwa jika membeli BBM dengan harga non subsidi akan sangat menyulitkan dan lebih baik mengusahakannya dengan cara lain.

Masih banyaknya usaha penggilingan padi yang bekerja belum sesuai atau masih dibawah kapasitas yang dimiliki juga menjadi masalah yang penting. Selain keterbatasan modal dalam pembelian gabah, penggunaan peralatan yang berumur cukup tua juga mengakibatkan banyak usaha bekerja kurang efisien. Peralatan yang berumur tua juga dapat menurunkan rendemen dari beras yang dihasilkan.

Upaya-Upaya Mengatasi Masalah-Masalah Dalam Usaha Penggilingan Padi

Dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh usaha penggilingan padi, maka diperlukan upaya-upaya yang tepat untuk mengatasinya. Adapun upaya-upaya tersebut adalah :

1. Adanya program-program pengutan/bantuan modal untuk usaha-usaha penggilingan padi, baik dari pemerintah maupun lembaga perbankan tanpa bunga atau dengan bunga yang rendah

2. Dilakukan penertiban terhadap usaha-usaha penggilingan padi keliling 3. Adanya kebijakan dari pemerintah terhadap ketentuan harga BBM yang

ditetapkan kepada usaha penggilingan padi

4. Para pengusaha penggilingan padi menggunakan peralatan-peralatan yang baru

Penguatan modal melalui berbagai program baik program pemerintah maupun perbankan sangatlah diharapkan. Hal ini sudah pasti akan sangat membantu para pengusaha untuk mempertahankan usaha dan mengembangkan usaha mereka. Program pengutan modal dari pemerintah dapat berupa pinjaman


(59)

yang diberikan untuk pengusaha dengan bunga pinjaman yang sangat kecil atau bahkan tanpa bunga sekalipun. Dana ini nantinya bisa digunkan pengusaha dalam usahanya, baik untuk membeli gabah dari petani, biaya operasional, atau bahkan mengikat mitra dengan petani-petani yang nantinya mereka bisa memberikan bantuan biaya bagi petani dengan perjanjian petani menjual gabanhay kepada mereka,.

Beberapa tahun belakangan ini usaha penggilingan padi keliling semakin banyak dan bersifat ilegal. Untuk itu bagi PERPADI sebagai naungan bagi pengusaha penggilingan padi diharapkan mampu menertibkan usaha-usaha ilegal tersebut. Tentu saja dengan segala bantuan dari pihak-pihak yang berwenang juga pemerintah setempat. Walaupun tidak dihapuskan, namun setidaknya usaha-usaha penggilingan padi keliling dapat dibatasi dalam jumlanya untuk satu daerah.

Penetapan harga BBM solar subsidi bagi usaha penggilingan padi sangatlah besar manfaatnya bagi usaha tersebut untuk bertahan. Karena biaya yang semakin besar nantinya akan semakin memberatkan mereka, padahal kita ketahui bahwa usaha penggilingan padi adalah salah satu lembaga yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan bahan makanan pokok rakyat indonesia, yaitu beras. Sangat disayangkan apabila kita negara yang baik dalam menghasilkan padi, namun tidak didukung usaha penggolahannya yang memadai. PERPADI sendiri telah melakukan upaya dengan membuat permohonan kepada pemerintah dan DPR untuk memberikan kebijakan penetapan harga BBM subsidi kepada usaha-usaha penggilingan padi.

Penggunaan peralatan-peralatan dan mesin yang lebih baru dapat meningkatkan efisiensi produksi usaha penggilingan padi, karena kinerjanya yang


(60)

lebih baik dari mesin yang berumur cukup tua. Penggunaan peralatan dan mesin baru juga meningkatkan rendemen beras yang dihasilkan. Untik itu, para pengusaha penggilingan padi bisa memperbaharui mesin-mesin yang mereka miliki agar tercapai efisiensi yang lebih tinggi.


(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Penggilingan padi dengan kapasitas mesin yang sama ternyata memiliki tingkat efisiensi kinerja yang berbeda-beda.

2) Secara deskriptif dapat dari kedua kapasitas bahwa rata-rata efisiensi kinerja kapasitas 1800 kg/jam (10”) sebesar 52% lebih besar (efisien) dibandingkan kapasitas 1000 Kg/jam (6”) yaitu dengan efisiensi sebesar 50 %.

3) Rata-rata biaya produksi usaha penggilingan padi dengan kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar dari rata-rata biaya produksi kapasitas

1000 Kg/jam (6”).

4) Pendapatan rata-rata usaha penggilingan padi dengan kapasitas 1800 Kg/jam (10”) lebih besar dari pendapatam rata-rata kapasitas

1000 Kg/jam (6”).

5) Secara finansial, baik untuk usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam (10”) dan kapasitas 1000 Kg/jam (6”) keduanya layak untuk dikembangkan.


(62)

Saran

Kepada Pengusaha :

1) Agar menggunakan peralatan-peralatan yang berumur tidak terlalu tua untuk meninglkatkan efisiensi produksi.

2) Agar melakukan kemitraan bersama petani setempat untuk pengembangan usaha penggilingan padi.

3) Agar membentuk persatuan pengusaha penggilingan padi untuk tingkat kecamatan guna mendukunga usaha penggilingan padi.

Kepada Peneliti :

Disarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak harga gabah dan beras terhadap kelangsungan usaha penggilingan padi


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2007. Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK). www.agribisnis.web.id.Diakses Januari 2009

Anonimous, 2008.Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTAN)

Anonimous, 2008.Teknologi Penanganan Pascapanen Padi

Gray, C, P. Simanjuntak, L.k, Sabar dan P.F.L Maspeitella., 1995. Pengantar

Evaluasi Proyek. PT. Gramedia, Jakarta.

Hardjosentono.M, 2000. Mesin-Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Ibrahim,Y.,1997. Studi Kelayakan Bisnis.Penerbit.Rineka Cipta, Jakarta.

Kasmir dan Jakfar, 2003 .Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana Prenada Media. Jakarta.

Murtiasih.S, 2004. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan.

Pitojo.S, 2003. Budi Daya Padi Sawah TABELA. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Smith,H.P dan L.H.Wilkes.1990. Mesin Dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University press.Yogyakarta.

Soekartawi,1993.Teori Ekonomi Produksi.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Widodo dkk,2005.Analisis Kelayakan Usaha Rice Milling Unit.


(64)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

INVESTASI UNTUK KAPASITAS 1000 KG/JAM (6")

TANAH

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(M²) (Rp)

1

4,000

50,000 200,000,000 2

1,300

50,000 65,000,000 3

1,400

50,000 70,000,000 4

500

50,000 25,000,000 RATA-RATA

1,800

50,000 90,000,000

BANGUNAN

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(M²) (Rp)

1

1,000

100,000 100,000,000 2

500

100,000 50,000,000 3

500

100,000 50,000,000 4

300

100,000 30,000,000 RATA-RATA

575

100,000 57,500,000

MESIN

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(UNIT) (Rp)

1

1

20,000,000 20,000,000 2

1

22,000,000 22,000,000 3

1

21,000,000 21,000,000 4

1

20,000,000 20,000,000


(65)

SAMPEL

JUMLAH

TANAH BANGUNAN MESIN

1 200,000,000 100,000,000 20,000,000 320,000,000 2 65,000,000 50,000,000 22,000,000 137,000,000 3 70,000,000 50,000,000 21,000,000 141,000,000 4 25,000,000 30,000,000 20,000,000 75,000,000 RATA-RATA 90,000,000 57,500,000 20,750,000 168,250,000

I

NVESTASI UNTUK KAPASITAS 1800 KG/JAM (10")

TANAH

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(M²) (Rp)

1 11,000 40,000 440,000,000 2 900 40,000 36,000,000

RATA-RATA 5,950 40,000 238,000,000

BANGUNAN

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(M²) (Rp)

1 1,000 100,000 100,000,000 2 400 100,000 40,000,000 RATA-RATA 700 100,000 70,000,000

MESIN

SAMPEL JUMLAH

HARGA JUMLAH

SATUAN

(UNIT) (Rp)

1 1 68,500,000 68,500,000 2 1 50,000,000 50,000,000 RATA-RATA 1 59,250,000 59,250,000


(66)

INVESTASI TOTAL UNTUK KAPASITAS 1800 KG/JAM (10")

SAMPEL

JUMLAH

TANAH BANGUNAN MESIN

1 440,000,000 100,000,000 68,500,000 608,500,000 2 36,000,000 40,000,000 50,000,000 126,000,000 RATA-RATA 238,000,000 70,000,000 59,250,000 367,250,000


(67)

Lampiran 2

ALBIAYA RATA-RATA PERTAHUN KAPASITAS 00KG/JAM (6")

SAMPEL BIAYA TH 1 BIAYA TH 2 BIAYA TH 3 BIAYA TH 4 BIAYA TH 5 BIAYA TH 6 BIAYA TH 7

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

258,869,333 422,189,333.33 562,649,333.33 531,617,333.33 622685333.33 698,783,333.33 714,641,333 143,563,667 213,439,666.67 285,079,666.67 278,791,666.67 328207666.67 380,815,666.67 356,071,667 1,384,512,667 1,389,930,666.67 1,797,066,666.67 2,229,644,666.67 2444342666.67 2,783,828,666.67 0

360,802,800 318,756,000.00 396,870,000.00 428,040,000.00 402258000.00 413,328,000.00 528,618,000

AYA TH 8 BIAYA TH 9 BIAYA TH 10 BIAYA TH 11 BIAYA TH 12 JUMLAH RATA-RATA

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

736,229,333.33 920,267,333.33 1,103,711,333.33 1209485333.33 1,368,077,333.33 9149205999.96 762,433,833.33 376,135,666.67 459,199,666.67 567,367,666.67 622999666.67 697,051,666.67 4708724000.04 392,393,666.67

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12029326000.02 2,004,887,666.67

646,068,000.00 713,922,000.00 813,126,000.00 0.00 0.00 5021788800.00 502,178,880.00


(68)

AL BIAYA RATA-RATA PERTAHUN KAPASITAS 1000 g/jam (6")

HUN

BIAYA TETAP (Rp)

PENYUSUTAN MESIN

PENYUSUTAN GARUKAN

PENYUSUTAN

TRUK PAJAK PINJAMAN

345,833 10,500 1,814,583 307,500 0

345,833 10,500 1,814,583 307,500 0

345,833 10,500 1,814,583 307,500 0

345,833 10,500 1,814,583 307,500 9,500,000

345,833 10,500 1,814,583 307,500 9,500,000

345,833 10,500 1,814,583 307,500 9,500,000

258,333 7,500 1,322,917 242,500 12,000,000

258,333 7,500 1,322,917 242,500 12,000,000

258,333 7,500 1,322,917 242,500 12,000,000

258,333 7,500 1,322,917 242,500 12,000,000

175,000 5,500 968,750 197,500 12,000,000

175,000 5,500 968,750 197,500 12,000,000


(69)

Lampiran 3

TOTAL BIAYA RATA-RATA PERTAHUN KAPASITAS1800Kg/jam (10")

TAHUN

BIAYA TETAP (Rp)

PENYUSUTAN

MESIN PENYUSUTANGARUKAN

PENYUSUTAN

TRUK PAJAK PINJAMAN

1 987,500 13,000 2,312,500 710,000 0

2 987,500 13,000 2,312,500 710,000 0

3 987,500 13,000 2,312,500 710,000 0

4 987,500 13,000 2,312,500 710,000 114,000,000

5 987,500 13,000 2,312,500 710,000 114,000,000

6 987,500 13,000 2,312,500 710,000 114,000,000

7 570,833 8,000 1,875,000 610,000 114,000,000

8 570,833 8,000 1,875,000 610,000 114,000,000

9 570,833 8,000 1,875,000 610,000 114,000,000


(70)

Lampiran 4

BIAYA RATA-RATA PERTAHUN

SAMPEL

KAPASITAS 1000KG/JAM (6")

KAPASITAS 1800KG/JAM (10”)

(Rp) (Rp)

1 762433833.3 4898582333

2 392393666.7 2452360333

3 2004887667 -

4 502178880 -

Lampiran5

PENDAPATAN TAHUN 1 KAPASITAS 1000KG/JAM (6")

SAMPEL PRODUKSI HARGA JUAL PENERIMAAN

PENERIMAAN PERTAHUN

TOTAL BIAYA PERTAHUN

PENDAPATAN PERTAHUN

(KG) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 24,000 1,800.00 43,200,000.00 518,400,000.00 258869333.33 259,530,666.67 2 12,000 1,800.00 21,600,000.00 259,200,000.00 143563666.67 115,636,333.33 3 50,000 2,790.00 139,500,000.00 1,674,000,000.00 1384512666.67 289,487,333.33 4 18,000 2,299.00 41,382,000.00 496,584,000.00 360802800.00 135,781,200.00


(1)

Lampiran 14

el Nilai NPV

Tahun Benefit Rata-rata (Penerimaan)

Biaya (Cost)

Rata-rata Nilai Nominal (B-C) DF = i =120% PV 1

1 737046000 536937116.7 200108883.3 0.454545455 90958583.32 2 813696000 586078916.7 227617083.3 0.206611570 47028322.95 3 928584000 760416416.7 168167583.3 0.093914350 15793349.28 4 1117458000 867023416.7 250434583.3 0.042688340 10690636.64 5 1235082000 949373416.7 285708583.3 0.019403791 5543829.638 6 1360452000 1069188917 291263083.3 0.008819905 2568912.771

7 496692000 399832750 96859250 0.004009048 388313.3534

8 570186000 439608250 130577750 0.001822294 237951.1026

9 678726000 523347250 155378750 0.000828316 128702.6519

10 804114000 621051250 183062750 0.000376507 68924.42695 11 575964000 458121250 117842750 0.000171140 20167.55992 12 629100000 516282250 112817750 0.000077791 8776.171745

al NPV 173436469.9

Tahun Benefit Rata-rata (Penerimaan)

Biaya (Cost)

Rata-rata Nilai Nominal (B-C) DF = i =140% PV 2

1 737046000 536937116.7 200108883.3 0.41667 83378701.26

2 813696000 586078916.7 227617083.3 0.17361 39516854.72

3 928584000 760416416.7 168167583.3 0.07234 12164900.25

4 1117458000 867023416.7 250434583.3 0.03014 7548098.342 5 1235082000 949373416.7 285708583.3 0.01255 3585642.721

6 1360452000 1069188917 291263083.3 0.00523 1523305.926

7 496692000 399832750 96859250 0.00218 211153.165


(2)

9 678726000 523347250 155378750 0.00038 58733.1675

10 804114000 621051250 183062750 0.00016 28872.65693

11 575964000 458121250 117842750 0.00007 7742.268675

12 629100000 516282250 112817750 0.00003 3079.924575

al NPV 148144604.4

DF = i1 =120% DF = i2 =140% PV1 PV2 PV2-PV1

0.4545454545 0.4166667 90958583 83378701 -7579882

0.2066115700 0.1736111 47028323 39516855 -7511468

0.0939143500 0.0723380 15793349 12164900 -3628449

0.0426883400 0.0301400 10690637 7548098 -3142538

0.0194037910 0.0125500 5543830 3585643 -1958187

0.0088199052 0.0052300 2568913 1523306 -1045607

0.0040090477 0.0021800 388313 211153 -177160

0.0018222944 0.0009000 237951 117520 -120431

0.0008283157 0.0003780 128703 58733 -69969

0.0003765071 0.0001577 68924 28873 -40052

0.0001711396 0.0000657 20168 7742 -12425

0.0000777907 0.0000273 8776 3080 -5696

AL NPV 173436470 148144604 -25291865

NET B/C = 173436470/148144604

NET B/C = 1.17


(3)

IRR = 1.2 + 173436470/-25291865(140%-120%)

IRR= 1.2 + (-6.857)20%

IRR = 1.2 - 1.37

IRR = -0.17

IRR = 17%

Lampiran 19

Tabel Nilai NPV 10"


(4)

Tahun Benefit Rata-rata (Penerimaan) Biaya (Cost) Rata-rata Nilai Nominal (B-C) DF = i =340% PV 1

1 3768096000 2482273000 1285823000 0.227272727 292232500

2 3789504000 2666845000 1122659000 0.051652893 57988585

3 4031328000 2939809000 1091519000 0.011739293 12813661

4 4147200000 3215173000 932027000 0.002668021 2486668

5 4779072000 3529609000 1249463000 0.000606368 757635

6 5685792000 4222885000 1462907000 0.000137811 201605

7 3916512000 3095477833 821034166.7 0.000031321 25715

8 4607712000 3386567833 1221144167 0.000007118 8693

9 5032800000 3862061833 1170738167 0.000001618 1894

10

11

12

Total NPV2 366516955.8

Tahun Benefit Rata-rata (Penerimaan) Biaya (Cost) Rata-rata Nilai Nominal (B-C) DF = i =360% PV 2

1 3768096000 2482273000 1285823000 0.2173913040 279526739

2 3789504000 2666845000 1122659000 0.0472589790 53055718

3 4031328000 2939809000 1091519000 0.0102736910 11213929

4 4147200000 3215173000 932027000 0.0022334111 2081599

5 4779072000 3529609000 1249463000 0.0004855242 606644

6 5685792000 4222885000 1462907000 0.0001055487 154408

7 3916512000 3095477833 821034166.7 0.0000229454 18839

8 4607712000 3386567833 1221144167 0.0000049881 6091

9 5032800000 3862061833 1170738167 0.0000010844 1270

10

11


(5)

Total NPV 346665237.2

IRR

DF = i1 =340% DF = i2 =360% PV1 PV2 PV2-PV1

0.2272727272 0.2173913 292232500 279526739 -12705761

0.0516528930 0.0472590 57988585 53055718 -4932867

0.0117392930 0.0102737 12813661 11213929 -1599732

0.0026680213 0.0022334 2486668 2081599 -405068

0.0006063684 0.0004855 757635 606644 -150990

0.0001378110 0.0001055 201605 154408 -47197

0.0000313207 0.0000229 25715 18839 -6876

0.0000071183 0.0000050 8693 6091 -2601

0.0000016178 0.0000011 1894 1270 -625

TOTAL NPV 366516956 346665237 -19851719

NET B/C = 366516956/346665237

NET B/C = 1.06


(6)

Lampiran 20

PAYBACK PERIOD KAPASITAS 1000 KG/JAM (6") & KAPASITAS 1800 KG/JAM (10")

No

Kapasitas Usaha

Payback Period

(Tahun)

1 Kapasitas 1000 Kg/jam (6") 2

2 Kapasitas 1800 Kg/jam (10") 1

IRR= 3.4 + (-18.46)20%

IRR = 3.4 - 3.69

IRR = -0.29

IRR = 29%