Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI

DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

ANGGUN NURUL MAULIDDAR 080304069

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI

DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

ANGGUN NURUL MAULIDDAR

080304069

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembibing Anggota Komisi Pembimbing

(M. Mozart B. Darus, Msc)

NIP: 196210051987031005 NIP: 1963082219880312003 (Ir. Lily Fauzia, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……….……… i

ABSTRAK

...

iii

RIWAYAT HIDUP……….………... iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR GAMBAR………..……… vii

DAFTAR TABEL………... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang………... 1

Identifikasi Masalah………... 5

Tujuan Penelitian………... 6

Kegunaan Penelitian………... 6

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka……… 7

Landasan Teori………... 11

Kerangka Pemikiran………...18

Hipotesis Penelitian………... 20

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian………... 21

Metode Pengambilan Sampel……… 23

Metode Pengupulan Data……….. 23

Metode Analisis Data………. 23

Defenisi Operasional……….. 26

Batasan Operasional………... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian……….. 28

Karakteristik Sampel Usaha Penggilingan Padi……… 33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efisiensi Kinerja……….35

Biaya Produksi dan Pendapatan………. 36


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan……… 47 Saran……….. 47

DAFTAR PUSTAKA


(5)

ABSTRAK

ANGGUN NURUL MAULIDDAR (080304069) dengan judul skripsi

“ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG”.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, Msc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya mengindikasikan permintaan akan beras pun semakin meningkat. Hal ini tentu saja berdampak positif terhadap pelaku industri pertanian, termasuk usaha penggilingan padi yang posisinya sangat strategis sebagai proses akhir produksi beras maupun sebagai peranannya terhadap beras tersebut. Di Kecamatan Lubuk Pakam terdapat 5 (lima) unit usaha penggilingan padi dengan 2 (dua) kapasitas, yaitu kapasitas 500 kg/jam dan 2,000 kg/jam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi kinerja mesin penggiling padi, untuk mengetahui biaya produksinya, untuk mengetahui besar pendapatan, serta untuk melihat kelayakan dari usaha penggilingan padi tersebut.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis finansial dengan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, dan PP) yang digunakan untuk melihat kelayakan usaha, serta formula-formula sederhana yang sesuai untuk menghitung efisiensi kinerja mesin, biaya produksi, dan pendapatan usaha.

Hipotesis dari penelitian ini adalah efisiensi kinerja mesin tinggi dan secara finansial usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam layak untuk dikembangkan.

Dari hasil penelitian terhadap 5 (lima) sampel didapatkan bahwa efisiensi kinerja mesin masih rendah, yaitu di bawah 80%. Rata-rata efisiensi untuk kapasitas 500 kg/jam sebesar 54,25% sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam sebesar 55%.

Biaya produksi rata-rata untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 1,167,818,669 per tahun sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 2,518,159,333 per tahun.

Pendapatan rata-rata untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 2,683,634,869 per tahun sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 518,764,667 per tahun.

Sedangkan untuk kelayakannya, secara finansial usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam layak untuk dikembangkan.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 November 1990 dari pasangan Bapak H. Suparman, SE dan Ibu Hj. Suryawati Ningsih. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Harapan 1 Medan sampai kelas tiga, kemudian tamat dari Sekolah Dasar Negeri 08 Kebon Jeruk Jakarta Barat pada tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Harapan 1 Medan dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Swasta Harapan 1 Medan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui jalur SNM-PTN.

5. Bulan Juni-Juli 2012 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangann) di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan.

6. Bulan Agustus-November melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian. Selain itu penulis juga aktif bekerja sebagai guru private less di sela-sela perkuliahan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Penggilingan Padi di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Mama Hj. Suryawati Ningsih dan Papa H. Suparman, SE yang telah membesarkan, memelihara, serta mendidik penulis selama ini.

2. Kedua kakak dan abang tercinta, Teteh Ajeng Estu Pangesti, SH dan Aa’ Fajar Akbar Addhitama, SP atas segala dukungannya baik moril maupun materil.

3. Kepada Ketua Komisi Pembimbing Bapak HM. Mozart B Darus, Msc dan kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah dengan dengan sabar membimbing penulis mulai dari usulan penelitian, penelitian, sampai ujian akhir.

4. Kepada para pemilik usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, Bapak H. MT Sirait, Bapak Robinson Sibarani, Bapak M. Panjaitan, Bapak Agustinus Parhusip, dan Bapak Suratno atas kesediannya menerima penulis untuk melakukan penelitian serta semua bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

5. Kepada Dinas Pertanian Deli Serdang, Bapak Ir. Achmad Muslim serta kepada pengurus Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Bapak Erwin, penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data. 6. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan doa, Mami Hj. Risnawati dan Bulek Hj. Nurrochmah Rahmadhaniah, SE serta abangda Fadly Ardha, SH.

8. Kepada Haryo Septiadi Arunanto, atas segala bentuk dukungannya mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Adinda Soraya Nasution, Arisa Vinia Sari Lubis, Claudya Rahmi, Dewi Lasmaria Nadapdap, dan Nurul Ildrakasih atas segala perhatian, dukungan, masukan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada seluruh teman-teman seangkatan 08 atas kebersamaan dan kerja samanya selama ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Mesin Penggiling Padi……… 8 2. Skema Kerangka Pemikiran………...………….. 19


(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010………. 21 2. Banyak Usaha Penggilingan Padi………... 23 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010………... 30 4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010………... 31 5. Karakteristik Pengusaha Sampel……… 32 6. Lokasi Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam……… 33 7. Lokasi Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 2000 kg/jam……….. 34 8. Efisiensi Kinerja Mesin Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam…… 35 9. Efisiensi Kinerja Mesin Penggilingan Padi Kapasitas 2,000 kg/jam…. 36 10.Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel……….. 37 11.Analisis Biaya Produksi Rata-rata dan Pendapatan Rata-rata per

Tahun Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam

dan 2000 kg/jam………. 38 12.Penerimaan Beras Rata-rata per Bulan Kapasitas 500 kg/jam……….. 40 13.Penerimaan Dedak Rata-rata per Bulan Kapasitas 500 kg/jam………. 41 14.Total Penerimaan Beras dan Dedak Rata-rata per Tahun Kapasitas 500

kg/jam………. 42 15.Penerimaan Beras Rata-rata per Bulan Kapasitas 2000 kg/jam………. 43 16.Penerimaan Dedak Rata-rata per Bulan Kapasitas 2000 kg/jam……… 43 17.Total Penerimaan Beras dan Dedak Rata-rata per Tahun Kapasitas 2000

kg/jam………. 44 18.Nilai Rata-rata NPV, B/C, IRR, dan PP Usaha Penggilingan Padi…… 45


(11)

ABSTRAK

ANGGUN NURUL MAULIDDAR (080304069) dengan judul skripsi

“ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG”.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, Msc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya mengindikasikan permintaan akan beras pun semakin meningkat. Hal ini tentu saja berdampak positif terhadap pelaku industri pertanian, termasuk usaha penggilingan padi yang posisinya sangat strategis sebagai proses akhir produksi beras maupun sebagai peranannya terhadap beras tersebut. Di Kecamatan Lubuk Pakam terdapat 5 (lima) unit usaha penggilingan padi dengan 2 (dua) kapasitas, yaitu kapasitas 500 kg/jam dan 2,000 kg/jam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi kinerja mesin penggiling padi, untuk mengetahui biaya produksinya, untuk mengetahui besar pendapatan, serta untuk melihat kelayakan dari usaha penggilingan padi tersebut.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis finansial dengan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, dan PP) yang digunakan untuk melihat kelayakan usaha, serta formula-formula sederhana yang sesuai untuk menghitung efisiensi kinerja mesin, biaya produksi, dan pendapatan usaha.

Hipotesis dari penelitian ini adalah efisiensi kinerja mesin tinggi dan secara finansial usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam layak untuk dikembangkan.

Dari hasil penelitian terhadap 5 (lima) sampel didapatkan bahwa efisiensi kinerja mesin masih rendah, yaitu di bawah 80%. Rata-rata efisiensi untuk kapasitas 500 kg/jam sebesar 54,25% sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam sebesar 55%.

Biaya produksi rata-rata untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 1,167,818,669 per tahun sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 2,518,159,333 per tahun.

Pendapatan rata-rata untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 2,683,634,869 per tahun sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 518,764,667 per tahun.

Sedangkan untuk kelayakannya, secara finansial usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam layak untuk dikembangkan.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai kendala dalam upaya pelestariannya. Kelangkaan tenaga kerja dan kekeringan adalah contoh dari sekian banyak kendala yang ada. Hal ini menjadikan langkah-langkah pelestarian swasembada beras menjadi semakin berat (Prasetiyo, 2002).

Di Indonesia, beras bukan hanya sekadar komoditas pangan, tetapi juga merupakan komoditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Kenyataan seperti ini membuat pemerintah orde baru (1967-1998) menjadikan beras sebagai alat tawar-menawar politik untuk mempertahankan kekuasaannya (Andoko, 2006).

Sebagai komoditas yang bernilai tawar politik sangat tinggi, pemerintah berobsesi untuk berswasembada beras. Segala daya upaya ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Atas keberhasilan swasembada beras tersebut, Indonesia pun mendapat penghargaan dari FAO (Andoko, 2006).


(13)

Pada tahun 1984 produksi beras Indonesia mencapai 25,835 juta ton dan produktivitasnya pun naik hampir dua kali lipat dibanding tahun 1968 (produksi sekitar 11,666 dan produktivitasnya 1,45 ton beras/ha) yaitu sebesar 2,68 ton beras/ha. Pada tahun 1984 ini impor beras dapat dihentikan dan sejak saat itu produksi terus meningkat. Pada tahun 1990 tercatat produksi beras nasional sudah mencapai 45,176 juta ton gabah kering giling (GKG) atau kira-kira setara 29 juta ton beras (Prasetiyo, 2002).

Swasembada beras pada tahun 1984 itu hanya bertahan hingga era awal 90-an. Berbagai masalah dan hambatan yang muncul seiring dengan perkembangan kondisi sosial-ekonomi Indonesia menyebabkan prestasi tersebut tidak dapat dipertahankan.

Sejak tahun 1994 Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan peningkatan impor. Ini sebenarnya merupakan peluang bagi petani dan usaha penggilingan padi dalam peningkatan produktivitas dan kualitas beras. Pangsa pasar tersedia hanya keberpihakan pemerintah terhadap petani khususnya padi sangat diharapkan dalam peningkatan pendapatan dan nilai tukarnya sehinggga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani. Insentif dalam keberpihakan pemerintah pada petani diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi sehingga akhirnya petani bergairah lagi menanam padi

(Widodo dkk, 2005).

Produksi beras di Indonesia sangat fluktuatif. Ketajaman fluktuasi akan berdampak luas terhadap sistem tatanan Negara yang sebagian besar rakyatnya memilih beras sebagai makanan pokok. Permintaan beras pada masa datang akan


(14)

sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi negaranya (Setyono, 1994).

Jumlah penduduk dunia selalu meningkat. Di Indonesia sendiri, walaupun sudah dipercayakan melalui program Keluarga Berencana, kenaikan penduduk terbilang masih cukup tinggi (sekitar 2% per tahun). Ini berarti jumlah orang yang perlu makan pun selalu meningkat sehingga usaha pencukupan pangan makin hari makin berat. Hal ini seharusnya dapat dilihat oleh para petani sebagai suatu keuntungan. Usaha penggilingan padi akan sangat mendorong jumlah produksi semakin tinggi hingga tercapailah pemenuhan pencukupan pangan.

Penggilingan padi sebagai salah satu proses penanganan pascapanen sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Konsumen tentunya menginginkan beras dengan kualitas terbaik. Beras dengan warna yang putih bersih merupakan salah satu indikator dari kualitas baik tersebut. Dengan menggunakan alat penggiling padi, akan dihasilkan beras yang putih bersih. Penggunaan alat penggiling padi akan meminimalisisr kerugian atau kehilangan gabah bila dibandingkan dengan penggunaan alat sederhana seperti lesung atau alu.

Pengadaan alat penggilingan padi sebenarnya memerlukan biaya yang relatif tidak sedikit. Pengoperasian mesin tersebut membutuhan berbagai biaya yang biasanya disebut sebagai variable cost, seperti biaya oli, BBM (solar), dan pergantian rubber roll. Selain itu, pabrik penggilingan padi akan mengeluarkan biaya tetap (fixed cost) untuk membayar upah tenaga kerja tetap, penyusutan mesin, biaya transportasi, maupun pajak. Dengan demikian dapat dikatakan biaya produksi


(15)

Penggunaan alat penggiling padi pada hakekatnya merupakan kemajuan teknologi pertanian yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produksi beras. Besarnya rendemen giling, kehilangan hasil dan susut dalam penggilingan harus diminimalisir. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan kinerja serta efisiensinya agar besar produksi hasil panen dapat dipertahankan.

Pemasaran beras umumnya dilakukan oleh pedagang besar, pabrik penggilingan, dan sebagian kecil petani kecil melalui jalur pasar baru konsumen

(Setyono, 1994).

Secara kasar hari kerja suatu industri jasa penggilingan padi adalah sekitar 100 sampai 200 hari per tahun bila panen dilakukan dua kali dalam satu tahun, dengan jam kerja antara 8 sampai 10 jam per hari. Bila pemilik penggilingan padi juga bertindak sebagai pedagang beras, maka hari kerja dapat bertambah sebab pemilik akan berusaha mencari gabah dari daerah lainnya untuk menjaga kontinuitas pasokannya (Anonimus, 2009).

Namun demikian, bila usaha penggilingan padi dikombinasikan dengan perdagangan beras, masalah jumlah hari kerja dapat diatasi karena kegiatan perdagangan beras akan tetap berlanjut ketika tidak ada lagi gabah yang digiling. Dari segi pemanfaatan tenaga kerja tetap, hal ini akan sangat menguntungkan. Selain itu, cash flow perusahaan akan terus berlangsung sehingga perputaran modal tak pernah berhenti. Akan tetapi manfaat yang akan didapat dari usaha perdagangan beras ini tergantung pada besar kecilnya modal yang ditanam dalam bentuk stok beras. Semakin besar modal, semakin banyak stok beras tang dapat disimpan, dan semakin mantap posisi keuangan dari aspek perdagangannya. Bahkan, dalam usaha perdagangan beras yang besar, posisi penggilingan padi


(16)

dapat dijadikan sebagai penunjang, yang artinya tidak lagi menjual jasa penggilingan padi kepada orang lain, tetapi untuk menggiling padi sendiri yang akan diperdagangkan (Anonimus, 2009).

Untuk beberapa tahun ke depan, prospek usaha ini juga cukup menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya mengindikasikan bahwa jumlah permintaan beras akan semakin mengingkat. Usaha penggilingan padi sebagai akhir proses produksi maupun peranannya dalam proses pemasaran akan memberikan kontribusi dalam pemenuhan permintaan tersebut. Untuk itulah penulis tertarik untuk meneliti tentang analisis finansial usaha penggilingan padi, khususnya di kecamatan Lubuk Pakam, kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi produksi usaha penggilingan padi di daerah penelitian?

2. Bagaimanakah besar biaya produksi usaha penggilingan padi di daerah penelitian?

3. Bagaimanakah besar pendapatan usaha penggilingan padi di daerah penelitian?

4. Bagaimanakah tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di daerah penelitian?


(17)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi usaha penggilingan padi di daerah penelitian

2. Untuk mengetahui besar biaya produksi pada usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui besarnya pendapatan dari usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, antara lain:

1. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan ataupun masukan bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait lainnya dalam pengadaan kebijakan mengenai usaha penggilingan padi. 3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau peneliti lainnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut melalui kegiatan produksi. Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses pemotongan, perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penyimpanan, penggilingan, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan. Teknologi penggilingan sangat menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Untuk itu penanganan proses penggilingan padi perlu diperhatikan secara kontinu agar permintaan konsumen dapat dipenuhi (Setyono, 1994).

Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin-mesin yang berfungsi melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi (Partiwi, 2006). Sistem penggilingan padi yang dikenal di Indonesia biasa disebut pabrik penggilingan padi. Pada umumnya sistem penggilingan padi terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator,

dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat

memperoleh hasil akhir yang lebih baik (Anonimus, 2009).

Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian mesin/alat yang keseluruhannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian mesin-mesin tersebut berfungsi mengupas kulit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum


(19)

bekatul daari beras pecah kulit dan terakhir memoles beras hingga siap dikonsumsi dan memiliki penampakan yang menarik (Anonimus, 2009).

Salah satu penyebab rendahnya rendemen dan mutu hasil penggilingan padi serta tingginya kehilangan hasil (susut penggilingan) adalah disebabkan dari peralatan dan mesin penggilingan. Untuk dapat memperoleh hasil penggilingan yang maksimal perlu memahami unit-unit komponen dan mesin penggilingan padi (Anonimus, 2009).

Gambar 1. Mesin Penggiling Padi

Terdapat dua sistem kerja penggilingan padi, yaitu one pass dan two pass. One pass yaitu sistem penggilingan padi yang menggunakan satu alat yang berfungsi ganda yaitu memecah kulit sekaligus sebagai alat penyosoh,sedangkan two pass adalah sistem penggilingan padi dengan menggunakan dua alat yang terdiri dari alat pemecah kulit dan alat penyosoh (Kobarsih et al, 2006). Mesin-mesin yang dipakai dalam sistem penggilingan padi dapat berupa rangkaian yang lengkap atau


(20)

hanya rangkaian beberapa buah mesin. Kelengkapan rangkaian mesin akan mempengaruhi kualitas akhir penggilingan (Anonimus, 2009).

Pemecahan atau pengelupasan kulit bertujuan untuk melepaskan kulit gabah dengan kerusakan sekecil mungkin pada butiran beras. Bagian-bagian yang akan dilepaskan adalah palea, lemma, dan glume atau keseluruhan disebut sekam. Mesin yang dipakai adalah husker, huller, atau sheller. Sebagian besar gabah yang dimasukan ke dalam mesin pemecah kulit akan terkelupas dan masih ada sebagian kecil yang belum terkelupas. Butiran gabah yang terkelupas akan terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras pecah kulit dan sekam. Gabah yang belum terkelupas dapat berupa gabah utuh atau gabah yang telah pecah kulitnya, namun sekam belum terlepas dari butiran berasnya. Selanjutnya butiran gabah yang belum terkelupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk dimasukan kembali ke dalam mesin pemecah kulit (Anonimus, 2009).

Pemisahan sekam dilakukan setelah pemecahan kulit. Tujuan pemisahan sekam adalah memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh yang belum terkupas selama proses pemecahan kulit. Sekam harus dipisahkan karena penyosohan tidak akan berfungsi baik apabila beras pecah kulit masih bercampur sekam. Disamping itu, tanpa pemisahan sekam persentase beras patah pada penyosohan akan lebih tinggi dan kualitas beras sosoh akan menjadi rendah. Mesin yang digunakan untuk pemisahan ini disebut husk aspirator atau aspirator. Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas yang berfungsi menghisap sekam


(21)

dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terhisap oleh kipas akibat gaya beratnya (Anonimus, 2009).

Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan dihasilkan campuran beras pecah kulit dan gabah yang masih utuh. Beras pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah kulit. Mesin yang digunakan adalah paddy separator atau separator. Semakin tinggi efisiensi mesin pemecah kulit maka semakin tinggi jumlah beras pecah kulit yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah gabah utuh yang tidak terkelupas (Anonimus, 2009).

Beras pecah kulit yang dihasilkan pada proses pemecahan kulit (husking) masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna gelap kecoklatan dan tidak bercahaya. Disamping penampakannya yang kurang menarik, adanya bekatul pada beras juga membuat rasa nasi kurang enak meskipun bekatul memiliki nilai gizi tinggi. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras dilakukan suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan. Tahap ini disebut juga tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini berfungsi merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing karena permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul sehingga didapat beras putih. Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil sampingan berupa dedak dan bekatul. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tahap ini biasanya dilakukan beberapa kali, baik pada mesin yang sama atau mesin yang berbeda. Mesin-mesin yang dipakai dalam kegiatan penyosohan disebut whitener atau polisher dan dapat ditambah dengan mesin pengkilap serta pencuci (refiner)


(22)

yang berfungsi mengkilapkan dan mencuci permukaan beras. Proses penyosohan dapat dilakukan sekali atau beberapa kali bergantung pada kualitas beras sosoh yang diinginkan. Hasil penelitian (Partiwi, 2006) menyebutkan semakin sering proses penyosohan dilakukan, maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan beras patah yang dihasilkan makin banyak (Anonimus, 2009).

2.2 Landasan Teori

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2001).

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2001).

Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi


(23)

Biaya modal kerja dalam kegiatan usaha/proyek terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, dan lainnya. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah/bahan pembantu, biaya transportasi, biaya pemasaran, dan lainnya (Ibrahim, 2009).

Analisis kriteria investasi merupakan salah satu alat dalam mengambil keputusan, apakah gagasan usaha (proyek) yang dinilai dapat diterima atau ditolak. Diterima dalam pengertian studi kelayakan bisnis adalah feasible untuk dilaksanakan dan dikembangkan karena dapat menghasilkan benefit dilihat dari segi financial benefit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam studi kelayakan. Kriteria investasi yang digunakan dalam bentuk kegiatan produksi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Ibrahim, 2009).

Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai berbagai faktor produksi dalam suatu usaha, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi berubah-ubah dalam kapasitas normal. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Witjaksono, 2006).


(24)

Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Dimana:

TC = Total cost (biaya total)

TFC = Total fixed cost (total biaya tetap) TVC = Total variable cost (total biaya variabel) (Sukirno, 2005)

Dalam analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah biaya rata-rata. Biaya rata-rata dibedakan atas tiga pengertian: biaya tetap rata-rata (average fixed cost), biaya berubah rata-rata (average variable cost) dan biaya total rata-rata (average total cost).

a. Average Fixed Cost (AFC)

AFC = TFC/Q

b. Average Variable Cost (AVC)

AVC = TVC/Q

c. Average Total Cost (AC)

AC = TC/Q

Dimana: Q = jumlah produksi tertentu (Anonimus, 2007)

Efisiensi kinerja produksi adalah ukuran efektivitas funsional suatu mesin, merupakan perhitungan kapasitas lapang efektif dibagi dengan kapasitas teoritik dikali 100%. Secara umum dapat dituliskan:


(25)

Dimana:

EF = Efisiensi kinerja mesin Ce = Kapasitas lapang efektif Ct = Kapasitas lapang teotitis

Kapasitas lapang efektif adalah rata-rata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan mesin, didasarkan pada waktu lapang total. Biasanya dinyatakan dalam hektar per jam atau kg per jam pada mesin.

Kapasitas lapang teoritis sebuah alat adalah laju mesin dalam menampilkan fungsi seperti yang dimaksud mesin yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya dengan memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teotitisnya

(Smith dan Wilkes, 1990).

Dalam uji kelayakan finansial, kriteria-kriteria yang digunakan yaitu:

a. Net Preset Value (NPV)

Net present value adalah kriteria investasi yang digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Secara singkat, formula untuk menghitung NPV yaitu:

���= �(�� − ��) (1 +�)� �

�=0 Dimana:

Bt = penerimaan total Ct = biaya total i = interest rate


(26)

Dengan kriteria:

• Bila NPV ≥ 0, maka usaha tersebut layak dilaksanakan • Bila NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan (Ibrahim, 2009).

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan nol. Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) dikatakan proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan SOCC berarti pulang pokok dan bila di bawah SOCC proyek/usaha tersebut tidak layak. Secara singkat, formula untuk menghitung IRR yaitu:

���=�1+ ���1

(���1− ���2)(�2 − �1) Dengan kriteria:

• Bila IRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan.

• Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.


(27)

c. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Secara singkat, formula untuk menghitung B/C yaitu:

��� � �⁄ = ∑ ���(+) �

�=1

∑��=1���(−) Dimana: NB = Net benefit

Dengan kriteria:

• Bila Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. • Bila Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. (Ibrahim, 2009).

d. Payback Period (PP)

Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan untuk mengetahui berapa lama proyek/usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Secara singkat, formula untuk menghitung PP yaitu:

�� = ���������

��������ℎ � 12 ����� Dimana: PP = Payback period


(28)

Besarnya penerimaan merupakan total yang diterima perusahaan dari hasil penjualannya. Secara singkat, formula untuk menghitung besar penerimaan yaitu:

TR = Y . Py

Dimana:

TR = total penerimaan Y = produksi

Py = harga Y

Menurut Stigler (1947) keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula pendapatannya (Teguh, 2010).

Secara singkat, formula untuk menghitung pendapatan yaitu:

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd = pendapatan

TR = total revenue (total penerimaan) TC = total cost (total biaya)


(29)

2.3 Kerangka Pemikiran

Penggilingan padi sebagai akhir dari proses produksi beras memerlukan penanganan khusus. Hal ini dikarenakan proses penggilingan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas beras. Jumlah permintaan beras meningkat setiap tahunnya seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Usaha penggilingan padi memiliki posisi yang strategis dalam upaya pemenuhan permintaan tersebut.

Usaha penggilingan padi memerlukan biaya produksi yang tidak sedikit. Berbagai biaya tersebut yaitu variable cost (biaya variabel) dan fixed cost (biaya tetap). Biaya variabel dikeluarkan untuk membayar oli, BBM (solar), maupun biaya pergantian rubber roll. Sedangkan biaya tetap dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja tetap, penyusustan mesin, transportasi, dan pajak.

Dengan usaha penggilingan padi yang efisien, tingkat pendapatan petani pun akan meningkat. Total penerimaan mereka akan lebih besar bila dibandingkan dengan cara tradisional. Kehilangan hasil yang biasanya sering terjadi pada cara tradisional akan diminimalisir oleh alat penggilingan padi sehingga jumlah produksi akan lebih banyak.

Analisis finansial perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha ini. Berbagai kriteria investasi seperti NPV, IRR, B/C, dan PP digunakan sebagai indikatornya. Dengan kedua hal tersebut maka akan diketahui secara finansial apakah usaha penggilingan padi ini layak untuk dikembangkan.


(30)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Dimana:

: hubungan : pengaruh

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Usaha Penggilingan Padi

Biaya produksi Output

(beras)

Efisiensi produksi

Proses Penggilingan

Penerimaan

Pendapatan Usaha Penggilingan Padi

Analisis Finansial


(31)

2.4 Hipotesis

1. Efisiensi produksi usaha penggilingan padi di daerah penelitian tinggi.

2. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak dikembangkan.


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di usaha penggilingan padi di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive dengan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu lumbung padi Sumatera Utara, sehingga terdapat cukup banyak usaha penggilingan padinya. Berikut data luas panen, jumlah produksi per tahun, dan rata-rata jumlah produksi padi di Sumatera Utara:

Tabel 1

Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010

Kabupaten/ Kota Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata produksi (kw/ha)

(1) (2) (3) (4)

Kabupaten 1. Nias

2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10.Dairi

11.Karo

12.Deli Serdang 13.Langkat 14.Nias Selatan

15.Humbang Hasundutan 16.Pakpak Barat

17.Samosir

18.Serdang Bedagai 19.Batu Bara

8 890 36 186 27 700 27 428 23 820 22 107 23 065 16 431 78 995 14 678 12 214 84 582 67 155 16 292 17 850 2 438 7 684 73 585 34 224 35 838 175 794 138 214 122 403 110 054 105 348 111 260 79 390 416 247 68 533 56 848 426 227 328 424 65 056 83 042 11 229 36 301 377 307 166 397 40,31 48,58 49,90 44,63 46,20 47,65 48,24 48,32 52,69 46,69 46,54 50,39 48,91 39,93 46,52 46,06 47,24 51,27 48,62


(33)

Sambungan tabel 1

Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata produksi (kw/ha)

(1) (2) (3) (4)

20.Labuhan Batu Utara 21.Nias Utara

22.Nias Barat Kota 23.Sibolga 24.Tanjung Balai 25.Pematang Siantar 26.Tebing Tinggi 27.Medan

28.Binjai

29.Padang sidempuan 30.Gunung Sitoli

40 815 6 295 2 910 - 427 3 786 1 136 4 056 4 032 8 559 1 815 197 202 25 432 11 793 - 1 942 18 705 5 474 19 717 19 247 40 434 7 387 48,32 40,40 40,53 - 45,48 49,41 48,19 48,12 47,74 47,24 40,70

Jumlah 702 308 3 422 264 48,73

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa Deli Serdang menempati posisi tertinggi ketiga setelah Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Serdang Bedagai.


(34)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Sampel ditentukan dengan metode sensus. Banyak sampel diambil berdasarkan banyaknya usaha penggilingan padi di daerah penelitian yaitu sebanyak 5 unit, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Banyak Usaha Penggilingan Padi

No. Lokasi Usaha Penggilingan Padi Banyak Unit

1. Desa Sekip 1 unit

2. Desa Pasar Melintang 4 unit

Sumber: BPP Deli Serdang

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder didapat dari lembaga terkait di daerah penelitian.

3.4Metode Analisis Data

Dari data-data yang telah diperoleh dilakukan perhitungan sederhana kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.

Identifikasi masalah 1 (hipotesis 1) dianalisis dengan melihat Efisiensi kinerja yang merupakan ukuran efektivitas fungsional suatu mesin dengan rumus berikut:

Ef = Ce/Ct x 100%

Dimana:

Ef = Efisiensi kinerja mesin Ce = Kapasitas efektif Ct = Kapasitas teoritis


(35)

Kriteria Uji:

• Jika Ef ≥ 80%, artinya efisiensi penggunaan mesin tinggi • Jika Ef < 80%, artinya efisiensi pengggunan mesin rendah (Smith dan Wilkes, 1990).

Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan melihat jumlah biaya produksi menggunakan analisis sederhana dengan rumus:

TC = TFC + TVC

Dimana:

TC = Total cost (total biaya)

TFC = Total fixed cost (total biaya tetap)

TVC = Total variable cost (total biaya variabel)

Identifikasi masalah 3 dihitung dengan analisis sederhana dengan mencari pendapatan usaha dengan rumus:

Untuk penerimaan dihitung dengan rumus:

TR = Y . Py

Dimana:

TR = total revenue (total penerimaan) Y = produksi yang diperoleh

Py = harga Y

Maka pendapatan dapat diperoleh dengan rumus:


(36)

Dimana:

Pd = pendapatan

TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost (total biaya)

Identifikasi masalah 4 (hipotesis 2) mengenai kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period (PP) dengan rumus:

���= �(�� − ��) (1 +�)� �

�=0 Dimana:

Bt = penerimaan total Ct = biaya total i = interest rate Dengan kriteria:

• Bila NPV ≥ 0, artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan • Bila NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak layak dilaksanakan

��� � �⁄ =

∑��=0(�� − ��(1 +))������� − ��> 0 ∑��=0(�� − ��(1 +))������� − ��< 0 Dengan kriteria:

• Bila Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. •


(37)

���=�1+ ���1

(���1− ���2)(�2 − �1) Dengan kriteria:

• Bila IRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan.

• Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

�� = ���������

��������ℎ � 12 ����� Dimana: PP = Payback period

3.5Defenisi dan Batasan Operasional

Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini, antara lain:

3.5.1 Defenisi

1. Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha penggilingan yang mengolah gabah menjadi beras sebagai hasil utama, dan dedak sebagai hasil sampingan. 2. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha selama

proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel.

3. Penerimaan adalah besarnya nilai yang diterima oleh pengusaha.

4. Pendapatan bersih adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi dengan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan.

5. Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah


(38)

punya dampak atau efek di dalam perekonomian dalam ruang lingkup yang lebih luas.

6. Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan dengan membandingkan penerimaan dengan seluruh biaya produksi.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2012.

2. Tempat penelitian adalah kecamatan Lubuk Pakam, kabupaten Deli Serdang, propinsi Sumatera Utara.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL USAHA PENGGILINGAN PADI

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Lubuk Pakam sejak dahulu telah menjadi pusat pemerintahan baik pemerintah Hindia Belanda dengan kedudukan CONTROLER, juga pemerintah Kerajaan Negeri Serdang yang berkedudukan di Perbaungan, yang menempatkan Wakil Sultannya di Lubuk Pakam yang bergelar Tengku Raja Muda atau Tengku Bendahara. Pada zaman pemerintah Jepang, Lubuk Pakam menjadi tempat kedudukan HOKOBUNCSTTCYO dan pada pemerintah RI Lubuk Pakam merupakan tempat kedudukan Wedana Kewadanaan Serdang Hilir antara lain di bawah pimpinan:

• Wedana Ja’far Siddik • Wedana Ombak Nasution • Wedana Tarif Siregar • Wedana Keras Surbakti

• Wedana Datuk Anwaruddin, dan

• Wedana Bactiar Yunus (wedana yang terakhir)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1984 Pasal 1 ayat 2 dijelaskan seiring Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dari kota Medan ke kota Lubuk Pakam, maka kecamatan Lubuk Pakam dikembangkan menjadi 4 (empat) Wilayah Kecamatan dalam rangka terciptanya daya guna hasil


(40)

penyelenggaraan pemerintah serta pembinaan wilayah, maka Kecamatan Lubuk Pakam dikembangkan menjadi lokasi kedudukan Pemerintahan TK.II Deli Serdang akan berhenti, karena mengikuti perkembangan masyarakat dan Negara. Perkembangan dimaksud menimbulkan tugas-tugas baru bagi perangkat pemerintahan yang ada di daerah.

Kota Lubuk Pakam sebagai Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Pusat Pemerintahan Pemda TK.II Deli Serdang cukup strategis dan mempunyai prospek pengembangan wilayah yang cukup dominan dengan beberapa kota satelitnya seperti Tanjumg Morawa, Perbaungan, Galang, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan PP No. 7/1984 Pasal 1 dijelaskan bahwa Pusat Pemerintahan Kecamatan Lubuk Pakam ini adalah berkedudukan di kelurahan Lubuk Pakam Pekan.

a. Luas dan Letak Geografis

Daerah kecamatan Lubuk Pakam luasnya ± 31, 19 km² (3.119 Ha) yang terdiri dari 13 Desa dan Kelurahan (7 Kelurahan dan 6 Desa) serta 105 dusun dengan Ibu Kota Kecamatan terletak di Jalan Tengku Raja Muda Lubuk Pakam.

Secara administratif, batas-batas wilayah kecamatan Lubuk Pakam, antara lain: • Sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan Beringin

• Sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Pagar Merbau • Sebelah Barat : berbatasan dengan kecamatan Tanjung Morawa • Sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan Pagar Merbau


(41)

Daerah Kecamatan Lubuk Pakam merupakan daerah pantai dengan ketinggian 0-8 meter dari permukaan laut dengan iklim sedang yang terdiri dari Musim Hujan dan Musim Kemarau, kedua musim ini dipengaruhi oleh kedua arah angin yang terdiri dari angin laut dan angin gunung. Angin laut membawa hujan sedangkan angin gunung membawa udara panas dan lembab. Curahan hujan yang menonjol di daerah kecamatan Lubuk Pakam terjadi pada bulan Maret, April, Juni s/d Desember, dan musim kemarau hanya pada bulan Januari, Februari, dan Mei.

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk kecamatan Lubuk Pakam menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (tahun) Jumlah (Jiwa)

1. 0-4 5.799

2. 5-9 7.582

3. 10-14 8.825

4. 15-19 8.570

5. 20-24 7.439

6. 25-29 6.437

7. 30-34 6.416

8. 35-39 6.125

9. 40-44 5.340

10. 45-49 5.249

11. 50-54 4.751

12. 55-59 4.414

13. 60+ 3.895

Total 80.518

Sumber: Kecamatan Lubuk Pakam Dalam Angka BPS, 2011

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di kecamatan Lubuk Pakam adalah sebesar 80.518 jiwa, dimana jumlah penduduk umur 0-4 tahun sebesar 5.799 jiwa, jumlah penduduk umur 5-9 tahun sebesar 7.582 jiwa,


(42)

jumlah penduduk umur 10-14 tahun sebesar 8.825 jiwa, jumlah penduduk umur 15-19 tahun sebesar 8.570 jiwa, jumlah penduduk umur 20-24 tahun sebesar 7.439 jiwa, jumlah penduduk umur 25-29 tahun sebesar 6.437 jiwa, jumlah penduduk umur 30-34 tahun sebesar 6.416 jiwa, jumlah penduduk umur 35-39 tahun sebesar 6.125 jiwa, jumlah penduduk umur 40-44 tahun sebesar 5.340 jiwa, jumlah penduduk umur 45-49 tahun sebesar 5.249 jiwa, jumlah penduduk umur 50-54 tahun sebesar 4.751 jiwa, jumlah penduduk umur 55-59 tahun sebesar 4.414 jiwa, dan jumlah penduduk umur 60 tahun ke atas sebesar 3.895 jiwa.

c. Sarana dan Prasana

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Sarana dan Prasarana Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Sarana Ibadah Mesjid Musholla Gereja Kuil Wihara 32 31 39 2 15 2. Sarana Pendidikan

TK SD Negeri SD Swasta SD Inpres SLTP Negeri SLTP Swasta SMU/SMK Negeri SMU/SMK Swasta Perguruan Tinggi Negeri Perguruan Tinggi Swasta Sekolah Agama 22 13 11 19 4 13 3 18 1 4 25 3. Sarana Kesehatan


(43)

Puskesmas Pembantu BPU

BKIA Posyandu

5 4 9 52 Sumber: Kecamatan Lubuk Pakam Dalam Angka BPS, 2011

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa di kecamatan Lubuk Pakam sudah terdapat sarana dan prasarana yang memadai baik dari segi rumah ibadah, pendidikan, maupun kesehatan. Hal ini bisa disebabkan posisinya sebagai Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang, dimana letak pemerintahan kabupaten pun berada.

d. Karakteristik Pengusaha Sampel

Karakteristik pengusaha yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu luas tempat usaha dan lama berusaha, seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Karakteristik Pengusaha Sampel

No. Sampel Luas tempat usaha

(m²)

Lama berusaha (tahun)

1. Bahagia 480 13

2. Sibarani 650 10

3. Putra Eko Jaya 4000 10

4. Bersama 1600 2

5. Sriwijaya 2000 3

Rata-rata 17466 7,6

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata luas tempat usaha penggilingan padi adalah sebesar 1696 m² dan rata-rata lama usaha 7,6 tahun


(44)

4.2 Karakteristik Sampel Usaha Penggilingan Padi

Sampel pada penelitian penggilingan padi ini ada 5 (lima) dengan 2 (dua) kapasitas yang berbeda, yaitu 500 kg/jam dan 2000 kg/jam.

a. Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam

Adapun sampel pada kapasitas 500 kg/jam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Lokasi Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam

Nama Sampel Lokasi Usaha

Bahagia Sibarani Putra Eko Jaya

Bersama

Desa Pasar Melintang Dusun VIII Desa Pasar Melintang Dusun VIII Desa Pasar Melintang Dusun IV

Desa Pasar Melintang Dusun II Sumber: Data Primer, 2012

Lokasi sampel pada kapasitas 500 kg/jam ini tidak terlalu jauh jarak antara satu dengan yang lainnya, karena keseluruhannya berada pada desa yang sama yaitu desa Pasar Melintang, hanya dusunnya saja yang berbeda. Keempat usaha penggilingan padi tersebut memperoleh pasokan gabah dari desa setempat dengan jumlah yang rata-rata hampir sama, namun hasil produksinya berbeda-beda tergantung pada efisiensi mesin masing-masing usaha penggilingan.


(45)

b. Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 2000 kg/jam

Adapun sampel pada kapasitas 2000 kg/jam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Lokasi Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 2000 kg/jam

Nama Sampel Lokasi Usaha

Sriwijaya Desa Sekip Dusun Sadar Timur Sumber: Data Primer, 2012

Pada kapasitas 2000 kg/jam ini hanya terdapat 1 sampel yaitu Sriwijaya. Usaha ini berlokasi di desa Sekip dusun Sadar Timur. Karena hanya satu-satunya usaha penggilingan padi di desa Sekip, maka Sriwijaya dapat dikatakan menjadi primadona dan menguasai pasar.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Efisiensi Kinerja

Efisiensi kinerja mesin adalah perbandingan antara kapasitas efektif dengan kapasitas teoritis. Efisiensi kinerja mesin pada masing-masing kapasitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Efisiensi Kinerja Mesin Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam

Sampel

Kapasitas Efektif (kg/jam)

Kapasitas Teoritis (kg/jam)

Efisiensi Kinerja (%)

1 300 500 0.6

2 290 500 0.58

3 270 500 0.54

4 225 500 0.45

Rata-rata 271.25 500 0.5425

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat efisiensi kinerja mesin pada 4 sampel kapasitas 500 kg/jam berbeda-beda. Pada sampel 1 efisiensi kinerja sebesar 60%, pada sampel 2 sebesar 58%, pada sampel 3 sebesar 54%, dan pada sampel 4 sebesar 45%. Dapat dilihat bahwa mesin penggiling padi yang memiliki tingkat efisiensi tertinggi adalah mesin penggiling pada sampel 1 yaitu sebesar 60% dengan kapasitas efektif 300 kg/jam. Sedangkan mesin penggiling padi yang memiliki tingkat efisiensi terendah adalah mesin penggiling pada sampel 4 yaitu sebesar 45% dengan kapasitas efektif sebesar 225 kg/jam. Sehingga rata-rata kinerja efisiensi mesin pada kapasitas 500 kg/jam sebesar 54,25%. Namun dari keempat sampel tersebut belum ada yang bekerja secara efisien karena efisiensinya di


(47)

bawah 80%. Dengan kata lain efisiensi mesin penggiling padi kapasitas 500 kg/jam masih rendah.

Tabel 9. Efisiensi Kinerja Mesin Penggilingan Padi Kapasitas 2,000 kg/jam

Sampel

Kapasitas Efektif (kg/jam)

Kapasitas Teoritis (kg/jam)

Efisiensi Kinerja (%)

1 1,100 2,000 0.55

Sumber: Lampiran 5

Sedangkan untuk mesin kapasitas 2,000 kg/jam diperoleh efisiensi kinerja mesin sebesar 55%. Pada sampel ini pun mesin belum bekerja secara efisien karena efisiensinya juga di bawah 80%. Namun jika dibandingkan kedua kapasitas tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada kapasitas 2,000 kg/jam mesin lebih bekerja efisien dibanding kapasitas 500 kg/jam.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (1) ditolak, karena efisiensi mesin penggiling padi pada masing-masing kapasitas, baik kapasitas 500 kg/jam maupun 2,000 kg/jam masih rendah. Tidak bekerja secara efisiennya mesin-mesin pada sampel diakibatkan mesin tidak bekerja sesuai kapasitas teoritisnya dan penggunaan alat-alat yang umurnya sudah tua.

5.2 Biaya Produksi dan Pendapatan

Pada usaha penggilingan padi ini ada beberapa biaya yang dikeluarkan yang dinamakan biaya produksi. Biaya produksi ini terbagi atas fixed cost (biaya tetap) dan variable cost (biaya variabel). Fixed cost (biaya tetap) merupakan biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi berubah-ubah dalam kapasitas normal. Sedangkan variable cost (biaya variabel) merupakan


(48)

biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Masing-masing komponen yang termasuk biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya Tetap Biaya Variabel

1. Penyusutan peralatan: - Mesin

- Garukan - Pick up 2. Pajak

3. Angsuran pinjaman

1. Gabah (bahan baku) 2. Oli

3. Solar 4. Roll 5. Goni 6. Tali plastik 7. Upah tenaga kerja Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa yang termasuk biaya tetap antara lain penyusutan peralatan yang digunakan seperti mesin, garukan, dan pick up, lalu pajak, serta angsuran pinjaman.

• Penyusutan peralatan didapatkan dari perbandingan antara harga beli dengan umur ekonomis peralatan.

• Pajak dibayarkan per tahun dengan jumlah yang tetap dan tidak ber gantung kepada perubahan jumlah produksi.

• Angsuran pinjaman dibayarkan per tahun sesuai dengan bunga pinjaman.

Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain gabah sebagai bahan baku, oli, solar, roll, goni, tali plastik, dan upah tenaga kerja.

• Gabah sebagai bahan baku didapatkan dari desa setempat.

• Oli digunakan sebagai bahan pelumas mesin-mesin penggilingan.

• Solar digunakan sebagai bahan bakar penggerak motor mesin penggilingan.


(49)

• Roll yang digunakan terbuat dari karet merupakan salah satu komponen penting pada mesin penggiling.

• Goni digunakan sebagai tempat untuk meletakan beras dan dedak yang sudah selesai digiling.

• Tali plastik digunakan sebagai alat pengikat goni.

Komponen-komponen tersebut termasuk biaya variabel yang harganya berubah-ubah tergantung pada musim.

Untuk melihat biaya produksi rata, penerimaan rata, dan pendapatan rata-rata per tahun usaha penggilingan padi, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 11. Analisis Biaya Produksi Rata-rata dan Pendapatan Rata-rata per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kapasitas 500 kg/jam dan 2000 kg/jam

Keterangan Biaya Kapasitas 500 kg/jam (Rp)

Biaya Kapasitas 2000 kg/jam (Rp) Biaya Tetap

1. Penyusutan Peralatan - Mesin

- Garukan - Pick up 2. Pajak

3. Angsuran pinjaman

3,836,539 33,500 500,000 837,500,000 17,500,000 5,000,000 36,000 10,5005,000 Biaya Variabel

1. Gabah (bahan baku) 2. Oli

3. Solar 4. Roll 5. Goni 6. Tali plastik 7. Transport

8. Upah tenaga kerja

1,076,983,478 2,137,798 18,610,479 983,192 12,614,292 259,891 38,772,000 2,423,160,000 1,800,000 8,550,000 1,080,000 32,860,000 660,000 10,513,333 24,000,000 Jumlah rata-rata 1,167,818,669 2,518,159,333 Penerimaan rata-rata 3,851,453,538 3,036,924,000 Pendapatan rata-rata 2,683,634,869 518,764,667 Sumber: Lampiran 3, dan 4 diolah

Masing-masing biaya yang tercantum pada tiap-tiap komponen pada tabel 11 di ataas didapatkan dari rata-rata biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan.


(50)

Untuk kapasitas 500 kg/jam diperoleh dari rata-rata biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan keempat sampel, sedangkan untuk kapasitas 2,000 kg/jam diperoleh dari rata-rata biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan selama 3 tahun berusaha.

Dapat dilihat bahwa rata-rata biaya produksi untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 1,167,818,669 per tahun dan pendapatannya sebesar Rp. 2,683,634,869 per tahun. Sedangkan untuk kapasitas 2000 kg/jam biaya produksinya sebesar Rp. 2,518,159,333 per tahun dan pendapatannya sebesar Rp. 518,764,667 per tahun.


(51)

Penerimaan

Penerimaan yang didapatkan pada usaha penggilingan padi ini berasal dari hasil penjualan beras dan dedak. Besarnya penerimaan yang diperoleh usaha penggilingan padi pada kapasitas 500 kg/jam untuk keempat sampel disajikan pada tabel berikut:

Tabel 12. Total Penerimaan Beras Rata-rata per Bulan Kapasitas 500 kg/jam Thn

Prod. beras rata-rata per bulan

(kg)

H. Jual (Rp) Penerimaan beras (Rp)

1 24,000 1852 44,448,000

2 24,000 2386 57,264,000

3 24,000 2760 66,240,000

4 67,640 2842 192,232,880

5 67,640 3005 203,258,200

6 67,640 3960 267,854,400

7 67,640 4674 316,149,360

8 67,640 5436 367,691,040

9 67,640 5870 397,046,800

10 67,640 6368 430,731,520

11 67,640 6493 439,186,520

12 76,640 7720 591,660,800

13 76,640 8582 657,724,480

Jml 766,400 61948 4,031,488,000

rata-rata 58,954 4765 310,114,462

Sumber: Lampiran 4, diolah

Dari tabel 12 di atas dapat dilihat jumlah penerimaan beras rata per bulan adalah sebesar Rp. 310,114,462 per tahun.


(52)

Untuk pernerimaan dedak rata-rata per bulan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 13. Total Penerimaan Dedak Rata-rata per Bulan Kapasitas 500 kg/jam Thn

Prod. Dedak rata-rata per bulan (kg)

H. Jual (Rp) Penerimaan dedak (Rp)

1 2,400 500 1,200,000

2 2,400 550 1,320,000

3 2,400 650 1,560,000

4 10,240 700 7,168,000

5 10,240 700 7,168,000

6 10,240 800 8,192,000

7 10,240 950 8,552,000

8 10,240 1,050 10,752,000

9 10,240 1,200 12,288,000

10 10,240 1,400 14,336,000

11 10,240 1,650 16,896,000

12 13,240 1,800 23,832,000

13 13,240 2,000 26,480,000

Jml 115,600 13950 139,744,000

rata-rata 8,892 1,073 10,749,538

Sumber: Lampiran 4, diolah

Dari tabel 13 di atas dapat dilihat jumlah penerimaan dedak rata-rata per bulan adalah sebesar Rp. 10,749,538

Total penerimaan rata-rata per tahun didapatkan dari penjumlahan penerimaan beras rata-rata per bulan dan penerimaan dedak rata-rata per bulan, kemudian dikalikan 12 bulan.


(53)

Maka untuk total penerimaan beras dan dedak per tahun untuk kapasitas 500 kg/jam disajikan pada tabel berikut:

Tabel 14. Total Penerimaan Beras dan Dedak Rata-rata per Tahun Kapasitas 500 kg/jam

Thn Penerimaan beras (Rp)

Penerimaan dedak (Rp)

Total penerimaan per bulan (Rp)

Total penerimaan

per tahun (Rp)

1 44,448,000 1,200,000 45,648,000 547,776,000 2 57,264,000 1,320,000 58,584,000 703,008,000 3 66,240,000 1,560,000 67,800,000 813,600,000 4 192,232,880 7,168,000 199,400,880 2,392,810,560 5 203,258,200 7,168,000 210,426,200 2,525,114,400 6 267,854,400 8,192,000 276,046,400 3,312,556,800 7 316,149,360 8,552,000 325,877,360 3,910,528,320 8 367,691,040 10,752,000 378,443,040 4,541,316,480 9 397,046,800 12,288,000 409,334,800 4,912,017,600 10 430,731,520 14,336,000 445,067,520 5,340,810,240 11 439,186,520 16,896,000 456,082,520 5,472,990,240 12 591,660,800 23,832,000 615,492,800 7,385,913,600 13 657,724,480 26,480,000 684,204,480 8,210,453,760 jml 4,031,488,000 139,744,000 4,172,408,000 50,068,896,000

rata-rata 310,114,462 10,749,538 320,954,462 3,851,453,538 Sumber: Lampiran 4, diolah

Hasil penerimaan yang didapatkan pada tabel 12 di atas diperoleh dari penjumlahan penerimaan yang dipeoleh keempat sampel yang memiliki kapasitas yang sama, yaitu 500 kg/jam, yang telah disesuaikan tahun usaha antarsampel. Harga jual baik beras maupun dedak homogen karena keempat sampel berada pada desa yang sama, sehingga harga jual pun berdasarkan harga tingkat desa.

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan per tahun untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp. 3,851,453,538. Dengan demikian akan didapatkan rata-rata pendapatan untuk kapasitas 500 kg/jam adalah sebesar Rp.


(54)

2,683,634,869 per tahun, yang didapatkan dari hasil pengurangan antara rata-rata penerimaan per tahun dengan rata-rata biaya produksi per tahun.

Sedangkan penerimaan untuk kapasitas 2,000 kg/jam disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15. Total Penerimaan Beras Rata-rata per Bulan Kapasitas 2,000 kg/jam Thn Prod. beras per

bulan (kg) H. Jual (Rp)

Penerimaan beras (Rp)

1 30,250 6874 207,938,500

2 30,250 7540 228,085,000

3 30,250 8725 264,687,500

Jml 90,750 23139 700,711,000

Rata-rata 30,250 7713 233,570,333 Sumber: Lampiran 5

Dari tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan beras rata-rata untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 233,570,333. Sedangkan untuk penerimaan dedak rata-rata disajikan pada tabel berikut:

Tabel 16. Total Penerimaan Dedak Rata-rata per Bulan Kapasitas 2,000 kg/jam Thn Prod. dedak

per bulan (kg) H. Jual (Rp)

Penerimaan dedak (Rp)

1 15,400 1000 15,400,000

2 15,400 1300 20,020,000

3 15,400 1500 23,100,000

Jml 46,200 3800 58,520,000

Rata-rata 15,400 1266 19,506,667 Sumber: Lampiran 5

Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan dedak rata-rata untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 19,506,667.


(55)

Maka untuk total penerimaan beras dan dedak per tahun untuk kapasitas 2,000kg/jam disajikan pada tabel berikut:

Tabel 17. Total Penerimaan Beras dan Dedak Rata-rata per Tahun Kapasitas 2,000 kg/jam

Thn Penerimaan beras (Rp)

Penerimaan dedak (Rp)

Total penerimaan

per bulan (Rp)

Total penerimaan

per tahun (Rp)

1 207,938,500 15,400,000 223,338,500 2,680,062,000 2 228,085,000 20,020,000 248,105,000 2,977,260,000 3 264,687,500 23,100,000 287,787,500 3,453,450,000 Jml 700,711,000 58,520,000 759,231,000 9,110,772,000 Rata-rata 233,570,333 19,506,667 253,077,000 3,036,924,000 Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan per tahun untuk kapasitas 2,000 kg/jam adalah sebesar Rp. 3,036,924,000. Dengan mengurangkan antara rata-rata penerimaan per tahun dengan rata-rata biaya produksi per tahun maka akan didapatkan rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp. 518,764,667 per tahun.


(56)

5.3 Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi

Kelayakan usaha penggilingan padi dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk melihat nilai masing-masing dari metode analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Nilai NPV, B/C, IRR, dan PP Usaha Penggilingan Padi

No. Ket. Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 1. NPV 380,686,518 367,311,210 50,634,946 (145,872,155) 784,848,017 2. Net

B/C

1,0054 1,0052 1,020 - 1,0040

3. IRR 185,12 173,062 24,578 - 225,443

4. PP 7 bulan 7 bulan 3 tahun 2 bulan

- 5 bulan

Sumber: Lampiran 6, 7, dan 8

Dari tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa untuk sampel 1 adalah sebagai berikut: • Nilai NPV sebesar Rp. 380,686,518, artinya nilai NPV nya positif • Nilai net B/C adalah 1,0054, artinya nilai net B/C > 1

• Nilai IRR adalah 185,12 artinya nilai IRR > dari tingkat suku bunga berlaku yaitu 14%

• PP selama 7 bulan Untuk sampel 2:

• Nilai NPV sebesar Rp. 367,311,210, artinya nilai NPV nya positif • Nilai net B/C adalah 1,0052, artinya nilai net B/C > 1

• Nilai IRR adalah 173,062 artinya nilai IRR > dari tingkat suku bunga berlaku yaitu 14%


(57)

Untuk sampel 3:

• Nilai NPV sebesar Rp. 50,634,946, artinya nilai NPV nya positif • Nilai net B/C adalah 1,020, artinya nilai net B/C > 1

• Nilai IRR adalah 24,578 artinya nilai IRR > dari tingkat suku bunga berlaku yaitu 14%

• PP selama 3 tahun 2 bulan Untuk sampel 4:

• Nilai NPV sebesar Rp. -145,872,155, artinya nilai NPV nya negatif Untuk sampel 5:

• Nilai NPV sebesar Rp. 784,848,017, artinya nilai NPV positif • Nilai net B/C adalah 1,0040, artinya nilai net B/C > 1

• Nilai IRR adalah 225,443, artinya nilai IRR > dari tingkat suku bunga berlaku yaitu sebesar 6%

• PP selama 5 bulan.

Maka berdasarkan kriteria kelayakan secara finansial untuk keempat sampel, yaitu sampel 1, 2, 3, dan 5, secara keseluruhan nilai NPV, Net B/C, dan IRR, menunjukkan bahwa usaha penggilingan padi di daerah penelitian adalah layak untuk dikembangkan. Sedangkan untuk sampel 4 secara finansial usaha penggilingannya tidak layak dikembangkan. Hal ini dapat diakibatkan oleh usia usaha yang baru berjalan 2 tahun, sehingga masih tergolong baru dalam berusaha.

Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2) diterima, yaitu kedua usaha penggilingan padi dengan kapasitas 500 kg/jam dan 2000 kg/jam layak untuk dikembangkan di daerah penelitian.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Meskipun usaha penggilingan padi menggunakan kapasitas mesin yang sama, ternyata tingkat efisiensi kinerjanya berbeda-beda. Efisiensi kinerja mesin untuk kapasitas 500 kg/jam rata-rata adalah sebesar 54,25% dan untuk kapasitas 2000 kg/jam sebesar 55%.

2. Rata-rata biaya produksi kapasitas 500 kg/jam sebesar Rp. 1,167,818,669 per tahun dan untuk kapasitas 2000 kg/jam sebesar Rp. 2,518,159,333 per tahun.

3. Pendapatan rata-rata kapasitas 500 kg/jam sebesar Rp. 2,683,634,869 per tahun dan untuk kapasitas 2000 kg/jam sebesar Rp. 518,764,667 per tahun. 4. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk

dikembangkan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran, antara lain:

1. Kepada pemilik usaha penggilingan padi disarankan untuk mengganti atau menggunakan peralatan-peralatan yang baru. Karena umur peralatan dapat mempengaruhi efisiensi kinerja mesin dan produksi.


(59)

2. Kepada pemerintah disarankan untuk menertibkan penggilingan-penggilingan padi bergerak (odong-odong) yang mulai marak dan tidak memiliki surat izin usaha.

3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang kelayakan usaha penggilingan bergerak (odong-odong) dan membandingkannya dengan usaha penggilingan yang sifatnya permanen.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2007. Ciri Khas Usaha Jasa Penggilingan Padi Diakses September 2012

________, 2007. Konsep Biaya Produksi. Diakses Februari 2012

________, 2009. Mesin Penggiling Padi dan Komponennya.

________, 2009. Mesin Penggiling Padi Kecil. Februari 2012

Andoko. A, 2006. Budidaya Padi Organik. Penebar Swadaya: Jakarta

Badan Pusat Statistik, 2011. Kecamatan Lubuk Pakam dalam Angka Tahun 2011: Medan

Ibrahim. Y, 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta: Jakarta

Prasetyo, Y. T, 2002. Budidaya Padi Sawah TOT. Penerbit Kanisius: Yogyakarta Setyono. A, 1994. Padi. Penebar Swadaya: Jakarta

Smith, H. P dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Soekartawi, 1993. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada: Jakarta Sukirno. S, 2005. Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Teguh. M, 2010. Ekonomi Industri. Rajawali Pers: Jakarta Umar. H, 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta: Jakarta

Widodo dkk, 2005. Analisis Kelayakan Usaha Rice Milling Unit.


(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Investasi total kapasitas 500 kg/jam

Sampel Kapasitas Tanah Bangunan Mesin Jumlah

1 500 kg/jam 17,280,000 47,520,000 37,000,000 101,800,000 2 500 kg/jam 33,000,000 57,600,000 40,000,000 130,600,000 3 500 kg/jam 200,000,000 270,000,000 40,000,000 510,000,000 4 500 kg/jam 120,000,000 120,000,000 45,000,000 285,000,000 5 2,000 kg/jam 216,000,000 40,000,000 50,000,000 306,000,000

Lampiran 2

Data input dan output rata-rata per bulan

Sampel

Input Output

Gabah (kg)

Beras (kg)

Dedak (kg)

1 40,000 24,000 2,400 2 38,000 22,040 3,040 3 40,000 21,600 4,800 4 20,000 9,000 3,000 5 55,000 30,250 15,400


(62)

Lampiran 3

Total biaya per tahun sampel 1

Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variable (Rp)

Tenaga

Kerja Jumlah

Peny. Mesin

Peny.

Garukan Pajak Bahan Baku Oli Solar Roll Goni

Tali Plastik

1 2,846,154 36,000 800,000 315,000,000 1,500,000 18,000,000 880,000 9,523,200 204,000 24,960,000 373,749,354 2 2,846,154 36,000 800,000 352,800,000 1,580,000 18,000,000 880,000 9,523,200 204,000 24,960,000 411,629,354 3 2,846,154 36,000 800,000 431,340,000 1,800,000 19,440,000 880,000 11,271,000 238,000 24,960,000 493,611,154 4 2,846,154 36,000 800,000 567,000,000 2,150,000 21,600,000 1,000,000 11,271,000 245,000 31,200,000 638,148,154 5 2,846,154 36,000 800,000 804,000,000 2,400,000 22,800,000 1,000,000 13,068,000 280,000 31,200,000 878,430,154 6 2,846,154 36,000 800,000 907,200,000 2,710,000 23,520,000 1,120,000 14,256,000 300,000 31,200,000 983,988,154 7 2,846,154 36,000 800,000 1,000,800,000 3,250,000 27,000,000 1,120,000 14,256,000 300,000 31,200,000 1,081,608,154 8 2,846,154 36,000 800,000 1,141,450,000 3,600,000 28,800,000 1,120,000 15,840,000 320,000 37,440,000 1,232,252,154 9 2,846,154 36,000 800,000 1,215,840,000 3,820,000 31,920,000 1,200,000 16,632,000 320,000 37,440,000 1,310,854,154 10 2,846,154 36,000 800,000 1,542,996,000 4,050,000 34,080,000 1,300,000 18,698,000 382,500 43,680,000 1,648,868,654 11 2,846,154 36,000 800,000 1,654,365,600.00 4,200,000 36,000,000 1,400,000 20,034,000 405,000 43,680,000 1,763,766,754 12 2,846,154 36,000 800,000 1,936,248,000 4,800,000 41,040,000 1,400,000 24,780,000 450,000 43,680,000 2,056,080,154 13 2,846,154 36,000 800,000 2,134,020,000 4,800,000 42,120,000 1,400,000 24,780,000 500,000 43,680,000 2,254,982,154


(63)

Lampiran 3a

Total biaya per tahun sampel 2

Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variable (Rp)

Tenaga

Kerja Jumlah Peny.

Mesin

Peny.

Garukan Pajak Bahan Baku Oli Solar Roll Goni

Tali Plastik

1 4,000,000 36,000 900,000 486,000,000 600,000 16,800,000 840,000 8,928,000 195,000 25,920,000 544,219,000 2 4,000,000 36,000 900,000 502,500,000 750,000 18,000,000 860,000 7,910,400 162,500 25,920,000 561,038,900 3 4,000,000 36,000 900,000 793,800,000 1,260,000 20,690,000 940,000 10,404,000 227,500 30,240,000 862,497,500 4 4,000,000 36,000 900,000 875,700,000 1,125,000 21,000,000 940,000 11,097,000 238,000 30,240,000 945,276,000 5 4,000,000 36,000 900,000 998,768,400 1,440,000 23,400,000 1,000,000 12,138,000 245,000 34,560,000 1,076,487,400 6 4,000,000 36,000 900,000 1,215,840,000 1,600,000 23,760,000 1,120,000 13,860,000 280,000 43,200,000 1,304,596,000 7 4,000,000 36,000 900,000 1,371,552,000 1,960,000 26,400,000 1,120,000 15,840,000 300,000 51,840,000 1,473,948,000 8 4,000,000 36,000 900,000 1,470,547,200 2,020,000 31,800,000 1,120,000 15,840,000 320,000 51,840,000 1,578,423,200 9 4,000,000 36,000 900,000 1,936,248,000 2,260,000 33,695,000 1,200,000 19,824,000 400,000 60,480,000 2,059,043,000 10 4,000,000 36,000 900,000 2,134,020,000 2,400,000 36,288,000 1,200,000 20,815,200 425,000 60,480,000 2,260,564,200


(64)

Lampiran 3b

Total biaya per tahun sampel 3

Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variable (Rp) Tenaga

Kerja Jumlah

Peny. Mesin

Peny. Garukan

Peny.

Truk Pajak

Angs.

Pinjaman Bahan Baku Oli Solar Roll Goni

Tali Plastik

1 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 486,000,000 1,020,000 9,000,000 660,000 8,630,400 195,000 40,320,000 552,807,400 2 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 522,600,000 1,440,000 9,600,000 740,000 7,452,000 162,500 40,320,000 589,296,500 3 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 907,200,000 1,620,000 10,800,000 740,000 11,880,000 260,000 50,400,000 1,059,882,000 4 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 875,700,000 1,800,000 11,400,000 840,000 11,097,600 245,000 50,400,000 1,028,464,600 5 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 1,084,377,120 2,100,000 11,400,000 840,000 13,188,000 266,000 50,400,000 1,239,553,120 6 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 1,276,632,000 2,220,000 12,300,000 840,000 14,574,000 294,000 60,480,000 1,444,322,000 7 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 1,542,996,000 2,400,000 12,900,000 900,000 15,582,000 337,500 60,480,000 1,712,577,500 8 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 1,654,365,600 2,700,000 13,800,000 900,000 17,808,000 337,500 60,480,000 1,827,373,100 9 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 70,000,000 1,858,798,080 2,760,000 14,400,000 960,000 19,008,000 384,000 80,640,000 2,053,932,080 10 4,000,000 32,000 2,000,000 950,000 2,134,020,000 2,760,000 14,400,000 960,000 19,824,000 400,000 80,640,000 2,259,986,000


(65)

Lampiran 3c

Total biaya per tahun sampel 4

Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variable (Rp)

Tenaga

Kerja Jumlah Peny.

Mesin

Peny.

Garukan Pajak Bahan Baku Oli Solar Roll Goni

Tali Plastik

1 4,500,000 30,000 700,000 697,049,280 1,800,000 8,748,000 900,000 6,480,000 136,000 21,600,000 741,943,280 2 4,500,000 30,000 700,000 938,968,800 1,800,000 9,720,000 960,000 7,920,000 170,000 21,600,000 986,368,800

Lampiran 3d

Total biaya per tahun sampel 5

Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variable (Rp)

Tenaga

Kerja Jumlah Peny.

Mesin

Peny. Garukan

Angs.

Pinjaman Bahan Baku Oli Solar Roll Goni

Tali

Plastik Transpor

1 5,000,000 36,000 10,500,000 1,896,480,000 1,050,000 6,075,000 1,000,000 28,020,000 560,000 8,964,000 24,000,000 1,981,685,000 2 5,000,000 36,000 10,500,000 2,409,000,000 1,950,000 8,775,000 1,120,000 34,260,000 690,000 10,956,000 24,000,000 2,506,287,000 3 5,000,000 36,000 10,500,000 2,964,000,000 2,400,000 10,800,000 1,120,000 36,300,000 730,000 11,620,000 24,000,000 3,066,506,000


(66)

Lampiran 4

Penerimaan rata-rata per tahun sampel 1

Tahun

produksi beras rata-rata per

bulan (kg)

Harga Jual (Rp)

produksi dedak rata-rata per

bulan (kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan beras (Rp)

Penerimaan dedak

(Rp) Total

1 24,000 1852 2,400 500 44,448,000 1,200,000 45,648,000

2 24,000 2386 2,400 550 57,264,000 1,320,000 58,584,000

3 24,000 2760 2,400 650 66,240,000 1,560,000 67,800,000

4 24,000 2842 2,400 700 68,208,000 1,680,000 69,888,000

5 24,000 3005 2,400 700 72,120,000 1,680,000 73,800,000

6 24,000 3960 2,400 800 95,040,000 1,920,000 96,960,000

7 24,000 4674 2,400 950 112,176,000 2,280,000 114,456,000

8 24,000 5436 2,400 1,050 130,464,000 2,520,000 132,984,000

9 24,000 5870 2,400 1,200 140,880,000 2,880,000 143,760,000

10 24,000 6368 2,400 1,400 152,832,000 3,360,000 156,192,000

11 24,000 6493 2,400 1,650 155,832,000 3,960,000 159,792,000

12 24,000 7720 2,400 1,800 185,280,000 4,320,000 189,600,000


(67)

Pendapatan rata-rata per tahun sampel 1

Penerimaan per bulan (Rp)

Penerimaan per tahun (Rp)

Total Biaya per tahun (Rp)

Pendapatan per tahun (Rp)

45,648,000 547,776,000 373,749,354 174,026,646

58,584,000 703,008,000 411,629,354 219,378,646

67,800,000 813,600,000 493,611,154 319,988,846

69,888,000 838,656,000 638,148,154 200,507,846

73,800,000 885,600,000 878,430,154 7,169,846

96,960,000 1,163,520,000 983,988,154 179,531,846

114,456,000 1,373,472,000 1,081,608,154 291,863,846 132,984,000 1,595,808,000 1,232,252,154 363,555,846 143,760,000 1,725,120,000 1,310,854,154 414,265,846 156,192,000 1,874,304,000 1,648,868,654 225,435,346 159,792,000 1,917,504,000 1,763,766,754 153,737,246 189,600,000 2,275,200,000 2,056,080,154 219,119,846 210,768,000 2,529,216,000 2,254,982,154 274,233,846


(68)

Lampiran 4a

Penerimaan rata-rata per tahun sampel 2

Tahun

produksi beras rata-rata per

bulan (kg)

Harga Jual (Rp)

produksi dedak rata-rata per

bulan (kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan beras (Rp)

Penerimaan dedak

(Rp) Total

1 22,040 2842 3,040 700 62,637,680 2,128,000 64,765,680

2 22,040 3005 3,040 700 66,230,200 2,128,000 68,358,200

3 22,040 3960 3,040 800 87,278,400 2,432,000 89,710,400

4 22,040 4674 3,040 950 103,014,960 2,888,000 105,902,960

5 22,040 5436 3,040 1,050 119,809,440 3,192,000 123,001,440

6 22,040 5870 3,040 1,200 129,374,800 3,648,000 133,022,800

7 22,040 6368 3,040 1,400 140,350,720 4,256,000 144,606,720

8 22,040 6493 3,040 1,650 143,105,720 5,016,000 148,121,720

9 22,040 7720 3,040 1,800 170,148,800 5,472,000 175,620,800


(69)

Pendapatan rata-rata per tahun sampel 2

Penerimaan per bulan (Rp)

Penerimaan per tahun (Rp)

Total Biaya per tahun (Rp)

Pendapatan per tahun (Rp)

64,765,680 777,188,160 544,219,000 232,969,160

68,358,200 820,298,400 561,038,900 259,259,500

89,710,400 1,076,524,800 862,497,500 214,027,300

105,902,960 1,270,835,520 945,276,000 325,559,520 123,001,440 1,476,017,280 1,076,487,400 399,529,880 133,022,800 1,596,273,600 1,304,596,000 291,677,600 144,606,720 1,735,280,640 1,473,948,000 261,332,640 148,121,720 1,777,460,640 1,578,423,200 199,037,440 175,620,800 2,107,449,600 2,059,043,000 48,406,600 195,227,280 2,342,727,360 2,260,564,200 82,163,160


(1)

Lampiran 7 IRR sampel 1

Tahun Nilai nominal (B-C) DF = I = 185% PV 1 Nilai nominal (B-C) DF = I = 186% PV 2

1 174,026,646 0,350877193 61,061,981 174,026,646 0,349650349 60,848,478

2 219,378,646 0,123114804 27,008,759 219,378,646 0,122255367 26,820,217

3 319,988,846 0,043198177 13,822,935 319,988,846 0,042746631 13,678,445

NPV 101,893,675 101,347,140

investasi 101,800,000 101,800,000

C1 93,675 C2 -452,860

NET B/C = 101,893,675 / 101,347,140 = 1,0054

IRR = 185 + 93,675 / (93,675 + 452,860) x (186% - 185%) = 185,12


(2)

IRR sampel 2

Tahun Nilai nominal (B-C) DF = I = 173% PV 1 Nilai nominal (B-C) DF = I = 174% PV 2

1 232,969,160 0,366300366 85,336,689 232,969,160 0,364963503 85,025,241

2 259,259,500 0,134175958 34,786,392 259,259,500 0,133198359 34,532,940

3 214,027,300 0,049148702 10,519,164 214,027,300 0,048612539 10,404,411

NPV 130,642,245 129,962,592

investasi 130,600,000 130,600,000

C1 42,245 C2 -637,408

NET B/C = 130,642,245 / 129,962,592 = 1,0052

IRR = 173 + 42,245 / (42,245 + 637,408) x (174% - 173%) = 173,062


(3)

Lampiran 7b IRR sampel 3

Tahun Nilai nominal (B-C) DF = I = 24% PV 1 Nilai nominal (B-C) DF = I = 25% PV 2

1 224,159,000 0,806451612 180,773,387 224,159,000 0,8 179,327,200

2 229,919,500 0,650364204 149,531,413 229,919,500 0,64 147,148,480

3 12,630,000 0,524487261 6,624,274 12,630,000 0,512 6,466,560

4 237,756,200 0,422973599 100,564,595 237,756,200 0,40969 97,384,940

5 229,938,080 0,341107740 78,433,659 229,938,080 0,32768 75,346,110

NPV 515,927,328 505,673,290

investasi 510,000,000 510,000,000

C1 5,927,328 C2 -4,326,710

NET B/C = 515,927,328 / 505,673,290 = 1,020

IRR = 24 + 5,927,328 / (5,927,328 + 4,326,710) x (25% - 24%) = 24,578


(4)

IRR sampel 5

Tahun Nilai nominal (B-C) DF = I = 225% PV 1 Nilai nominal (B-C) DF = I = 226% PV 2

1 550,963,000 0,307692307 169,527,077 550,963,000 0,306748466 169,007,055

2 470,973,000 0,094674556 44,589,160 470,973,000 0,094094621 44,316,026

3 386,944,000 0,029130632 11,271,924 386,944,000 0,028863380 11,168,512

NPV 225,388,161 224,491,593

investasi 225,000,000 225,000,000

C1 388,161 C2 -508,407

NET B/C = 225,388,161 / 224,491,593 = 1,0040

IRR = 225 + 388,161 / (388,161 + 508,407) x (226% - 225%) = 225,443


(5)

Lampiran 8

Payback Period sampel 1

investasi 101,800,000

kas bersih tahun 1 174,026,646

kelebihan 72,226,646

PP = investasi / kas bersih x 12 bulan PP = 101,800,000 / 174,026,646 x 12 bulan

PP = 7 bulan

Lampiran 8a

Payback Period sampel 2

investasi 130,600,000

kas bersih tahun 1 232,969,160

kelebihan 102,369,160

PP = investasi / kas bersih x 12 bulan PP = 130,600,000 / 232,969,160 x 12 bulan

PP = 7 bulan


(6)

Payback Period sampel 3

investasi 510,000,000

kas bersih tahun 1 224,159,000

belum cukup 285,841,000

kas bersih tahun 2 229,919,500

belum cukup 55,921,500

kas bersih tahun 3 12,630,000

belum cukup 43,291,500

kas bersih tahun 4 237,756,200

kelebihan 194,464,700

PP tahun 4 = investasi / kas bersih x 12 bulan

PP = 43,291,500 / 237,756,200 x 12 bulan = 2 bulan

PP = 3 tahun 2 bulan

Lampiran 8c

Payback Period sampel 5

investasi 225,000,000

kas bersih tahun 1 550,963,000

kelebihan 325,963,000

PP tahun 1 = investasi / kas bersih x 12 bulan

PP = 225,000,000/550,963,000 x 12 bulan = 5 bulan