Hasil Uji Asumsi Klasik

65 pada tahun 2008 hingga mencapai 11,06 persen. Hal tersebut dipicu terutama oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama minyak dan pangan.

D. Analisis Dan Pembahasan

1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum kita melakukan uji analisis regresi linear berganda maka yang harus dilakukan adalah menguji data-data yang akan dianalisis agar data tersebut valid tidak bias dan merupakan persyaratan, maka digunakan uji Klasik. Adapun penjelasan uji asumsi klasik itu adalah sebagai berikut. a. Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model penelitian, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak, apabila nilai Jarque-Bera X 2 , maka data tersebut berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya jika Jarque-Bera X 2 maka data tersebut tidak normal. Setelah data diolah menggunakan aplikasi eviews 6.1, maka terlihat hasil sebagai berikut. 66 Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas 1 2 3 4 5 -0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 Series: Residuals Sample 1988 2008 Observations 21 Mean -5.00e-16 Median 0.009788 Maximum 0.413288 Minimum -0.400970 Std. Dev. 0.231625 Skewness -0.129484 Kurtosis 2.190823 Jarque-Bera 0.631603 Probability 0.729204 Sumber : hasil Eviews 6 Dari gambar 4.3, dapat dilihat nilai Jarque-Bera adalah 0,631603. Nilai X 2 untuk data ini adalah 5,991. Berdasarkan nilai Jarque-Bera 0,631603 X 2 5,991, maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal, Sehingga bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. b. Hasil Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas Multikol dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya terjadi pada regresi linear berganda, karena jumlah variabel bebasnya lebih dari satu. Sedangkan pada regresi sederhana, tidak mungkin adanya kasus ini disebabkan variabel bebasnya hanya terdiri dari satu variabel. 67 Positif Autocorrel ation Negatif Autoco rrelatio n 0 1,13 1.54 2,46 2,87 Indecision Area Indecision Area No Autocorrelation Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang lain di atas 0,6, maka bisa dipastikan adanya gejala multikolinieritas. Setelah data diolah menggunakan aplikasi eviews 6.1, maka terlihat hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas INF PE INF 1.000000 0.042277 FE 0.042277 1.000000 Sumber : hasil Eviews 6 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai korelasi diantara variabel independen yaitu inflasi dan pertumbuhan ekonomi yaitu 0,042277. Karena nilai 0,042277 menjauhi angka 1 0,6, maka tidak terdapat kolinieritas antara variabel independen. Hal ini menginformasikan model OLS yang diajukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas, Sehingga bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. c. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Untuk n = 21; α = 5; k = 2, diperoleh nilai d L 1.13 dan d u sebesar 1.54 Sumber : hasil Eviews 6 68 Dari perhitungan menggunakan program Eviews diperoleh nilai Durbin-Watson D - W adalah 1.203118. Sedangkan dari tabel D – W diperoleh nilai d L sebesar 1.13 dan d u sebesar 1.54 sehingga diperoleh nilai 4 - d L adalah 2.87 dan nilai 4 – d u adalah 2.46. Setelah melihat angka-angka tersebut diketahui bahwa nilai D – W lebih kecil dari nilai d u dan lebih kecil dari 4 – d u , sehingga dapat disimpulkan bahwa model terletak didaerah ragu-ragu terdapat autokorelasi positif. Untuk itu agar model tidak lagi terletak pada daerah keragu-raguan, dan tidak lagi terdapat masalah autokorelasi, maka perlu dilakukan penyembuhan autokorelasi. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.052923 0.294614 -0.179637 0.8594 RESID01-1 0.431716 0.229763 1.878965 0.0765 R-squared 0.163977 Mean dependent var -0.008276 Adjusted R-squared 0.117531 S.D. dependent var 1.397982 S.E. of regression 1.313261 Akaike info criterion 3.477544 Sum squared resid 31.04379 Schwarz criterion 3.577117 Log likelihood -32.77544 F-statistic 3.530509 Durbin-Watson stat 1.718220 ProbF-statistic 0.076542 Sumber : hasil Eviews 6 Dari perhitungan menggunakan program Eviews diperoleh nilai Durbin-Watson D - W adalah 1.718220. Sedangkan dari tabel D – W diperoleh nilai d L sebesar 1.31 dan d u sebesar 1.54 sehingga diperoleh nilai 4 - d L adalah 2.46 dan nilai 4 – d u adalah 2.87. Setelah melihat angka-angka tersebut diketahui bahwa nilai D – W lebih besar dari 69 nilai d u dan lebih kecil dari 4 – d u , sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada lagi masalah autokorelasi pada model. d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varian dari dua observasi dalam penelitian sama homogen untuk semua variabel terikat dengan variabel bebas sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan heteroskedastisitas dilakukan melalui Uji White Heteroskedasticity test. Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.745774 Prob. F5,15 0.6015 ObsR-squared 4.181048 Prob. Chi-Square5 0.5237 Scaled explained SS 1.828978 Prob. Chi-Square5 0.8723 Sumber : hasil Eviews 6 Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai probability untuk OBSR-squared adalah 4.181048. karena nilai 4.181048 dari derajat kesalahan α = 5 persen 0.05, maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang diajukan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas., sehingga bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya. heteroskedasitisitas. 70

2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square OLS